NovelToon NovelToon

Back To Mantan

Bab 1 BTM

Assalamualaikum readers tersayang, selamat berjumpa kembali dikarya othor yang baru ini.

Sebelumnya othor minta favoritkan dulu ya sebelum dibaca, dan jangan lupa like dan komentar. Rating bintang lima juga sangat othor harapkan.

Perkenalkan nih tokoh kita yang cantik dan ganteng.

Ms. Vanilla Granola. Guru Bimbingan dan Konseling SMP. Tunas Bangsa.

Dan ini dia, si tampan tapi arogan. CEO kita, Hazel Almondo.

Kelas VII.A SMP Tunas Bangsa di jam istirahat.

Keributan sedang terjadi di dalam kelas yang berpenghuni sebanyak 32 orang itu. Bunyi sorak maupun teriakan beberapa siswa membuat suasana kelas bagai akan pecah dan menambah suasana semakin panas.

"Ayo pukul!"

"Hentikan! Awas!"

"Kurang ajar!"

Bugh

"Aaaaaa! Yoga wajahmu berdarah!"

Bugh

"Tarik bajunya Tri! Lepaskan mereka berdua!' teriak Gea histeris.

"Ayo Win, kamu bisa!" teriak yang lain memberi semangat.

Bugh

Bugh

Yoga dan Darwin saling menendang dan memukul sampai wajah mereka benar-benar sudah babak belur.

"Kalian ini gimana sih? kok dibiarkan aja!" tegur sang ketua kelas dengan wajah kesal. Ia berusaha menerobos kerumunan di dalam kelas itu. Tetapi tidak ada yang memberinya jalan.

Semua siswa penasaran dan saling mendorong untuk melihat apa yang terjadi. Suara-suara ribut di dalam kelas itu semakin menambah keriuhan di dalam kelas.

Pergumulan antara Darwin dan juga Yoga tak bisa dihentikan hanya dengan suara teriakan siswa-siswi yang sangat heboh itu.

Bukannya mengamankan perkelahian, mereka malah membuat suasana semakin panas seolah mereka sedang menonton pertandingan tinju di sebuah ring.

Plak!

Vanilla Granola, wali kelas VII.A sekaligus adalah guru BP sudah berada di ruangan atas laporan salah satu siswi di kelas itu.

Plak!

Sekali lagi guru cantik berhijab itu memukul meja dengan menggunakan sebuah penggaris yang terbuat dari kayu untuk menghentikan perkelahian siswanya.

Seketika ruang kelas langsung sepi. Mereka baru sadar kalau bunyi pukulan di meja itu adalah pukulan mistar sang wali kelas.

Darwin dan Yoga belum saling melepaskan. Mereka masih saking mencengkeramkan kerah kemeja putih mereka masing-masing.

"Darwin dan Yoga ke ruangan ibu sekarang!" Vanila Granola menunjuk dua pelaku perkelahian itu dengan ujung mistarnya kemudian meninggalkan ruang kelas itu diikuti tarikan nafas semua siswa.

Darwin Atmaja dan Yoga Putra saling melepaskan cengkraman tangan mereka kemudian mengikuti Vanilla Granola sang wali kelas sekaligus guru BP di sekolah itu.

"Duduk dan tulis nama orang tua atau wali yang bisa saya hubungi!" titah guru cantik berhijab itu dengan suara tegasnya.

"Baik Bu!" jawab Darwin dan Yoga patuh. Mereka berdua meraih kertas dan sebatang pena yang sudah disiapkan oleh guru muda itu.

Setelah menulis nama dan nomor handphone wali atau orang tua mereka, Vanilla Granola memulai tugasnya sebagai guru Bimbingan konseling bagi anak yang sedang bermasalah seperti kedua anak yang ada di hadapannya ini.

"Katakan pada ibu, kenapa kalian berkelahi?!"

"Yoga Bu."

"Darwin yang mulai Bu."

"Bukan saya Bu tapi Darwin."

"Yoga yang mencoret seragam saya Bu."

Kedua siswa berusia sekitar 12 tahun itu saling menunjuk dan tidak mau mengakui siapa yang memulai perkelahian itu hingga Vanilla Granolla merasakan emosinya memuncak karena kesal.

"Baiklah, kalau kalian berdua tidak ada yang mengaku terlebih dahulu. Nah sekarang lihat ini," Vanilla Granola menunjuk sebuah kaca besar yang ada di samping tempatnya duduk.

"Lihat wajah kalian yang sudah hancur seperti itu." Yoga Putra dan Darwin Atmaja mengikuti arah pandang ibu guru cantik yang ada dihadapan mereka.

Kedua siswa itu bisa melihat wajah mereka nampak sangat kacau dengan bekas darah dan lebam di hampir seluruh permukaan wajah mereka.

"Gimana? masih tampan?" tanyanya pada kedua siswanya itu yang lama terdiam dengan wajah menunduk.

"Pernah tidak kalian mikir bagaimana perasaan orang tua, Mama dan Papa saat lihat wajah kalian seperti ini?"

"Mereka melepas kalian kesekolah setiap pagi dengan senyum dan harapan yang sederhana, yaitu kalian kembali ke rumah dengan membawa ilmu pengetahuan."

"Papa dan Mama banting tulang cari nafkah untuk bisa menyekolahkan kalian di sekolah mahal ini untuk apa?"

"Supaya kalian bisa mendapatkan yang terbaik seperti anak-anak yang lainnya."

"Mengerti kalian?"

"Mengerti Bu."

"Nah bagus, tapi ibu lihat dicatatan buku ini. Dalam setahun ini kalian sudah 3 kali lho masuk kesini dengan kasus yang sama." Vanilla Granola memandang dua siswa itu intens.

Kedua siswa itu semakin menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Surat-surat peringatan saat kalian melanggar sampai gak nih kepada Mama dan Papa kalian?"

"Sampai Bu." jawab Darwin dengan cepat. Yoga tidak menjawab. Anak itu hanya menjalin jari-jarinya dibawah meja.

"Yoga?" Vanila Granola memanggil nama siswa tampan dan terkenal dari keluarga kaya itu.

"Surat-surat itu tidak pernah sampai Bu. Papa selalu sibuk dan Mama sudah lama gak ada." guru BP cantik itu menarik nafas berat.

Broken home, kasihan sekali. ujarnya membatin.

"Kalau begitu kalian tulis janji ini sampai orang tua kalian datang ke sekolah ini!" Vanilla Granola menyerahkan satu buah buku baru berisikan 50 lembar kepada kedua anak didik yang bermasalah tersebut.

"Sampai datang Bu?" tanya Yoga dengan pandangan mata tak percaya.

"Iya kenapa?"

"Tapi Papa saya biasanya sangat sibuk dan mungkin akan memakan waktu lama untuk sampai ke sekolah ini Bu."

"Tidak apa Yoga, ibu akan tetap menunggu."

"Meskipun sampai malam atau sampai jam kerja di Perusahaannya selesai?"

"Yoga!, kerjakan cepat tugasmu dan tidak perlu banyak bertanya. Ibu akan pastikan papamu datang hari ini!" ujar Vanilla Granolla dengan tatapan tajam pada siswanya itu.

"Iya ibu. Saya harap demikian." ujar siswa berusia 12 tahun itu kemudian segera menulis kata-kata perjanjian untuk tidak mengulangi perkelahian itu lagi.

Drrrt

Drrrt

Hazel Almondo menatap layar handphonenya dengan tatapan tak terbaca. Ia mengabaikan panggilan itu dengan langsung mematikan sambungan telepon itu.

Pengusaha muda itu sangat tidak menyukai kalau ada gangguan berupa telepon yang masuk saat ia sedang meeting atau sibuk bekerja.

Pukul lima sore saat pekerjaannya sudah selesai, pimpinan perusahaan besar yang bergerak di bidang jasa travel itu baru mengaktifkan handphonenya.

Rentetan notifikasi laporan panggilan dan pesan berebut berbunyi meminta perhatiannya. Hazel Almondo biasanya hanya ingin membuka nomor yang ia kenal.

Tetapi perhatiannya kini tertuju pada satu nomor baru yang melakukan panggilan sebanyak puluhan kali. Diikuti satu pesan yang membuatnya terhenyak.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Kepada bapak wali / orang tua atas nama Yoga Putra Almondo.

Saya adalah guru BP putra anda yang sedang terlibat masalah di sekolah. Mohon itikad baik anda untuk datang ke sekolah saat ini juga untuk membebaskan nya dari bermalam di tempat ini bersama nyamuk yang sedang kelaparan.

Mohon maaf, saya juga mempunyai urusan pribadi.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

TTD

Ms. Vanilla Granola

Guru BP yang unik, tetapi nama itu? ah tidak mungkin.

Dia tidak mungkin menjadi seorang guru.

Ujarnya membatin. Hazel Almondo tersenyum samar.

*Bersambung

Hai jumpa lagi ya para readers tersayangnya othor. Ingat memberi like dan komentar ya😍

Bab 2 BTM

Pria tampan itu segera melajukan mobilnya ke arah sekolah Yoga Putra Almondo.

"Apa ibu tidak ingin pulang? ini sudah sangat sore." Yoga menekuk wajahnya karena sudah mulai bosan dan lelah. Buku tulis berisi 50 lembar itu sudah penuh dengan tulisan tangannya tetapi ia belum juga bisa keluar dari ruangan guru BP itu.

"Kita akan menginap di sini sampai Papamu datang dan menemui ibu di sini."

"Tapi, Bu." Yoga yakin papanya tidak mungkin datang. Siswa berusia 12 tahun itu ragu kalau usaha Ibu Vanilla Granolla akan berhasil.

Tok

Tok

Tok

"Semoga yang datang itu Papa, biar saya yang buka pintunya ibu." Yoga Putra Almondo segera berdiri dari duduknya dan membuka pintu ruangan itu.

"Yoga?"

"Syukurlah Papa datang. Ibu Vani ingin bicara sama Papa." anak itu membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan pria tampan berusia 30 tahun itu masuk dan duduk di depan seorang guru cantik berhijab itu.

"Maafkan saya ibu, karena datang terlambat." ucap Hazel Almondo dengan nada sopan, meskipun itu bukan sifat aslinya. Ia adalah salah satu pengusaha muda arogan di Dunia ini.

Vanilla Granola yang sejak tadi menyusun beberapa buku album hasil rekaman data siswa bermasalah segera menghentikan kegiatannya. Ia menoleh dan memandang wajah pria yang sedang duduk di depan mejanya itu.

Deg

Dadanya tiba-tiba berdebar keras. Mata mereka berdua tak sengaja terpaut satu sama lainnya.

"Vanilla?" Hazel Almondo dengan spontan menyebutkan namanya.

"Selamat sore Pak Hazel Almondo. Anda pasti sangat sibuk sampai tidak punya waktu untuk putra anda." Vanilla Granola berusaha menguasai perasaannya. Gadis itu berusaha mengabaikan panggilan pria dihadapannya.

"Ah iya. Maafkan saya Bu guru." ucap Hazel Almondo dengan nada kikuk. Entah kenapa ia begitu terpaku dengan sekap dewasa seorang Vanilla Granolla padanya.

"Tidak perlu minta maaf pada saya Pak. Cukup berikan waktu yang cukup pada Yoga. Jangan sampai anda menyesal karena menyia-nyiakan waktu berharga dimasa pertumbuhannya." jawab guru cantik itu sembari berpura-pura mengatur beberapa buku di atas mejanya.

"Uang bisa dicari Pak. Tetapi hubungan dan kedekatan dengannya jangan sampai hilang karena kesibukan."

"Tolong Pak. Luangkan waktu anda untuknya. Pantau kegiatannya di rumah maupun di luar. Sesungguhnya Yoga hanya butuh perhatian lebih dari anda sebagai orang tuanya." Vanilla Granola terus berbicara tanpa mau membalas tatapan pria yang pernah hidup bersamanya itu.

"Iya Bu Guru. Mulai saat ini saya akan memberikan waktu terbaik saya untuknya." Yoga yang menyimak pembicaraan mereka berdua langsung tersenyum senang. Itu artinya usahanya menjadi anak nakal berhasil dan akhirnya mendapatkan perhatian dari papanya.

"Nah, itu bagus Pak. Saya yakin dengan keterlibatan anda dalam mendidik Yoga maka bisa dipastikan kegiatannya yang selama ini membawa pengaruh buruk bisa segera dikurangi bahkan dihentikan." jelas guru bimbingan dan konseling itu sembari menatap penanda waktu di tangannya.

Hampir Magrib

Gadis itu segera berdiri dari duduknya karena ia merasa permasalahan siswanya itu sudah selesai kemudian berucap,

"Mohon maaf pak Almondo, bukan maksud saya untuk meminta anda dan nak Yoga pulang. Tetapi ini sudah sangat sore. Anda mengerti 'kan?"

"Ah iya terimakasih banyak Bu Guru." ucap Hazel Almondo dengan ekspresi tak terbaca. Ia sungguh merasa terpesona dengan penampilan Vanilla Granolla saat ini.

Cantik dan cerdas!

Pria itu membatin kemudian ikut berdiri. Ia ingin sekali berbicara santai dengan mantan istrinya itu tetapi entah kenapa perempuan itu seolah-olah berusaha untuk menghindarinya.

"Van!" panggilnya saat mereka bertiga sedang berjalan keluar dari lingkungan sekolah itu menuju tempat parkir.

Vanilla Granola menghentikan langkahnya kemudian berbalik.

"Maaf Pak, saya sedang terburu-buru sekarang, ini sudah sangat sore." ujarnya sembari melipat tangannya di depan dadanya. Hazel Almondo tersenyum.

"Baiklah, lain kali kita pasti akan bertemu." balas pria itu berusaha mengerti. Mereka berdua pun menaiki mobil masing-masing dengan perasaan yang sama-sama kacau balau.

"Papa kenal ya sama Bu Vani?" tanya Yoga saat Hazel Almondo mulai menjalankan mobilnya.

"Kenal." jawab Hazel singkat. Ia terus memperhatikan kaca spionnya memantau arah perginya mobil Vanilla Granolla, sang mantan istri yang tiba-tiba saja sangat menarik dimatanya.

"Teman kuliah ya Pa?"

"Tidak."

"Teman sekolah?" tanya Yoga lagi berusaha mengajak pria yang disampingnya untuk berbicara lebih banyak tentang guru favoritnya itu.

"Iya, dan mantan istri." jawab Hazel Almondo yang langsung membuat seorang Yoga langsung tercekat.

"Wahhhh, dekat banget Pa,"

"Ngak juga."

"Lho?" Hazel Almondo tidak lagi mau menjawab pertanyaan putranya. Ia lebih memilih fokus ke jalanan di hadapannya dimana mobil mantan istri yang juga merupakan guru Bimbingan dan konseling Yoga itu sedang berjalan lebih cepat.

Sementara itu Vanilla Granolla berusaha untuk tidak terpengaruh dengan pertemuan yang cukup membuat hatinya berdebar keras itu. Ia tak menyangka kalau Yoga Putra Almondo adalah putra mantan suaminya.

Glek glek glek

Perempuan cantik itu meminum air mineral dari dalam botolnya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa sangat kering.

Hazel Almondo berati sudah menikah lagi setelah perceraian kami dulu.

Yoga berusia 12 tahun

Dan kami berpisah saat itu.

Tega sekali dia

Huffft

Perempuan itu menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya pelan.

Sudahlah, jodoh kita memang beberapa saat saja. Tapi pengalaman yang aku dapatkan dengan pernikahan singkat itu sangat banyak Hazel.

Bagaimanapun juga Terimakasih banyak atas segalanya.

Perempuan itu terus mengemudikan mobilnya tanpa sadar kalau ia sedang diikuti oleh mantan suaminya itu.

"Pa, kita kok gak pulang ke rumah?" tanya Yoga lagi saat merasa jalur yang diambil Papanya sudah terlalu jauh melewati jalur yang biasa mereka lewati.

"Aku ingin tahu dimana rumah ibu guru Vani, Ga."

"Oh gitu ya? untuk apa Pa?"

"Untuk konsultasi pribadi. Aku rasa ia sangat mengerti tentang psikologi."

"Ah iya Pa, Bu Vani itu sangat pintar dan baik hati. Ia sering mengundang kami ke rumahnya kalau seandainya butuh teman untuk membicarakan permasalahan kami."

"Oh ya?" Hazel Almondo tersenyum samar dengan kepribadian mantan istrinya itu. Ia sungguh tidak menyangka kalau istrinya yang dulu sangat terkenal nakal dan Badung di sekolah ternyata bisa menjadi guru Bimbingan dan konseling.

Ciiiiiit

Hazel Almondo menghentikan laju mobilnya agak jauh dari tempat berhentinya mobil di hadapannya. Dan entah kenapa hatinya merasa sangat tidak nyaman saat melihat seorang pria muda sedang berdiri di depan sebuah rumah minimalis yang ia curigai sebagai rumah Perempuan itu.

Nampak sekali kalau hubungan keduanya bukanlah hubungan biasa.

"Kamu kenal pria itu Ga?" Yoga mengikuti arah tunjuk sang Papa ke arah depan.

"Kenal Pa, kayaknya calon suami Bu Vani deh."

Deg

Seketika tubuh Hazel Almondo merasa kaku.

*Bersambung

Hai readers tersayangnya othor, sehat hari ini?

Like dan komentarnya dong, kasih bunga atau apa gitu yang penting othor semangat updatenya.

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Bab 3 BTM

"Kamu tunggu di sini Ga, aku sapa Ibu Vani terlebih dahulu." ujar Hazel Almondo sembari membuka seatbeltnya dan turun dari mobilnya.

"Iya Pa." jawab Yoga kemudian mengambil handphonenya yang selama ini dimatikan selama proses belajar berlangsung di sekolahnya. Ia baru mendapatkan izin mengaktifkannya ketika sudah selesai waktu belajar.

Sedangkan di luar sana. Sang Papa sedang berbasa-basi dengan dua orang yang cukup mengganggu perasaannya.

"Van, kamu tinggal di sini ya?" tanya Hazel Almondo saat perempuan cantik itu sibuk berbicara dengan seorang teman prianya.

"Eh, Pak Hazel. Iya Pak." jawab Vanilla Granolla dengan wajah kaget. Ia tak menyangka kalau mantan suaminya itu mengikutinya sampai ke rumahnya.

"Siapa Van?" tanya Tora ikut penasaran dengan pria yang baru dilihatnya itu.

"Oh kenalin, ini Papanya Yoga Putra Almondo kls 7.A itu. ingatkan mas? Dan ini mas Tora guru Penjaskes di sekolah putra anda pak Hazel." perempuan itu memperkenalkan dua pria itu dengan senyum diwajahnya.

Dua pria itu pun saling bersalaman satu sama lainnya dengan tatapan saling mengintimidasi.

"Maaf semuanya, aku gak ngajak masuk ke rumah ya, udah sore banget nih." Vanilla Granola menghidupkan klakson mobilnya dan segera meninggalkan dua pria itu di sana. Seorang satpam membukakan pintu pagar rumahnya kemudian ia pun masuk.

"Baik Pak Tora, sampai jumpa lagi. Selamat sore." ujar Hazel Almondo kemudian berlalu dari hadapan pria muda yang merupakan guru dari putranya itu.

"Ah iya Pak Hazel. Senang berjumpa dengan anda." jawab Tora tersenyum kemudian segera naik ke sepeda motornya.

Pria itu sengaja menemui Vanilla Granolla, gadis incarannya karena merasa khawatir akibat laporan dari satpam di sekolah kalau sisa guru perempuan itu yang belum pulang dari sekolah. Dan sekarang ia bisa bernafas lega.

Sementara itu Vanilla Granolla melangkah masuk ke kamarnya dengan tubuh lelah begitupun dengan hatinya.

Kupikir mandi adalah solusi terbaik saat ini.

Perempuan berusia 27 tahun itu mulai melepaskan pakaiannya kemudian memasuki kamar mandi d

untuk menyegarkan dirinya. Untungnya ia sudah sholat ashar di sekolah. Jadi ia sekarang bebas berendam untuk merilekskan tubuhnya.

Hazel Almondo

Tiba-tiba saja nama itu kembali menghiasi kepalanya. Perempuan itu menutup matanya mengingat kembali kisahnya dengan pria itu yang berakhir dengan perpisahan.

Flashback on

Vanilla Granola, siswi kelas 12 SMA Tunas Bangsa. Terkenal cantik dan cerdas tetapi sayangnya ia juga sangat nakal di sekolahnya. Bolos dan membuat keributan adalah kesehariannya.

Menjadi langganan ruang bimbingan dan konseling hampir setiap pekan. Semua guru sudah tahu tentang sifat badungnya itu.

Tetapi tetap saja menjadikan dirinya selalu menjadi perwakilan setiap lomba Olimpiade sains di sekolahnya bersama dengan Hazel Almondo sang ketua OSIS.

Gadis itu sangat cerdas hingga si ketua OSIS kadang merasa sangat tidak nyaman dengannya. Hazel Almondo merasa mendapat saingan berat. Dan lagi ia tidak menyukai sifat Vanilla Granolla yang sangat bar-bar dan juga suka membuat keributan di sekolah.

Siswa perempuan dan laki-laki sering diajaknya berduel kalau ia sedang tidak puas dengan apa yang ia inginkan.

Semua gadis yang berusaha didekati oleh Hazel selalu mendapatkan perlakuan kasar dari Vanilla Granolla. Karena bagi gadis cantik itu Hazel Almondo adalah miliknya seorang.

Akhirnya mereka sering saling berdebat dan bahkan saling bermusuhan. Tetapi bagi dewan guru mereka berdua merupakan pasangan yang cukup serasi dengan latar belakang sifat yang sangat berbeda.

Keseringan bersama untuk berlatih setiap menghadapi lomba membuat perasaan Vanilla Granolla semakin tumbuh dengan sangat baik.

Sejak dulu ia sangat menyukai ketua OSIS dua periode itu. Tetapi perasaannya tidak pernah dibalas oleh seorang Hazel Almondo.

Pria itu malah sengaja mempertontonkan kalau ia sudah mempunyai pacar di depan semua orang hingga membuat seorang Vanilla Granolla meradang.

"Hey, kamu tahu gak, kalo cuma aku yang bisa dampingin Hazel hah? kok kepedean banget sih kamu?!" seru Vanilla pada adik kelasnya itu. Sari Mawangi hanya bisa menangis dengan sikap kasar kakak kelasnya itu padanya.

"Aku akan minta putus dari Kak Hazel, tapi jangan ganggu aku kak," gadis itu terus menangis karena takut. Ia sungguh tidak tahu kalau pria yang menembaknya Itu adalah incaran si brandal cantik Vanilla Granolla.

"Baguslah kalau kamu cepat paham. Sekarang jangan lagi berniat untuk mendekati Hazel, okey?"

"Iya Kak. Aku tidak akan mendekatinya. Bahkan aku akan pindah dari sekolah ini kalau perlu." Sari Mawangi benar-benar ketakutan. Tubuhnya sampai gemetar hanya karena mendapat ancaman dari seorang gadis berandalan di sekolah itu.

"Kamu tidak perlu pindah. Hanya saja hindari yang namanya Hazel Almondo. Karena jika aku melihatmu maka aku pastikan kamu dan keluargamu tidak akan hidup tenang, mengerti kamu teh Sari yang tidak wangi?"

"Iya kak, iya." gadis itu kemudian segera meninggalkan kantin tempat mereka berdua berbicara dan membuat Vanilla Granola menyeringai.

Hmmm kamu pikir aku akan membiarkanmu bersama Hazel?

Jangan mimpi!

Vanilla hanya akan berjodoh dengan Hazel. Camkan itu!

Sementara itu di depan Kantin, Sari Mawangi tak sengaja bertemu dengan Hazel Almondo yang sedang mencarinya di manapun.

"Sari, ada apa?" tanya Hazel pada pacar barunya itu. Ia bisa melihat kalau mata gadis itu masih basah oleh airmata.

"Gak ada apa-apa kak, aku cuma sedang sakit kepala. Permisi." jawabnya kemudian segera pergi dari sana tetapi tangannya ditarik oleh ketua OSIS itu supaya tidak pergi dari sana.

"Lepasin Kak. Aku tidak mau bertemu kakak lagi." ujar Sari Mawangi dengan ketus. Ia benar-benar takut pada ancaman Vanilla Granolla dan lebih memilih untuk meninggalkan pria itu daripada harus berhadapan dengan si brandal Vani.

"Sari, ada apa? kita bahkan baru jadian 2 hari masak harus putus sih?" Hazel tidak terima dengan tingkah pacarnya itu padanya. Ia menahan tangan gadis itu agar tidak pernah pergi darinya.

"Kak Hazel bisa ngerti gak sih? aku minta kita putus sekarang juga!" teriak gadis itu lagi sembari menghentakkan tangannya keras. Sari segera berlari dari sana dengan sakit yang teramat di hatinya.

Hazel Almondo menarik nafas panjang. Ia yakin ini semua karena perbuatan Vanilla Granolla sigadis berandal itu. Dengan emosi di dadanya ia memasuki kantin untuk mencari gadis pembuat masalah itu.

"Vanilla Granola!" geramnya dengan rahang mengetat sempurna.

"Kamu yang bikin Sari nangis kayak tadi?" tanya Hazel pada gadis yang sedang santai meminum jus jeruknya itu.

"Sari siapa ya?" tanya Vanilla dengan wajah santai seolah tidak terjadi apa-apa. Ia memang sangat menyukai Hazel Almondo tetapi ia paling anti untuk menghiba-hiba seperti gadis-gadis lain yang menyukai pria itu.

Gadis berandal itu ingin Hazel Almondo yang mengerti perasaannya sendiri.

"Sekali lagi aku dengar kamu menggangu pacar-pacarku, aku pastikan kamu akan mempertanggungjawabkan perbuatanmu!"

"Siapa takut?!" cibir Vanilla Granolla kemudian menghabiskan sisa jus jeruknya. Gadis itu meninggalkan Hazel Almondo yang masih menunjukkan rasa kesal diwajahnya. Sedangkan Vanilla Granolla tersenyum penuh kemenangan.

*Bersambung

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!