NovelToon NovelToon

Ilmu Hitam Pembawa Dendam

pria misterius

Nino sedang di buat pusing, bahkan penuaan tak bisa di sembunyikan dari wajahnya.

"ada apa komandan? sepertinya anda sakit?"

"kenapa akhir-akhir ini begitu banyak kasus pembunuhan, tapi kali ini ini sangat mengerikan, bahkan kasus itu sangat sulit di pecahkan," kata Nino menghela nafas.

"bukan seperti itu pak, tapi sebenarnya kita ada kasus baru, pembunuhan di sertai mutilasi,.di desa Sukarame," kata Surya.

"kenapa kamu tak bilang, sekarang kita ke sana kirim dokter forensik sekalian, dan cari tau identitasnya," perintah Nino pada anak buahnya.

"baik pak komandan," jawab Surya dan tim.

mereka pun menuju ke desa yang cukup pelosok, di desa itu ada dua rumah mewah yang di biarkan kosong begitu saja.

dan kali ini pembunuhan terjadi di salah satu rumah mewah itu, seorang gadis sudah di potong menjadi tiga bagian.

dokter forensik sedang bekerja memeriksa mayat itu, "siapa dia?"

"Evi Puspitasari, dia gadis yang di laporkan menghilang tiga hari yang lalu, dan dari kondisi mayat dia sudah di prediksi sudah dua hari meninggal dunia, dan baru di mutilasi di sini," kata Surya.

"ah seandainya aku punya keluarga yang bisa menanyai para mayat ini, setidaknya kasus ini tak akan buntu seperti ini," gumam Nino yang kesal.

pasalnya sudah tiga pembunuhannya terjadi tapi semua kasus seperti buntu tanpa ada petunjuk satu pun.

Nino kehilangan semua informasi, bahkan setelah lima tahun berlalu, tentang pembunuh dan penangkapan dari keponakannya.

dia memutuskan untuk kembali ke kantor, "ada apa pak, sepertinya anda sedang dalam suasana yang melelahkan ya?"

"ah tidak ada, sudah kembali dan selidiki secepatnya, yang terjadi sebenarnya."

"baik pak komandan," jawab pria itu.

Nino membuka berkas itu, dia kembali teringat kejadian Lima tahun lalu.

bagaimana dia harus menangkap keponakannya sendiri yang baru saja kehilangan segalanya.

pria itu baru kehilangan istri dan anaknya, bahkan pembunuhan yang tak bisa di buktikan.

bahkan di tengah keramaian mall, pria itu hanya berdiri dan melihat bagaimana wanita itu mati dengan sangat mengerikan.

seluruh tulang terdengar patah dan tiba-tiba sebuah benda yang jatuh dari langit-langit membuat wanita itu mati seketika.

bahkan CCTV juga menunjukkan itu, dan yang semakin aneh adalah kematian dari seorang dukun yang tergantung tanpa bisa di turunkan.

karena siapa pun yang berani mendekat maka mereka akan ikut mati bersama dukun itu.

Nino awalnya tak percaya, tapi dia melepaskan pria itu karena kurangnya bukti.

kemudian dia kehilangan kabar berita dari keponakannya itu, setelah lima tahun terakhir semuanya damai.

tiba-tiba seluruh desa di buat gempar lagi dengan kasus pembunuhan yang sangat sadis.

dan kali ini Nino menemui jalan buntu, jika dulu dia di bantu oleh seluruh teman dan keluarganya.

kini dia sendirian, karena semua orang sudah pindah meninggalkan desa itu.

〰️〰️〰️〰️🍀

Ki Adjisaka Nogogeni melata di dinding sebuah goa, dia menyaksikan seorang pemuda yang sudah bertapa selama lima tahun di dalam goa itu.

"wahai anakku, bangunlah kemampuan yang kamu miliki sudah sangat sakti, apa lagi yang kamu inginkan," kata Ki Adjisaka.

pemuda itu membuka matanya, meski bertapa selama lima tahun, tubuhnya tetap terjaga dengan sangat baik.

"keabadian, takkan pernah bisa binasa," jawab pria itu dingin.

wajahnya sudah di penuhi oleh rambut yang tak pernah di potong, dan sangat panjang.

"kamu begitu rakus, bahkan aku sudah mengucapkan janji setia, kamu masih merasa kurang," kata Ki Bahurekso.

"aku ingin menjadi pemilik ilmu yang tak tertandingi," jawab pria itu yang bangun dari duduknya.

"baiklah, aku akan memberikan ajian sakti milik ku, sekarang rendamlah dirimu di air yang ada di sekitar ku, dan aku akan mentransfer ilmu itu ketubuh mu, jika tubuh mu tak meledak itu berarti kamu memiliki keabadian dan kekebalan," kata Ki Adjisaka.

pria itu masuk kedalam sebuah air yang berwarna merah darah, kemudian menenggelamkan dirinya begitu saja.

setelah itu tiba-tiba air itu mendidih, bahkan Ki Adjisaka yang berwujud naga itu tertawa.

tanpa di duga pria itu bisa keluar dengan keadaan utuh tanpa luka sedikitpun.

"sudah ku duga keturunan Hadikusumo memang berbeda, entah berapa lama kamu bisa menahan ajian itu," kata Ki Adjisaka.

"selamanya, karena aku akan jadi pemilik ilmu hitam terkuat saat ini," jawab pemuda itu.

"kalau boleh tau siapa namamu wahai anak manusia?"

"Cakra Hadikusumo," jawab pria yang langsung meninggalkan goa tempatnya bersemedi.

dia duduk di samping sungai yang mengalir jernih di hutan belantara itu.

dia mengambil sebuah batu yang di tajamkan, kemudian dia memotong rambutnya dan juga membersihkan wajahnya.

setelah mandi di sungai itu, dia pun bersiap pergi, dia tak memiliki tujuan jadi kakinya yang akan membawanya pergi ke tempat lain.

saat berjalan menuruni gunung, tiba-tiba terdengar suara tawa dari sosok kuntilanak merah yang duduk di atas dahan pohon

pria itu dengan santai hanya melihatnya, kemudian dia melanjutkan langkahnya.

"apa kamu tak takut padaku, aku ini kuntilanak paling sakti di banding sebangsaku," kata kuntilanak itu menunjukkan wajah seramnya.

Cakra melihatnya dengan santai, "kamu hanya mahkluk biasa, jadi aku tak akan pernah mengatakan apapun,lebih baik minggir atau ku buat kamu jadi abu, karena aku tak ingin berurusan dengan mahluk seperti mu,"

"hi-hi-hi-hi.... ternyata kamu begitu kejam ya tampan, padahal aku ingin ikut dengan mu, karena dari Aura mu kamu bisa memberiku makanan enak," kata kuntilanak merah itu menyeringai.

"memang aku babu mu, sudah jangan menggangguku," kesal Cakra yang kini sudah turun gunung.

dia sudah di sebuah perkampungan di bawah gunung yang cukup terkenal di pulau Jawa

tapi tujuannya bukan tempat itu, dia terus berjalan dan kemudian sampai di tempat bekas padepokan yang sudah terbengkalai itu.

Aira hitam pekat langsung menyerangnya, tapi dengan sekali hentakan kaki.

semua makhluk di tempat itu langsung berbondong-bondong memberikan salam pada pemilik padepokan.

"semuanya sekarang bersihkan tempat ini, dan aku akan menjadikan tempat ini sebagai rumah ku," perintah Cakra pada semua makhluk halus itu.

"baik Gusti," jawab para makhluk halus itu yang merasakan kekuatan yang begitu besar.

dalam sekejap mata, padepokan luas itu sudah bersih dan rapi, bahkan semua patung yang dulu ada di taman samping sudah di musnahkan dsn hancur.

kini tempat itu terlihat luas dan bersih, tanpa di duga Cakra memilih tidur dengan posisi miring.

meski begitu dia tak sepenuhnya tidur, karena sukmanya sudah keluar dari tubuhnya.

"aku akan mencari orang yang bisa di ajak bekerja sama dengan baik, karena aku butuh orang yang mau bersumpah setia dengan ku," gumamnya.

berburu pengawal

Sukma milik Cakra sedang berpetualang mencari orang yang tepat.

dia melihat ada segerombolan orang di pinggir hutan, dia tersenyum dan melihat para orang itu dari dekat.

ternyata mereka adalah perampok kejam, dia pun kembali kedalam tubuhnya.

"aku sudah menemukan orang yang pas," kata Cakra yang membuka matanya dan kemudia duduk di pendopo padepokan itu.

dia berdiri dan membangun pagar tinggi dengan ukiran naga di kanan dan kiri pagar itu.

sedang di tempat lain, para gerombolan perampok itu akan beraksi malam ini.

mereka bahkan sudah menyiapkan keperluan untuk melakukan sirep untuk membuat para warga tak sadar.

tapi mereka tak sadar sedang di awasi oleh sesuatu, "eh gok, kamu merasa merinding tidak? aku kok tiba-tiba merinding gini ya?" tanya Gopur memegangi tengkuknya.

"arek gendeng, ini loh masih siang, masak ada hantu deh, jok aneh-aneh," marah Edi selaku pimpinan gerombolan perampok itu.

saat mereka bersiap, tiba-tiba di belakang mereka sudah duduk dengan bersila.

dia adalah Cakra yang tersenyum menyeringai dengan menakutkan, "kalian merampok malam ini,maka kalian mati, bagaimana jika ikut aku,"

mereka berenam pun kaget dan langsung bangkit dari duduknya.

"wong edan!! siapa kamu berani menganggu kami," marah pria itu.

"aku adalah orang yang butuh pengawal, dan kalian tepat untuk pekerjaan itu," kata Cakra dingin.

"tak Sudi bajingan, serang dan bunuh pria itu!!" mereka pun langsung menyerang ke arah Cakra.

tapi pria itu dengan santai duduk dan keenam orang itu terpental bahkan sebelum menyentuhnya.

"jika kalian mau, aku akan memberikan ilmu kebal sakti pada kalian semua, ilmu kebal ini bukan sembarang ilmu kebal, karena selain kebal dari benda tajam, kalian juga kebal dari santet dan lainnya," tawar Cakra.

"dasar pembohong, bagaimana bisa," kata Wahyu yang tak percaya.

tanpa di duga Cakra mencekik Wahyu hanya dengan gerakan tangan tanpa menyentuhnya.

"aku ke sini sudah dengan tawaran baik-baik,tapi jika kalian menolak aku tak segan membunuh kalian, lagi pula membunuh kalian itu seperti membunuh semut,"

kelimanya kaget melihat tubuh Wahyu melayang dan kesakitan.

bahkan tiba-tiba ada seekor kelabang yang keluar dari telinga pria itu.

"dukun santet..."

"aku lebih dari dukun santet, aku adalah pemilik ilmu keabadian dan juga pemilik ilmu hitam dari Ki Adjisaka," kata Cakra yang langsung membuat kelima pria itu berlutut.

"kami mengabdikan nyawa kami pada Ki Ageng," kata kelimanya.

Cakra melepaskan Wahyu, dan pria itu terjatuh dan terlihat normal dan langsung bersujud di depan Cakra.

"malam ini datang ke padepokan Hadikusumo, kalian akan mendapatkan ilmu kebal itu dan mulai sekarang kalian semua adalah anak buah ku yang setia, karena sekali berkhianat nyawa kalian dan seluruh keluarga kalian menjadi jaminannya,"

"baik Ki Ageng," jawab keenamnya.

mereka berenam pun kaget saat tak melihat pria misterius itu lagi, sedang Cakra sudah ada di padepokan itu.

tanpa di duga saat Cakra sedang duduk menikmati angin sore ini, tanpa di duga sosok kuntilanak merah itu datang ke samping Cakra

"ada apa? kamu satu-satunya makhluk yang berani di sampingku," kata Cakra dingin menikmati kopi miliknya.

"hi-hi-hi-hi jangan marah dong ganteng, habis kamu terlalu menggoda untuk tidak di ganggu," jawab kuntilanak itu.

"baiklah terserah kamu Kunak, tapi ingat kamu harus terus membuat ku tak merasa sendiri," kata Cakra.

"tak mau deh, kenapa tidak menikah?"

"pergilah, aku tak mau mendengar mu, dan jangan menganggu ku," marah Cakra.

"maaf deh, tapi aneh ya kamu kok lucu sih, biasanya para pria berlomba mendapatkan wanita, eh ini malah seperti alergi," kata Kunak tak percaya.

"sudah diamlah, atau aku akan membuatmu masuk botol," kesal Cakra.

"maaf deh ganteng," kata Kunak.

"jika kamu mau jadi manusia, aku bisa memaku ubun-ubun mu, setidaknya kamu bisa berjalan dan hidup seperti manusia, bukan seperti ini,"

"aku senang seperti ini, karena aku tak mau hidup jadi manusia yang sudah, repot-repot amat enak gini tau bisa terbang kemana pun," gumamnya.

mendengar jawaban dari Kunak membuat Cakra tersenyum sekilas, karena benar yang di ucapkan oleh makhluk halus itu.

kenapa harus repot menjadi manusia saat sudah bisa mudah kemana pun dengan santai dan tak bingung mengurus tentang kebutuhan hidup

Kunak nama yang di berikan oleh Cakra, pasalnya wanita itu sangat menyebalkan.

Kunak sendiri kepanjangan dari kuntilanak, biar lebih pendek untuk di panggil.

malam terasa begitu sunyi, Cakra sedang bersila dan mulai bersiap untuk memberikan kekuatan besar pada ke enam anak buahnya.

mereka berenam masuk kedalam padepokan untuk menemui calon pimpinan mereka.

tapi tak semudah itu, karena mereka terhenyak melihat begitu banyak hewan buas.

"masuk saja, mereka tak akan memangsa kalian jika tak ada niatan butik padaku,"

"baik Ki Ageng," jawab keenamnya.

mereka pun masuk tanpa takut, Cakra tersenyum karena keenamnya adalah pilihan tepat untuk menjadi pengawalnya.

ke-enam orang itu sekarang duduk di depan Cakra, "sayat tangan kalian dan kemudian kumpulkan darah kalian kedalam mangkok ini,"

"baik ki Ageng,"

mereka semua pun menyayat tangan masing-masing,kemudian mereka mengumpulkan dalam mangkuk tanah liat yang sudah tersedia.

Cakra mengambil darah itu, kemudian dia menaruh beberapa tetes darah ayam juga dan mencampurkannya dengan berbagai ramuan.

setelah di bacakan mantra, dia membagi menjadi enam gelas, "minum dan jangan lupa kalian bersila, apapun yang kalian rasakan jangan bergerak, dan tahan," perintah Cakra.

"baik Ki Ageng,"

setelah minum, Cakra mulai membaca mantra lagi dan keenamnya mulai berteriak kesakitan.

tapi setelah selesai, keenam orang itu pingsan, dan Cakra tertawa karena keenamnya kini tak bisa lepas darinya.

karena dia tak ingin di khianati, tapi tanpa terduga, seseorang berani masuk kedalam padepokan, tapi itu adalah sepupu jauh dari keluarga Hadikusumo.

tiga saudara Kusumo

ke-enamnya kini sudah berubah menjadi manusia yang tak tertandingi.

pasalnya mereka tak akan bisa terkalahkan, cakra pun duduk bersila di sebuah batu besar yang ada di bale Ageng.

"paklik tolong!!" teriak seorang pria.

"kenapa kalian masih diam, cepat tolong mereka!" perintah dari Cakra dengan dingin.

"baik Ki Ageng," jawab keenam orang itu.

mereka langsung membopong ketiganya, Cakra kaget melihat tiga pemuda yang sudah terluka parah itu.

dia pun berjalan santai saja, dia mengambil beberapa ramuan yang akan akan di gunakan untuk menyembuhkan ketiganya.

tak butuh waktu lama, setelah satu jam luka seluruhnya mulai sembuh.

Cakra pun duduk saja menunggu ketiga pemuda itu sadar, sedang keenam centeng miliknya sedang membuat api unggun.

"Ki Ageng ingin makan sesuatu, kebetulan di belakang ada tanaman singkong," kata Asep

"boleh ambil saja, kemudian bakar dan kita harus menunggu ketiga pria itu sadar,"

"baik Ki Ageng."

Cakra melihat sosok Kunak yang tertawa di atas pohon mangga di depan padepokan.

dia pun melayang mendekat ke arah Cakra dan duduk di sampingnya, "ada apa?"

"kamu memanggil si Wowo tuh, dia terus menyeringai di balik pohon, dia sebenarnya penasaran? siapa pria yang bisa tinggal di tempat super angker ini?"

"tak peduli, lagi pula ini padepokan milik keluargaku," jawab Cakra.

sedang Gopur yang melihat sosok Cakra bicara sendiri sedikit ngeri-ngeri sedap.

Asep memukul pundak temannya itu, "ada apa sih, main gepuk saja,"

"kamu itu yang kenapa, kok lihat ku ageng begitu banget, nanti kesambet baru tau rasa tuh," kesal Asep melihat pria itu.

"lah Ki Ageng dari tadi bicara sendiri," jawab Gopur.

"hei kenapa kamu jadi kepo begitu,ya ko Ageng orang sakti jadi mungkin dia sedang bicara dengan perewangan yang dimilikinya," kata Asep.

Kunak yang melihat Asep dan Gopur berbisik-bisik pun ingin berbuat iseng.

dia melempar kerikil kearah keduanya, "heh!! siapa yang melempar kerikil padaku?"

"aku!!" kata Kunak menunjukkan sosok aslinya pada pria itu.

"kuntilanak!!" teriak Gopur kaget dan pingsan.

"ya elah nih orang kenapa lagi sih, woi bangun, masak rampok yang tak takut polisi, malah pingsan seperti ini karena lihat hantu," kesal Asep memukul kepala Gopur.

dengan tenang Cakra memercikkan air kearah Gopur dan membuat pria itu sadar.

bersamaan dengan tiga saudara itu juga sadar, "paklik, terima kasih," kata pria yang di ketahui adalah kakak pertama dari saudara itu

"iya Ndaru, kamu istirahat dulu, karena kondisimu dan kedua adik mu cukup parah, tinggal dulu disini selama sebulan baru kalian bisa pulang, lagi pula aku akan membantu kalian melakukan sirep agar semua berhenti mencari kalian,"

"terima kasih paklik, meski kita saudara jauh, tapi paklik mau membantu kami," kata pria itu.

"baik itu tak masalah, tapi aku pasti akan minta sesuatu nanti," jawab Cakra tersenyum.

Ndaru tau jika semua harus ada timbal balik itulah yang di junjung tinggi oleh kedua keluarga mereka.

itulah kenapa Ndaru bisa percaya diri menjanjikan itu, dan dengan bantuan pria itu dia bisa menjadi orang yang lebih baik lagi untuk menggantikan sang Romo.

Cakra menarik kuntilanak merah itu menjauh dari keenam orang anak buahnya itu.

tapi kuntilanak itu malah tertawa dan memilih berputar-putar di atas tempat tinggal Cakra.

dan pria itu hanya tersenyum saja, entahlah baru kali ini dia merasa jika tak terganggu dengan makhluk itu.

padahal biasanya dia akan marah saat di dekati makhluk halus, tapi berbeda dengan sosok Kunak satu itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!