NovelToon NovelToon

Belenggu Masa Lalu

Pengorbanan Alice

Happy Reading 🌹🌹

Suara bising pesawat terbang yang baru saja terbang dan mendarat memenuhi lapangan luas dengan angin yang cukup kencang tersebut. Sama halnya yang terjadi di dalam bandara, suara dari pengeras suara yang selalu berbunyi setiap saat untuk mengingatkan para penumpang.

Tak

Tak

Tak

Sepatu hak tinggi keluaran terbaru ikut berpadu pada suara riuh di dalam bandara, terlihat seorang gadis muda dengan tubuh tinggi, langsing, hidung mancung, mata sipit, dan wajah yang cantik.

"Hah, aku rindu bau negaraku." Ucapnya setelah sampai di luar bandara.

Seorang sopir tergopoh-gopoh berjalan ke arahnya, "Selamat datang nona, maaf saya terlambat."

"Tidak apa-apa, pak. Alice juga baru sampai."

Alice menjawab dengan lembut dengan dibarengi oleh senyum cantiknya yang membuat matanya sedikit menyipit.

"Tuan dan Nyonya sudah menunggu dimansion." Kata sang sopir yang mengambil troli berisi koper-koper besar.

Alice berjalan ke arah mobil dengan membuka pintu mobilnya sendiri, membiarkan sang sopir memasukkan koper-kopernya.

Mobil berjalan perlahan mulai meninggalkan area bandara.

Alice William, seorang gadis berusia 22 tahun yang sudah menyelesaikan pendidikannya di negeri paman sam selama empat tahun. Alice memang bukan pelajar yang sangat cerdas namun cukup cerdas karena dapat diterima di salah satu Universitas negara adidaya tersebut dengan beasiswa.

Senyum cantik terpatri di bibur tipisnya, terlihat wajahnya yang sangat bahagia karena dapat kembali ke negara dan berkumpul dengan orang tuanya.

Alice merupakan wanita yang lemah lembut namun tegas berbanding terbalik dengan tatapan dan wajahnya yang terlihat judes dan kejam. Wajahnya meniru sang Ayah, beruntung sikap dan sifatnya meniru sang Ibu.

"Bagaimana kabarmu, paman?" Tanya Alice yang menatap sag sopir melalui spion kaca tengah.

"Baik, Non. Nona begitu cantik saya hampir tidak mengenali." Jawab sang sopir tertawa pelan.

"Ayah dan Ibu bagaimana selama Alice tinggal di luar negeri, apakah masih bucin seperti biasanya." Ucap Alice yang ikut tertawa.

Tawa sang sopir surut, terlihat tatapan sang sopir menatap sendu ke arah gadis yang duduk dikursi belakang. Alice tidak ambil pusing dengan ekspresi sang sopir, Alice berfikir jika sang sopir hanya sungkan saja untuk menimpali ucapannya.

Tidak terasa, mobil BMW hitam masuk ke arah mansion yang mewah dengan pagar besi menjulang tinggi. Terlihat dua penjaga membuka gerbang, pilar-pilar tinggi dengan gaya eropa adalah pemandangan pertama yang Alice tangkap.

Mobil BMW menutari air mancur yang berada di depan mansion, dengan di kelilingi bunga-bunga berwarna kuning. Warna kegemaran Alice.

"Terima kasih, paman."

Alice segera keluar dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat kedalam mansion, senyum Alice luntur saat melihat sang Ayah tengah bersujud didepan seseorang pria paruh baya sedangkan sang Ibu berada di samping sang Ayah sedang menangis.

"Tolong! Tolong bantu perusahaanku, hanya anda satu-satunya yang membantu perusahaan saya." Ucap William.

"Berapa uang lagi yang harus aku kucurkan ke perusahaanmu, kamu tahu bahkan dalam hitungan jam perusahaanmu sudah bisa gulung tikar!" Serunya.

"Tolong tuan, bagaimana dengan putri kami. Putri kami masih muda dan memiliki masa depan yang panjang." Kata Elizabet menimpali ucapan sang suami.

"Berapa usia anakmu?" Tanya pria paruh baya itu.

"22 tahun tuan, anakku akan pulang dalam waktu dekat ini. Tidak mungkin saat putri kami pulang melihat orang tuanya jatuh bangkrut." Jawab William dengan wajah yang memelas.

Pria paruh baya tersebut menatap seorang wanita yang sejak tadi diam berdiri di ambang pintu, "Nikahkan anakmu dengan cucuku. Aku akan membantumu dan menangkap orang yang membawa kabur investasi tersebut."

William dan Elizabet menatap wajah paruh baya tersebut, "Tidak! Tuan, bisa memberikan persyaratan yang lain. Tolong putriku masih muda aku tidak ingin mengorbankan putriku satu-satunya."

William menolak tegas permintaan pria paruh baya tersebut, William menolak bukan tanpa alasan. Siapa yang tidak tahu sepak terjang cucu pria yang berada didepannya tersebut. William tidak ingin membuat kehidupan Alice menjadi menderita.

Pria paruh baya itu tersenyum miring, "Baiklah, jika begitu aku----"

"Aku akan menikah dengan cucumu."

Suara yang tidak asing di telingan William dan Elizabet, keduanya langsung menoleh ternyata Alice sudah pulang.

"Alice." Lirih Elizabet.

Alice berjalan dengan wajah datar dan tatapan datar pula, pria paruh baya terlihat tersenyum. Bukan tanpa alasan pula pria paruh baya itu datang ke mansion William memang tujuannya adalah untuk meminang putri mereka untuk sang cucu.

"Aku akan menikah dengan cucu anda dan buktikan semua ucapan anda kepada ayahku."

Alice berkata tegas meski dalam hati merasa sangat sedih dan takut, sedih melihat kedua orang tuanya bersud dan memohon kepada orang lain. Takut, takut jika Alice tidak dapat melihat orang tuanya lagi.

"Bagus, persiapkan dirimu. Kita akan pergi bertemu dengan cucuku." Jawab pria baruh baya tersebut dengan senang.

Disebuah rungan dalam gedung pencakar langit, nuansa ruangan yang kelam seperti penghuninya. Terlihat seorang pria dengan rahang tegas, mata elang, hidung mancung tengah membaca laporan perusahaan.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara pintu terbuka setelah penghuni ruanga tersebut menjawab.

"Maaf mengganggu, Tuan Wijaya ingin anda segera bersiap-siap untuk menemuinya."

Kenan menghentikan gerakan tangannya, menutup berkas dan menatap pria berkaca mata di depannya yang terlihat datar.

Helaan nafas panjang dan kasar terdengar, Kenan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.

"Wanita mana lagi yang akan di bawanya hari ini?" Tanya Kenan tanpa melihat asistennya.

"Saya tidak tahu tuan, Tuan Wijaya hanya menyuruh saya untuk menyampaikan kepada anda harus segera bersiap."

Sang asisten menyanpaikan apa adanya kepada atasan sekaligus sahabatnya tersebut.

"Baiklah, kita berangkat dan selesaikan dengan cepat seperti biasanya."

Kenan Wijayakusuma, yang biasa di sapa Ken pria matang berusia 30 tahun. Cerdas dalam berbisnis terkenal kejam kepada siapapun yang mengusiknya dan dingin kepada semua wanita karena masa lalunya.

Kenan turun dari kursi kebanggaanya dengan memasang jasnya, sang asisten berjalan dibelakang Kenan dengan tablet yang sekalu berada ditangannya.

Ferdy Syahputra, pria matang yang berusia sama dengan Kenan 30 tahun karena keduanya adalah sahabat sejak SMP. Ferdy merupakan pribadi yang hangat namun bersikap cool saat bekerja karena tidak ingin di sepelekan oleh bawahan atau orang lain.

Mobil Lambogini berwarna hitam metalic keluar dari basement perusahaan, terlihat Ferdy yang menyetir sedangkan Kenan tetap meneruskan pekerjaannya. Bukan hal yang sulit untuk menyingkirkan setiap wanita yang di sodorkan oleh sang Kakek untuk dirinya.

Tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang ditumpangi Ken sampai di salah satu retoran mewah dengan gaya klasik ala Eropa.

"Akhirnya kamu datang juga."

...🐾🐾...

Terima atau Lepaskan Jabatan

Happy Reading 🌹🌹

"Alice, batalkan niatanmu itu nak. Ayah dan Mama tidak mau kamu menderita. Ayah akan mencoba meminta tolong kepada rekan Ayah yang lain."

William dan Elizabet membawa Alice pergi dari hadapan Kakek Wijaya, mereka tetap kekeh menolak permintaan Alice yang konyol ini.

"Tidak Ayah, Alice sudah menyanggupinya. Alice tidak ingin melihat ayah bersujud kepada orang lain untuk kedua kalinya."

Air mata Alice menetes tanpa aba-aba, hatinya begitu sesak melihat orang tuanya merendahkan diri mereka kepada orang lain demi perusahaan.

"Alice, biarkan perusahaan bangkut. Mama tidak ingin menjualmu demi uang." Kata Elizabet lembut dengan kedua mata yang sudah menganak sungai.

"Tidak Ma, Alice tidak merasa dijual oleh kalian. Ini keinginan Alice, bayangkan ayah. Karyawan di perusahaan akan mencari pekerjaan karena perusahaa tempat mereka mencari rezeki sudah tidak ada. Biarkan Alice menjadi anak yang berbakti untuk kalian, Alice akan menjaga diri Alice."

Alice menjawab ucapan sang mama dan memberi pengertian kepada kedua orang tuanya, benar bukan masalah Alice takut jatuh miskin. Melainkan perusahaan yang sang ayah jalankan memiliki cukup banyak karyawan.

"Alice mohon."

William dan Elizabet yang melihat keseriusan dari wajah sang putri saling menatap, Elizabet mengangguk seraya menggenggam tangan sang suami.

"Baiklah, Alice. Ingat ayah dan mama tidak ingin melihatmu menangis dan menderita." Tegas William.

Alice memeluk kedua tubuh orang tuanya, William dan Elizabet meneluk tubuh kecil sang putri. Ketiganya menangis dalam diam dengan pikiran yang berkecamuk dalam otak dan perasaan yang tidak menentu.

Alice segera membersihkan diri dan bersiap untuk menemui cucu dari Kakek Wijaya. Meski merasakan tubuhnya sangat lelah karena baru saja mendarat tidak Alice rasakan karena tujuannya saat ini adalah membuat perusahaan tetap berdiri.

Kakek Wijaya segera menghubungi Ferdy asisten dari sang cucu Kenan. Tanpa mengatakan kepentingannya Kakek Wijaya tahu jika Kenan pasti sudah paham.

Cukup lama menunggu Alice hingga seorang wanita yang tadi memakai pakaian sederhana namun elegan kini berubah menjadi sangat cantik, tidak ada niatan agar sang cucu menilainya wanita yang jelek.

Kakek Wijaya segera berdiri begitu Alice berjalan mendekatinya dengan wajah datar dan dinginnya, pria tua itu tahu jika caranya salah. Namun, tetap dilakukan agar sang cucu segera menikah.

"Ayo kita pergi."

Kakek Wijaya lebih dulu berjalan meninggalkan Alice yang tengah berpamitan kepada orang tuanya, William dan Elizabet melepas kepergian Alice dengan berat hati.

Mobil Rolls-Royce meninggalkan kediaman William, Alice duduk di kursi belakang dengan Kakek Wijaya. Entah kemana dirinya akan dibawa yang jelas Alice harus menuelamatkan perusahaan untuk kedua orang tuanya.

Alice bisa saja menolak dan hidup sederhana dengan orang tuanya, namun Alice ingat jika banyak karyawan yang menggantungkan hidupnya di perusahaan sang Ayah.

Mobil mewah keluarga Wijaya memasuki restoran mewah bergaya Eropa klasik, terlihat banyak patung dewa dewi yang mudah di temu jika berkunjung ke negara tersebut.

Sang sopir segera membukakan pintu untuk Kakek Wijaya sedangkan Alice membukanya sendiri, "Ayo kita masuk."

Kakek Wijaya dan Alice berjalan masuk ke dalam restoran dan disambut ramah oleh para pelayan. Keduanya berjalan di salah satu meja dekat jendela besar.

Jika biasanya Kakek Wijaya menyewa ruanga VIP kali ini tidak, dia sudah merencanakan sesuatu jika perjodohan kali ini gagal untuk kesekian kalinya.

Kakek Wijaya dan Alice duduk bersampingan dengan menunggu Kenan cucunya.

"Ini buku menunya tuan." Ucap pelayan ramah.

"Kamu ingin minum apa Alice?" Tanya Kakek Wijaya.

"Terserah anda tuan." Jawab Alice sopan.

"Orange juice empat dan untuk makannya siapkan steak yang terbaik seperti biasanya." Kakek Wijaya berkata ramah kepada pelayan restoran.

Pelayan segera mencatat dan undur diri dari meja pengusaha terkenal tersebut, dalam hati bertanya-tanya siapa gerangan wanita cantik yang duduk di sampingnya. Tidak mungkin simpanannya, karena selisih usia mereka sangat jauh.

Kenan dan Ferdy masuk bersamaan kedalam reatoran, terlihat Kenan berjalan selangkah di depan Ferdy dengan memasukkan satu tangan kedalam saku celana panjangnya dan Ferdy berjalan dengan gagah di belakang Kenan.

"Akhirnya kamu datang juga." Kata Kakek Wijaya tanpa melihat siapa yang sudah berdiri di sisi meja.

Kenan menatap datar sedangkan Alice enggan untuk melihat calon suaminya, Ferdy yang melihat sikap acuh Alice sedikit heran.

Dari seluruh wanita yang di jodohkan oleh Kenan selalu terpana menatap wajah sahabat sekaligus atasannya itu, namun kini wanita cantik yang duduk di sebelah Kakek Wijaya seakan acuh dan tidak tertarik.

Kenan tidak menjawab ucapan sang kakek, dirinya mendudukkan dirinya bersebrangan dengan Alice sedangkan Ferdy duduk di depan Kakek Wijaya.

Ken menelisik wanita yang sedang meminum jusnya tanpa berniat menyapa kedatangannya, sungguh tidak sopan. Gumam Ken dalam hati.

"Tanpa basa basi, kakek ingin kamu menikah dengan Alice."

Kakek Wijaya berkata to the point tanpa memberi pendahuluan terlebih dahulu.

Ken menyunggingkan senyum miring, "Berapa yang di berikan kakekku kepadamu?" Tanya Ken dingin.

Alice menghentikan gerakan tangannya dan mengangkat wajah hingga keduanya bertatapan. Terlihat wajah tegas yang tampan, pahatan Tuhan yang sangat indah.

"Aku tidak di beli oleh kakekmu." Jawab Alice dengan wajah datar.

"Apa kamu pikir aku percaya." Ken berkata dengan tajam.

"Aku hanya menerima tawaran kakekmu, tanya saja kepadanya. Lagipula dirinya berada di depanmu dan masih bernafas."

Ferdi dan Ken melebarkan kedua matanya, kaget tentu saja. Bagaimana bisa ada wanita selancang itu berkata demikian kepada Kakek Wijaya.

"Benar, kakek yang menawarinya untuk menjadi istrimu." Timpal Kakek Wijaya dengan tenang.

"Tidak! Apa kakek pikir Ken akan menikah dengan wanita yang tidak berpendidikan seperti dia, tidak memiliki tata krama." Tolak Ken dengan tegas dan seru.

"Kakek tidak menerima penolakan, jika kamu bersikukuh bahkan melakukan hal yang selalu kalian lakukan untuk menggagalkan pernikahan ini. Maka, turun dari jabatanmu."

Kakek Wijaya berkata dengan tegas kepada Kenan, membuat Kenan mengepalkan kedua tangan yang berada di atas pahanya dan menatap tajam ke arah Alice, sedangkan Ferdy hanya diam tidak berani berkata apapun untuk membantu Kenan.

Kenan langsung berdiri dari duduknya dengan kasar dan melangkah meninggalkan meja di ikuti oleh Ferdy yang sebelumnya sudah berpamitan kepada Kakek Wijaya.

"Aku sudah menuruti kemauan anda tuan, tolong tepati janji anda kepada Ayahku. Bantu perusahaan keluargaku semaksimal mungkin." Ucap Alice yang menoleh ke arah Kakek Wijaya.

Kakek Wijaya menatap wanita muda yang duduk di depannya, terlihat gurat kesedihan jelas tergambar di wajah cantik yang berusaha ditutupi dengan wajah dingin dan ucapan tajamnya. Sebagai manusia yang sudah hidup lebih lama dari Alice Kakek Wijaya lebih tahu.

...🐾🐾...

Pernikahan

Happy Reading 🌹🌹

Keluarga Wijaya tengah berkumpul di ruang keluarga dengan suana tegang.

"Ayah, aku tidak setuju perjodohan ini. Kenan masih mampu mencari pasangam hidupnya sendiri." Tegas Citra Ibu Kenan.

"Apa alasan ayah selalu menjodohkan Ken dengan banyak wanita selama ini? Ayah tahu sendiri bagaimana perangai Ken setelah di tinggal wanita itu." Timpal Kalevi ayah Kenan dengan halus.

"Karena itu, hanya karena wanita itu membuat Ken menjadi arogant dan berperangai buruk. Alice adalah wanita yang tepat untuk Kenan." Jawab Kakek Wijaya dengan tenang.

"Ayah sama saja membeli gadis itu dengan membantu perusahaan keluarganya, aku yakin dia bukan wanita baik-baik ayah." Timpal Citra yang masih tidak bisa menerima Alice sebagai menantu.

"Alice tidak sepicik itu." Tegas Kakek Wijaya.

Ibu Kenan tersenyum sinis, "Kita buktikan saja ayah, jika wanita pilihan ayah tidak lebih baik dari mantan kekasih Kenan itu!" Tantang Citra kepada ayah mertuanya.

"Mama, jangan berkata seperti itu kepada ayah." Tegus Kalevi kepada istrinya.

"Kumpulkan seluruh pelayan dan juga hubungi WO untuk mengurus acara pernikahan Kenan, dua hari lagi pernikahan itu akan digelar. Ayah sudah mulai menyebar undangan hari ini."

Kakek Wijaya berkata dengan tegas kepada anak dan menantunya, masalah sang menantu urusan belakang yang jelas Alice dan Kenan harus menikah.

Citra berdiri dengan kasar, "Sampai mati, aku tidak akan menerima wanita itu!" Seru Citra yang langsung pergi dari sana.

Kalevi menghela nafasnya panjang, "Ayah lihat, pasti Citra tidak akan tinggal diam."

"Mulai sekarang awasi istrimu. Ayah tahu meskipun sifatnya begitu namun dia baik." Jawab Kakek Wijaya dengan serius.

...***...

Terlihat balroom hotel mewah sudah di sulap menjadi sangat cantik, harum bunga segar menyeruak dalam ruangan. Gelas-gelas kristal terlihat berkilau dengan isi anggur putih dan merah.

Kue-kue cantik yangbtertata dengan rapi ditempatnya seakan memanggil siapa saja yang melihat untuk menyantapnya.

Seorang wanita dengan senyum cantiknya terlihat duduk dan bergurau dengan sang Ibu.

"Kamu sangat cantik sayang, maafkan Mama dan Ayah membuatmu menjadi korban."

Elizabet mengelus pipi Alice dengan wajah sendunya.

"Tidak Ma, Alice berterima kasih kepada kalian karena sudah membesarkan Alice tanpa kurang satu apapun." Jawab Alice lembut.

"Mama harap pernikahanmu ini adalah yang pertama dan terakir dalam hidupmu, sayang." Elizabet mendoakan sang anak.

"Amin. Terima kasih Ma." Kata Alice memeluk tubuh Elizabet.

Didalam ruangan yang lain terlihat Ken tengah berdebat dengan sang kakek, Ken di culik begitu saja oleh orang suruhan sang kakek hingga kini sudah mengenakan jas putih dengan bunga disaku jasnya.

"Ken tidak ingin menikah dengannya, kek!" Seru Kenan dengan suara yang menggelegar di kamar hotel tersebut.

"Tidak apa-apa kamu pergi sekarang juga, namun segera angkat kaki dari mansion dan jangan pernah pergi ke perusahaan lagi." Jawab Kakek Wijaya dengan tegas.

"Kakek mengancamku." Ucap Ken dingin.

"Tidak, untuk apa? Toh, semua itu adalah hartaku." Jelas Kakek Wijaya dengan waja tenangnya.

"Kakek membuang cucunya sendiri demi wanita asing yang tidak memiliki ikatan apapun dengan kekuarga Wijaya."

Kenan mengepalkan kedua tangannya disamping, terlihat dadanya naik turun dengan cepat. Rahang Ken mengetat, suara gemeletuk gigi terdengar.

"Dia memiliki nama, Alice." Jawab Kakek Wijaya.

"Ken tidak peduli, Ken hanya akan menikah dengan wanita yang Ken cintai." Seru Ken dengan emosional.

"Selena?" Kata Kakek Wijaya dengan tersenyum remeh.

Kenan tidak menjawab apapun, bibirnya terasa kelu jika mendengar nama Selena. Mantan kekasih yang meninggalkan dirinya menikahi pria lain.

"Kenapa? Apa gunanya kamu mencintai wanita jika wanita itu tidak mencintaimu Ken." Lanjut Kakek Wijaya.

"Segera turun dan jangan banyak bertingkah, kakek dan kedua orang tuamu menunggu di balroom."

Kakek Wijaya melangkah pergi meninggalkan Kenan yang masih setia berdiri di tempatnya tanpa berkata apapun, Ferdy melakukan bow kepada Kakek Wijaya dan langsung masuk kedalam kamar Kenan.

"Ayo Ken, kali ini kamu tidak dapat mundur. Karena jabatanmu dipertaruhkan." Ucap Ferdy pelan.

Kenan mengepalkan tangan hingga urat-urat terlihat, kilatan amarah terlihat jelas dikedua mata Ken.

"Aku akan membuatmu menyesal karena menerima pernikahan ini." Gumam Ken dalam hati.

Ruangan balroom terlihat sudah penuh dengan para tamu undangan dari kalangan atas, tidak ada barang murah yang melekat pada tubuh mereka. Semua seakan berlomba-lomba menampilkan kemewahan karena menghadiri pernikahan cucu satu-satunya dari keluarga Wijaya.

MC mulai membuka acara, hingga kini adalah acara puncak yaitu mempertemukan dua mempelai yang akan menikah.

Terlihat Ken sudah berdiri tidak jauh dari seorang pendeta dengan wajah datar dan dinginnya, bagi kaum hawa wajah Ken tetap mempesona.

Hingga pintu utama dibuka, terlihat wanita yang sangat cantik berkali lipat dari biasanya. Berjalan dengan di gandeng oleh William sang ayah, Alice berjalan dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Alice tidak ingin membuat orang lain berspekulasi jika ini pernikahan bisnis meskipun benar adanya, namun cukup kedua keluarga saja yang tahu.

"Aku titipkan anakku, jagalah dia. Jika memang kamu tidak dapat mencintainya kembalikan kepadaku dengan baik-baik." Ucap William tegas.

Sejenak Ken dan Alice tertegun karena melihat dan mendengar ucapan William yang terdengar tulus dan tidak main-main.

William berjalan menuruni panggung menuju meja, dimana Elizabet sudah duduk dengan perasaan haru sendirian.

Kedua mempelai terlihat mengikuti ucapan pendeta dengan tenang dan serius, meski dalam hati dan pikiran mereka saling berkecamuk bagaimana setelah acara pernikahan ini selesai.

Ken menyematkan cincin sederhana di jemari Alice, begitu juga sebaliknya. Tidak ada adegan ciuman ataupun berpelukan karena keduanya bagaikan magnet yang bertolak belakang hingga sukit disatukan.

Fotografer terlihat ingin memfoto pengantin, mengarahkan pose-pose yang cukup intim, kini pose dimana Kenan dan Alice saling menatap satu sama lain dengan kedua tangan Ken yang merengkuh pinggang kecil Alice.

Ken merasakan aliran daranya mengalir begitu cepat, detak jantungnya berpacu bagaikan di arena kuda.

"Si*al, jangan tergoda dengan wanita ja*lang dan mata duitan ini Ken." Gumam Kenan dalam hati.

Alice bergetar menatap tatapan tajam Kenan, seakan dirinya tahu jika dia telah sukarela melemparkan diri kedalam api neraka yang entah kapan dapat menghanguskan dirinya.

Di meja keluarga Wijaya, Citra menatap tajam pasangan pengantin yang sudah sah menjadi suami dan istri tersebut.

"Tidak akan aku biarkan, wanita ular sepertimu bersanding dengan putra kebangganku. Akan aku buat hidupmu seperti di neraka." Gumam Citra dengan suara pelan.

Tanpa Citra sadari Kakek Wijaya sejak tadi menatap dirinya, "Jangan pernah mencoba merencanakan sesuatu yang akan membuatmu menyesal seumur hidup, Citra." Ucap Kakek Wijaya pelan namun tegas.

...🐾🐾...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!