NovelToon NovelToon

CEO Duda and Secretary

CDAC#01 Prolog

BRAK

Suara pintu terbuka dengan kerasnya dan menampilkan sosok anak kecil yang berlari masuk dengan rambut yang acak-acakan seperti baru bangun tidur.

"PAPI." pangil anak kecil itu sambil menarik selimut yang menutupi tubuh seorang pria dewasa yang tengah tertidur pulas.

"Iiiih papi bangun cepat." rengek nya lagi sambil menggoyang goyangkan tubuh pria dewasa itu.

"Euuhh.."

Lengkuh pria dewasa itu saat merasa tidurnya terusik.

Pria itu menyipitkan matanya untuk melihat keadaan sekitar hingga pandangannya jatuh kepada Putri kecilnya yang tengah menatapnya dengan tajam sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Sayangnya papi, kok udah ada di sini hmm?" tanya pria itu sambil bangun dari posisi tidurnya.

Anak kecil itu diam saja dan menajamkan tatapannya sambil mengerucutkan bibirnya yang kelihatan nya sangat menggemaskan.

"Bibit saya emang beda. Mana ada coba orang yang berani menatap saya dengan tajam selain anak cantiknya ini.'" ucap nya dalam hati saat melihat tatapan mata anaknya yang sama seperti dirinya ketika menatap orang lain.

"Loh kok diam saja, anak cantiknya papi kenapa bilang dong sama papi?" rayu pria dewasa itu lagi.

"Bliel malah sama papi." jawab anak kecil itu.

Anak kecil itu bernama Stefani Gabriella Cassano. Putri tunggal dari seorang pengusaha sukses yang bernama Stefano Razof Cassano.

"Loh kok marah sama papi, emang papi salah apa sama kamu?" tanya nya pura pura tidak tahu apa yang membuat putrinya marah kepadanya, padahal mah dia udah tau apa sebabnya.

"Papi dali tadi Bliel pangil pangil dak bangun bangun, jadi sebel kan Blielnya." Omel Briel dengan nada cadelnya yang membuat Stefan makin gemas.

"Atututu Tayangnya papi lagi cebel, cini cini papi peluk." sambil mengangkat anaknya ke dalam pangkuannya.

"Hiks hiks hiks papi lama bangunnya Bliel kan nungguin hiks." tangis Briel saat berada di pangkuan papinya.

"Maafin papi ya, tadi tuh sebenarnya papi udah bangun cuma papi tadi pura pura tidur aja. Soalnya papi mau lihat bagaimana anak cantiknya papi bangunin papi yang lagi tidur." bohong Stefan agar anaknya tak menangis lagi.

Stefano Razof Cassano seorang Duda beranak satu, dia di tinggalkan istrinya saat baru melahirkan anak perempuannya akibat pendarahan yang cukup parah. Stefan amat sangat menyayangi anaknya, apapun yang anaknya minta pasti bakal dia turuti asalkan tidak yang aneh aneh.

Ketika di kantor atau di luar Stefan bersikap dingin bahkan tegas ke semua orang, beda lagi jika sudah bertemu dengan anaknya yang sangat di sayangi.

"Papina jahat hiks hiks, Bliel malah sama papi."

"Loh kok marah, ya udah papi minta maaf ya." sambil mengelus rambut anaknya yang halus dan panjang.

"Dak mau, Bliel pokoknya malah sama papi titik." rajuk Briel dan segera turun dari ranjang, setelah itu dia berlari keluar dari kamar papinya.

"Briel, Briel sayang maafin papi." teriak Stefan yang sudah tidak di dengarkan oleh anaknya.

"Hufft.. Seandainya kamu masih ada pasti Briel akan sangat bahagia." sambil memandang kosong ke depan, setelah itu dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Soal Briel nanti bisa di bujuk. pikirnya.

...**...

"Semoga kali ini di terima." ucap seseorang setelah keluar dari ruangan HRD di sebuah perusahaan ternama yaitu Cassano company.

Wanita cantik itu pergi keluar dari gedung pencakar langit itu menuju halte terdekat.

"Huh, panas banget lagi hari ini." keluhannya sambil mengelap keringat yang keluar di dahinya.

Wanita itu celingukan untuk melihat lihat keadaan sekitar.

"Kalau sampai gak di terima aku harus melamar kerja di mana lagi ini."

Drrtt drrtt drrtt

Wanita itu merogoh tas yang dia bawa dan segera mengambil handphonenya.

"Halo!" sapanya.

"Halo Becca, kamu kemana sih aku cari di kosan kok gak ada?" ucap seseorang yang berada di sebrang telepon.

"Aku habis wawancara pekerjaan tadi. Emang ada perlu apa kamu cari aku?"

"Aku mau ngomongin sesuatu sama kamu."

"Oh ya udah kita ketemu di cafe biasanya aja sekalian makan siang."

"Ok. Ya udah bye."

"Bye."

Tut.

Kebetulan ada bus yang berhenti di halte tersebut, Rebecca segera naik ke bus itu untuk pergi ke tempat janjiannya tadi.

Rebecca Carolline wanita cantik dengan tubuh semampai dan rambutnya yang panjang nan lebat membuatnya semakin cantik. Di usianya yang 25 tahun dia belum pernah mengenal apa itu yang namanya pacaran, karena baginya pacaran itu akan membuang-buang waktu.

Sedari kecil Rebecca tinggal di panti asuhan, tapi semenjak lulus SMA dia memutuskan untuk tinggal sendiri di kontrakan karena dia sudah tidak mau lagi merepotkan ibu panti yang sudah di anggapnya sebagai ibunya sendiri.

Dulu dia sempat berpikir kenapa dirinya berada di panti, kemana kedua orang tuanya. Apakah dia salah satu anak yang tidak di inginkan kehadirannya di dunia ini?

Pertanyaan itulah yang sering berada di benaknya dulu, tapi sekarang dia sudah tidak lagi kepikiran soal itu. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bisa menjadi orang yang sukses agar bisa membantu ibu panti dan adik adiknya yang nasibnya sama, yaitu di tinggal oleh kedua orang tuanya.

...**...

Selesai mandi dan berganti baju santai Stefan memutuskan untuk melihat keadaan anaknya yang sedang merajuk. Dia hari ini memutuskan untuk tidak pergi ke kantor, dia ingin menghabiskan waktu bersama anaknya.

"Sayangnya papi, jalan jalan yuk." ucap Stefan saat memasuki kamar anaknya yang bernuansa princess.

Stefan melihat anaknya sedang bermain boneka Barbie di tempat bermain yang ada di kamar Briel.

"Briel sayang kita jalan jalan ke mall yuk, nanti papi beliin mainan yang banyak." Inilah jurus andalan Stefan jika anaknya sedang merajuk.

Diam tidak ada respon dari Briel, Stefan mendekat dan duduk di samping Briel yang sedang menyuapi boneka Barbie.

"Briel gak mau nih jalan jalan sama papi? Ya udah kalo gitu papi pergi ke kantor saja." sambil berdiri hendak meninggalkan kamar Briel.

"PAPI." teriak Briel.

"Yes." Batin Stevan karena rencananya berhasil.

"Apa. Papi mau papi ke kantor." Vano melihat ke arah anaknya dengan pandangan sedu seolah olah dia telah terluka.

"Papi jangan ke kanto ya, kan tadi katanya mau jalan-jalan ke mall sama Bliel." ucap Briel merayu papinya.

"Kan tadi Briel gak jawab ajakan papi jadi papi ya mau pergi ke kantor aja."

"Bliel minta maaf papi, tapi syalatnya nanti papi harus janji beliin Bliel es clim ya." ucap Briel sambil mengedipkan matanya lucu.

"Loh kok malah Briel yang minta syarat kan Briel yang minta maaf."

"Tapi kan papi yang ngajak jalan." jawab Briel sambil memegang tangan Stefan dan mengayun ayunkan tangan Stefan.

"Aduh gemes banget sih, papi jadi gak tahan mau cubit pipi kamu." ucap Vano sambil mencubit pipi Briel yang tembem.

"Iiih papi sakit tau..." rajuk Briel sambil memanyunkan bibirnya.

Cup.

"Ya udah yuk kita berangkat." ucap Vano setelah mencium bibir anaknya.

Stefan mengendong Briel di depan layaknya koala yang sedang menggendong bayinya.

...***...

Hai readers makasih buat yang mau mampir, ini cerita pernah aku hapus dari noveltoon, tapi sekarang aku upload lagi😁

Semoga kalian suka ya🥰🥰

CDAS#02

Di sebuah cafe Becca tengah menunggu temannya yang tadi janjian mau bertemu dengannya di cafe. Dari kejauhan ada seorang wanita yang berjalan dengan menenteng tas di tangan kanannya.

"Hai maaf nunggu lama ya." sapanya dan duduk di depan Becca.

"Gak juga kok gw juga baru datang."

"Lo mau ngomongin apa emang pric?" orang yang janjian dengan Becca itu adalah Pricilla.

"Gw mau ngomongin kasus penembakan yang lo alami 2 tahun yang lalu."

"Gimana udah ada kemajuan soal kasusnya?" tanya Becca penasaran.

"Belum, masih sama. Polisi udah nyerah karena kasus ini udah 2 tahun lamanya tapi tidak ada kemajuan sama sekali."

"Aku ngajak lo ketemu buat minta persetujuan untuk mencabut kasus ini, karena kata pak polisi masalah penembakan ini ada sangkut pautnya dengan dunia gelap." terang Pricilla.

"Dunia gelap, maksud lo mafia?" tanya Becca.

"Hmm."

Becca diam seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Coba deh lo pikir, udah 2 tahun lamanya polisi menyelidiki kasus ini tapi tetap saja gak ada hasil apapun, siapa lagi coba yang bisa melakukan penembakan itu jika bukan orang yang sudah dalam ahlinya." terang Pricilla

"Apa yang lo bilang ada benernya Pric. Tapi yang ada di pikiran gw tuh, anak yang waktu itu gw tolong gimana keadaannya sekarang dan ada hubungan apa anak itu dengan para mafia." ucap Becca sambil menerawang kejadian 2 tahun yang lalu.

"Lo berdoa aja semoga itu anak gak kenapa napa." sambil mengelus pundak Becca untuk menenangkan.

"Setiap malam pasti selalu gw doa kan anak itu."

Becca diam dia teringat dengan anak kecil yang sempat dia selamat kan dari penembakan yang dia terima 2 tahun lalu.

"Lo sabar ya, pasti nanti kalau memang sudah takdir kalian bakal ketemu lagi kok."

"Jadi gimana lo setuju kan kalau kasus pencarian ini di berhentikan?" tanya Pricilla.

"Ya mau gimana lagi, kasian juga polisinya pasti sudah kangen sama para istri." pasrah Rebecca dan di akhiri dengan sedikit candaan.

"Yee lo mah pikirannya suami istri mulu, mangkanya nikah biar tahu rasanya rindu waktu di tinggal suami kerja."

"Lo nasehatin gw gak salah tuh, lo aja masih jomblo."

"Gw mah jomblo karena masih mau menikmati masa masa mengejar karir, nah elo jomblo karena gak laku." ucap Pricilla mengejek.

"Siapa juga yang gak laku. Lo gak tau aja kalau gw di kampus tuh jadi idaman para cowok." tidak terima di ejek Pricilla.

"Masak buktinya mana?"

"Ya-ya-ya... tauk ahh lo mah ngeselin." mengerucutkan bibirnya.

"Atututu malah nih yee." sambil mencolek dagu Rebecca.

"Apaan sih lo, lagian lo tuh ya gak kangen apa sama gw."

"Uuuh kangen banget dong cini peyuk."

Mereka berpelukan layaknya sahabat yang sudah berbulan-bulan tidak ketemu padahal mah mereka setiap hari ketemu orang tempat tinggalnya bersebelahan.

"Oh ya tadi gw ke padepokan Abah Ramli nanyain kenapa lo udah gak pernah ke sana lagi, abah kangen katanya." ucap Pricilla selesai berpelukan.

"Gw sebenernya juga kangen banget sama abah apa lagi sama si cantik peliharaan Abah." jawab Rebecca sambil tersenyum membayangkan muka gemes si cantik yang lagi menggaung.

"Astaghfirullah hallazim lo masih sehat kan, ingat si cantik itu singa, lo tau singa kan?" ucap Pricilla yang tak habis pikir sama temen satunya ini, bisa bisanya suka banget peluk peluk singa.

"Ya tau lah, tapi dia itu imut banget loh. Apalagi waktu menggaung dan kelihatan taringnya, beuhh gemes banget jadi pengen peluk." sambil melipat tangannya ke dada seolah tengah memeluk sesuatu.

"Ya Allah kenapa punya sahabat satu gini amat." keluh Pricilla.

"Ya udah sih, lagian nih ya si cantik tuh selalu dengerin aku curhat, dia tuh baik banget deh pokoknya."

"Iya dah serah lo, belain aja tuh si cantik asal lo bahagia."

"Nah gitu dong, kebahagiaan orang tuh beda beda jadi kita harus menghargainya."

"Iya iya, ya udah sekarang lo mau pesan apa biar gw traktir, secarakan lo belum ada kerjaan sekarang." ucap Pricilla dengan akhiran mengejek.

"Sial*n lo."

Akhirnya mereka memesan makanan yang mereka inginkan dengan Pricilla yang membayarnya.

...**...

Di sebuah mall terbesar di kota itu, seorang pria tengah mengendong anak kecil yang amat cantik dengan salah satu tangannya dan tangan satunya lagi di masukkan ke dalam saku celananya.

"Papi, papi nanti beliin Bliel boneka ya Pi!" ucap Briel dengan tangan yang melingkar di leher Stefan.

"Iya nanti Briel beli apa saja yang Briel mau." jawab Stefan sambil tersenyum ke anaknya.

"Hole makasih papina Briel yang ganteng."

Muach.

Briel mencium pipi papinya.

"Sama sama cantiknya papi."

Muach.

Stefan membalas mencium pipi anaknya.

Mereka belanja dengan senang terutama Briel, dia sangat senang jika di ajak papinya jalan jalan keluar. Karena biasanya Stefan sibuk jadi Briel kalau mau jalan jalan hanya bersama baby sitter dan bodyguard yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi.

Sekarang mereka tengah berada di toko yang menjual beraneka macam boneka ada yang berbentuk hewan dan ada juga yang berbentuk tokoh kartun yang sering muncul di televisi.

"Papi Bliel mau dibeliin singa ya Pi!" pinta Briel sambil mendongakkan kepalanya menghadap ke arah Stefan yang tingginya di atas 175.

"Iya kamu ambil aja bonekanya terserah kamu." jawab Stefan yang tidak mengerti maksud anaknya.

"Iiih kok boneka sih Pi, Bliel maunya tuh singa yang ada suaranya."

"Iya boneka yang ada suaranya kan juga ada sayang."

"Bukan boneka papi tapi singa." ucap Briel dengan kesal dan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Iya boneka singa yang ada suaranya kan?" jawab Stefan berusaha mengerti apa yang anaknya maksud.

Stefan pun berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Briel.

"Bukan boneka papi tapi singa. Huuwaaaa." tangis Briel pecah karena permintaannya yang tidak di mengerti oleh Stefan.

"Loh kok nangis anak papi." Stefan membawa Briel dalam pelukannya.

"Cup cup cup. Kok nangis sih, anak cantik gak boleh nangis loh nanti cantiknya ilang." Stefan berusaha membujuk anaknya.

"Huuwaaaa Bliel gak cantik lagi Huuwaaaa." bukannya berhenti tangis Briel malah makin pecah.

"Udah udah cup cup cup kita cari singa sekarang." ucap Stefan meskipun belum mengerti singa apa yang anaknya maksud.

"Hiks hiks hiks benelan Pi, hiks." seketika tangis Briel mereda saat mendengar kata singa.

"Iya dong kan papinya Briel gak pernah bohong." jawab Stefan berusaha meyakinkan anaknya agar tidak menangis lagi.

"Hiks ya udah ayo hiks kita cari pi hiks." ucap Briel sambil sesenggukan.

Stefan bingung harus mencari yang di mau Briel ke mana akhirnya dia memutuskan untuk berjalan ke arah permainan yang ada di dalam mall.

...***...

CDAS#03

Stefan terus mengendong Briel menuju tempat permainan tapi saat ada di pertengahan jalan Briel menghentikan langkahnya.

"Papi papi." pangil Briel yang berada di gendongannya.

"Iya sayang, ada apa hmm?" tanya Stefan.

"Katanya kita mau cari singa."

"Iya ini kita lagi cari singa. Sebelum dapat singanya Briel mau gak beli mainan yang lain?" tanya Stefan berusaha untuk mengalihkan kemauan anaknya.

Bukannya tidak mau membelikan apa yang Briel mau, tapi Vano bingung dengan kemauan Briel yang sekarang.

"Gak mau papi, Bliel maunya singa titik gak pakai koma." jawab Briel tanpa mau di bantah.

"Iya nanti kita cari boneka singa yang kamu maksud ya."

"Kok boneka lagi sih. Biel itu maunya singa, SINGA." Briel menegaskan apa yang dia mau.

Stefan pusing dengan apa yang anaknya mau. Kalau Briel bukan putrinya sudah pasti Stefan tidak akan mau capek capek keliling mall hanya untuk mencari apa yang Briel inginkan.

"Iya iya singa. Ya udah sekarang gini Briel kasih tau papi gimana bentuk singa yang Briel mau?" tanya Stefan, dia berdoa dalam hati semoga saja Briel bisa menjelaskan apa kemauannya.

"Eeemmm..." Briel berfikir dan melihat lihat keadaan sekitar, pandangannya tertuju pada sebuah televisi yang ada di sebuah toko mainan yang tengah menampilkan film berbagai macam hewan.

"Itu pi itu." Teriak Briel sambil menunjuk ke arah televisi.

Stefan mengikuti ke arah mana telunjuk jari Briel menunjuk. Vano bingung, Briel menunjuk sebuah televisi sedangkan di rumahnya saja sudah ada beberapa buah televisi baik yang berukuran besar sampai yang ada di kamar pembantu di rumahnya tersedia televisi. Tapi ini kenapa anaknya mau membeli televisi yang kecil begitu, di dalam kamarnya saja sudah ada televisi.

"Briel mau beli televisi?" tanya Vano.

"Kok televisi sih, bukan televisi papi tapi itu yang ada di dalam televisi yang lali lali itu." tunjuk Briel lagi.

"Oooh singa." jawab Vano santai.

"Iya papi kan dali tadi Bliel juga udah bilang, Briel mau singa."

Tunggu apa tadi singa, jangan bilang kalau...

"Briel mau boneka singa kan." tanya Stefan lagi memastikan kalau yang di mau anaknya itu adalah boneka tiruan singa.

"PAPI Bliel mau nya singa, SINGA.. ARRRWW.... ARRRWWW." Kesal Briel sambil memeragakan tingkah sinyal yang meraum.

"Jangan bilang singa yang kamu maksud itu singa hewan yang masih hidup."

Mendengar ucapan papinya Briel menganggukkan kepalanya dengan tersenyum yang amat mengemaskan.

Stefan melongo di buatnya, dia menatap kearah anak buahnya yang sedari tadi mengikutinya di belakang, orang yang di lihatnya hanya menampilkan wajah datar.

Stefan heran kenapa sifat anaknya bisa kayak gini.

"Briel kenapa kamu nurunin sifat papi sih, kenapa gak nurunin sifat mami kamu aja yang lemah lembut dan manja." keluh Stefan dalam hati.

"Tapi kan kamu masih kecil sayang." Stefan berusaha bernegosiasi dengan anaknya.

"Aku udah besal papi, aku udah sekolah."

"Tapi tetap saja papi khawatir kalau kamu peliharaan singa."

"Singa itu baik loh Pi." jawab Briel.

"Dari mana kamu tahu?" tanya Stefan saat mendengar ucapan anaknya.

"Aku pernah lihat kartun ada anak yang main sama singa telus singanya di peluk peluk."

Astaga.

Stefan tidak habis pikir dengan perkataan anaknya, bagaimana bisa kartun di samakan dengan manusia.pikirnya.

"Kan itu kartu sayang, mana sama dengan manusia." ucap Stefan.

"Sama Pi..."

"Pokoknya Bliel mau Singa, kalau gak di beliin Bliel ngambek sama papi titik." ucap Briel sambil mengerucutkan bibirnya dan tangan yang bersindekap di dadanya.

"Iya iya nanti papi beliin." putus Stefan.

Stefan gak bakal bisa menang bisa bersaing dengan anaknya. Pasti ada saja alasan yang anaknya buat agar semua kemauannya di turuti.

"Horlee.. Papi Bliel baik." Teriak senang Briel.

Cup

Briel mengecup pipi Stefan yang sebelah kanan.

"Kok cuma satu, yang sebelah kiri iri loh."

Cup

Briel mengecup pipi yang sebelah kiri.

Cup cup cup cup

Stefan sudah tidak tahan lagi agar tidak menciumi pipi Briel yang tembem ini.

"Ya udah sekarang kita cari makan ya, kamu belum makan siang."

"Iya papi ganteng."

Stefan yang mendengar itu hanya tersenyum manis.

Sampai di sebuah cafe yang ada di mall Stefan mendudukkan Briel di sampingnya dan segera memesankan makanan untuknya dan Briel.

"Halo king!" sapa orang yang Stefan telefon.

"Bawa anak singa yang di kandang ke masion dan siapkan tempatnya juga." ucap Stefan dan segera mematikan sambungan telefon tanpa menunggu jawaban orang yang di sebrang.

"Nanti kita pulang singanya udah ada di lumah kan Pi?" tanya Briel tidak sabar.

"Besok ya sayang kan rumah singanya belum buat, nanti selesai dari sini Briel harus bobo kalau gak bobo gak jadi papi beliin singa nanti." ucap Vano dengan lembut.

"Baik papi." jawab Briel patuh.

Makanan mereka datang, dengan telaten Stefan memotongkan stik daging punya Briel agar memudahkan Briel saat memakannya.

...**...

Becca tengah tiduran di atas kasur yang berukuran sedang di kamarnya sambil memainkan handphone.

Ting

Ada pesan masuk, Becca segera membuka dan membaca isi dari pesan itu.

"Demi apa, demi apa, gw di terima kerja dan jadi sekertaris di Cassano company." ucap Becca senang dan segera bangun dari posisi tidurannya.

"Yes, akhirnya dapat kerjaan juga." senang Becca.

"Gw harus siapin baju yang bagus nih buat besok." beranjak menuju lemari dan memilih pakaian yang akan dia kenakan besok saat bekerja.

"Eemmm... terlalu terbuka."

"Ini kebesaran."

"Warnanya terlalu mencolok."

Dan lain sebagainya, Becca terus mencoba semua pakaian yang ada di lemari nya dan melemparkannya ke ranjang jika itu gak cocok.

"Masak dari sekian pakaian yang gw punya cuma segini yang cocok." ucap Becca memegangi beberapa stel pakaian.

"Masak iya gw harus beli dulu sih." pikir Becca.

"Besok aja lah pulang kerja langsung ke mall."

Ceklek

"Astaga." Teriak orang yang membuka pintu.

"Lo bisa gak sih kalau mau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu, bikin orang jantung aja."omel Becca pada Pricilla.

"Ya maap, habis udah kebiasaan main nyelonong jadi ya gini."

"Lagian ini lo ngapain sih, pakaian sampai di keluarin kayak gini." ucap Pricilla sambil mengambil pakaian Becca yang jatuh ke lantai.

"Gw itu lagi pilih baju buat kerja besok."

"Lo udah dapat kerjaan?"

"Ya udah lah, perusahaan mana sih yang bisa menolak Rebecca Carolline wanita cantik, pintar, baik hati dan tidak sombong ini." pede Becca.

"Iya dah seterah Lo."

"Terserah keles." Becca membenarkan ucapan Pricilla.

"Serah gw lah, mulut mulut gw napa lo yang sewot." ucap Pricilla dan berlalu pergi keluar dari kamar Becca.

"Ehh lo mau kemana?" teriak Becca.

"Kembali ke kamar lah."

"Gak mau bantuin gw beres beres apa?"

"Ogah."

"Iisss .."

Becca pun membereskan pakaian yang berhamburan di kamarnya setelah itu dia gosok gigi dan pergi tidur.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!