NovelToon NovelToon

Istri Simpanan Tuan CEO

Tak Di Hargai

Seorang CEO yang tampan bernama Sabastian atau yang biasa akrab di panggil Tian. Hidupnya memang telah sempurna karena di samping dia itu sukses menjadi seorang CEO di suatu perusahaan besar, dia juga memiliki seorang istri seorang model papan atas bernama Maharani biasa di sapa Rani.

Kehidupan keduanya terbilang romantis, tapi ada hal yang selalu mengganjal pikiran Tian. Yakni sudah satu tahun pernikahan, akan tetapi Rani tak kunjung hamil, yang ternyata dia tak menginginkan kehamilan.

"Sayang, kira sudah satu tahun menikah. Sudah saatnya aku ingin punya anak darimu, apa nggak sebaiknya kamu hentikan saja memakai alat kontrasepsi?" pinta Tian di sela kebersamaannya dengan Rani.

"Mas, aku itu belum ingin hamil. Apa lagi aku sebentar lagi ada proyek besar yakni menjadi model di salah satu tabloid ternama di negara Amerika. Bahkan rencana besok aku sudah terbang ke sana karena selain ada pemotretan aku juga di tawari untuk menjadi bintang iklan dan artis," ucap Rani antusias.

"Lantas kapan kamu akan memberikan keturunan untukku? adanya rumah tangga yang paling utama itu kehadiran anak. Lagi pula aku ini punya segalanya, dan kamu tidak akan kekurangan jika kamu hentikan saja profesimu sebagai model,' ucap Tian menahan rasa kesalnya.

Selalu saja perkataan dia tak pernah di dengar oleh istrinya.

"Mas, ini adalah karir aku yang telah aku impikan semenjak aku sekolah dulu. Sekarang aku sudah bisa meraihnya, bahkan semua ini butuh perjuangan dan kerja keras. Masa iya aku harus melepaskannya begitu saja?" ucap Rani yang memang memiliki sifat keras kepala.

"Rani, kamu ini seorang istri loh. Kamu jarang sekali melayani segala kebutuhan aku mulai dari pagi hingga malam, semua di lakukan oleh asisten rumah tangga kita," ucap Tian mencoba menyadarkan Rani.

"Itu kan memang sudah tugas dari seorang asisten rumah tangga untuk mengatur rumah kita. Masa iya mereka tidak melakukan apapun sama saja dengan makan gaji buta dong," ucap Rani terus saja membela dirinya.

"Astaga, Rani. Sadar dong, aku ini suamimu. Yang butuh perhatian dan kasih sayangmu. Masa iya kamu masih saja berkeras hati seperti ini?"

Akan tetapi Rani sana sekali tak menghiraukan perkataan dari suaminya. Dia malah beranjak pergi ke kamarnya untuk mengemasi semua pakaiannya. Tian pun beranjak ke kamar menyusul Rani.

"Rani, kamu tetap akan pergi?" tanya Tian memastikan.

"Iyalah, aku tidak akan mengurungkan niatku ini. Apa lagi aku sudah tanda tangan kontrak untuk dua tahun kedepannya. Dan mungkin aku juga akan jarang pulang, mas. Aku harap kamu juga bisa mengerti aku ya, tapi aku janji jika waktu luang pemotretan atau sedang tidak ada job aku akan pulang ke Indonesia," ucap Rani seraya sibuk menata semua pakaiannya.

"Apa, dua tahun? yang benar saja kamu, Rani. Masa iya selama dua tahun kamu akan berada di Amerika?" Tian masih saja kurang percaya.

"Mas, ini kesempatan langka bagiku. Sudah dua tahun aku menjadi foto model tapi hanya sebatas di Indonesia ini. Aku juga ingin seperti model yang lain, mendapatkan kesempatan untuk go Internasional," ucap Rani.

"Kamu lebih mentingin karirmu dari pada suamimu ini, Rani?" Tian merasa kecewa dengan keputusan Rani.

"Suamiku tersayang, tolong mengertilah. Setelah dua tahun , setelah kontrak ini selesai aku janji akan fokus dengan rumah tangga kita," bujuk rayu Rani mengusap kedua pipi suaminya.

"Aku nggak jamin, Rani. Jika kamu berjalan sendiri tanpa mengindahkan aku sebagai suamimu. Aku juga akan melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan."

"Di sini aku merasa tak di hargai sebagai kepala keluarga. Padahal aku punya segalanya, tanpa kamu bekerja pun aku sanggup mencukupi segala kebutuhanmu."

Tian sudah teramat kesal pada istrinya yang tak menurut padanya.

"Mas, kenapa kamu berkata seperti itu? seharusnya kamu itu bangga punya seorang istri berprofesi model papan atas dan bahkan istrimu ini akan go internasional. Kok malah kamu seperti ini?"

"Suami mana pun belum tentu bangga dengan istri seperti dirimu. Kecuali aku tak sanggup menafkahi dirimu, kamu melakukan hal seperti ini. Kerja sebagai model tanpa ingat waktu dan tanpa ingat suamimu ini. Aku juga butuh perhatianmu, Rani."

"Mas, kenapa kamu ini manja banget sih seperti anak kecil saja. Bukankah dari awal pernikahan kita, kamu juga tak keberatan aku tetap bekerja sebagai model. Lantas kenapa sekarang kamu berubah? seharusnya kamu itu mendukung istrimu, bukan malah seperti ini. Ah sudahlah mas, aku mau tidur karena dini hari aku harus sudah di bandara," ucap Rani tak menghiraukan suaminya lagi. Dia pun merebahkan badannya di ranjang setelah usai mengemasi pakaiannya di dalam koper besar.

Rian hanya bisa menatap punggung istrinya yang tidur membelakangi dirinya. Seraya sesekali mengusap wajahnya dengan kasar dan menghela napas panjang.

****

Pagi menjelang, Tian terbangun dan istrinya sudah tidak ada di sampingnya.

"Ya ampun, Rani. Kamu pergi saja tak membangunkan aku untuk pamit dan minta di antar aku. Aku merasa semakin hari aku ini tak ada harganya sama sekali."

"Padahal kita menikah juga atas dasar cinta satu sama lain. Bahkan kita pacaran juga bukan hanya sebentar tetapi beberapa tahun lamanya."

"Iya aku tahu, impianmu dari dulu memang menjadi seorang model. Tetapi setelah kamu berhasil menjadi model papan atas, seharusnya kamu tak melupakan suamimu ini."

Tian terus saja menggerutu sendiri, dia benar-benar dilema dengan pernikahan nya.

"Malas rasanya jika aku berangkat ke kantor dalam kondisi hati seperti ini. Sebaiknya aku pergi sejenak untuk mencari hiburan."

Hingga Tian memutuskan untuk pergi kesebuah desa terpencil dimana suasana alamnya sangat indah dan sejuk udaranya.

Pada saat dia sedang asik mengemudi mobilnya, tiba-tiba ia alami kecelakaan tunggal. Dan kebetulan ada seorang gadis desa yang melintas bersama dengan seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah ibunya.

"Ibu, ada mobil menabrak pohon besar itu. Kita harus tolong pengemudinya, Bu." Ucap gadis tersebut seraya berlari kecil ke arah mobil itu.

Ibunya menyusul dengan berlari kecil pula. Gadis beserta ibunya menolong Tian yang tak sadarkan diri dengan bantuan dari warga.

"Bu, bagaimana ini ya? apa sebaiknya kita bawa ke klinik saja ya?" tanya sang gadis cemas dan panik.

Namun tak berapa lama, Tian sadar akan tetapi pandangan matanya masih saja berkunang-kunang. Dia merasa kepalanya begitu sakit, hingga akhirnya ia pun pingsan lagi.

"Aduh, Bu. Pria ini pingsan lagi bagaimana ini, Bu?" tanya si gadis.

'Kamu nggak usah panik, kita kan biasa obati dia dengan obat tradisional."

Akhirnya Menikah

Saat itu juga Bu Betty mengobati Tian dengan ramuan tradisional karena kebetulan itu adalah keahliannya.

Bu Betty memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik rupawan bernama Cantika.

Setelah beberapa hari di rawat oleh Cantika dan Bu Betty, Tian pun telah sadarkan diri dan pulih.

"Alhamdulillah, akhirnya Mas sadar juga setelah beberapa hari pingsan. Sebentar ya, mas. Aku mau kasih tahu pada ibu dulu." Cantika berlari kecil mencari keberadaan ibunya.

Hanya beberapa detik, ia sudah kembali lagi dengan ibunya.

"Nak, kamu sudah sadar. Syukurlah jika begitu," ucap Bu Betty.

Tian melihat kesekelilingnya, ia merasa bingung karena berada di tempat yang menurut dirinya asing.

"Aku ada dimana, dan bagaimana pula aku ada di sini?" tanyanya bingung.

"Kamu ada di rumah kami, pada saat itu kami tak sengaja menemukan dirimu dalam kondisi terluka di dalam mobil," ucap Bu Betty.

Sejenak Tian terdiam begitu saja, dia sedang memikirkan kejadian itu.

"Oh iya, bu. Aku ingat sekarang, terima kasih ya Bu sudah menolongku?" ucapnya seraya melirik ke arah Cantika.

"Kenapa dadaku berdegup kencang seperti ini pada saat aku melihat gadis ini. Getaran ini juga pernah aku rasakan pada saat aku dulu jatuh cinta pada, Rani," batin Tian.

"Masa iya, baru bertemu dengan nya aku sudah jatuh cinta seperti ini!" batinnya lagi.

********

Sejak saat itu, Cantika dan Tian sudah mulai akrab. Akan tetapi Tian menyembunyikan jati dirinya jika dia adalah seorang CEO di hadapan Cantika dan ibunya.

"Aku ingin tahu apakah Cantika ini matre atau tidak, jika aku menyamar sebagai seorang sopir pribadi," batinnya.

Selagi dirinya duduk diam menunggu Cantika di ruang tamu. Tiba-tiba Cantika berlari ke arahnya seraya menangis, hal ini membuat Tian heran.

"Cantika, ada apa?" tanyanya.

Cantika meraih tangan Tian dan menariknya membawanya masuk ke dalam kamar ibunya tanpa ada sepatah kata pun hanya ada linangan air mata.

"Nak Tian, duduklah. Karena ibu ingin bicara padamu," pintanya lirih.

"Bu,apa nggak sebaiknya kita ke rumah sakit saja," saran Tian tak tega melihat kondisi Bu Betty.

"Nggak usah, nak. Ibu punya satu permintaan, sebelum ibu pergi. Tolong kamu jaga dan sayangi Cantika ya? ibu ingin melihatnya menikah saat ini juga kamu mau kan menikahi Cantika?" pinta Bu Betty lirih.

"Bu, ja....

"Ssssttt...Cantika." Tian menggelengkan kepalanya pada saat Cantika ingin berkata-kata.

"Bu, aku mau menikahi Cantika saat ini juga," ucap Tian dengan pasti.

"Tapi, mas. Kita kan belum lama kenal dan belum tahu satu sama lain," ucap Cantika.

"Cantika, jika kamu menolak keinginan terakhir ibu, ibu akan sedih."

Air mata meleleh dari sudut mata Bu Betty yang saat ini tergolek tak berdaya.

Hingga pada akhirnya Cantika tak bisa lagi menolak keinginan terakhir ibunya. Cantika dan Tian menikah siri di rumah sakit dengan saksi beberapa perawat dan dokter.

"Nak Tian, terima kasih ya sudah mau mengabulkan keinginan ibu ini. Tian jaga dan sayangi Cantika. Dan kamu Cantika berbaktilah pada suamimu."

Setelah mengucapkan pesan terakhir, Bu Betty benar-benar meninggal saat itu juga. Isak tangis tak dapat di hindarkan lagi oleh Cantika. Seolah ia tak rela jika ibunya pergi begitu saja karena hanya ibu yang ia punya.

***********

Satu bulan berlalu dari meninggalnya Bu Betty. Tapi Tian masih saja menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang CEO.

"Sayang, aku minta maaf ya belum bisa menikahi resmi dirimu karena aku belum punya biaya, kamu tahu kan aku hanya seorang sopir," ucap Tian berbohong.

"Iya, mas. Nggak apa-apa kok. Yang terpenting kamu benar-benar tepati janjimu pada almarhumah ibuku," ucap Cantika.

"Ya Allah, sebenarnya aku merasa berdosa dengan kebohonganku ini. Maafkan aku Cantika, aku belum bisa berkata jujur tentang diriku ini. Juga tentang istri pertamaku. Dan aku juga menunggu waktu yang tepat untuk bisa menalak Rani, karena saat ini ia sedang ada di luar negeri," batin Tian.

Hingga suatu hari, terjadi insiden yakni Cantika dan Tian harus pergi dari rumah peninggalan almarhumah Betty. Karena rumah tersebut harus di gusur paksa untuk pembangunan sebuah pusat perbelanjaan.

"Mas, bagaimana ini? padahal rumah ini adalah satu-satunya kenangan ku bersama orang tuaku. Walaupun kita diberikan ganti uang untuk membeli rumah yang baru, tapi rasanya aku tidak rela." Cantika menangis histeris.

"Sayang, ikhlaskan saja. Sebaiknya kita cepat pergi dari sini sekarang juga, jangan sampai mereka marah dan bertindak kasar pada kita." Tian merangkul Cantika meninggalkan rumah tersebut.

"Mas, lantas kita akan tinggal dimana? nggak mungkin secara mendadak seperti ini kita langsung bisa mendapatkan ganti rumah," tanya Cantika panik.

"Sayang, kamu jangan panik seperti itu. Aku ada satu rumah yakni selama ini tak di tempati. Rumah ini milik majikanku, yang di serahkan padaku untuk di jaga. Kita bisa tempati rumah ini, daripada rumah ini tak di huni," ucap Tian menenangkan hati Cantika.

Dan pada saat itu juga, Cantika di ajak oleh Tian ke rumah barunya yang memang mewah dan megah.

"Mas, rumah sebesar ini kok hanya di beli oleh majikanmu dan nggak di huni ya sayang sekali ya," ucapnya polos.

"Makanya itu, bos meminta aku untuk merawat rumah ini."

Sejak saat itu Cantika dan Tian tinggal di rumah mewah yang sebenarnya adalah salah satu rumah milik Tian. Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis.

Pernikahan mereka begitu bahagia apa lagi setelah beberapa bulan menikah, Cantika di nyatakan hamil.

Sementara pernikahan Tian dengan Rani berasa hambar karena sejak Rani berada di luar negeri, ia tak bisa dihubungi sama sekali. Ia menghilang bagai hantu.

"Heran, dari awal Rani pergi. Ia tak pernah memberi kabar padaku sesuai dengan janjinya waktu itu. Bahkan aku sudah mengalah menelpon dia tapi sama sekali tak di responnya, pernikahan macam apa ini?" batin Tian kesal.

"Ah biar saja dia berbuat seenaknya, jika nanti dia sudah meresponku baru aku akan katakan niatku untuk pisah dengannya. Karena aku sudah menemukan wanita yang tepat untuk menjadi istriku yakni Cantika."

"Setelah aku pisah dengan Rani, aku akan menikahi resmi Cantika. Dan setelah itu sudah tidak ada lagi pernikahan monoton dan hambar."

"Karena aku yakin, bersama dengan Cantika aku akan bahagia. Apalagi saat ini kami akan memiliki keturunan, ini yang sudah aku impikan dari dulu."

"Cantika benar-benar istri yang sempurna bagiku karena dia tak pernah menuntut banyak hal dariku. Ia juga melakukan perannya sebagai seorang istri dengan sangat baik."

Tian beranggapan hidupnya akan segera berubah bahagia. Setelah nanti ia berhasil berpisah dari Rani.

Apakah Tian benar-benar akan bahagia bersama Cantika?

Terbongkar Juga

Kebahagiaan yang di rasakan oleh Cantika tidaklah mulus, karena sejak ia tinggal di rumah mewah itu ada beberapa tetangga yang selalu berkata ketus pada Cantika.

"Mba, masa iya mba nggak tahu tentang suami sendiri? ia kan sudah punya istri yang cantik yang berprofesi sebagai seorang model papan atas."

"Mba kan cantik, kok mau sih jadi pelakor? apa karena melihat kekayaan yang dimiliki oleh, Mas Tian?"

"Mba, sebaiknya mba tobat sebelum istri sahnya tahu akan kalian. Bisa lebih parah lagi nantinya."

Berbagai teguran dan perkataan pedas keluar dari mulut para tetangga yang mengetahui bahwa Tian adalah seorang CEO yang telah beristri.

Cantika hanya diam saja, tetapi di dalam hatinya penasaran juga. Apakah benar perkataan para tetangga itu?

Hingga di suatu hari, kabar kebersamaan Cantika dan Tian sampai ke telinga Rani, ia pun memutuskan untuk pulang ke Indonesia guna mengecek kebenaran kabar itu.

Rani sengaja pulang tanpa memberi tahu terlebih dahulu pada Tian tentang kepulangan dirinya. Dia sengaja ingin membuat sebuah kejutan dan juga ingin menyelidiki secara diam-diam tentang keberadaan istri simpanan Tian.

"Rani, kamu pulang? katanya dua tahun," ucap Tian yang kaget pada saat melihat Rani tiba-tiba datang di ruang kerjanya.

"Kenapa mas, kok kamu seperti nggak suka kepulanganku? bukannya ini yang kamu inginkan?" ucap Rani menatap menyelidik ke arah Tian.

"Rani, kenapa selama kamu ada di luar susah sekali di hubungi? dan kenapa pula kamu tiba-tiba pulang?" tanya Tian tanpa menghiraukan apa yang di tanyakan oleh Rani.

"Mas, aku minta maaf ya. Karena selama ini aku tak pernah dengar kata-katamu. Aku memang sengaja pulang untuk berubah demi kamu, mas," ucap Rani.

Deg ..deg..deg..

Jantung Tian berdetak kencang, ia mulai panik setelah mendengar akan hal itu.

"Aduh, jika Rani benar-benar sudah ada di rumah. Bagaimana aku bisa keluar bebas untuk bisa bersama Cantika?" batin Tian.

"Mas, kenapa raut wajahmu begitu panik seperti itu? apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Rani.

"Sembunyikan apa? pulang-pulang kok langsung curiga seperti itu," ucap Tian.

Memang kini Tian tak semesra biasanya, jika ia bersama dengan Rani pasti ia akan datang memburunya untuk mencumbunya apa lagi kini mereka baru bertemu setelah beberapa bulan berpisah.

"Memang aku merasa ada perbedaan pada Mas Tian. Apakah benar yang di katakan penelpon misterius, jika ia tengah punya wanita lain?" batin Rani.

"Jika ya, aku tidak akan biarkan wanita itu bertahan lama di sisi Mas Tian. Aku akan menyingkirkannya secepat mungkin," batinnya lagi.

Karena merasa di cuekin dan tak di anggap, Rani pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah saja dari pada berlama-lama ada di ruang kerja, Tian.

Dan kala sore menjelang, Rani begitu resah. Suaminya tak juga pulang ke rumahnya. Hingga ia menelpon salah satu pekerja kantor Tian, untuk menanyakan tentang dirinya.

"Mas Tian sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu. Lantas kenapa ia tak sampai di rumah ini ya?"

Rani mencoba menelponnya, tetapi tak di angkatnya juga. Membuat Rani semakin kesal.

Sementara Cantika terus saja penasaran dan gelisah karena para tetangga terus saja meneror dirinya dengan mengatakan jika dirinya istri simpanan seorang CEO.

"Mas Tian, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong kamu jawab dengan jujur ya," ucap Cantika.

"Katakan saja sayang, sepertinya kok serius sekali sih?" ucap Tian mengulas senyuman seraya menangkup dagu istrinya.

"Mas, siapa sebenarnya dirimu? apakah kamu ini seorang CEO yang telah beristri seorang model papan atas?" tanya Cantika to the point saja.

"Astaga, dari mana ia tahu tentang rahasiaku ini ya?" batin Tian.

"Mas, kenapa kamu hanya diam dan tak menjawab apa yang aku tanyakan ini?" tanya Cantika lagi.

Sejenak Tian terdiam karena tak tahu harus berkata apa setelah semuanya di ketahui oleh Cantika.

"Aku tak menyangka jika tetangga di sini tahu tentang jati diriku. Aku pikir mereka sama sekali tak tahu aku. Lantas aku harus bagaimana?" hatinya semakin gundah gulana.

Selagi Tian tak juga menjawab apa yang di tanyakan oleh Cantika. Tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi.

"Ting tong ting tong"

Cantika langsung beranjak untuk melihatnya.

"Heh, mana suamiku?" tanya Rani di ambang pintu pada saat Cantika baru saja membuka pintunya.

Seketika Cantika terperangah, dia kaget dengan pertanyaan Rani.

"Apakah ini istri Mas Tian, yang di katakan oleh para tetangga itu?" batin Cantika.

Sementara Tian heran, kenapa istrinya lama sekali dalam membuka pintu. Ia pun beranjak dari kamar menuju ke ruang tamu.

"Sayang.... siapa sih yang da.....

Perkataan Tian tercekat pada saat ia melihat kedatangan Rani.

Tiba-tiba Rani mendorong tubuh Cantika hingga ia nyaris jatuh namun di tangkap oleh Tian.

"Pasti kamu kaget melihat kedatanganku ini ya mas? tak perlu penasaran dari mana aku tahu tentang keberadaan dirimu ini. Aku pulang ke Indonesia juga karena ingin tahu kebenaran tentang hal ini. Banyak yang mengadu tentang dirimu padaku," ucap Rani kesal.

"Dan kamu, dasar pelakor. Apa kamu nggak bisa mencari pria yang masih lajang hingga suami orang kamu ambil?" tunjuk kasar Rani pada Cantika.

Mendengar apa yang di katakan oleh Rani, Cantika tidak tinggal diam. Ia pun membela dirinya.

"Heh, mba. Aku bukan pelakor, jika ingin menyalahkan salahkan suami mba yang tak pernah mengatakan jikadia sudah punya istri. Jangan hanya main tuding seperti ini!" bentak Cantika.

"Halaaahhhh....mana ada maling yang ngaku. Mana ada pelakor yang akui dirinya pelakor, pastinya ya mengelak. Aku tahu kenapa kamu mau menjadi istri simpanan suamiku, karena ia kaya dan seorang CEO," ejek Rani.

"Mas, kenapa kamu hanya diam? Coba kamu jelaskan padanya dan juga jelaskan padaku kenapa kamu berbohong tentang hal ini padaku?"

Tian langsung terkesiap mendapat teguran dari Cantika.

"Kalian berdua duduklah, biar aku bisa bicara dengan nyaman," pinta Tian yang ternyata sudah siap dengan perkataan yang akan ia katakan jika pernikahan sirinya terbongkar oleh Rani.

Dengan berat hati baik Rani maupun Cantika menghempaskan pantatnya di sofa, begitu pula dengan Tian.

"Cantika, aku minta maaf tak jujur padamu tentang statusku yang sudah menikah. Tetapi jika aku jujur, kamu pasti tidak akan mau menikah denganku."

"Dan kamu, Rani. Tak usah menyalahkan Cantika. Kamu koreksi dirimu sendiri kenapa aku nekad berbuat hal ini. Ini juga karena dirimu yang tak pernah anggap aku ada."

"Kamu hanya sibuk dengan karirmu tanpa kamu peduli dengan segala kebutuhan diriku sebagai seorang suami."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!