NovelToon NovelToon

My Silly Sugar Baby

Bab 1 Keinginan Silly

"Aku ingin menjadi seperti kalian," ucap Silly dengan santainya sambil menyeruput jusnya hingga habis dan berbunyi.

Sontak saja semua pasang mata sahabatnya mengarah padanya. Kedua sahabatnya itu sedang asiknya menikmati bakso pedas kesukaan mereka dan kini mereka menghentikan makannya karena mendengar perkataan dari sahabat terbaiknya itu.

"Apa maksud kamu Silly?" tanya Aurel dengan memicingkan matanya.

Sluuuuuurp...!

Silly menyeruput jusnya yang sudah habis menggunakan sedotannya hingga berbunyi.

"Aku ingin menjadi sugar baby," jawab Silly dengan santainya.

Uhuuuuk....!

Sontak saja Aurel dan Vania tersedak kuah bakso yang sangat pedas itu hingga tenggorokan dan hidungnya menjadi sakit.

"Kamu sudah gila Sil?" tanya Aurel dengan meminum orange jusnya.

"Kamu lagi stres apa lagi sakit?" tanya Vania sambil menjepit hidungnya dengan menggunakan tangannya karena merasakan sakit akibat tersedak kuah pedas baksonya tadi.

"Ngigau kali dia," sahut Aurel disela minumnya.

"Aku serius. Aku ingin bahagia seperti kalian," jawab Silly dengan memajukan badannya menghadap sahabat-sahabatnya itu.

Vania dan Aurel saling memandang, mereka tidak mengerti dengan jalan pikiran Silly saat ini. Aurel menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia tidak menyetujui perkataan Silly, begitupula dengan Vania yang juga menggelengkan kepalanya. Mereka berdua saling tidak menyetujui keinginan sahabat terbaiknya itu.

"Gak boleh!" ucap Vania dan Aurel secara bersamaan.

"Kenapa gak boleh? Kenapa kalian melarangku? Ini tubuhku, biarkan aku yang memutuskannya," sahut Silly memprotes kedua sahabatnya itu.

"Sssttt… sini, aku mau tanya," ucap Aurel sambil melambaikan tangannya dan memajukan kepalanya lebih mendekat ke arah sahabat-sahabatnya.

Silly dan Vania pun menuruti perintah Aurel, mereka mendekatkan wajahnya lebih mendekat pada wajah Aurel.

"Apa alasan kamu ingin menjadi seperti kami berdua?" tanya Aurel pada Silly dengan suara lirih seperti sedang berbisik.

"Nanti kalian juga pasti akan tau sendiri. Yang penting, tugas kalian sekarang adalah mencarikan sugar daddy buatku," tutur Silly sambil tersenyum lebar pada kedua sahabatnya.

Tet… tet… tet…

Bel masuk telah berbunyi menandakan jam istirahat mereka telah usai.

"Yuk kita masuk kelas dulu. Nanti kita bicarakan lagi setelah pulang sekolah," ucap Vania sambil menghabiskan minumannya sebelum dia beranjak dari duduknya.

Jam pun berlalu dengan begitu cepat. Bel pulang menggema di seluruh ruangan kelas di sekolah tersebut.

Semua siswa bersorak menyambut jam pulang mereka. Tak terkecuali Silly, Aurel dan Vania. Mereka bertiga pulang bersama menggunakan mobil milik Silly.

"Kita ke cafe biasanya yuk…," seru Silly mengajak kedua sahabatnya yang kini berada di dalam mobilnya.

"Oke…," sahut Aurel dan Vania bersamaan.

Tawa canda mereka menggema di dalam mobil dengan diiringi lagu berirama cepat, membuat jiwa muda mereka semakin bersemangat. Dengan bersuara keras mereka menyanyikan lagu tersebut seolah tidak ada beban dalam hidup mereka.

Sesampainya di cafe yang biasa mereka datangi, duduklah mereka di kursi yang selalu mereka duduki. 

"Hai Silly, Aurel, Vania. Mau pesan apa nih?" sapa Aldo, si pemilik cafe tersebut.

"Hmmm… aku yang biasanya aja deh Kak," jawab Silly sambil tersenyum manis pada Aldo seperti biasanya.

"Aku juga Kak," jawab Aurel sambil tersenyum lebar pada Aldo.

"Aku juga deh Kak," jawab Vania mengikuti sahabat-sahabatnya.

"Oke. Ditunggu ya…," ucap Aldo sambil memberikan senyuman manisnya pada mereka bertiga.

"Terima kasih Kak Aldo…," seru Silly, Aurel dan Vania berbarengan.

Aldo terkekeh dan menganggukkan kepalanya. Setelah itu dia berjalan meninggalkan meja Silly dan sahabat-sahabatnya.

Aldo selalu mengatakan pada semua pekerja di cafe itu jika hanya dia yang boleh melayani Silly apabila datang ke cafenya. Karena sudah bisa dipastikan jika Silly selalu datang pada saat dia pulang sekolah. Sedangkan di jam tersebut, Aldo sudah pasti ada di cafenya.

Sejak pertama kali Silly datang ke cafe itu, Aldo sudah tertarik padanya. Oleh sebab itu dia selalu melayani Silly dan lama-kelamaan mereka jadi kenal dekat sebagai pemilik cafe dan pengunjung cafe tersebut.

Tiba-tiba ponsel Aurel berbunyi. Dan dia pun melihat pada layar ponselnya. 

"Sil, Van, sorry ya. Daddy minta ditemani makan sekarang," ucap Aurel dengan wajah menyesalnya.

"Ya mau gimana lagi, meskipun aku melarang atau marah-marah juga gak bakalan menghentikan kamu untuk tidak datang menemuinya," tukas Silly dengan wajah cemberutnya.

"Ya… jangan gitu dong Sil. Ini juga demi kelanjutan hidup aku dan keluargaku," tutur Aurel dengan wajah mengiba pada Silly.

"Iya… iya… udah kamu berangkat sana. Eh, tapi jangan lupa, carikan buat aku juga," ucap Silly sambil menggerak-gerakkan alisnya dan tersenyum pada Aurel.

Aurel terhenyak mendengar ucapan Silly. Dengan wajah seriusnya dia bertanya,

"Kamu serius Sil?" 

Silly mengangguk dan memandang Aurel serta Vania secara bergantian.

"Tolong carikan ya guys… Bantulah sahabatmu ini berkarir," ucap Silly dengan wajah memohon pada kedua sahabatnya itu.

"Gila," ucap Vania sambil menggelengkan kepalanya.

"Enggak ah, aku waras kok. Ayolah… carikan sahabatmu ini mainan seperti kalian," Silly memohon pada kedua sahabatnya itu dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.

Mata Aurel dan Vania terbelalak. Mereka tidak menyangka jika Silly, sahabat mereka yang paling pintar di sekolah itu memang benar-benar konyol, sama seperti namanya.

"Sil, kamu beneran tau kan artinya….," 

Aurel menjeda ucapannya, kemudian dia lebih mendekat ke arah Silly dan meneruskan perkataannya.

"Sugar Daddy?"

Silly pun menganggukkan kepalanya dengan antusias. Dan itu sukses membuat Aurel serta Vania menahan tawanya. Sungguh dia merasa jika sahabatnya yang satu ini memang luar biasa. Luar biasa dalam hal pelajaran dan luar biasa dalam hal menghibur mereka.

Tiba-tiba kembali terdengar suara notifikasi dari ponsel Aurel. Dilihatnya kembali pada layar ponselnya itu. 

"Guys, aku cabut dulu ya. Bye…," ucap Aurel sambil beranjak dari duduknya dan melambaikan tangannya pada kedua sahabatnya.

Vania dan Silly pun membalas lambaian tangan Aurel dengan melambaikan tangan mereka dan tersenyum lebar mengiringi kepergian Aurel.

Drrrttt… drrtttt… drrrttt…

Ponsel Vania yang diletakkan di atas meja bergetar. Suara getaran dari ponsel itu mengalihkan perhatian Vania dan Silly.

Vania segera melihat ponselnya. Dan dia tersenyum lebar pada Silly setelah membaca pesan yang diterimanya.

Silly memicingkan matanya, kemudian dia berkata,

"Jangan dong Van. Masa' iya Silly yang cantik dan imut ini makan sendirian kayak orang ilang?" 

"Hehehe… sorry Sil… Si Om lagi butuhin aku saat ini," ucap Vania sambil tersenyum lebar pada Silly.

Seketika bibir Silly mengerucut. Dia benar-benar sendirian sekarang ini. Bahkan sahabat-sahabatnya meninggalkannya disaat mereka sudah memesan makanan.

"Ya udah deh. Tapi jangan lupa carikan aku juga. Biar aku bisa main juga seperti kalian," ucap Silly sambil merajuk pada Vania.

"Ok. Aku pergi dulu ya," sahut Vania sambil melambaikan tangannya pada Silly.

"Ngapain aku di sini sendirian? Mendingan aku cabut aja," ucap Silly sambil mengambil tasnya dan beranjak dari duduknya.

Dengan percaya dirinya Silly berjalan menuju pintu untuk keluar dari cafe tersebut.

"Sil, Silly… mau ke mana? Ini makanannya sudah siap!" seru Aldo dari meja Silly dengan membawa makanan pesanan Silly dan sahabat-sahabatnya tadi.

Silly pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Kemudian dia tersenyum manis pada Aldo dan berseru dari tempatnya berdiri saat ini.

"Buat besok aja deh Kak. Sekarang aku harus pergi dulu."

Setelah mengatakannya, Silly dengan cepatnya keluar dari cafe tersebut.

Sontak saja Aldo melongo mendengar jawaban dari Silly. Dia terkekeh sambil menggelengkan kepalanya dan berkata,

"Untung cantik, kalau gak cantik bakal ku tagih ini semua tagihannya."

Bab 2 Sial atau beruntung?

Kesepian. Silly merasa sangat kesepian sekarang ini. Berharap bisa bersenang-senang bersama dengan Aurel dan Vania, sayangnya mereka lebih memilih untuk bersama sugar daddy mereka.

"Huffftttt… akhirnya aku sendirian lagi," ucap Silly sambil menghela nafasnya berat.

"Mau ke mana lagi? Aku malas pulang ke rumah," ucap Silly sambil mengemudikan mobilnya dengan malas.

Brak!

Seketika mata Silly terbuka lebar karena mendengar suara yang kencang dan dia merasakan guncangan dari dalam mobilnya.

Tok… tok… tok…

"Keluar!"

Terdengar suara seorang laki-laki yang memanggil Silly dan mengetuk kaca mobilnya dari luar.

Silly segera membuka kaca mobilnya dan tersenyum lebar pada orang tersebut. Dalam hati dia berkata,

Gila… keren banget nih cowok. Sumpah, ganteng banget. Boleh bawa pulang gak sih? Kan lumayan bisa buat teman di rumah biar gak kesepian.

"Cepat keluar. Kita bicara sekarang," ucap laki-laki tersebut dengan tegas dan berwajah datar.

Dengan rasa takut, Silly keluar dari mobilnya. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar ketika melihat mobil di depannya sedikit penyok.

Apa ini perbuatanku? Masa' iya sih mobil aku yang unyu ini bisa nabrak mobil ini sampai penyok? Palingan disenggol dikit, kenapa bisa jadi penyok gitu ya? Harusnya kan cuma kegores aja dikit, Silly kembali berkata dalam hatinya.

Laki-laki tersebut melihat Silly dari atas hingga bawah, kemudian dia berkata dalam hatinya,

Boleh juga nih cewek. Cantik, imut, body nya juga aduhai. Sayangnya, masih sekolah.

"Maaf Om, saya tidak sengaja," ucap Silly dengan wajah menyesalnya.

"Om? Sejak kapan saya jadi Om kamu? Jangan panggil saya Om. Saya bukan Om kamu," sahut laki-laki tersebut dengan tegas dan masih berwajah datar.

"Eh iya Kak. Maaf, saya tidak sengaja," ucap Silly dengan ketakutan.

Buset dah, galak bener nih cowok. Ganteng sih ganteng, tapi galak pisan euy, Silly mengomel dalam hatinya.

"Bagaimana dengan mobil saya?" tanya laki-laki tersebut meminta pertanggung jawaban pada Silly.

"Emmm… kita bawa ke bengkel saja ya Kak. Gak mungkin dong saya cewek yang imut ini membetulkan mobil Kakak sendirian," jawab Silly sambil tersenyum lebar.

"Memangnya saya Kakak kamu?" sahut laki-laki tersebut dengan menatap Silly sehingga membuat Silly salah tingkah.

"Lalu… dipanggil apa dong?" tanya Silly dengan menampakkan wajah bingungnya.

"Panggil saya Abang," jawab laki-laki tersebut dengan tegas seolah tidak mau terbantah.

Sontak saja Silly tertawa tanpa menghiraukan tatapan laki-laki tersebut padanya. Kemudian dia berkata,

"Abang? Abang tukang bakso!" 

Mata laki-laki tersebut membelalak mendengar perkataan dari Silly. Tapi dalam hatinya dia tertawa. Sayangnya dia tidak ingin memperlihatkannya pada siapapun. Biarlah orang-orang menilainya sebagai seorang laki-laki yang berwajah datar dan cuek.

"Enak saja. Nama saya Kenan," tukas laki-laki tersebut memprotes Silly.

"Oh… oke Bang Kenan. Kenalkan, nama aku Silly," ucap Silly sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya pada Kenan.

Kenan melihat tangan kanan Silly yang terulur di depannya. Kemudian dia melihat tangan kiri Silly yang memegang ponselnya.

Dengan cepatnya tangan Kenan menyambar ponsel yang ada di tangan kiri Silly.

Mata Silly mengikuti arah tangan Kenan. Dan dia terperangah ketika tangan Kenan meraih ponsel yang ada di tangan kirinya.

"HP ku…," celetuk Silly sambil menatap sedih pada ponselnya.

Kenan mengeluarkan smirk nya sambil memperlihatkan ponsel Silly yang ada di tangannya.

Sontak saja Silly berusaha meraihnya. Sayangnya Kenan sudah bisa membaca gerakan Silly, sehingga dengan segera Kenan mengangkat tinggi-tinggi ponsel tersebut.

Silly berusaha menggapai ponselnya dengan cara berjinjit dan sedikit melompat-lompat untuk menggapainya. 

Kenan tidak begitu saja membiarkan Silly untuk mendapatkannya. Setiap gerakan tangan Silly bisa dibaca oleh Kenan dengan mudahnya. Sehingga Kenan bisa memindahkan ponsel tersebut dengan mudahnya agar Silly tidak bisa mengambilnya.

"Huuffffttt… Kembalikan dong Bang Hp ku…," Silly merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Kenan tersenyum tipis dan menahan sekuat tenaga tawanya. Kemudian dia berkata,

"Akan ku sita HP ini untuk jaminan pembetulan mobilku," tutur Kenan dengan gerakan cepatnya mengantongi ponsel Silly pada kantong celananya.

"Aahhh… itu HP ku…," celetuk Silly sambil menunjuk kantong celana Kenan yang terlihat sedikit menonjol karena terdapat ponsel Silly di dalamnya.

Tangan Silly terulur menuju kantong celana Kenan. Jarak beberapa sentimeter tangannya akan menyentuh kantong celana tersebut, ada suara yang membuat Silly gagal meraihnya.

Tin… tin… tin…

"Kalau pacaran jangan di jalan woi!" ucap pengendara mobil yang merasa terganggu dengan keberadaan mobil mereka berdua yang terparkir kurang menepi.

Mendengar hal itu, Kenan menjadi sadar jika dia telah terlalu lama meladeni Silly.

"Ingat untuk bertanggung jawab pada mobilku!" tutur Kenan sebelum berjalan dengan cepat menuju mobilnya.

"Hp ku… bagaimana?!" seru Silly sambil berjalan mengikuti Kenan.

"Telepon lah ke HP mu, akan ku beritahu bagaimana caranya kamu mempertanggungjawabkan keteledoran mu itu," ujar Kenan sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Silly memandang dengan pandangan tidak rela pada mobil Kenan yang sudah melaju meninggalkannya.

Dia kembali masuk ke dalam mobilnya dan duduk dibalik kemudinya. Kemudian dia mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Taraaaa…," Silly mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tasnya.

"Untung aja aku punya HP lebih dari satu. Jadi berguna banget kan disaat seperti ini," tutur Silly sambil terkekeh.

Kemudian Silly melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan diiringi lagu yang berirama melow dia mengikuti irama lagu tersebut menyanyikannya.

Sesampainya di rumahnya, dia melangkahkan kakinya dengan gontai. Sepi, dia merasa sendirian di dalam rumah tersebut.

"Tumben Mbak Silly sudah pulang? Biasanya kan nanti sore," sapa Bik Ida yang sedang membersihkan ruang tamu.

"Gak ada teman Bik. Aurel sama Vania sedang sibuk," jawab Silly dengan menampakkan wajah kesalnya.

Bik Narmi menatap nanar anak majikannya itu. Dia merasa kasihan pada Silly yang sangat bergelimang harta tapi sangat kesepian.

"Apa mereka nanti akan menginap di sini Mbak?" tanya Bik Ida yang masih saja memandang iba pada Silly dari tempatnya berada.

Silly yang sedang duduk di sofa ruang tamu memandang Bik Narmi ketika ditanya olehnya.

"Belum tau sih Bik. Sepertinya mereka benar-benar sedang sibuk. Apa aku saja ya yang menginap di rumah mereka?" tanya Silly dengan mata yang berbinar.

"Maaf Mbak Silly, itu bumper depan mobil Mbak Silly kenapa kok bisa sampai seperti itu ? Apa perlu dibawa ke bengkel sebelum Tuan dan Nyonya pulang?"

Tiba-tiba suara Pak Tukin menyela pembicaraan antara Silly dan Bik Ida. Pak Tukin merupakan suami Bik Ida yang juga bekerja di rumah Silly sebagai tukang kebun dan sopir jika dibutuhkan oleh Silly.

"Oh iya, bener juga. Cepat bawa mobilnya ke bengkel Pak, sebelum Papa dan Mama pulang," ucap Silly pada Pak Tukin dengan raut wajah cemasnya.

"Apa Mbak Silly kecelakaan? Atau menabrak sesuatu?" tanya Bik Narmi menyelidik.

Silly hanya tersenyum lebar tanpa menjawab pertanyaan Bik Narmi.

Gawat nih kalau sampai mereka tau apa yang terjadi, Silly berkata dalam hatinya disertai senyum lebarnya pada Bik Narmi.

Bab 3 Kesepian yang melanda

"Aaah…," suara lenguhaan seorang wanita memenuhi ruangan tersebut.

Tubuhnya menggelinjang mengeluarkan rembesan cairan hangat yang dihasilkan oleh sentuhan-sentuhan dari tangan Kenan.

"Sayang, sekarang giliran aku memuaskan kamu. Bersiap-siaplah," ucap si wanita tersebut sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Kenan.

Dilepasnya satu persatu kancing baju milik Kenan dengan memberikan sentuhan-sentuhan dan permainan mulutnya.

Sayangnya milik Kenan tidak bereaksi. Sempat Kenan frustasi karena usahanya selalu gagal. Apa yang dilakukan oleh beberapa wanita padanya selalu tidak membuahkan hasil. Bahkan Kenan menyerah dan tidak mau lagi berhubungan bersama mereka.

"Sudah Ver, aku akan pulang sekarang," ucap Kenan menghentikan tindakan Vera yang mencoba membuat Kenan terbuai dengan sentuhan-sentuhannya.

Semua usaha yang dilakukan oleh Vera sama sekali tidak bisa membangunkan milik Kenan. Bahkan miliknya itu bagai belalai gajah yang sedang merunduk.

"Kenapa? Bahkan kita belum melakukannya," ucap Vera dengan memegang erat tangan Kenan.

Kenan menghempaskan tangan Vera dan segera mengancingkan kembali semua kancing bajunya sert berkata,

"Percuma. Punyaku tidak bereaksi. Dan kamu gagal membuatnya bangun."

Vera terperangah mendengar apa yang dikatakan oleh Kenan. Dia wanita yang bertarif mahal dan tidak pernah gagal dalam memuaskan pria manapun, kini merasa seperti terhina karena tidak mampu membangkitkan senjata laras panjang milik Kenan.

Vera mendekati Kenan dan tangannya bergerilya pada punggung dan dada Kenan.

"Ayolah Sayang, aku akan lebih berusaha lagi. Aku akan melakukan yang terbaik untukmu," ucap Vera dengan sangat manja.

Kenan kembali menghempaskan tangan Vera dan merogoh saku celananya untuk mengambil dompetnya. Kemudian dia mengambil sesuatu dalam dompetnya.

"Ini, cek untuk hari ini. Aku akan pulang sekarang," ucap Kenan sambil melemparkan cek pada tubuh Vera.

Vera segera melihat cek tersebut dan matanya terbelalak lebar melihat angka fantastis yang tertulis pada cek tersebut.

"Sayang, ini…," ucapan Vera mengambang, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Itu untuk yang terakhir. Kita sudahi saja pertemuan kita," tutur Kenan sambil berjalan ke arah pintu.

"Tapi kenapa?" tanya Vera seolah tidak rela jika pertemuan mereka kali ini untuk yang terakhir kalinya.

"Percuma saja kita bertemu. Sepertinya kamu tidak akan bisa membangunkan milikku," jawab Kenan yang kemudian keluar dari pintu kamar tersebut.

Kamar hotel tersebut menjadi saksi pertemuan terakhir mereka. Vera menatap tidak rela pada punggung Kenan yang keluar dari kamar hotel tersebut.

Namun, dia tersenyum senang melihat nominal yang tertera pada cek pemberian Kenan.

"Seandainya kamu benar-benar bisa aku miliki Kenan, pasti aku akan mempertahankan kamu sampai kapanpun," ucap Vera sambil mencium cek tersebut.

Kenan berjalan dengan gontai menuju parkiran hotel di mana mobilnya berada. Keinginannya untuk menormalkan kembali miliknya sepertinya tidak bisa lagi.

Setelah masuk ke dalam mobilnya, dia merenung sejenak meratapi apa yang telah terjadi. Dalam hatinya dia berkata,

Apa aku benar-benar sudah tidak bisa menggunakannya lagi? Atau memang Vera yang tidak bisa membangunkannya? Sepertinya aku harus mencari wanita lain untuk bisa membangunkan milikku.

Segera diambilnya ponsel miliknya dari saku celananya. Kemudian dia menghubungi seseorang dari ponselnya itu.

"Tolong carikan aku segera sugar baby yang sesuai dengan kriteriaku," ucap Kenan pada orang yang sedang dihubunginya melalui ponselnya.

Setelah itu dia mematikan teleponnya dan segera melajukan mobilnya menuju rumah miliknya.

Rumah itu sangat sepi. Dia hanya tinggal seorang diri dan hanya ada satpam yang bertugas untuk menjaga keamanan rumahnya saja.

Asisten rumah tangganya hanya datang ketika pagi hari saja dan pulang sore hari setelah semua pekerjaannya selesai.

Kenan memasuki rumahnya yang sangat sepi, kosong seperti tidak berpenghuni. Kini dia merasa sangat kesepian.

Dia menghela nafas panjang ketika sudah masuk ke dalam rumahnya. Dilihatnya meja makan yang terdapat beberapa macam makanan yang telah disiapkan oleh Bik Darmi, asisten rumah tangganya.

Selera makannya hilang karena tidak ada yang menemaninya makan. Sayangnya perutnya kini meronta menginginkan diisi makanan dengan segera.

Dengan terpaksa Kenan duduk pada salah satu kursi yang ada di sekitar meja makan tersebut dan mulai memaksa mulutnya untuk mengunyah makanan yang telah dimasukkan ke dalam mulutnya.

Setelah menghabiskan makanannya, dia segera masuk ke dalam kamarnya. Lagi-lagi dia merasa kesepian. Dan rasa kesepian itu seolah perlahan-lahan membunuhnya.

Setiap hari yang dirasakannya sama. Rasa kesepian tiada yang hadir dalam hati dan yang menemani di sampingnya.

Ada rasa iri ketika melihat teman-temannya menggandeng mesra istri mereka. Dan kini dia iri pada sekretarisnya yang mempunyai sugar baby sehingga setiap saat bisa menemaninya serta memuaskannya.

Kenan merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya setelah dia memejamkan matanya berharap esok pada saat dia bangun harinya akan berubah menjadi lebih indah dan menyenangkan.

Sebenarnya banyak sekali perempuan yang mendekati Kenan dan ingin dijadikan istri baginya. Hanya saja Kenan tidak merasakan ketulusan dari mereka. Dan satu lagi, dia tidak merasakan ada getaran dalam hatinya untuk menginginkan perempuan tersebut.

Rasa trauma yang ada membuatnya tidak ingin mempunyai istri ataupun hubungan pernikahan. Selama ini dia lebih memilih bersenang-senang dengan banyak wanita daripada mempunyai komitmen dengan hanya pada satu wanita. Dan itu semua dikarenakan oleh trauma yang dimilikinya.

Drrrtttt… drrtttt… drrrttt…

Tiba-tiba ada sesuatu yang bergetar dalam saku celana Kenan. Hal itu membuat Kenan yang sudah terpejam menjadi terbangun kembali.

Dirabanya saku yang membuat getaran dalam celananya. Dia baru ingat jika mengantongi ponsel milik gadis SMA yang telah menabrak mobilnya tadi sore.

Segera diambilnya ponsel tersebut dan dilihatnya. Layar ponsel itu menunjukkan nama seseorang. Dan nama pada layar tersebut membuat Kenan menghentikan niatnya untuk mengangkat telepon itu.

Mama, nama yang diberikan oleh Silly pada nomor yang kini sedang meneleponnya.

Kenan tidak ingin berurusan terlalu jauh dengan perempuan manapun sehingga dia membiarkan telepon itu hingga panggilan itu berakhir dengan sendirinya.

Diletakkannya ponsel itu di atas meja yang ada di sebelah ranjangnya. Dia kembali merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah dan memejamkan matanya yang terasa sangat mengantuk.

Pagi menjelang dengan cerahnya. Membawa harapan untuk semua orang yang mengawali paginya dengan cerah.

"Bik, tolong bilang Pak Tukin untuk mengantarkan saya ke sekolah," ucap Silly yang sedang meminum segelas susu UHT.

"Baik Mbak. Mau berangkat sekarang apa sarapan dulu?" tanya Bik Ida untuk bersiap melayani Silly.

"Males ah Bik makan gak ada temannya," jawab Silly setelah meneguk susu UHT yang sedang diminumnya.

"Ya sudah, Bibik panggilkan Pak Tukin untuk segera bersiap-siap mangantar Mbak Silly," tutur Bik Ida sebelum meninggalkan Silly yang duduk di ruang makan sendirian.

Silly menghembuskan nafasnya kasar sambil matanya melihat sekeliling rumahnya yang sangat luas. Kemudian dia berkata,

"Hufffttt… punya rumah segede ini tapi gak ada penghuninya."

Setelah itu dia beranjak dari kursinya untuk segera berangkat ke sekolah dengan harapan bertemu dengan kedua sahabatnya yang selalu bisa mengenyahkan kesepian dirinya.

"Morning guys…," sapa Silly pada Aurel dan Vania ketika sudah berada di mejanya.

"Morning baby Silly…," sahut Aurel dan Vania secara bersamaan.

"Sil, nanti ada yang mau ketemuan sama kamu," ucap Aurel lirih dengan mendekatkan wajahnya pada wajah Silly.

Aurel mengernyitkan dahinya, dia merasa heran dan penasaran dengan orang yang ingin bertemu dengan dirinya.

"Siapa?" tanya Silly penasaran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!