KRING ...
KRING ...
KRING ...
Suara alarm menggema di sebuah kamar yang bernuansa pink dan putih, di dalamnya terdapat seorang gadis cantik yang sedang tertidur, dengan selimut yang menutupi setengah badannya. Gadis itu membuka matanya, ketika mendengar alarm berbunyi.
"Sekarang udah jam berapa ya?" tanya gadis itu dengan suara serak khas bangun tidur sambil meraba-raba mengambil jam weker di atas nakas samping tempat tidur. Matanya membulat sempurna ketika melihat angkak di jam weker tersebut, ia pun langsung merubah posisinya menjadi duduk.
"Ya ampun udah jam setengah 7 lebih. Perasaan kemarin malam aku setel alarmnya di jam 6 deh, kok malah bunyi di jam setengah 7 lebih gini. Aneh banget, apa jam ini rusak ya?" ucap gadis itu.
Setelah beberapa menit gadis itu bermonolog memikirkan jam wekernya. Tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu ...
"Aduh, mampus aku! Hari ini kan, hari pertama aku Ospek. Mana sebelum jam 8 harus sudah ada di kampus lagi," pekik gadis itu panik.
"Kalau gitu aku harus cepet-cepet mandi, aku nggak mau telat di hari pertama masuk Ospek."
Gadis itu beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.
Yuna Kim nama gadis itu, gadis yang baru saja genap berusia 18 tahun. Ia memiliki sifat ceria, baik hati dan sedikit agak bar-bar.
Yuna terlahir dari keluarga konglomerat, Ayahnya bernama Lukas Kim, dia adalah seorang pengusaha Real Estate tersohor di Korea Selatan.
Sedangkan ibunya bernama Jasmine Lee, dia adalah seorang desainer terkenal di Korea Selatan. Ibunya memiliki beberapa cabang butik yang juga terkenal di negara tersebut. Yuna merupakan anak tunggal, maka tak heran jika dia sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya.
Hari ini adalah hari pertama Yuna melakukan kegiatan ospek untuk masuk ke perguruan tinggi, ia akan melanjutkan pendidikannya ke salah satu universitas ternama di Korea Selatan, bernama Imperial College.
Universitas yang terkenal akan orang-orang dari kalangan elit yang berkuliah disana. Universitas ini berada di Kota Seoul, tak jauh dari tempat tinggalnya.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk Yuna mandi, biasanya jika tidak dalam keadaan genting seperti saat ini ia menghabiskan waktu di dalam kamar mandi sampai 30 menit lamanya.
"Aku harus cepat-cepat!" ucap Yuna dengan langkah yang terburu-buru menuju ke ruang wardrobe.
Yuna mengambil pakaian yang memang sudah ia mempersiapkan dari jauh-jauh hari. Dia mengenakan mengenakan baju putih, rok hitam di atas lutut.
Setelah itu Yuna menuju ke meja riasnya, lalu memoleskan makeup tipis di wajahnya. Tak lupa pula dia juga mengepang rambutnya menjadi 2 dengan pita dengan warna berbeda sebagai pengikatnya.
"Oke sempurna! Sekarang tinggal sarapan terus tinggal berangkat ke kampus deh," ucap Yuna.
Setelah itu Yuna mengambil tas ranselnya dan langsung bergegas keluar dari kamar menuju ke ruang makan. Sesampainya disana, sudah ada kedua orang tuanya tengah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Pagi Ma, Pa," sapa Yuna pada kedua orang tuanya.
"Pagi juga sayang," balas Jasmine.
"Pagi juga princess," balas Lukas.
Yuna duduk di kursi makan, tangannya terarah untuk mengambil roti bakar, lalu menaruhnya di piring dan tak lupa pula ia mengoleskan selai kacang pada roti bakar tersebut.
"Yuna, kok tas Gucci sama sepatu sneaker Chanel yang Mama beliin kemarin kamu nggak di pakai sih?" tanya Jasmine pada Yuna.
"Nggak suka ya sama modelnya?" sambungnya lagi. Yuna menatap sang Mama dan menghentikan sejenak kegiatan sarapannya.
"Hem, Yuna suka kok dengan model tas dan sepatu yang Mama belikan itu, tapi--" Yuna menggantungkan ucapannya.
"Tapi kenapa sayang? Mau ganti sama merk yang lain? Celine, Prada atau Dior?"
Yuna menggeleng. "Astaga nggak perlu Ma, masalahnya tas sama sepatu yang Mama belikan itu terlalu mahal," jelasnya frustrasi.
Jasmine mengerutkan dahi. "Terus kalau mahal kenapa? Semua barang yang Mama belikan itu kan barang branded, ya pasti mahal lah," ucapnya.
"Ya ampun Mama... Yuna kan dari jauh-jauh hari sudah katakan ke Mama dan Papa. Nanti saat Yuna sudah masuk kuliah, Yuna ingin berpenampilan yang sederhana saja. Dalam artian Yuna ingin menyamar sebagai orang biasa Ma," jelas Yuna pada kedua orang tuanya.
"Nggak Mama menolak keinginan kamu itu!" tolak Jasmine dengan cepat.
"Tapi kan kemarin Mama setuju dengan pendapatnya Yuna. Kok sekarang malah beda lagi sih!" ucap Yuna kesal.
"Yuna hanya ingin mengetahui mana teman yang benar-benar tulus berteman dengan Yuna dan mana yang nggak melihat orang dari harta serta penampilannya saja, Ma." lanjut Yuna dengan raut wajah sendu.
Jasmine menghela nafas berat, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran putrinya itu. Banyak orang diluar sana ingin menjadi orang kaya, tapi putrinya ini malah sebaliknya.
"Terus sampai kapan kamu akan seperti itu nak? Apa kamu tidak takut di permalukan dan di hina oleh teman-temanmu di kampus nanti?" tanya Jasmine khawatir, ia sangat takut jika putrinya nanti akan menjadi bahan bully-an oleh teman-temannya di kampus.
"Sebenernya Yuna takut sih Ma. Tapi suatu hari nanti, Yuna janji akan menampakkan identitas Yuna yang sebenarnya. Jadi, Mama tenang saja, nggak usah khawatir," ucap Yuna menenangkan sang Mama.
"Tapi Yuna--" Ucapan Jasmine dipotong oleh Lukas.
"Sudah lah Ma, kita turuti saja gimana kemauannya putri kita. Kalau memang nanti terjadi apa-apa dengan Yuna, biar Papa yang turun tangan," ucap Lukas membela Yuna.
Jasmine hanya bisa menghela napas. Ayah sama anak sama aja, pikirnya.
"Oh ya nak, kamu nanti berangkat ke kampus menggunakan apa?" tanya Lukas pada Yuna.
"Yuna berangkat ke kampus naik bis saja, Pa," jawab Yuna, tentu saja hal itu tidak dibiarkan begitu saja oleh kedua orang tuanya.
"Oh big no, dear! Kamu harus diantar sama pak Paul. Mama nggak mau tau pokoknya! Mama nggak ingin kamu kenapa-napa nantinya sayang, apalagi nanti di dalam bis panas dan pasti kamu akan desak-desakan disana!" pekik Jasmine dengan heboh.
"Tapi pak Paul kan antar Papa ke perusahaan Ma, nanti Papa bisa telat loh kerjanya," ucap Yuna.
"Gapapa princess, nanti kita samaan ya berangkatnya. Kebetulan juga kan jalan ke kampus kamu searah dengan perusahaan Papa," timpal Lukas. Yuna menghela napas, lalu mengangguk pelan.
"Baiklah Pa, tapi Yuna diantar sampai di halte dekat kampus aja ya," pinta Yuna.
Jasmine menaikkan satu alisnya. "Kenapa begitu sayang? Kan enak langsung di antar ke dalam kampus, biar kamu nggak lelah jalannya."
"Iya kenapa nggak mau diantar sampai ke dalam kampus mu nak?" tanya Lukas.
"Ish, nanti kalau Yuna diantar sampai kampus pakai mobil mewah Papa, bisa-bisa penyamaran Yuna terbongkar dong," ucap Yuna sambil mengerucutkan bibirnya.
Lukas dan Jasmine hanya bisa menghela napas berat dan mengangguk mengiyakan permintaan putri semata wayangnya.
"Ya sudah, ayo cepat habiskan sarapan kamu dulu. Nanti kamu bisa terlambat loh," titah Jasmine. Yuna hanya mengangguk dan kembali menyantap sarapannya.
"Ma, Yuna berangkat dulu ya," pamit Yuna sambil mencium pipi mamanya yang masih duduk di kursi makan.
"Iya sayang kamu hati-hati di jalan ya, semoga kegiatan ospeknya berjalan dengan lancar," ucap Jasmine membalas dengan mencium kedua pipi Yuna.
"Iya Ma, Mama juga nanti berangkat ke butiknya hati-hati," balas Yuna.
"Iya nak."
"Kami berangkat dulu sayang," ucap Lukas sambil mencium kening dan bibir istrinya sekilas.
Yuna memutar malas matanya, ia sangat jengah melihat keromantisan orangtuanya itu. Tidak tau apa jika keromantisan mereka membuat jiwa jomblonya meronta-ronta.
"Iya Papa sayang, kalian hati-hati ya di jalan."
"Kamu juga hati-hati berangkat ke butiknya. Nanti kalau sudah sampai di butik, langsung telpon Papa!" titah Lukas pada istrinya. Jasmine hanya mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
Lalu Lukas dan Yuna berjalan beriringan menuju ke pintu utama. Di depan sana, mereka sudah ditunggu oleh Paul yang sudah siap sedia mengantarkan mereka.
Ditengah perjalanan Lukas, Yuna dan Paul di kejutkan oleh 5 mobil mewah yang tengah kebut-kebutan di jalanan dan menyalip mobil Lukas.
Sontak Paul sampai menginjak rem mobil dengan mendadak saking terkejutnya. Pengemudi lain pun mengeluarkan sumpah serapahnya terhadap 5 mobil yang kebut-kebutan tadi.
"Kamu gapapa kan nak?" tanya Lukas pada Yuna.
"Yuna gapapa kok, Pa."
"Ya ampun anak muda jaman sekarang," ucap Paul geleng-geleng kepala.
"Tuan dan Nona tidak apa-apa kan?" tanya Paul pada Yuna dan Lukas.
"Kami tidak apa-apa kok Pak," jawab Lukas.
"Syukurlah kalau begitu." Paul kembali melajukan mobilnya.
"Nanti pas pulang, Papa jemput kamu ya?"
"Nggak usah Pa, biar nanti Yuna pulang naik bis aja," tolak halus Yuna.
"Tapi princess--" Ucapan Lukas disela oleh Yuna.
"Please Pa, Yuna mau mandiri," ucap Yuna sambil mengeluarkan puppy eyes miliknya.
Lukas menghela napas. "Terserah kamu aja, yang terpenting kamu bisa jaga diri," ucapnya dengan berat hati.
"Iya siap Pa, memang Papa yang paling baik dan pengertian," ucap Yuna senang sambil memeluk Papanya. Lukas hanya tersenyum sambil mengelus rambut putri kesayangannya itu.
Akhirnya sampailah di halte yang dekat dengan kampus Yuna.
"Akhirnya sampai juga," ucap Yuna.
"Kamu hati-hati ya, ingat kalau ada apa-apa langsung telpon Papa!" titah Lukas.
"Siap Pa, Papa juga hati-hati di jalan."
"Iya Princess."
"Kalau gitu Yuna turun ya, Pa?"
Lukas hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu Yuna turun dari mobil dan melambaikan tangannya pada sang Papa.
Mobil Lukas pun kembali melaju menuju ke perusahaannya yang bernama LKM Holdings Corporation.
Yuna melangkah kan kakinya menuju ke gedung Imperial College, kampus impiannya sejak dulu. Tapi tiba-tiba ...
PUK !
Ada seseorang yang melempar Yuna dengan sebuah kaleng minuman soda dan tepat mengenai kepala gadis itu sehingga Yuna sedikit meringis dibuatnya.
Dengan segera Yuna menghampiri orang yang telah melemparinya dengan kaleng minuman soda tersebut. Kini ia sudah berada tepat di samping mobil orang yang telah melemparinya.
"Heh, kalau mau buang sampah itu jangan sembarangan dong!" sentak Yuna, namun tak digubris oleh orang tersebut.
TOK!
TOK!
TOK!
Karena tak digubris, Yuna pun mengetuk kaca mobil orang tersebut.
"Heh buka nggak kaca mobilnya!"
Orang itu pun membuka kaca mobilnya, ternyata dia adalah seorang laki-laki.
"Gila ya kamu?!"
"Ups, aku kira di sebelah aku tadi itu tempat sampah!" ucap laki-laki itu menatap remeh Yuna. Yuna melotot kan matanya ke arah laki-laki itu.
"Heh sembarangan saja kalau bicara! Lemparan kamu itu kena kepala aku tau. Nggak sopan banget sih jadi orang!" bentak Yuna, ia sangat jengkel dengan laki-laki di hadapannya ini.
Laki-laki itu mengangkat bahunya acuh, ia menghiraukan semua ucapan Yuna. Laki-laki itu lebih memilih melajukan mobilnya meninggalkan Yuna yang sedang menggerutu.
"Ish! Kenapa Tuhan bisa menciptakan makhluk angkuh dan sombong seperti dia sih!" kesal Yuna sambil menghentak-hentakkan kakinya.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued
...----------------...
Akhirnya Yuna sampai juga di depan gedung Imperial College. Dia melirik ke arah jam tangan yang dipakainya.
"Ya ampun, tinggal 3 menit lagi," ucap Yuna panik. Saking terburu-buru dia berjalan, Yuna tidak sengaja menabrak salah satu kakak senior di kampusnya bernama Jessie.
BRUKKK!
"Heh anak baru! Kamu itu punya mata nggak sih! Jelas-jelas loh ya saya jalan disini, kamu main nabrak aja!" bentak Jessi.
Yuna hanya diam dengan wajah datarnya ketika kakak seniornya ini tengah memarahinya.
"Jawab! Jangan diam aja kamu, minta maaf nggak?!"
Yuna menghela napas panjang. "Maafin saya kak, tadi saya buru-buru jadi nggak sengaja nabrak kakak."
"Kamu jangan cari masalah sama saya! Ingat ya saya itu senior disini!" Jessie menaruh jari telunjuknya di dahi Yuna dan mendorong kepala Yuna dengan kasar.
Setelah melakukan itu Jessie pergi dari hadapan Yuna dengan langkah angkuhnya.
Yuna hanya bisa geleng-geleng kepala dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ke dalam gedung kampus. Setelah masuk ke dalam kampusnya, sudah banyak calon mahasiswa-mahasiswi baru yang sudah berada disana.
"Heh! Kamu lagi, kamu lagi!" Yuna dicegat oleh Jessie. Jessie menelisik penampilan Yuna dari atas sampai bawah.
"Kamu apa-apaan sih pakai kaos kaki warna hitam! Kamu nggak liat apa yang lain pakai kaos kakinya berwarna putih semua!" bentak Jessie. Sepertinya Yuna selalu salah di mata seniornya ini.
"Sekarang juga kamu berlutut!" titah Jessie.
Yuna hanya diam tanpa mengikuti perintah dari Jessie.
"Cepetan kamu berlutut!" titah Jessie lagi, namun lagi-lagi Yuna tidak mengindahkannya.
"Cepet ih! Lama banget sih kamu." Karena kesal Yuna tak mengikuti perintahnya, Jessie langsung menarik tangan Yuna dengan kasar, sehingga kini Yuna berlutut di depannya.
Di parkiran kampus kedatangan 5 mobil mewah, lalu keluarlah 7 pemuda tampan dari dalam masing-masing mobil tersebut. Entah siapa mereka, kemudian 7 pemuda tersebut langsung berjalan menuju ke dalam gedung kampus.
Kembali ke dalam kampus, semua calon mahasiswa-mahasiswi baru sudah di kumpulkan. Lalu seorang laki-laki yang menjabat sebagai ketua BEM akan berpidato tentang peraturan apa saja yang ada di Imperial College.
"Selamat pagi semua!"
"Pagi!" jawab semuanya.
"Selamat datang di Imperial College. Perkenalan nama saya Henry Kang, saya ketua BEM di kampus ini. Dan saya disini akan mengumumkan peraturan dan tata tertib di kampus ini."
"Yang pertama Mahasiswa peserta kuliah diwajibkan hadir sebelum kuliah dimulai."
"Kedua, bila mahasiswa terlambat hadir, diwajibkan melapor kepada dosen yang bersangkutan."
"Ketiga, mahasiswa peserta kuliah diwajibkan mengikuti perkuliahan dengan sopan, tertib dan tenang serta mematuhi tata tertib yang berlaku."
"Keempat-"
Belum selesai Henry berbicara, tiba-tiba saja datang 7 pemuda tampan, membuat retensi semua orang kepada mereka bertujuh dan Henry pun menghentikan pidatonya.
"Kalian semua berlutut sekarang!" titah semua senior dan yang paling kencang suaranya diantara senior itu adalah Jessie.
Semua calon mahasiswa-mahasiswi baru langsung berlutut, tak terkecuali dengan Yuna. Walaupun ia sempat heran kenapa mereka semua disuruh untuk berlutut.
Salah satu dari 7 pemuda tadi, langsung merebut dengan kasar mikrofon dari tangan Henry. Henry pun sampai bergetar ketakutan dan langsung mengundurkan diri dari sana, karena dia tidak ingin berbuat masalah dengan 7 pemuda itu.
'Itu kan cowok angkuh yang lempar aku pakai kaleng soda tadi. Ngapain dia ada disini?' batin Yuna bertanya-tanya.
"Oke. Semua peraturan kampus, bisa kalian baca sendiri nanti. Sekarang saatnya kalian semua dengerin peraturan dari saya, Jayden Choi. Dan ini, wajib kalian semua taati. Mengerti?" titah laki-laki yang bernama Jayden Choi itu.
Semua calon mahasiswa-mahasiswi baru hanya bisa mengangguk, tanpa bisa menyela dan Jayden langsung menjelaskan semua peraturan yang dibuat olehnya.
"Siapa sih mereka? Sampai ditakuti segala sama semua orang disini," tanya Yuna kepada dua orang teman barunya bernama Kenzo dan Deana.
"Kamu nggak tau siapa mereka?" tanya Kenzo balik.
Yuna menggeleng. "Nggak tau, memangnya siapa?"
"Beneran kamu nggak tau?" Kini Deana yang bertanya pada Yuna dengan wajah keheranan.
"Ya ampun, iya aku nggak tau. Siapa sih mereka itu?"
"Mereka itu D'Warlords," jawab Deana.
"Nama apaan itu? Aneh banget namanya."
"Masa iya sih kamu nggak kenal mereka, mereka itu sekarang lagi terkenal loh," ucap Kenzo.
"Iya nih, kamu ini sebenarnya berasal dari planet mana sih?"
Yuna hanya mengangkat bahunya acuh. Dia benar-benar tidak mengetahui tentang 7 pemuda yang disebut D'WARLORDS oleh Deana. Kenzo dan Deana hanya bisa geleng-geleng kepala dengan gadis yang baru saja menjadi temannya itu.
"D'Warlords itu idol grup yang lagi naik daun, mereka itu terkenal banget loh. Mereka keluaran agensi ternama di negara ini. Kabar yang aku denger nih, mereka bertujuh itu masih satu keluarga. Dan kalau nggak salah, salah satu dari mereka anak pengusaha terkaya kedua di Korea Selatan," jelas Deana.
"Oh gitu, maklum lah aku nontonnya drama dan untuk penyanyi pun aku hanya menyukai beberapa penyanyi solois. Jadinya aku nggak tau siapa mereka," ucap Yuna acuh.
Saking asyiknya mereka bertiga ngobrol, sampai-sampai Jayden yang sedang berbicara di depan tidak didengarkan oleh mereka.
"Woy kalian bertiga yang disitu!" teriak Jayden sambil menunjuk ke arah Yuna, Kenzo dan Deana.
Semua orang yang tadinya tengah seksama mendengarkan Jayden berbicara, kini mengalihkan pandangan mereka ke arah Yuna, Kenzo dan Deana.
"Saya lagi bicara di depan, kalian malah asyik ngobrol bertiga!" bentak Jayden.
"Sekarang juga kalian bertiga saya hukum, berdiri di lapangan basket sana!"
Mau tidak mau dengan berat hati Yuna, Kenzo dan Deana pergi bergegas menuju ke lapangan basket.
Setelah 30 menit lebih mereka bertiga di hukum berdiri dengan memegang kedua telinga dan menaikkan salah satu kakinya di bawah sinar matahari yang lagi teriknya, tiba-tiba mereka di hampiri oleh ke 7 pemuda tadi dan satu perempuan yang tak lain adalah Jessie.
"Gimana rasanya di hukum? Capek kan?" tanya Jayden mengeluarkan senyum smirknya.
"Makanya jadi anak baru itu nggak usah macam-macam. Terutama sama saya!" sambungnya dengan suara keras.
Yuna menurunkan kaki dan tangannya yang berada ditelinga, ia ingin melawan laki-laki di hadapannya ini.
"Heh! Orang kaya sombong yang suka buang sampah sembarangan!" sentak Yuna.
"Emang kamu pikir, kamu itu siapa hah? Seharusnya kamu sebagai senior kasi contoh ke kita semua itu yang benar, bukannya menghukum kita untuk masalah yang tak penting seperti ini!" lanjut Yuna dengan wajah menantang.
Semua yang ada disana, tercengang mendengar Yuna yang sangat berani melawan seorang Jayden Choi, sang penguasa Imperial College.
"Kamu!" Geram Jayden sambil menunjuk Yuna dengan rahang yang sudah mengeras menahan emosi.
"Jay, aku barusan cari tau tentang cewek ini. Namanya Yuna, dia itu mahasiswi yang mendapatkan beasiswa dari kampus kita. Maklumlah orang miskin dan kampungan. Jadi, dia nggak punya sopan santun sama sekali," ucap Jessie sambil bergelayut manja di lengan Jayden.
Ingin rasanya Yuna mengumpat dan memaki Jessie namun ia harus bisa menahannya. Sedangkan Jayden dan member D'Warlords lainnya tersenyum sinis ke arah Yuna.
'Enak aja aku dikira cewek miskin dan kampungan. Aku juga bisa aja ngeluarin kamu dari kampus ini cewek gatal. Cari perhatian banget sih jadi orang,' batin Yuna menatap tajam ke arah Jessie.
"Kamu sekarang balik ke posisi semula!" titah Jayden pada Yuna.
"Balik cepetan!"
Yuna kembali memegang kedua telinga dan menaikkan salah satu kakinya dengan malas-malasan dengan mata yang terus menatap datar ke arah delapan orang di depannya ini
"Oh jadi kamu disini karena dapat beasiswa. Kuliah di Imperial College nyari gratisan ya? Kasihan banget sih," ucap Jayden menatap Yuna dengan tatapan meledek.
"Asal kamu tau ya, saya itu pemilik kampus ini. Sekali saya minta beasiswa kamu dicabut, kamu bakalan angkat kaki dari kampus ini!"
"Orang tua kamu nggak mau kan, kalau kamu diusir dari kampus ini?"
'Aku juga bisa kali suruh papa aku buat cabut sahamnya di kampus kamu ini!' batin Yuna berteriak. Ingin sekali Yuna berteriak seperti itu di depan wajah Jayden, ia sangat jengah dengan kesombongan laki-laki itu. Tetapi ia masih bisa menahan, karena tak ingin identitasnya terbongkar.
"Awas ya kalau kalian bertiga kabur dari hukuman ini!" ancam Jayden.
"Ayo guys, kita pergi dari sini." Jayden dan lainnnya pun pergi meninggalkan ketiga manusia yang sedang di hukum itu.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued.
...----------------...
Tepat di jam 4 sore, semua calon mahasiswa-mahasiswi baru diperbolehkan untuk pulang.
"Sumpah ngeselin banget sih hari ini. Mana badan aku pegal semua lagi. Perasaan anak-anak yang lain nggak gini-gini amat deh hukumannya," keluh Yuna sambil memijat lengannya yang terasa pegal.
"Kamu sih, pake ngelawan Jayden segala tadi. Kita bisa jadi bulan-bulanan D'Warlords nih," balas Kenzo.
"Iya bener tuh. Sumpah kamu berani banget sih ngelawan Jayden," timpal Deana.
"Ya iyalah aku berani sama dia. Kita itu sama kayak dia, sama-sama makan nasi, sama-sama hirup oksigen. Terus ngapain aku harus takut sama dia," ucap Yuna pongah.
"Awas aja kalau nanti kita jadi bulan-bulanan mereka. Aku samperin tuh mereka satu-satu!" sambungnya dengan berkacak pinggang.
Kenzo dan Deana hanya bisa geleng-geleng mendengar ucapan teman barunya yang bar-bar ini.
"Eh tapi ngomong-ngomong D'Warlords itu ada siapa aja sih? Banyak banget orangnya, mana pada songong semua lagi," ucap Yuna.
Deana pun menjelaskan tentang siapa saja nama-nama member dari D'Warlords pada Yuna sambil memperlihatkan satu-persatu foto dari mereka di ponselnya.
"D'Warlords itu ada Nathan, Arthur, David, Felix, Levin, William dan Jayden."
"Ini Nathan, yang tadi pakai kacamata. Orangnya ramah dan ceria banget. Kadang sikapnya masih kayak anak kecil dan hobinya itu main game."
"Yang ini namanya Arthur dan David, mereka itu adik kakak. Tapi Arthur memang lebih dekat sama Nathan daripada dengan adiknya sendiri, mungkin karena mereka seumuran kali ya."
"Terus ini Felix. Nah, kalau Felix ini terkenal agak playboy gitu, orangnya itu paling cuek dari yang lain. Tapi fans ceweknya, emang paling suka sama dia. Terutama aku hehe," ucap Deana cengengesan, Yuna hanya memutar matanya jengah. Deana pun melanjutkan ceritanya.
"Cowok yang kayak karakter kartun anime ini namanya Levin. Levin itu orangnya agak pendiem, tapi dia ramah banget sama fansnya. Dia itu paling dekat dengan David."
"Nah kalau yang itu William. Wajahnya itu yang paling ganteng menurut aku dan dia yang paling keliatan dingin diantara member yang lain. Dia orangnya lebih tertutup daripada Levin dan hobinya membaca buku."
"Yang terakhir ini, Jayden. Dia itu leader di grup D'Warlords. Mungkin karena dia yang paling tertua dan dia juga dijadikan sebagai pewaris utama di JCH Group. Jadi, wajarlah kalau dia sangat disegani oleh banyak orang, termasuk member D'Warlords sendiri," jelas Deana panjang lebar. Yuna hanya manggut-manggut mengerti.
Itulah cerita versi yang Deana ketahui tentang D'warlords, karena versi orang-orang berbeda tentang idol grup tersebut.
"Pokoknya gitu lah fakta tentang D'Warlords yang aku ketahui, Yun."
"Hah, gila ya kamu! Kok kamu tau sih tentang mereka semua? Kamu ngefans banget ya sama mereka?" tanya Yuna.
"Iya aku ngefans banget sama mereka. Siapa sih yang nggak ngefans sama mereka? Udah pada ganteng, keren, kaya lagi. Pokoknya sempurna banget deh," jawab Deana dengan antusiasnya.
"Eh sudah lah, ngapain sih kalian bahas tentang mereka. Ayo kita pulang. Oh ya kalian berdua pulang pakai apa?" tanya Kenzo pada Yuna dan Deana.
"Aku pulangnya naik bis," jawab Yuna.
"Kalau aku lagi nunggu di jemput sama Papa," jawab Deana.
"Oh gitu. Yuna, gimana kalau aku yang antar kamu pulang?" tawar Kenzo.
"Eh nggak usah, kamu duluan aja, Ken," tolak Yuna dengan halus.
Yuna menolak ajakan Kenzo untuk pulang bersama, karena ia belum siap jika teman barunya ini mengetahui siapa sebenernya dirinya.
"Beneran nih?"
"Iya Kenzo, kamu duluan aja."
"Kalau gitu aku duluan ya Yuna, Deana?" pamit Kenzo. Yuna dan Deana mengangguk.
"Kamu hati-hati di jalan," ucap Deana.
"Oke. Bye, sampai ketemu besok," ucap Kenzo sambil melambaikan tangannya pada Yuna dan Deana. Kenzo pergi dari hadapan kedua teman barunya itu menuju ke parkiran kampus.
"Kalau gitu aku juga mau pulang ya Dea?"
"Oke Yuna, kamu hati-hati dijalan."
"Kamu juga hati-hati. Bye Deana aku duluan." Yuna pergi meninggalkan Deana sendirian, lalu keluar dari gerbang kampus menuju ke halte dan menunggu bis datang.
...****************...
Semenjak kejadian di kampus tadi membuat mood Jayden seketika jadi hancur. Ia pulang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Aarrgghh sialan tu cewek kampungan! Berani-beraninya dia ngelawan aku!" teriak Jayden sambil memukul setir mobilnya.
"Dia itu nggak tau apa, dia lagi berhadapan sama siapa! Awas aja kamu, cewek kampungan!" ucap Jayden geram.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Jayden sampai di mansion mewahnya. Di depan pintu mansion, Jayden sudah di sambut oleh 3 pelayan yang bekerja di mansion nya.
Tiga pelayan tersebut menyapa Jayden dengan sopan dan ramah, akan tetapi laki-laki itu sama sekali tidak menanggapi mereka. Tiga pelayan tersebut geleng-geleng kepala melihat Tuan mudanya yang sangat angkuh dan arogan itu.
Jayden melangkah kan kakinya menuju ke belakang mansion. Disana terdapat taman bunga yang luas, gazebo, kolam ikan, kolam renang, jacuzzi dan kursi-kursi yang berada di pinggir kolam renang. Lalu Jayden duduk di salah satu kursi tersebut.
"Sialan banget tu cewek kampungan! Bikin mood aku jadi hancur aja!" ucap Jayden masih mengingat kejadian yang di kampus tadi.
2 orang pelayan berbeda jenis kelamin datang menghampiri Jayden dengan membawa jus buah persik untuk Tuannya tersebut.
"Permisi Tuan muda, ini jus pesanan anda tadi," ucap pelayan wanita menaruh jus pesanan Jayden di atas meja.
Memang sebelum pergi ke belakang mansion, Jayden tadi sempat memesan pada salah satu pelayanannya untuk di buatkan jus buah persik kesukaannya. Ia pun mengambil dan meminum jus tersebut.
BYURRR!
Jayden menyemburkan jus yang ia minum ke wajah pelayan wanita tersebut.
"Jus apaan ini?" bentak Jayden.
"I-itu jus buah persik yang biasanya Tuan muda minum," jawab pelayan laki-laki sedikit ketakutan.
"Nih coba kamu minum!" Jayden memberikan jus yang tadi ia minum ke pelayannya, lalu di ambil oleh pelayan tersebut dan langsung meminumnya.
"I-ini jus buah persik yang biasanya Tuan muda minum. Rasanya juga enak kok Tuan muda," ucap pelayan laki-laki itu.
"Apa kamu bilang! Jus kayak gitu kamu bilang enak! Indra pengecapan kamu udah rusak ya!" sarkas Jayden.
"Saya nggak mau tau, sekarang juga kalian berdua saya pecat! Saya nggak mau punya pekerja yang nggak becus kayak kalian berdua!"
Kedua pelayan tersebut memohon pada Jayden agar mereka tidak di pecat. Tetapi Jayden menghiraukan mereka, ia langsung masuk ke dalam dan menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Jayden menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Lalu mengambil ponsel untuk menghubungi Felix.
"Halo Fel. Kamu bilang sama anak-anak, kita kumpul di tempat biasa malam ini. Ada sesuatu yang mau aku omongin."
"Oke Jay."
Jayden memutuskan panggilan, lalu ia menatap langit-langit kamarnya.
"Aku bakal buat kamu nggak betah di kampus, cewek kampungan!"
.
.
.
.
.
.
.
To be continued.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!