Novia mengelus perutnya yang kini terlihat membuncit, sudah 6 bulan ini dia tinggal di rumah ini, rumah hadiah pemberian suaminya Reno Pratama, yang adalah seorang pengusaha muda yang sukses.
Setelah Novia memutuskan untuk menerima pinangan dari Reno, di hari yang sama dengan pernikahan mereka, Reno memberikan Novia sebuah rumah yang cukup mewah yang terletak di perumahan elit, di bilangan Jakarta, yang memang sudah Reno siapkan untuk hadiah pernikahannya dengan Novia.
Reno adalah anak dari kolega orang tua Novia, yang memang mereka sudah lama akan dijodohkan.
Antara Novia dan Reno juga belum lama saling mengenal, pertama kali bertemu, Reno langsung jatuh cinta dan tak lama kemudian langsung melamar Novia.
Novia meletakkan rajutannya di sofa yang ada di sampingnya, selama beberapa hari ini dia mencoba merajut pakaian bayi untuk persiapan persalinannya nanti.
Entah mengapa novia lebih suka mendesain dan merajut pakaian bayinya dengan tangannya sendiri, daripada dia membeli di luar, sudah ada beberapa hasil rajutan yang dibuat oleh Novia.
"Mbak Darmi!"
Novia memanggil asisten rumah tangganya, yang sudah menemani dan membantunya sejak dia tinggal di rumah ini.
"Mbak Darmi!" Panggil Novia lagi, karena sepertinya Mbak Darmi tidak mendengar suara panggilannya itu.
Novia lalu berdiri untuk mencari di mana keberadaan asisten rumah tangganya itu.
Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh berjalan dari arah luar, kemudian menghampiri Novia yang baru saja hendak melangkah ke arah pintu depan rumahnya.
"Iya Bu, maaf saya dari sebelah Bu, ada orang yang baru pindahan di sebelah!"
Mbak Darmi datang dengan nafas tersengal-sengal karena rupanya dia berlari dari sebelah menuju ke sini.
"Ya ampun Mbak, aku pikir Mbak Darmi ke mana, Oya, apakah bahan untuk makan malam sudah siap Mbak? Nanti sebentar lagi aku mau masak untuk Mas Reno sebelum dia pulang!" tanya Novia.
"Sudah Bu, tadi pagi kan Mbak Sudah belanja ke pasar, membeli bahan-bahan yang dipesan oleh ibu, semuanya ada di kulkas Bu!" jawab Mbak Darmi.
"Baiklah Mbak, bisa bantu aku untuk memasak sekarang? Nanti keburu sore!" kata Novia.
"Ayo bu, pekerjaan yang lain sudah selesai kok, kita masak yang enak buat bapak!" sahut Mbak Darmi bersemangat.
Novia tersenyum, kemudian melangkah ke arah dapur diikuti oleh Mbak Darmi.
Novia memang selalu memasak untuk Reno suaminya, sebelum Reno pulang dari kantor, karena Reno sendiri yang meminta langsung, dan lebih suka kalau Novia yang memasak untuknya.
Mbak Darmi kemudian mengeluarkan beberapa bahan untuk dimasak dari dalam kulkas.
Sementara Novia mulai menyiapkan bumbu dan perlengkapan untuk memasak.
"Tadi ngomong-ngomong ngapain ke sebelah Mbak?" tanya Novia.
"Anu Bu, di sebelah kan baru ada yang pindahan, terus si ibunya tanya-tanya soal lingkungan di sini, kebetulan tadi Mbak kan lagi menyiram tanaman di depan!" jawab Mbak Darmi.
"Oh, yang menempati rumah sebelah itu siapa Mbak?" tanya Novia lagi.
"Itu lho Bu, pasangan suami istri, kata istrinya dia baru sekitar 2 bulan menikah, terus langsung pindah ke situ!" sahut Mbak Darmi yang kini sibuk menyiangi sayuran dan memotong daging.
"Wah, berarti kita akan punya tetangga baru Mbak, kapan-kapan ajak aku main ke sebelah ya mbak!" kata Novia.
"Justru katanya mereka yang akan datang ke sini nanti malam bu, Katanya sih mau kenalan sama tetangga baru!" sahut Mbak Darmi.
"Oh ya? Kebetulan dong, jadi kita tidak usah ke sebelah, orang sebelah sudah datang duluan!" kata Novia.
****
Tin ... Tin ... Tin
Suara klakson mobil Reno sedikit mengejutkan Novia, yang saat itu sedang menonton televisi di ruang keluarga, setelah dia selesai mandi.
Novia kemudian cepat-cepat bangkit dan melangkah keluar rumah untuk menyambut kedatangan suaminya itu.
Seorang laki-laki muda yang berperawakan tinggi dan berkumis tipis nampak turun dari dalam mobil.
Dengan sigap Novia mencium tangan laki-laki itu, yang tak lain adalah Reno suaminya, dan membawakan tas kerjanya, mereka pun berjalan bersama masuk ke dalam rumah.
"Hmm, istriku sudah harum, pasti baru mandi nih!" ucap Reno sambil mengecup puncak kepala Novia.
"Iya Mas, makanan juga sudah siap di meja makan!" jawab Novia.
Mereka naik ke tangga menuju ke atas, ke kamar mereka.
"Air hangat dan pakaian Mas Reno sudah aku siapkan, Mas Reno bisa langsung mandi!" ucap Novia.
"Terimakasih sayang, kau adalah istri luar biasa, aku sangat bahagia, I Love you!" ucap Reno yang kemudian langsung memeluk Novia dan mengecup bibirnya.
Kemudian Reno mengelus dan mengecup perut Novia yang membuncit itu beberapa kali.
"Sayang, calon anak Papa, jaga Mama ya, cepatlah kau lahir ke dunia, Papa sangat ingin sekali melihat wajahmu, apakah kau mirip Mama atau Papa!" ucap Reno lembut.
Tiba-tiba ada yang jatuh menetes dari bola mata Novia.
"Hei, kau kenapa sayang? Kenapa kamu menangis?" tanya Reno sambil menghapus air mata Novia.
"Tidak Mas, aku hanya terharu saja, ayo cepatlah kamu mandi, ini sudah sangat sore!" tukas Novia.
Reno tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, setelah itu dia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah Reno selesai mandi, mereka kemudian turun untuk bersiap akan makan malam bersama, seperti yang biasanya mereka lakukan.
"Hmm, hari ini istriku masak apa ya? Sepertinya aromanya membuat aku sangat lapar!" kata Reno yang langsung duduk menghadap meja makan, yang sudah terhidang aneka makanan itu.
"Mas lihat aja sendiri, ada sayur Cap Cay, daging sapi kecap, juga telur balado dan ada jus buah melon!" jawab Novia.
Ting ... Tong ....
Tiba-tiba saja terdengar suara bel dari arah gerbang depan rumah mereka, dengan tergopoh mbak Darmi pun berjalan menuju ke gerbang depan, untuk membukakan pintu.
Tak lama kemudian, Mbak Darmi sudah kembali lagi ke ruang makan itu, baru saja Novia menyiapkan nasi dan makanan ke atas piring suaminya.
"Siapa yang datang Mbak?" tanya Reno.
"Itu lho Pak, tetangga sebelah yang baru pindah, mereka sudah menunggu di ruang tamu!" jawab Mbak Darmi.
"Oh iya Mas, tadi siang ada tetangga yang baru pindahan, kata mbak Darmi dia mau ke sini, mau kenalan, kita ke depan dulu yuk, kita tunda sebentar makan malam kita!" lanjut Novia.
Reno menganggukkan kepalanya, kemudian dia bangkit dan sambil merangkul istrinya dia kemudian melangkah ke ruang tamu.
Sudah ada pasangan muda yang sedang duduk menunggu di ruang tamu itu.
"Wah, ternyata ada tetangga baru! Kebetulan kita bisa jadi teman, lagian Komplek di sini juga masih sepi penghuni!" sapa Reno ramah, yang kemudian langsung duduk di sofa ruang tamu itu.
Sementara Novia terkesiap, jantungnya berdegup keras, dan tiba-tiba saja tubuhnya menjadi lemas.
Novia langsung teringat kejadian satu minggu sebelum hari pernikahannya dengan Reno.
Laki-laki itu, yang sedang duduk di sofa bersama dengan istrinya itu, laki-laki yang sudah mengukir ribuan kenangan dalam hidup Novia, laki-laki yang sudah sangat dikenalnya, jauh sebelum dia mengenal Reno suaminya.
Laki-laki itu juga nampak terkejut, namun dia berusaha untuk tetap tenang dan berusaha bersikap biasa saja.
"Reno!" ucap Reno memperkenalkan diri sambil menjabat laki-laki itu.
"David!" balas laki-laki itu sambil tersenyum.
Bersambung ....
*****
Setelah sarapan pagi, Novia kemudian mengantarkan suaminya sampai ke depan, sambil membawakan tas kerjanya.
Wajah Novia sedikit pucat, karena semalam dia tidak dapat tidur, setelah ada tamu tetangga sebelah yang datang, dan ternyata Novia sangat mengenal tamunya itu.
"Sayang, nanti aku agak sedikit terlambat pulang, karena ada kolega aku dari luar negeri yang baru tiba di Indonesia, dan kami akan membicarakan kerjasama penting menyangkut bisnis ku!" kata Reno sambil mengusap rambut istrinya itu.
"Iya Mas, jadi nanti aku menyiapkan makan malam kalau Mas Reno sudah mau pulang saja!" jawab Novia.
"Kalau kamu capek, hari ini kamu tidak usah memasak, beli saja makanan dari luar, nanti malam aku juga akan membawakan mu makanan!" ucap Reno.
"Terima kasih Mas!" sahut Novia.
"Baiklah kalau begitu, Mas berangkat dulu ya, kamu jangan capek-capek banget, jangan terlalu menguras tenaga untuk membuat rajutan, kamu bisa membeli apapun yang kamu perlukan!" ucap Reno.
"Iya Mas!"
"Oh ya, kapan jadwal kontrol si Dede? Tolong ingatkan aku ya, supaya aku bisa tepat waktu pulang dan mengantarkanmu kontrol ke dokter!" tanya Reno.
"Masih 3 hari lagi Mas, nanti aku akan beritahu dan Ingatkan!" jawab Novia.
"Oke, kalau kamu butuh apa-apa, jangan sungkan hubungi aku, sering-seringlah menelepon, karena aku senang kalau istriku sering-sering menelepon!" ucap Reno sambil mengecup kening istrinya.
Setelah Novia mencium tangan suaminya, dan menyerahkan tas kerjanya, Reno kemudian naik ke dalam mobilnya.
Pak Supri sopirnya, sudah menunggu di depan kemudi, siap mengantar ke kantor Reno.
Kemudian mobil Reno pun melaju meninggalkan rumah besar itu, Novia melambaikan tangannya sampai mobil itu menghilang di tikungan jalan.
Kemudian Novia kembali menutup gerbang rumahnya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah, dia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya itu.
"Bu, saya pamit ke pasar ya, stok bahan makanan sudah hampir habis!" kata Mbak Darmi yang muncul dari arah belakang.
"Mbak Darmi mau berangkat sekarang?" tanya Novia.
"Iya Bu, mumpung masih pagi belum panas!" sahut Mbak Darmi.
"Ya sudah, kalau begitu hati-hati ya Bi, nanti aku nitip ketupat sayur Padang yang ada di pasar ya Mbak, kok tiba-tiba pingin makan itu!" kata Novia.
"Baik Bu, nanti saya belikan ketupat sayurnya!" jawab Mbak Darmi yang kemudian melangkah ke arah gerbang untuk menunggu bajaj lewat.
Kini di rumah itu, hanya tinggal Novia sendirian, seperti biasanya di pagi hari, Novia akan berjalan-jalan mengelilingi rumahnya yang cukup luas itu, berjalan kaki di pagi hari membuat tubuhnya bugar dan kehamilannya pun sehat.
"Mbak Novia!" Panggil seorang wanita tiba-tiba dari arah depan gerbang rumahnya.
Novia pun kemudian langsung berjalan cepat menuju ke pintu gerbang.
"Eh, Mbak Silvi! Ayo masuk deh Mbak!" sahut Novia yang kemudian langsung membukakan pintu gerbang rumahnya itu.
"Jangan panggil Mbak juga dong, sepertinya aku lebih muda dari Mbak Novia!" kata Silvi.
"Ehm, oke deh, kalau begitu aku panggil Silvi saja ya, biar lebih akrab!" jawab Novia.
"Nah, itu baru oke Mbak!" ujar Silvi sambil tersenyum manis.
Silvi, tetangga Sebelah yang baru pindah itu datang dengan membawakan sebuah rantang di tangannya.
Di lihat dari penampilan dan cara berbicaranya, Silvi itu terlihat lembut dan polos, rambutnya terurai dan pakaiannya panjang seperti khas wanita daerah yang masih lugu.
"Tidak usah masuk deh Mbak, di sini saja, nih cobain, aku baru saja membuat lontong sayur, icip-icip deh, maaf kalau rasa kurang berkenan, maklum masih amatir!" kata Silvi sambil menyodorkan rantangnya itu pada Novia.
"Wah, Padahal aku baru saja nitip ketupat sayur sama Mbak Darmi, eh malah sudah ada kiriman lontong sayur!" ujar Novia.
"Ya tidak apa-apa dong Mbak, kan malah bagus tidak usah masak, lagi pula ini kuat sampai malam juga kok, barangkali nanti suaminya juga bisa icip-icip!" sahut Silvi.
"Kamu rajin sekali pagi-pagi sudah membuat lontong sayur!" Puji Novia.
"Ya maklum Mbak, suamiku Bang David kan masih usaha di rumah, jadi aku harus rajin-rajin membuat masakan! Kecuali kalau kayak suami Mbak yang pergi ke kantor setiap hari!" Kata Silvi.
"Eh, Memangnya suaminya Usaha apa di rumah?" tanya Novia sedikit kepo.
"Itu lho Mbak, kerja online, jadi dia memasarkan semua produk-produk nya melalui online, jadi dia itu cuma mantau saja, ada beberapa anak buah yang mengerjakan semuanya tapi ya tetap saja, hampir setiap hari memang dia di rumah saja!"Jawab Silvi.
"Oooh!"
"Ya sudah deh Mbak, aku balik dulu ya, semoga suka lontong sayurnya! kalau di rumah merasa sepi, sering-seringlah main ke sebelah ya mbak!" ujar Silvi yang kemudian langsung melangkah menuju ke rumahnya, yang berada tepat di samping rumah Novia.
Novia masih termangu di depan gerbang sambil memegangi rantang yang diberikan oleh Silvi.
Setelah itu, dia cepat-cepat masuk ke dalam rumahnya dan menutup gerbangnya.
Entah kenapa dadanya begitu bergemuruh, ada rasa yang dia tahan selama ini, rasa yang sulit sekali untuk diungkapkan.
Tiba-tiba Novia mengambil ponselnya kemudian dia mulai menekan nomor seseorang.
"Halo!"
"Halo Tina, Kamu sibuk tidak?" tanya Novia.
"Novia? Tumben kamu telepon aku? Ya biasa aja sih pekerjaan kantor!" jawab Tina yang adalah sahabat dari Novia semasa kuliah.
"Tin, datang ke rumahku yuk, ada yang mau aku curhatin nih!" ajak Novia.
"Curhat? Sejak kamu nikah, baru kali ini kamu mau curhat sama aku, tumben!" sahut Tina.
"Tapi ini penting Tin, sepertinya aku sedang butuh teman untuk mencurahkan isi hatiku!" ungkap Novia.
"Oke deh Nov, tapi aku tidak bisa keluar kantor, istirahat siang cuma 1 jam, kalau mau mungkin aku bisa datang sore sepulang kerja nanti!" kata Tina.
"Yah kelamaan Tin, atau begini saja deh, kita janjian di cafe pelangi yang ada di depan kantormu! Nanti di jam makan siang aku datang ke sana oke?" usul Novia.
"Baiklah, lagian rumahmu kan tidak terlalu jauh dari kantorku, tapi kandunganmu baik-baik saja kan, nggak ada masalah?" tanya Tina.
"Ya, baik-baik saja! Ya sudah sampai ketemu nanti siang ya di jam makan siang, di cafe Pelangi!" jawab Novia sebelum menutup panggilan teleponnya.
Novia menarik nafas lega, mungkin melalui dia bertemu dengan Tina sahabatnya, dia bisa sedikit terlepas dari beban yang kini mulai menghimpit dadanya.
Tina adalah sahabat satu kampus dengan Novia dan juga David, mereka dulu pernah kuliah di Universitas yang sama.
Bersambung ....
****
Novia cepat-cepat berpakaian, waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 siang, dia ada janji dengan Tina sahabatnya, untuk bertemu di jam makan siang di cafe depan kantornya Tina.
Setelah rapi berpakaian dan sedikit memoles wajahnya, Novia kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya.
Mobil ini adalah pemberian dari Reno suaminya, Reno tidak mengizinkan Novia naik motor ke manapun, makanya setelah mereka menikah, Reno membelikan mobil satu lagi untuk Novia, meskipun sebenarnya Reno juga melarang Novia menyetir mobilnya sendiri, karena khawatir akan kandungan Novia.
"Ibu mau ke mana?" tanya Mbak Darmi yang berjalan dari arah dalam rumah, menghampiri Novia yang sudah berada di dalam mobil, siap untuk berangkat.
"Aku ada janji sama Tina Mbak, teman kuliahku dulu! Cuma makan siang saja kok, Setelah itu aku langsung balik!" jawab Novia.
"Iya deh bu, tapi hati-hati ya menyetirnya, biar saya saja yang bukakan gerbang dan menutupnya kembali!" kata Mbak Darmi yang kemudian langsung berjalan dan membukakan gerbang lebar-lebar.
Setelah itu dengan perlahan, Novia melajukan mobilnya keluar dari gerbang rumahnya itu.
Kemudian Mbak Darmi langsung kembali menutup pintu gerbang rumah yang terbilang tinggi itu.
Setelah itu, Novia kembali hendak melajukan mobilnya menuju ke Cafe tempat dia janjian dengan Tina, tapi baru saja dia hendak melajukan mobilnya, tiba-tiba saja ada yang mengetuk kaca jendela mobilnya, sehingga Novia begitu terkejut.
Novia lebih terkejut lagi ketika dia membuka jendela kaca, seseorang sudah berdiri di sebelahnya, seseorang yang sudah sangat dia kenal.
"David! Ngapain kamu di sini? Cepat kembali ke rumahmu atau istrimu akan melihat kamu di sini!" seru Novia sambil kembali menutup jendela mobilnya, namun dengan cepat tangan David menahan kaca jendela itu.
"Novia dengar dulu! Sungguh aku tidak sengaja mengambil rumah di sini, dan aku tidak mengira kalau kau yang akan jadi tetanggaku!" kata David.
"Ya aku tahu David, aku mohon bersikaplah biasa saja! Lupakan kalau kita pernah saling mengenal, karena kita sudah memiliki jalan yang berbeda!" ucap Novia.
"Meskipun memiliki jalan yang berbeda, tapi aku tidak pernah lupa kejadian itu!" lanjut David.
"Stop! Jangan lanjutkan lagi kata-katamu, semuanya sudah berlalu David! Dan itu jangan diungkit lagi! Sekarang tolong minggir, aku mau jalan!" sergah Novia.
"Oke oke, aku hanya ingin menanyakan satu hal, apakah bayi yang ada di dalam kandunganmu itu anakku?" tanya David dengan tatapan yang dalam menatap ke arah Novia.
"Tidak! Ini anak suamiku! sekarang minggir, please!" sahut Novia, matanya terlihat mulai memerah.
"Aku tidak percaya! Sejak kemarin malam kita bertemu, dari pancaran wajahmu, aku bisa merasakan kalau...!"
"Cukup! Aku mohon kau jaga perkataanmu! Aku sudah bersuami, dan kau juga sudah memiliki istri! Kamu harus ingat itu!" potong Novia cepat.
Dan tanpa menunggu lagi, Novia langsung menutup kaca jendela mobilnya, kemudian dia melajukan mobilnya itu, David nampak dari kaca spion, masih Berdiri termangu menatap ke arah Novia yang semakin lama semakin menjauh.
Lalu tanpa di komando lagi, butiran-butiran bening mulai berjatuhan dari pelupuk mata Novia, dia kembali teringat masa lalu bersama dengan David.
Walaupun Novia berusaha untuk melupakan peristiwa demi peristiwa bersama dengan David, namun semakin hendak melupakan, bayangan-bayangan itu semakin nyata dan menari-nari di pikirannya.
****
Seorang wanita muda cantik, yang nampak modis terlihat duduk di sudut sebuah Cafe dengan sebuah handphone di tangannya.
Wanita itu adalah Tina, sahabat Novia yang sudah menunggu sekitar 10 menit, namun Novia tak kunjung datang.
Tak lama kemudian Novia muncul dari pintu Cafe, dia langsung mendatangi meja di mana Tina sudah menunggunya, wajah Novia terlihat kacau.
Mereka kemudian saling berpelukan melepas rindu, Setelah sekian lama tidak bertemu.
"Duh lama tidak jumpa kamu, sudah gendut saja perutnya!" ucap Tina sambil mengelus perut Novia yang terlihat keras dan membuncit itu.
"Kamu tidak berubah Tin, masih cantik dan seksi seperti dulu saja!" puji Novia.
"Ah kamu bisa saja, tapi kan aku masih jomblo, Aku saat ini sedang menikmati karirku, ternyata memang ada seninya menjadi wanita Mandiri! Oh ya, kamu mau minum atau makan apa Nov, hari ini biar aku saja yang mentraktirmu!" tawar Tina.
"Aku mau minum jus jeruk dan steak saja! Tin kita masih sahabatan kan?" tanya Novia.
"Kamu ini ngomong apa sih Nov? Ya iyalah kita masih sahabatan, meskipun sekarang kita sudah sama-sama sibuk dengan dunia kita masing-masing, ngomong-ngomong sepertinya ada yang mau diceritakan nih!" tebak Tina sambil menyerahkan menu pesanannya pada salah seorang pelayan di cafe itu.
"Tin, aku kembali bertemu dengan David!" ucap Novia.
"Apa? kamu bertemu lagi dengan David?" tanya Tina dengan mata yang terlihat membola.
"Iya Tin, aku kira dia masih di Jepang, dan pertemuan kami sangat mengejutkan, ternyata dia adalah tetangga baru, yang kemarin baru pindah di sebelah rumahku!" jawab Novia.
"Apa? Alamak, ini seperti sinetron saja, Apakah David tahu kalau memang kamu tinggal di situ?" tanya Tina lagi.
"David tidak tahu, kami sama-sama tidak tahu, dia juga kaget saat melihatku, dan sialnya tadi sebelum ke sini di jalan dia menemuiku, Aku mulai tidak tenang Tin!" ungkap Novia matanya kembali memerah, dan mulai berkaca-kaca.
"Tenang Nov, anggap saja ini suatu kebetulan, sekarang kamu harus tenangkan pikiranmu dulu, kalau kamu seperti ini, nanti suamimu akan curiga, karena kamu mengalami perubahan, bersikaplah biasa saja!" tutur Tina.
"Kamu benar Tin, aku memang bersikap biasa saja, tapi pikiranku, mana bisa aku melupakan kenangan-kenangan itu, peristiwa-peristiwa itu, apalagi hubunganku dengan David itu kan bukan sebentar!" kata Novia.
"Iya aku tahu, kita kan sama-sama satu angkatan dulu, tapi kita jangan lihat yang di belakang, kita harus lihat masa kini dan masa yang akan datang, apalagi David sudah menikah kan, menurutku kalian punya dunia masing-masing, dan Kalian harus menjaga dunia itu!" ucap Tina bijak.
"Tapi ...."
"Apalagi??" tanya Tina gemas.
"Aku ... aku tidak tau bayi ini anak David atau Mas Reno suamiku!" jawab Novia menunduk.
"Apa?? Nov, memangnya kamu pernah berhubungan dengan David??" Tina mengguncang kedua bahu Novia karena shock.
Novia menganggukan kepalanya perlahan dan langsung menangis sambil memeluk Tina.
"Ceritakan padaku!" bisik Tina sambil mengelus lembut bahu sahabatnya itu.
"Satu minggu sebelum aku menikah dengan mas Reno, diam-diam aku janjian bertemu dengan David, dalam rangka perpisahan, Kami sudah sepakat memutuskan hubungan dan hidup di jalan masing-masing!" ungkap Novia sambil menangis.
"Terus??"
"David nampak frustasi, dia benar-benar kacau, dan pada waktu itu David dalam keadaan mabuk, karena kasihan aku menemaninya di kamar kosnya, hingga terjadilah peristiwa itu!" lanjut Novia sambil terus menangis sesenggukan menahan rasa yang bercampur aduk saat ini.
Bersambung....
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!