NovelToon NovelToon

Nikah Dadakan Dengan Musuh

Part 1

"Sah?" tanya penghulu pada para saksi dan tamu undangan.

"Sah!"

Acara akad nikah yang jauh dari kata mewah itu pun akhirnya berjalan lancar. Kini Rena dan Ricky telah sah menjadi suami istri.

Dunia Ricky Kurniawan seketika jungkir balik, kala dia mendadak harus menikahi wanita yang menjadi musuhnya di kampus. Padahal dia dan juga wanita itu sudah sama-sama memiliki seorang kekasih. Bagaimana nanti dia akan mengatakan semua ini pada kekasihnya?

Semua berawal dari kecerobohan yang dia lakukan. Salah masuk kamar dan dipergoki oleh pemilik kos-kosan, dalam posisi mengungkung sang musuh yang setengah tela*jang.

Brugh ....

Tubuh seorang laki-laki mendarat di kasur empuk ukuran tiga kaki yang terbalut sprei berwarna krem. Badannya lelah telah menemukan tempat yang nyaman untuk istirahat. Matanya langsung terpejam begitu kepalanya menyentuh bantal.

Laki-laki itu bernama Ricky Kurniawan, berusia 22 tahun. Seorang mahasiswa teknik mesin semester akhir. Anak laki-laki satu-satunya pasangan tuan Kurniawan dan nyonya Miranti, seorang pengusaha terkenal di kota itu.

Seorang gadis keluar dari kamar mandi hanya dengan selembar handuk. Handuk itu hanya menutupi dada sampai pangkal paha saja. Gadis itu tidak menyadari jika ada seseorang yang baru saja memasuki kamar itu.

Mendengar ada suara pintu terbuka dan tertutup, membuat Ricky membuka matanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat pemandangan di depan mata. Waktu seolah berhenti berputar.

Seorang wanita berparas cantik yang begitu dia kenal, berdiri dengan selembar handuk menutupi tubuhnya. Ricky menelan salivanya berulang kali hingga jakunnya naik turun. Dia pun duduk memperhatikan sang gadis yang mulai berjalan mendekati ranjang.

"Aa ...." Suara gadis itu tertahan oleh tangan yang dengan sigap menutup mulutnya.

Kebetulan tante Soraya dan teman-teman arisannya sedang melintas di depan kamar itu. Di saat yang bersamaan juga pemilik kamar yang sebenarnya juga baru saja pulang dari warung.

"Kalau kamu di sini, suara siapa yang di dalam?"

"Sstttt ... jangan berisik, ini kos-kosan! Nanti kita digerebek kalau jejeritan ...."

"Kita lihat saja, Mi!" usul Lola, anak kos yang saat ini kamarnya berisi Rena dan Ricky.

Betapa terkejutnya mereka, melihat Renata di bawah kungkungan seorang laki-laki yang tidak mereka kenali. Yang lebih mengejutkan lagi, adalah keadaan Rena yang hanya mengenakan selembar handuk untuk menutupi tubuhnya. Itu pun tidak sepenuhnya menutupi tubuh.

Ricky terkejut setelah melihat dengan jelas gadis di hadapannya. Gadis itu adalah musuh bebuyutan di kampus. Jika bertemu dengan dia selalu ada saja kesialan menimpa dirinya.

"Apa yang kalian lakukan di kamar ini?" tanya Soraya, adik pemilik kos-kosan itu.

"Ini tidak seperti yang Tante lihat! Rena bisa menjelaskan semuanya ...."

"Pakai bajumu dan jelaskan pada kami di depan!" perintah tante Soraya tak terbantahkan.

"Kamu!" tunjuk tante Soraya pada Ricky. "Kamu keluar sekarang! Biarkan Rena memakai baju terlebih dahulu."

Mau tidak mau, Ricky pun terpaksa keluar kamar. Mengikuti langkah tante Soraya dan beberapa temannya yang tadi ikut mengintip dia dan Renata.

Sekarang, di sinilah mereka. Duduk di ruang tamu dengan dihadiri oleh RT setempat, beberapa ibu-ibu dan juga ayah Renata, pak Gunadi. Mereka hendak menindaklanjuti apa yang mereka lihat tadi di kamar.

"Apa hubungan kamu dengan anak saya?" tanya pa Gunadi, biasa disapa pak Gun. Seorang perwira TNI dengan pangkat Letkol.

Ricky gelagapan karena tidak tahu harus menjawab apa untuk menyelamatkan dirinya. Berbohong sedikit tidak apa 'kan? Seperti itulah pikiran Ricky.

"Pacar, Om," jawab Ricky dengan sangat jelas.

Renata yang mendengar jawaban Ricky langsung melotot, tidak terima.

"Bohong! Dia bohong, Pa! Kami ti-"

"Papa tidak bertanya pada kamu, Re! Hormati orang tua jika berbicara!" murka pak Gun.

Pak Gunadi pun menoleh, tatapannya kembali pada Ricky.

"Kamu harus bertanggung jawab Anak Muda! Bawa ke sini orang tuamu. Kalian harus menikah sekarang juga!"

Mata Rena menatap tajam pada Ricky, karena kebohongan Ricky mereka harus menikah. Padahal selama ini mereka berdua bak Tom dan Jerry bila bertemu di kampus.

"Orang tua saya sedang berada di luar kota, Om. Apakah tidak bisa ditunda saja pernikahan kami?" tawar Ricky, berusaha agar dirinya tidak menikahi musuh bebuyutannya di kampus.

"Ditunda? Tidak! Pihak kami akan sangat dirugikan jika Rena sampai hamil. Kamu laki-laki tidak ada bekasnya laki-laki perjaka atau tidak. Sedangkan anak kami perempuan, bisa saja dia hamil dan kami pun mendapat malu," sahut pak Gun semakin marah.

"Pa, kami tidak ...."

"Kamu diam saja, Rena! Jangan terlalu banyak membantah! Tugas dan kewajibanmu saat ini hanya menurut, tidak untuk membantah!" potong pak Gun, membuat bibir Renata mengerucut, kesal tidak diberi kesempatan berbicara.

"Sekarang juga hubungi keluargamu! Acara akad nikah kalian akan dilaksanakan nanti malam. Kalian berdua jangan kabur!" perintah pak RT.

Akhirnya Ricky pun menghubungi pamannya, adik sang ibu. Dia meminta tolong agar pamannya tersebut datang, membantu menyelesaikan masalahnya.

Ricky kabur dari rumah karena berbeda pendapat dengan sang ayah. Pemuda itu meninggalkan rumah beserta fasilitas mewahnya, hanya karena tidak mau mengikuti kemauan sang ayah.

Sang ayah menginginkan dirinya membantu mengurus perusahaan, akan tetapi Ricky memilih untuk membangun sebuah bengkel. Dengan bermodalkan uang jajan yang ditabungnya selama ini, dia nekat membuka usaha sendiri.

Kecintaan Ricky terhadap otomotif, membuatnya membangun sebuah bengkel motor tak jauh dari kampusnya. Walaupun hanya sebuah bengkel kecil tapi sangat ramai pengunjung.

Paman Ricky datang ke kediaman pak Gunadi bersama asisten tuan Kurniawan, membawa serta surat-surat untuk kelengkapan menikah.

Kedua keluarga itu pun berbincang dan akhirnya memutuskan nanti malam akan dilangsungkan akad nikah antara Ricky dan Rena.

Beberapa jam sebelum kejadian penggerebekan ....

"Al, gue numpang tidur di kosan Lo, ya! Di bengkel lagi rame, gue pengen istirahat bentar," ucap Ricky pada teman sekaligus rekan kerjanya di bengkel.

"Datang aja! Kamar kos gue selalu terbuka buat Lo dan teman-teman lainnya. Asal tahu diri aja," sahut Aldi.

Saat ini mereka masih berada di bengkel. Banyak motor yang antri untuk ditangani, sehingga Ricky kurang istirahat. Akhirnya memilih meminjam kamar Aldi yang letaknya tidak jauh dari bengkel.

Hanya berdasarkan petunjuk dari Aldi, Ricky masuk begitu saja ke dalam kamar yang kebetulan tidak terkunci. Ricky berpikir kos-kosan Aldi khusus cowok, sehingga masuk begitu saja dan langsung tidur. Tanpa bertanya atau memperhatikan keadaan.

Badan yang lelah membuat Ricky hanya berpikir tidur dan tidur. Apalagi tadi malam dia begadang mengerjakan motor yang turun mesin. Besok akan diambil, jadi dia harus segera merampungkan pekerjaannya.

Sementara itu, Rena yang kamarnya sedang direnovasi numpang kamar mandi anak kos. Kamar itu sengaja tidak dikunci dari dalam selama Rena mandi. Penyewa kamar, Lola, sedang keluar membeli cemilan. Sehingga pintu hanya ditutup tanpa dikunci.

Tanpa mereka sadari jika mereka berdua terjebak dalam kamar yang sama. Ricky dan Rena baru tersadar setelah keduanya tanpa sadar telah saling menatap satu sama lainnya.

Part 2

Kedua pengantin baru itu tidak ikut makan. Mereka memisahkan diri dari tamu undangan dan keluarganya. Keduanya terlibat adu mulut yang sangat sengit.

"Puas Lo sekarang, hah?" teriak Rena dengan tatapan nyalang penuh amarah.

"Sebenarnya apa sih mau Lo? Pakai acara ngaku-ngaku pacar gue! Lo itu jauh dari kriteria pacar gue, tahu nggak?" lanjut Rena dengan kesal. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja.

Antara marah, kesal dan benci menjadi satu. Dia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan musuh bebuyutannya. Menikah dengan laki-laki yang selalu membuat keributan dengan dia.

"G-gue nggak nyangka kalau mereka akan menikahkan kita. Ya, gue pikir bokap Lo akan menjauhkan kita, kalau tahu kita pacaran. Nggak tahunya malah dinikahkan," sahut Ricky sembari menyugar rambutnya dengan kasar.

"Heh, dengar ya! Pokoknya gue nggak mau Lo deket-deket gue. Gue anggap pernikahan ini tidak pernah ada. Satu lagi, jangan pernah sentuh gue!"

"Dianggap nggak ada bagaimana? Kita itu sudah sah, Reren!" jerit Ricky frustasi.

"Nikah sama Lo, gue yang rugi tahu! Ada cowok gue yang baik hati, sedang menunggu gue buat dijadiin istrinya. Tiba-tiba saja Lo ngaku jadi pacar gue dan nikahi gue. Enak di Lo, sesak di gue!"

"Bukan Lo aja yang rugi, gue juga! Bagaimana nanti kalau cewek gue nanya ini?" jawab Ricky tidak kalah sengit.

Keduanya terus adu mulut, sampai akhirnya suara dering telepon menghentikan percekcokan mereka berdua. Ternyata suara itu berasal dari suara ponsel Ricky. Ricky pun segera menggeser tombol hijau di layar, begitu nama Aldi muncul.

"Kamvret Lo! Anjeeng memang Lo!" maki Ricky begitu menggeser layar, tidak peduli bagaimana lawan bicaranya di seberang telepon.

"Woiy! Sabar, Bro! Lo kenapa?" sahut Aldi.

Hening ... hanya ada suara deru napas memburu keluar dari hidung Ricky. Saat ini Ricky benar-benar kacau emosinya.

"Lo sekarang dimana? Kenapa kamar gue masih gelap?" berondong Aldi heran.

"Gue diii... kos Mami Sora. Lo dimana?"

"Lo di sebelah mananya, gue di kamar ini?"

"Di parkiran. Cepet lo ke sini! Gara-gara lo gue jadi apes,'' perintah Ricky.

"Tunggu! Kenapa gara-gara gue?"

"Udah, jangan bacot lo! Cepetan ke sini!"

Aldi pun berjalan ke tempat parkir tetapi tidak mendapati sahabatnya. Kemudian, dia pun kembali menghubungi sang sahabat.

"Lo di parkiran mana? Gue sudah di parkiran ini," berondong Aldi begitu Ricky menjawab panggilannya.

"Parkiran lurusan pintu pagar!"

"Eeh, busyet! Kenapa lo terdampar di kos cewek sih?"

Aldi masih terus ngobrol dengan Ricky melalui telepon. Tak lama kemudian dia melihat sang sahabat yang tampak frustasi.

"Hai, Bro! Kenapa lo bisa di sini? Jangan bilang lo kecantol ma penghuni kos sini!"

"Ceritanya panjang, Al!" sahut Ricky lesu.

"Mau cerita di sini atau di kamar? Gue siap mendengar semua keluh kesah Lo," tanya Aldi sembari menyimpan ponselnya di saku celana.

"Di sini aja, nanti kalau Mak Lampir atau keluarganya cari gue biar gampang," jawab Ricky pelan tetapi masih bisa didengar oleh Aldi.

"Mak Lampir?" Aldi menaikkan alisnya hingga bertaut menjadi satu. Dia penasaran dengan orang yang disebut Mak Lampir oleh Ricky.

"Si Renata! Usah ngebacot lo, kalau masih mau dengar cerita gue!

"Iyaa, gue diem!" teriak Aldi sembari membuat pergerakan tangan mengunci mulutnya.

Mengalirlah cerita dari bibir tebal Ricky. Dimulai dari sampai di kos-kosan itu sampai acara pernikahannya dengan Renata. Semua diceritakan Ricky tanpa tersisa satu pun.

"Buahahaha ... makanya kalau bertandang ke rumah orang itu permisi dulu sama tuan rumah! Jangan asal nyelonong aja! Hahaha ...." Aldi tertawa lebar setelah mendengar cerita sang sahabat.

"Seneng lo ya, lihat gue menderita? Tega banget. Dasar teman nggak punya akhlak!" tuduh Ricky dengan wajah sendu.

Pengantin baru itu tidak tampak bahagia sama sekali. Seandainya wanita yang dinikahinya adalah sang kekasih, mungkin senyumnya akan terus mengembang sepanjang acara.

"Senyum napa, Bos! Masak habis nikah cemberut aja," ledek Aldi di sela tawanya.

"Eh, ini si Wenny nggak tahu 'kan kalau lo udah nikah?" imbuh Aldi dengan pertanyaan.

"Ya, enggaklah! Mana tega gue lihat dia nangis. Biarin aja dulu jangan sampai dia tahu. Lo jangan ember, cukup penghuni kos sini aja yang tahu!" jawab Ricky cepat.

Saat mereka berdua asik ngobrol, tante Soraya mendatangi Aldi dan Ricky.

"Nak Ricky ajak temannya masuk, kalian makan malam dulu sana!" ucap tante Soraya menghentikan percakapan dua bersahabat itu.

"I-iya, Tan. Sebentar lagi kami masuk," jawab Ricky canggung.

Keduanya langsung masuk ke rumah Pak Gunadi. Mereka langsung menuju ke ruang makan, untuk menikmati makan malam yang tertunda.

Ricky dan Rena adalah mahasiswa dengan tingkat dan fakultas yang berbeda. Keduanya dipertemukan oleh Sang Pemilik Alam. Saat itu, Rena yang baru saja masuk kampus sebagai mahasiswa baru.

Banyak barang yang harus dibawa oleh Rena sebagai mahasiswa baru. Sehingga dia kerepotan membawa semua barang itu sendiri. Barang yang dibawanya menghalangi pandangan, dan tidak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di depan.

Orang yang Rena tabrak adalah Ricky, kakak tingkat, yang sedang membawa oli bekas untuk dibawa ke bengkel. Terjadilah adu mulut diantara keduanya. Mereka tidak ada yang mau mengalah, padahal keduanya sudah sama-sama kotor.

Tabrakan badan yang tidak disengaja itu akhirnya, membuat baju Ricky dan barang bawaan Rena menjadi kotor oleh oli bekas. Tidak hanya itu saja, Rena pun harus menjalani hukuman.

Semenjak kejadian itu, selalu saja ada momen dimana keduanya dipertemukan dalam keadaan terburu-buru. Selalu bertabrakan secara tidak sengaja dan berakhir dengan adu mulut. Hal itu sudah bukan rahasia umum lagi di kampus.

Rena dan Ricky bak Tom dan Jerry yang tidak pernah akur dalam setiap kesempatan. Selalu saja alasan untuk keduanya bertengkar dan saling menyerang. Teman-teman mereka tidak ada yang bisa melerai.

Ricky melajukan motornya dengan kecepatan tinggi karena takut terlambat sampai di kampus. Di persimpangan jalan, tiba-tiba ada seorang gadis berlari hendak menyeberang jalan.

Ckiiitt...

Suara bunyi rem yang tiba-tiba ditarik dengan sepenuh tenaga, sehingga bunyinya sangat berisik.

Ricky menabrak gadis itu hingga barang yang dibawanya terlempar jauh. Akan tetapi keadaan gadis itu tidaklah parah, hanya lecet pada siku tangannya.

"Lo lagi! Lo lagi! Emang cowok pembawa sial!" teriak Renata kesal.

Di manapun dia bertemu Ricky, dia selalu apes. Sehingga gadis cantik itu sangat membenci Ricky.

"Heh, Lo yang pembawa sial! Setiap gue ketemu Lo pasti ada saja kejadian yang bikin gue celaka!" bantah Ricky tidak mau kalah.

***

Maaf baru bisa up, semoga kalian tetap setia dengan karya receh othor 🤲🤲🤲

Terima kasih 🥰🥰😘😘😘

Lop lop sekebun durian buat para readers semua 😍😍😘😘😘😘

Part 3

Ricky bingung antara masuk ke kamar Rena atau tidak. Matanya sudah sangat mengantuk karena malam sebelumnya tidak tidur. Begitu juga dengan tadi siang, dia tidak jadi istirahat.

Niat hati ingin menumpang istirahat di kos-kosan teman, malah berakhir dengan pernikahan dadakan. Seandainya jika wanita yang dinikahinya adalah Wenny, sang kekasih hati. Rasa lelahnya pasti tidak akan terasa seperti malam ini.

Mata yang sudah sangat lengket dan badan yang sangat lelah, akhirnya Ricky tertidur begitu saja di sofa ruang tamu. Dia tertidur dengan sangat pulas. Entah karena capek atau posisi tidur yang tidak pas, Ricky tidur mengorok.

Mendengar suara seseorang mengorok membuat tante Soraya terbangun. Dia pun mencari suara itu. Ternyata berasal dari ruang tamu.

"Rick, Ricky! Bangun, Nak!" ucap tante Soraya seraya menepuk lengan kekar Ricky.

Ricky menggeliat karena tidurnya terganggu. Dia merasa ada yang menepuk lengannya. Laki-laki jangkung itu pun membuka matanya yang sangat lengket.

"Hoaammmm ... i-iya?" ucap Ricky mengantuk.

"Pindah ke kamar, di sini dingin! Kamar Rena no satu, langsung masuk aja tidak dikunci," perintah tante Soraya dan diangguki oleh laki-laki berparas bak model itu.

Ricky pun berjalan dengan mata yang sedikit terbuka karena masih mengantuk. Tanpa melihat keadaan sekitar, dia langsung melemparkan tubuhnya begitu saja dan melanjutkan tidurnya.

Rena yang merasa ada pergerakan di kasurnya, langsung terbangun. Apalagi tangan dia tertimpa oleh badan Ricky. Reflek dia mendorong badan orang yang menimpa tangannya.

Brugh ....

Badan Ricky terjatuh dari ranjang, pantatnya terasa sakit karena mencium lantai. Ricky pun mengusap pantat sembari berdiri.

"Kasar banget jadi perempuan! Durhaka Lo sama suami KDRT," sumpah serapan keluar dari mulut Ricky.

"Bodo'! Gue ngantuk, mau tidur. Awas Lo jangan dekat-dekat gue!" sahut Rena kembali memejamkan matanya.

Mata yang sudah mengantuk berat membuat kedua gencatan senjata. Ricky pun kembali naik ranjang, sebelumnya dia melihat posisi tidur Rena. Dirasa aman, lalu dia merebahkan tubuhnya.

Rumah yang ditinggali Rena dan keluarganya adalah peninggalan dari kakek neneknya. Rumah dengan halaman luas itu dibangun menjadi kos-kosan putra dan putri, kos putra warisan bagian Soraya dan kos putri bagian Gunadi. Namun, Soraya dan Gunadi beserta anak-anaknya tinggal bersama dalam satu rumah.

Gunadi seorang duda ditinggal mati, sedangkan Soraya janda ditinggal kabur oleh suaminya. Gunadi dan Soraya adalah abang adik yang saling menyayangi. Keduanya memiliki masing-masing satu anak.

Renata (20 tahun) adalah anak Gunadi dan Hapsari. Hapsari meninggal saat usia Renata baru menginjak sepuluh tahun. Gunadi sengaja tidak menikah lagi.

Soraya memiliki seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun. Saat ini dia duduk di bangku SMP kelas delapan. Ricko nama anak Soraya dengan seorang pengusaha sukses.

Pengusaha itu kini tiada kabar berita sejak meninggalkan Soraya dan anaknya delapan silam. Soraya tidak tahu jika dia hanyalah istri kedua sang pengusaha. Sehingga saat kelakuan pengusaha itu mulai tercium istri pertamanya, dia pergi begitu saja dari kehidupan Soraya.

Pagi hari yang cerah, sinar matahari mulai menembus masuk ke kamar Rena. Menyilaukan mata pengantin baru itu. Sinar matahari yang mengenai mata, membuat Rena terbangun.

Saat membuka mata, dia sedang memeluk seorang laki-laki. Begitu juga orang itu, tangannya melingkar di perut Rena.

"Aaaa ...." jerit Rena sekuat tenaga, dengan kaki refleks menendang seseorang yang sedang memeluknya bak guling.

Untung saja, Ricky dalam keadaan memeluk tubuh Rena sehingga pagi ini dia tidak terjatuh lagi. Namun, badannya terasa remuk karena dipukul dan ditendang oleh Rena.

"Astaga! Lo itu kesurupan jin siapa sih? Ngamuk kek reog, nggak tahu tempat," teriak Ricky kesal seraya memegang tangan Rena kuat.

"Heran gue sama Lo! Selalu saja membuat gue celaka," imbuhnya sambil bangkit dan meninggalkan kamar itu.

Kekesalannya sudah memuncak karena tingkah Rena yang tak terkendali. Jika Rena marah karena kejadian yang telah lalu, seharusnya dibicarakan baik-baik rencana ke depannya. Bukan main kekerasan seperti tadi dan tadi malam.

Ricky pun memilih meninggalkan tempat itu tanpa pamit. Dia pergi begitu saja ke bengkel. Di sanalah Ricky saat ini, padahal rumah Pak Gunadi sedang sibuk mencari dirinya.

Sebenarnya jarak antara bengkel Ricky dengan kediaman Pak Gunadi tidaklah jauh. Dikarenakan mereka tidak tahu dimana letak bengkel itu, mereka sibuk mencari alamat bengkel tersebut.

"Rena, dimana suami kamu? Kenapa dari tadi tidak tampak batang hidungnya?" berondong tante Soraya saat melihat sang keponakan keluar dari kamarnya.

"Mana ku tahu!" jawab Renata acuh seraya mengangkat kedua tangannya.

Renata langsung berjalan ke arah meja makan. Pagi ini dia merasa sangat lapar karena tadi malam melewatkan makan malamnya begitu saja. Saking kesalnya dengan kejadian yang menimpa, membuat Renata kehilangan selera makan tadi malam.

"Istri macam apa kamu, Rena? Suami kamu pergi kemana saja, kamu tidak tahu," cibir tante Soraya.

"Rena tidak merasa memiliki suami, Tante!"

"Jaga mulutmu, Rena! Pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral. Jangan pernah mempermainkan pernikahan!" Tante Soraya memperingatkan sang keponakan yang bandal itu.

"Tante cerewet sekali pagi ini, sampai membuat selera makanku menghilang," ketus Rena sembari membanting sendok, lalu berdiri meninggalkan sepiring nasi goreng yang baru berkurang satu suap.

"Rena! Tunggu kamu mau kemana? Tidak sopan orang tua bicara ditinggal minggat!" teriak tante Soraya penuh dengan amarah.

Pak Gunadi yang mendengar teriakan adiknya pun mendekat.

"Ada apa pagi-pagi kalian sudah ribut?" tanya Pak Gun.

"Itu si Rena, Bang! Tidak sopan aku ajak ngomong baik-baik malah kabur," adu Soraya pada sang kakak.

"Dimana suami Rena? Kenapa sejak tadi aku tidak melihatnya? Apa Pak Bimo sudah menjemput dia?" Pak Gunadi memberondong pertanyaan.

"Kalau aku tahu dimana menantu Abang, tidak mungkin aku memarahi Rena," kilah Soraya.

"Pak Bimo baru saja datang, dia hendak memboyong Rena dan Ricky. Ternyata Ricky sudah menghilang entah kemana, sedangkan Rena ditanya malah kabur," lanjut Soraya sambil membuang napas kasar.

Rena mencari keberadaan Aldi yang tinggal di seberang. Letak kos putra milik sang tante berada di depan rumahnya, hanya terhalang oleh halaman dan tempat parkir.

"Ada yang lihat Aldi, nggak?" tanya Rena begitu berada di teras kos putra.

"Masih tidur keknya , Mbak. Ada apa?" jawab salah satu penghuni kos putra.

"Bisa minta tolong bangunin dia, nggak?" ucap Rena lagi.

"Boleh, Mbak. Tunggu sebentar, ya!"

Laki-laki berbadan kurus itu pun berjalan menuju kamar Aldi. Rena pun memperhatikan dimana letak kamar itu. Di pintu kamar Aldi terdapat no kamar, yang ternyata sama dengan no kamar Lola.

"Pantas saja nyasar ke kamar Lola, hhh!" gumam Renata pelan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!