SEKEDAR KATA KATA SAJA:
Kita tau ketika di novel Konser Berdarah di Vila Kutukan Rochman berhasil dihilangkan oleh anak-anak Sutopo…
Tapi setelah itu Rochman muncul lagi di novel Indah Laminatingrum dan lanjutannya kemudian di novel Misteri dua penginapan.
Tetapi tidak ada yang tau sepak terjang Rochman setelah dimusnahkan oleh anak-anak Sutopo.
Nah untuk itu, saya akan ceritakan apa saja yang dilakukan Rochman.
Mulai setelah dia dimusnahkan sampai dia memiliki hotel Waji.
Juga cerita tentang bagaimana dia menjelma menjadi laki-laki kemayu yang mempunyai toko pakaian yang bernama Gemezzz hingga dia menjadi sosok gagah pemilik toko jual beli mobil.
Sosok Rochman ini memang misterius, dan memang belum saya ceritakan di novel sebelumnya..
Hanya saja karena novel Misteri Dua penginapan yang hampir tamat, maka saya putuskan untuk melihat dulu ke belakang… bagaimana sosok Rochman ini.
Apa saja yang dilakukan Rochman, dan apakah memang layak untuk dibunuh atau tidak hehehehe
Dan bagaimana juga cara mmbunuhnya…
Karena sungguh tidak mudah untuk membunuh atau memusnahkan Rochman..
Seperti diketahui sebelumnya Rochman bertemu dengan anak-anak Sutopo ketika mereka masuk ke dalam ruang bawah tanah Vila putih.
Saya agak lupa juga bagaimana mereka anak-anak Sutopo bertemu Rochman yang kala itu bernama Syalala.
Sebuah hantu jorok humu berperut jemblung dengan kuntila panjang ndlewer menyentuh Tanah dengan cairan nggilani yang selalu keluar dari ujungnya.
Kabarnya Rochman dulu adalah anak buah dari Mak Nyat Mani yang karena perbuatan buruknya dia akhirnya dibuang ke dalam ruangan bawah tanah vila putih.
Tetapi apakah seperti itu ceritanya….
Ya berdasarkan penuturan dulu dia adalah seperti itu… tapi kan katanya saja.
Tapi untuk kali ini saya tidak akan membahas Rochman pada zaman itu, yah gak penting jugalah…
Cerita ini akan saya mulai dari ketika Rochman dimusnahkan anak-anak Sutopo ketika mereka ada di ruang tengah vila putih hingga dia bertemu dengan Ginten dan bisa menjadi sehebat sekarang ini.
\============================
NAMA SAYA TOTOK
Aku berteriak kesakitan ketika anak-anak Sutopo mengerahkan tenaganya ke arahku..
Setelah itu semua yang kulihat hanya gelap… aku tidak bisa bernafas sama sekali…
Yang kurasakan adalah tubuhku berputar putar dan melayang tidak karuan….yang kurasakan saat ini tubuhku sangat ringan, tapi aku tidak bisa menggerakan tubuhku sama sekali.
Aku tidak paham apa yang akan terjadi pada diriku setelah ini, karena yang kurasakan kemudian adalah tubuhku yang seperti dihimpit oleh batu yang sangat berat.
Rasanya seperti aku ada ditengah-tengah sebuah batu yang sangat besar, hingga aku tidak bisa bernafas sama sekali.
Tidak hanya itu..tubuhku rasanya remuk… dan sebentar lagi aku sudah tidak sadarkan diri lagi!
Aku sudah tidak bisa menggerakan tubuhku sama sekali. tanganku, kakiku dan anggota tubuhku rasanya seperti kebas, dan mati rasa…
Aku pingsan!.
*****
“Dimana aku berada….?”
Aku masih lah Rochman.. aku masih berwujud manusia…
Yang kuingat sebelumnya.. aku sedang dikepung oleh teman-taman yang sudah kuhianati….
Aku bersandar pada sebuah pohon yang besar… tubuhku sangat lemah sehingga aku tidak bisa bergerak sedikitpun.
Hingga beberapa lama aku tetap duduk dengan bersandarkan pada sebuah pohon..
Untungnya kekuatan anak-anak Sutopo itu tidak sampai membuatku hilang.. aku hanya berpindah ke masa yang belum aku tahu..
Yang tadinya di hutan ini masih terang...sekarang sudah mulai gelap.. keliatanya malam akan tiba.
Tetapi aku masih belum bisa menggerakan tubuhku…
Aku berusaha mengingat apa yang terjadi dengan diriku, dan bagaimana dengan bosku Dimas juga, apakah dia juga sudah mati atau dikirim ke dimensi lain juga?
Ah masa bodoh dengan Dimas.. bahkan aku pernah dibunuh oleh dia juga kan… untungnya aku masih bisa hidup..
Tapi untungnya aku masih bisa hidup meskipun aku tidak tau ada dimana..
Malam hari ini lebih baik aku gunakan untuk istirahat, meskipun keadaan hutan ini benar-benar mengerikan, tapi paling tidak aku pernah menghadapi hal yang lebih mengerikan lagi sebelumnya.
*****
Sorot sinar matahari mengenai mataku.
Ternyata aku duduk di bawah pohon menghadap ke arah timur, sehingga sinar matahari pagi mengenai wajahku.
Kucoba untuk menggerakan tubuhku perlahan-lahan … ternyata bisa… aku harus mencari penduduk daerah sini untuk minta makan dan minum.
Setelah mencoba berdiri beberapa kali .. akhirnya aku bisa juga berdiri..
Hutan ini lebat.. Dan tempatku berada ini di antara tubuhan semak belukar dan pohon yang sangat besar..
Untuk saat ini aku harus mencari jalur setapak dulu.. atau jalur yang biasa dilewati manusia.
Mumpung masih pagi, aku harus mencari jalan untuk menuju ke sebuah pemukiman…
Setelah berjalan menembus semak dan tanaman-tanaman pakis yang berdaun besar akhirnya aku bisa keluar dari hutan.
“Hmmm aku rasanya pernah tau daerah ini… ini kan ada di pinggir semak padang savana.. dan disana itu kalau tidak salah ada sebuah desa”
Aku berjalan menembus padang savana.. padang savana ini hanya ada ilalang dan tanah kapur saja.
Kalau aku ke arah kanan mungkin bisa bertemu dengan desa tempat dulu aku dan teman-teman bertemu dengan anak-anak yang sedang melakukan KKN.
Tapi aku tidak tau ini tahun berapa.. ah pokoknya aku harus ke sana untuk bertemu dengan penduduk desa.
Setelah lama menyusuri padang yang sangat panas ini akhirnya dari kejauhan aku melihat sebuah perkampungan.
Aku semakin semangat untuk menuju ke are perkampungan itu, karena aku yakin disana itu adalah perkampungan tempat dulu aku dan teman-teman bertemu dengan anak KKN.
Padang savana ini memang luas, dan kalau tidak salah dulu aku aku pernah bohongin hantu-hantu Wildan, Ibor dan Gilank…
Dulu waktu disini sedang ada kegiatan pasar setan, aku pernah memanfaatkan jasa penjaga disini untuk memasukan teman manusiaku ke desa yang ditinggalkan itu.
“Heheheh aku masih ingat ketika ketiga hantu itu di perkosha oleh penjaga ghaib disini heheheh”
Sebenarnya enak juga berteman dengan mereka, mereka itu lucu dan pintar… tapi bagiku tidak ada masa depannya.. Aku tetap saja menjadi hal yang tidak jelas.
Hehehe aku masih ingat ketika di sebelah sana.. ketika aku harus selamatkan pak Tembol, akibat dia tidak bisa berlari dengan cepat sehingga ketinggalan dengan teman yang lainya.
Yah itu semua masa lalu yang indah… selama aku menjadi hal seperti ini, baru kali ini aku merasakan mempunyai teman yang lucu dan pintar.
“Ah desa itu sudah semakin dekat..”
“Aku penasaran.. Sekarang tahun berapa ya?”
Semoga masih sama dengan tahun ketika aku meninggalkan desa itu untuk menuju ke masa lalu hehehe.
Semak berduri tajam menggores telapak kaki dan sebagian kakiku, tapi tidak kupedulikan, yang paling utama adalah aku harus sampai ke desa itu dan meminta makan.
Sedikit lagi sudah nampak rumah-rumah yang berdempat dempet…
Telapak kakiku semakin berdarah darah ketika tidak sengaja aku menginjak batu yang runcing…
Tidak kurasakan rasa sakit yang menerpa kakiku, yang penting aku sampai di peradaban dengan selamat dulu saja.
“Akhirnya sampai juga di jalan masuk desa….”
Pagi hari ini desa ini nampak sepi…. aku lebih baik istirahat dulu di bawah pohon mangga yang besar ini sambil menunggu seseorang yang akan lewat disini.
Menunggu orang yang lewat di sini itu merupakan hal yang tidak aku sukai…
Tetapi untuk berjalan ke arah desa itu juga tidak mungkin, karena kaki kiriku sulit untuk digerakan akibat tadi terkena batu yang runcing.
Sik… kalau tidak salah di desa ini harusnya ada orang yang bernama Marwoto dan istrinya yang bernama Suparmi.
Tapi entahlah.. Mereka ada di desa ini atau di desa sebelah sana....ah tapi kan aku belum tau aku sekarang berada di tahun berapa.
Kalau aku ada di tahun ketika aku berkenalan dengan anak-anak KKN maka pasti mereka yang kusebutkan itu masih ada disini.
Ketika sedang menikmati sakitnya kaki.,tiba-tiba dari kejauhan aku lihat ada seorang laki-laki yang sedang berjalan menuju ke arah sini..
“Aku harus bisa meminta belas kasihan orang ini!”
Semakin dekat orang laki-laki itu denganku..
“Pak..tolong saya pak….”
“Kamu siapa mas.. dan dari desa mana?” kata orang itu sambil melihat pakaianku yang berbeda dengan dia
“K..kaki saya tadi terkena batu besar….tolong beri saya air untuk membersihkan kaki saya”
“Sampeyan dari mana mas.. apa habis melewati padang rumput itu?” tanyanya lagi
“Iya pak… saya dari seberang sana.. saya kesini untuk mencari kerabat saya”
“Siapa nama kerabat sampean mas” orang laki-laki itu kemudian jongkok di depanku
“Namanya Marwoto dan istrinya namanya Suparmi”
“Waduuh saya tidak kenal dengan mereka mas, saya soalnya bukan dari desa sini…saya mahasiswa yang KKN disini…
“Masalahnya selama saya KKN disini, tidak ada penduduk sini yang bernama Marwoto dan Suparmi”
“Atau mungkin mereka tinggal di desa sebelah sana”
“Berarti saya salah desa ini mas?”
“Kemungkin sampean salah desa mas.. “
“Atau begini saja…, saya coba untuk hubungi kepala desa dulu untuk membantu sampean, perkara tentang kerabat sampean nanti bisa ditanyakan ke pak kepala desanya”
“Ya sudah mas….terserah masnya saja….”
“Kalau begitu sampean tunggu disini dulu saja.. Eh ngomong ngomong nama sampean ini siapa mas?”
“Nama saya Totok”
“Mas Totok tunggu disini dulu….saya akan cari bantuan dulu”
“Iya mas…. eh nama masnya siapa?”
“Nama saya Ilham…..mas Totok tunggu disini dulu saja!”
Orang yang bernama Ilham itu kemudian pergi dengan berlari menuju ke arah dia tadi datang.
Aku tau dan aku yakin saat ini aku ada di desa dimana aku bersama anak-anak Sutopo pernah berada.
Tapi waktu itu aku kan berupa mahluk ghaib yang selalu diajak mereka, bahkan aku dan tiga teman mereka yang bernama Wildan, Ibor dan Gilank kerap diajak makan di sebuah warung di daerah sini juga.
Warung dengan penjual perempuan gemuk yang kalau bicara tidak bisa diam, tapi masakan dia ini sangat enak.
Semoga nanti setelah aku sehat, aku bisa makan disana.
Huuh…lama sekali orang yang bernama Ilham itu… aku hampir tidak kuat menahan sakit yang mendera kakiku…
Sakit di kakiku rasanya senut senut ndak karuan…ini akibat tadi salah melangkah dan akhirnya terkena batu yang lumayan tajam.
Akhirnya dari kejauhan aku lihat orang yang bernama Ilham itu datang bersama dua orang laki-laki…mereka bergegas menuju ke arahku sini.
“Kamu siapa pak…Kamu berasal dari mana?” tanya salah satu dari mereka
“Nama saya Totok pak”
“Saya tidak tau saya dari mana pak…tapi tadi saya jalan dari arah padang rumput itu menuju ke sini untuk meminta makan dan minum”
“Mas Ilham… kalau dilihat dari pakaian nya, orang ini bukan berasal dari daerah sini” kata orang yang satunya lagi
“Tapi kalau dilihat dari wajahnya, dia bukan orang yang menderita gangguan jiwa.. dari wajahnya keliatan dia ini orang waras” kata orang yang bicara dengan Ilham.
“Betul pak…pakaian yang dikenakan ini kayaknya berasal dari zaman penjajahan” jawab orang yang bernama Ilham
“Ya sudahlah .. kita tolong saja orang ini, jangan berpikir tentang orang yang tidak waras atau berasal dari mana, kita tolong atas dasar kemanusiaan saja” kata orang yang lebih tua
“Namamu Totok kan? … tunggu disini sebentar… kami akan cari sesuatu untuk membawa kamu ke puskesmas terdekat” kata orang yang lebih tua
“Ini saya bawa satu botol air mineral.. kamu minum saja dulu untuk mengurangi rasa hausmu” kata mas Ilham yang kemudian memberikan
Mereka bertiga pergi meninggalkan aku untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membawa aku dari sini ke puskesmas.
Tapi apa itu puskesmas.. apakah semacam tempat untuk mendapatkan pengobatan?
Ah sudahlah yang penting aku bisa selamat dari sini dan bisa hidup normal disini.
Orang yang bernama Ilham tadi memberiku satu botol air hehehe… aneh juga ya air putih yang ada di botol plastik..
Berarti aku sekarang sudah ada di jaman yang lebih maju….bisa saja aku akan bertemu dengan ketiga mahasiswi yang cantik cantik itu.
Kubukan tutup botol plastik itu dan kemudian kuminum air yang ada di dalam botol plastik…
Aneh rasanya tidak lebih segar dari air yang ada di sumber mata air di ruang bawah tanah rumah putih.
Tapi syukurlah bisa membasahi tenggorokanku yang rasanya kering sekering padang rumput yang ada disana itu.
Tidak lama kemudian dari kejauhan ada kendaraan dengan dua roda yang menuju ke sini, kendaraan dengan dua roda yang pernah kulihat waktu aku ada disini bersama dengan anak-anak Sutopo.
Dan di belakangnya ada semacam gerobak dorong yang ditarik oleh orang yang naik di belakang kendaraan dengan dua roda itu.
“Ayo mas Totok.. naik ini saja ndak papa kan, kami kesulitan mencari becak yang bisa membawa ke puskesmas” kata orang yang bernama Ilham
“Tidak masalah mas Ilham… yang penting kaki saya bisa disembuhkan saja”
Ilham ada di bagian belakang kendaraan dengan dua roda.
Tangan dia menarik gerobak yang biasanya digunakan untuk membawa sesuatu yang berat macam pasir atau batu. Tapi gerobak yang ini jauh lebih bersih.
Aku berusaha berdiri dan berjalan untuk naik ke gerobak yang sudah disiapkan di depanku.
Dengan susah payah aku naik ke dalam gerobak, mengingat kakiku sekarang menjadi bengkak dengan darah yang terus menetes.
“Duduk yang benar mas Totok.. dan pegangan..”
“Kita ke puskesmas yang letaknya ada di desa sebelah sana dan agak jauh dari sini”
“Iya mas Ilham.. saya tidak masalah… saya tidak tau bagaimana harus berterima kasih kepada mas Ilham dan bapak-bapak disini yang sudah membantu saya”
Kendaraan dengan dua roda dan bersuara aneh ini berjalan pelan menuju ke arah ketika mereka tadi datang.
Aku yang ada di dalam gerobak harus berpegangan tangan, karena gerobak ini ternyata keras sekali hehehe.
Sedangkan mas Ilham berusaha kuat untuk memegang pegangan gerobak dorong ini, agar tidak lepas.
“Pak Budi….berhenti sebentar pak… pegangan saya hampir lepas ini hehehe” kata mas Ilham kepada orang yang ada di depanya yang ternyata bernama pak Budi
Kendaraan itu berhenti sebentar untuk membenahi pegangan mas Ilham yang tadi hampir saja terlepas. Setelah semua beres, kendaraan dengan dua roda itu berjalan lagi
Aku tau desa sebelah itu… desa yang waktu itu jadi tempat aku dan anak-anak Sutopo berperang.. desa yang juga dimana Widodo dan Juriah katanya sempat dibinasakan disana.
Tapi semua itu kan masa lalu, harusnya aku sekarang ini berubah… karena aku sudah diberi kesempatan kedua untuk hidup.
Kendaraan dengan gerobak ini berjalan terus…melewati persawahan dan beberapa hutan kayu Sengon yang tidak sebanyak waktu di jaman ku.
Setelah beberapa lama berjalan akhirnya kendaraan ini masuk ke sebuah gapura desa…
Aku ingat gapura desa ini… dulu di sebelah kiri ini adalah warung nya Juriah hahahah, dimana dia sekarang….apakah dia masih jadi hantu yang bergentayangan.
Kendaraan berjalan lurus kedepan…
Hmm desa ini sekarang sudah maju…jalan ini sudah mulus dan beraspal… di pinggir jalan juga ada beberapa cagak tinggi yang kemungkinan besar adalah tiang listrik.
Padahal dulu waktu aku dengan anak-anak Sutopo dan tiga mahasiswi cantik… desa ini adalah desa yang ditinggalkan dan berhantu.. Tapi sekarang sudah berubah jauh…
Beberapa orang dengan pakaian rapi sedang berjalan entah kemana.. anak-anak kecil jugas bermain dengan sesuatu yang berbentuk kotak dan sedang dipegang bersama sama
Semua sudah berubah setelah Marwoto dan Suparmi bersatu. dan tentu saja setelah Dimas bisa dikalahkan.
Tetapi masak iya sih Dimas bisa dikalahkan oleh mereka yang masih remaja dan dengan ilmu yang tidak seberapa itu.
Kemungkinan besar Dimas dikalahkan oleh Mak Nyat Mani dan Soebroto….
Kendaraan roda dua dan gerobak ini berjalan terus…
Di depan itu nanti ada perempatan… kalau seingatku belok kiri itu akan ke rumah Ginten, kalau kanan akan ke rumah Widodo.
Dimana Widodo sekarang…. apakah dia jadi hantu gentayangan seperti Juriah juga hahaha.
Ternyata kendaraan roda dua ini berbelok ke arah kanan…. tidak jauh dari belokan ini .. di sebelah kiri ada sebuah rumah bercat putih yang pagi ini ramai dengan pengunjing.
Eh bukankah ini dulu adalah rumah Yu Jipah? Ibu dari Suparmi?
Semua sudah berubah dan tidak sama dengan keadaan sebelumnya.
Desa ini benar-benar sudah maju…
“Ayo turun mas Totok.. kita sudah sampai” kata mas Ilham yang membantu aku turun dari gerobak
“Pak Bud… saya mau daftar ke puskesmas dulu ya… mas Budi disini dulu bersama Totok”
“Ok mas Ilham….tapi gimana cara daftarnya mas, Totok pasti tidak memiliki KTP”
“Iya sih pak… tapi sudah saya pikirkan untuk menggunakan KTP saya saja pak…. yang penting luka Totok itu bisa diobati”
Mas Totok tunggu disini dengan pak Budi dulu…saya mau daftarkan mas Totok dulu ya” kata mas Ilham
Orang yang bernama Ilham itu baik sekali… dia mau membawa aku ke tempat pengobatan semacam rumah sakit tapi kecil ini.
Dan yang pasti dia tidak menganggap aku ini orang yang tidak waras.
Tapi aku tidak paham apa yang mereka bicarakan… mereka bicara tentang apa itu katepe..
Jelas aku tidak tau dan tidak punya yang mereka sebut dengan katepe itu, jaman aku ada di tempat Dimas kan tidak ada yang namanya katepe heheh’
Bahkan di Gebang dulu waktu aku dibawa ke rumah sakit waktu kena penyakit K*lamin juga tidak ada yang namanya katepe.
Setelah menunggu agak lama akhirnya mas Ilham keluar dengan sebuah kursi yang beroda..
Dengan seorang laki-laki berpakaian putih bersih.
“Ayo mas Totok duduk di kursi roda itu dulu.. agar luka di kakinya itu cepat diobati dan tidak infeksi”
“Iya mas Ilham… saya tidak tau bagaimana membalas budi mas Ilham ini”
“Sudahlah…pokoknya kakinya diselamatkan dulu saja, perkara balas Budi itu nanti saja, karena pak Budi sekarang sedang menunggu di atas motor heheheh” jawab mas Ilham
Aku duduk di kursi roda yang disediakan oleh tempat yang bernama Puskesmas ini..
Meskipun aku berasal dari masa lalu…tetapi aku bisa baca tulis.. aku bukan orang bodoh dan tolol, karena aku pernah hidup di jaman dimana pelajaran baca tulis itu menjadi hal pokok yang harus bisa.
“Kok langsung dapat kursi roda mas Ilham?” tanya pak Budi
“Iya pak…tadi saya temui kepala puskesmasnya, saya bilang ada orang yang butuh pertolongan secepatnya dan bersifat emergency”
“Makanya langsung diprioritaskan untuk pengobatan mas Totok” kata Ilham atas pertanyaan pak Budi tadi.
Ruangan di dalam puskesmas ini bersih.. Aku dimasukkan ke sebuah ruangan dengan sebuah tempat tidur yang kecil dan keras.
Berbeda dengan tempat tidur waktu aku ada di rumah sakit jaman itu… waktu itu kan tempat tidurnya tidak sekecil ini dan agak empuk.
Dokter dan perawat itu membersihkan lukaku dengan hati-hati…meskipun sudah hati-hati tapi tetap saja sakit sekali, karena luka ku itu katanya penuh dengan tanah dan kotoran.
Jadi dokter itu harus membersihkan hingga benar-benar bersih sebelum diobati dan diperban.
Lama juga mereka melakukan pengobatan dengan telapak kakiku.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka… dan ternyata yang masuk adalah mas Ilham dan pak Budi.
“Bagaimana dok.. apakah lukanya itu tidak berbahaya?”
“Tidak pak Ilham.. sudah saya obati… hanya saja dari kontur kakinya yang seperti ini… orang ini jarang memakai alas kaki. Dia sepertinya terbiasa dengan tanpa alas kaki sama sekali”
“Iya dok…tidak papa, nanti akan saya belikan sandal atau sepatu., dia pekerja yang biasa bekerja membantu kami di proyek KKN kami dok”
Wah mas Ilham berbohong kepada dokter ini, dengan harapan dokter ini tidak tanya-tanya lebih lanjut.
Memang selama di vila putih aku jarang memakai alas kaki, karena sandal kulit yang biasanya kugunakan itu putus ketika harus membokar pasir dan semen dari dokar Kamidi.
Tapi dengan tidak menggunakan alas kaki, lama-lama kakiku ini akan kuat sendiri kan hehehe.
“Sudah selesai pak Ilham… ini sudah saya bersihkan dan saya kasih obat dan cairan anti infeksi.. Nanti ada obat minum yang harus diminum juga” kata dokter itu.
“Baik dokter….saya akan ke bagian administrasi untuk menyelesaikan semuanya” jawab mas Ilham
“Ayo mas Totok..bisa jalan kan heheheh,...kita ke depan untuk ambil obat sekalian saya mau bayar biayanya tadi”
Aku tidak tau bagaimana harus membalas kebaikan Ilham ini.. dia begitu baik dan murah hati.
Meskipun dia tidak mengenalku dan dia tidak tau aku berasal dari mana, tapi mas Ilham tidak peduli, yang dia pedulikan adalah rasa kemanusiaan saja.
Aku harus berpikir bagaimana caranya membalas kebaikan dia…dan tentu saja aku juga harus berpikir bagaimana caranya bisa tinggal di desa itu!
Perjalanan balik ke desa setelah dari desa sebelah yang sekarang keadaanya makmur setelah perubahan sejarah.
Aku tidak tau apa yang akan aku lakukan setelah ini, karena aku tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan.
Aku juga tidak tau harus kemana, karena aku tidak punya apa-apa di jaman ini.
Atau aku akan minta pekerjaan kepada mas Ilham… pekerjaan apa saja yang penting ada kesempatan balas budi.
Tapi aku kan juga butuh rumah tinggal…. tapi mungkin aku bisa bangun gubuk di tengah hutan kalau untuk rumah tinggal.
“Kita sudah sampai di desa mas Totok….sekarang mas Totok akan pulang ke mana?” tanya Ilham setelah kami sampai di desa tempat dia KKN dan setelah pak Budi pergi.
“Saya tidak tau harus kemana mas… kalau bisa saya akan kerja apa saja disini…pokoknya ada tempt tinggal dan saya akan kerjakan apa yang mas Ilham suruh sebagai balas jasa”
“Lho… memangnya mas Totok ini dari mana?” tanya mas Ilham sambil jongkok di pinggir jalan.
“Kalau lihat dari pakaian yang mas Totok gunakan… mas totok ini bukan berasal dari daerah ini”
“Sebenarnya mas Totok ini berasal dari daerah mana?”
“Kalau mas Ilham saya ceritakan saya berasal dari mana apakah mas Ilham akan percaya begitu saja?”
“Hehehe Percaya atau tidak itu kan tergantung dari ceritamu mas… kalau ceritamu masuk akal meskipun agak aneh… ya saya akan percaya saja” jawab mas Ilham dengan wajah penuh selidik
“Gini saja mas Totok… kita ke rumah kontrakan saya saja.. disana saya ada pakaian yang bisa mas Totok gunakan, kemudian setelah kita makan, mas Totok bisa ceritakan mas Totok ini berasal dari mana”
“Sebentar mas Ilham… kenapa mas Ilham begitu baik sama saya.. bukanya mengira saya ini gelandangan atau bisa saja saya orang gila?”
“Gelandangan atau orang gila itu punya ciri khas tersendiri… berbeda dengan mas Totok, meskipun pakaian yang terlihat aneh tetapi wajah mas Totok ini bukan ciri khas gelandangan atau orang gila”
“Wajah mas Totok tidak terlihat kurang, bahkan wajah mas Totok ini terlihat cerdas”
“Ya sudahlah… kita ke rumah kontrakan saya dulu, disana banyak pakaian bekas sumbangan teman-teman kampus yang sedianya akan saya bagikan kepada orang yang tidak mampu”
“Mas Totok mandi, kemudian makan dulu saja…..”
Aneh juga dengan Ilham ini.. kenapa dia begitu baik kepadaku, padahal jelas dia tidak mengenalku sama sekali.
Bahkan pakaianku berbeda dengan orang pada zaman ini, seharusnya dia tidak perlu sebegininya memperlakukan aku.
Tapi memang ada yang sedikit berbeda dengan yang namanya Ilham ini, hanya saja aku belum tau apa yang sedikit berbeda itu.
*****
Aku sekarang ada di rumah kontrakanya, sebuah rumah yang kecil dengan beberapa karung pakaian bekas di pojokan ruang tamu.
Sebelum mandi aku memilih pakaian yang masih bagus dan masih pantas kugunakan.
Tidak hanya pakaian, ada juga satu karung yang berisi aneka sepatu dan sandal yang layak pakai…
Aneh juga orang jaman sekarang ini, pakaian dan alas kaki yang masih begitu bagusnya kok ya mau dikasihkan orang.
Tapi mungkin itu karena rasa dermawan mereka, sehingga orang-orang jaman sekarang lebih mementingkan rasa kemanusiaan daripada kekuasaan.
Setelah kupilih satu stel baju dan celana panjang yang ukuranya pas untuk ku, dan setelah aku mandi bersih kubersihkan semua luka yang kecil-kecil, aku kemudian makan bersama mas Ilham di rumah kontrakanya.
“Nanti pilih sepatu yang cocok untuk sampean mas… oh iya pakaian yang ada di karung itu ambil saja beberapa stel untuk ganti”
“Iya mas.. nanti akan saya pilih… eh sekarang mas Ilham mau dengar saya berasal dari mana atau tidak?”
“Ya… ceritakan saja mas… saya heran kenapa tiba-tiba ada orang dengan pakaian aneh dan luka di kaki sedang duduk di bawah pohon mangga tadi itu”
“Baiklah mas Ilham….. sebenarnya saya ini bukan berasal dari mana mana, bahkan saya bukan juga berasal dari jaman ini”
“Saya tidak tau bagaimana asalnya kok tiba-tiba saya sudah ada di hutan seberang padang rumput itu”
“Untuk awal cerita ini apa mas Ilham masih berkenan mendengar cerita saya?”
“Teruskan saja mas… kalau saya tidak percaya ya akan saya stop apa yang barusan ma Totok ceritakan itu”
“Baiklah… jadi saya ini bukan dari mana-mana di jaman ini, saya berasal dari daerah pegunungan tidak jauh dari sini tetapi pada masa zaman setelah terjadi peperangan”
“Hanya saja pada jaman itu di daerah ini sama sekali tidak ada kekerasan akibat peperangan, daerah ini damai dan sama sekali tidak tersentuh oleh senjata”
“Saya pernah ada di desa ini, dan saya juga pernah ada di desa sebelah tempat rumah sakit kecil yang tadi mas Ilham bawa saya kesana untuk mengobati luka saya”
“Saya tau bekas rumah sakit kecil itu dulunya adalah rumah Yu Jipah yang mempunyai anak bernama Suparmi….”
“Tapi saya juga pernah ada di desa ini juga.. hanya saja waktu itu saya terkena perjalan waktu yang sangat membingungkan”
“Waktu saya kena perjalanan waktu, saya pernah ada disini… dan saya kenal dengan beberapa orang yang ada disini..”
“Saya tau disini ada tiga anak permpuan yang KKN.. mereka bernama Winna, Chandra Dewi,dan Chintya”
“Stop… stop dulu….. tiga orang yang kamu sebutkan itu adalah teman saya!”
“Dan saat ini sedang melakukan KKN di desa ini!” kata Ilham dengan wajah heran
“Saya juga pernah makan di sebuah warung disini.. yang letaknya agak di tengah sana… warung mbok Nah yang terkenal dengan sambal dan sayur lodehnya yang enak”
“Stop dulu.. Jangan diteruskan.. Kamu ini semakin aneh mas Totok”
“Memang di tengah desa ada warung makan langganan kami yang bernama mbok Nah.. dan menu yang paling enak adalah sambalnya dan sayur lodeh juga”
“Boleh saya teruskan cerita saya mas Ilham?”
“Ya lanjutkan….”
“Menu makanan mbok nah yang sering saya beli adalah ikan pindang tempe tahu, sayur lodeh dan sambalnya, bukan karena apa, hanya saja itu menu yang tidak pernah tidak ada heheheh”
“Iya benar katamu mas Tok… menu itu adalah menu wajib”
“Saya juga tau dimana rumah kontrakan tiga mahasiswa yang bernama Winna, Chandra dan Chintya itu..”
“Rumah kontrakan mereka kalau tidak salah ada di balik jalan ini, dan di belakang rumah kontrakan mereka adalah padang savana dan juga pemandangan desa sebelah”
“I..iya benar apa yang kamu katakan itu mas Tok… rumah kontrakan perempuan ada disana”
“Satu lagi saya mau tanya mas Ilham… apakah tetua desa ini bernama Widodo?”
“Hmmm tidak… tidak ada yang bernama Widodo disini mas… tetua desa disini bernama pak Rifai..orangnya masih muda… mungkin umurnya masih dua puluh sekian”
“Tetapi orang disini sudah menyebutnya dengan tetua adat sini, mungkin dia keturunan dari siapa gitu” kata mas Ilham.
“Sebenarnya saya tau persis desa ini dan desa sebelah… kalau desa sebelah itu dulunya desa yang tertinggal.. Tetapi sekarang sudah lebih maju dari pada yang disini”
“Sudah cukup mas Tok… semakin mas Totok cerita tentang apa yang mas Tok ketahui… saya semakin merasa aneh.. Lebih baik ceritanya dihentikan dulu saja”
“Oh iya… saya saat ini akan ke posko KKN.. kalau mas Tok berkenan ayo kita ke sana”
“Iya saya mau mas… tetapi kaki saya tidak bisa menggunakan sepatu.. saya akan cari sandal yang cocok untuk kaki saya yang sakit ini saja mas Ilham”
“Cari saja disana mas…”
Setelah kutemukan sepasang sandal yang masih bagus, kemudian aku ikut bersama mas Ilham ke posko anak-anak yang sedang KKN
Aku tau posko itu dulu adalah tempat pak Widodo. tapi dengan perubahan sejarah, maka pak Widodo sudah tidak nampak disini.
Dan tetua adat di sini ternyata pak Rifai yang masih muda.. aku jadi penasaran dengan yang namanya pak Rifai.. Apakah dia ada hubunganya dengan Widodo.
Karena biasanya yang aku tau… tetua adat itu turun temurun.. dari kakek hingga ke cucunya. Bisa saja yang bernama RIfai itu masih ada keturunan dari Widodo.
“Kita jalan pelan pelan saja kalau kaki nya masih sakit mas”
“Tenang saja mas Ilham… saya akan usahakan berjalan biasa…pokoknya sakit saya jangan sampai menghalangi kegiatan mas Ilham”
Aku tau persis dimana letak posko tempat anak-anak KKN, tapi aku yakin tiga perempuan itu tidak akan ingat denganku.. Yah karena perubahan sejarah yang dilakukan anak-anak Sutopo.
“Di depan nanti itu belok ke kiri kan mas… setelah itu lurus dan belok kanan… disana letak posko KKN nya ya?”
“Hahaha sampeyan ini makin lama makin buat saya takut mas Tok.. kok bisa tau dengan persis apa yang ada disini, apalagi dengan permasalahan KKN dan teman KKN saya”
“Yah hal itu karena saya pernah kesini di masa ini dengan perjalanan waktu… jadi saya tahu beberapa hal yang pernah saya ketahui sebelumnya”
“Nah kan makin mengerikan kan apa yang kamu katakan mas Tok”
“Nanti mas Tok akan saya kasih beberapa tugas, dan mas Tok akan saya perkenalkan sebagai saudara saya yang baru datang dari kota”
“Saudara saya yang ingin bekerja sosial membantu peserta KKN… gitu saja ya mas Tok”
“Pokoknya usahakan mas Tok membaur dengan teman-teman saya agar mereka tidak curiga dengan keberadaan mas Tok
Kakiku memang sakit, tetapi aku tidak mau memperlihatkan kelemahanku kepada mas ILham…
Aku memang berniat tinggal disini dan dipercaya orang sini, karena aku tidak tau harus pergi ke mana lagi.
Selagi ada kesempatan ya harus aku gunakan dengan baik.
Tidak terasa kami berdua sudah dekat dengan posko KKN.. disini dulu tempat aku bertemu dengan WInna, Chandra Dewi dan Chintya.
Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan mereka bertiga…. apakah mereka tetap sama dengan ketika aku dan anak-anak Sutopo bertemu dengan mereka hehehe.
Tapi pastinya mereka tidak akan ingat tentang aku , karena sekali lagi akibat dari perubahan sejarah yang dilakukan di vila putih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!