"Itu dia naganya! Serang!"
"Haughh! Haugh!" suara naga terdengar mengerang kesakitan. Naga yang diketahui sebagai naga betina itu terlihat lemah dan kehabisan tenaga. Puluhan anak panah menancap di beberapa bagian tubuhnya. Naga itu tidak bisa terbang lagi. Tubuhnya terhempas menuju dasar bumi.
"Akhirnya! Kita bisa mendapatkan kekuatan naga!" seru seorang pria dengan senangnya saat melihat tubuh naga terjun bebas ke arah bumi. Seruan pria itu disambut sorakan penuh kemenangan dari pengikutnya.
Tapi sayang suara tawa mereka sirna seketika saat mata mereka melihat cahaya ungu keluar dari mulut naga. Cahaya berbentuk bola yang bersinar sangat terang itulah yang di incar para pemburu. Bola bercahaya itu langsung di cengkram sejenis burung garuda dan membawanya terbang menjauh.
"Sial! Bola naga ungu dibawa burung itu! Kejar burung itu!" teriak pria yang menjadi pimpinanan para pemburu. Mereka pergi begitu saja meninggalkan Naga yang terhempas ke bumi dalam keadaan sekarat.
Tak lama kemudian, muncullah naga lain dengan keadaan terkejut yang luar biasa melihat naga betina tak berdaya. Naga itu tidak menyangka, sekembalinya dia dari bertapa untuk meningkatkan kekuatan, malah menyaksikan keadaan pasangannya yang sangat memprihatinkan.
"Istriku!" teriak naga jantan itu dan dia berubah wujud menjadi seperti manusia.
"Suamiku," sahut naga betina dengan lemah.
"Apa yang terjadi, istriku? Kenapa bisa seperti ini? Katakan! Apa yang terjadi?"
"Aku diserang penduduk pulau, suamiku, aku diserang, hiks ... hiks ... hiks ..."
"Bagaimana bisa? Bagaimana dengan anak yang ada dalam kandunganmu, istriku? Bagaimana juga dengan kekuatanmu?"
"Aku tidak tahu suamiku, anak kita mungkin tidak akan selamat, hiks ... hiks ... hiks ...
Naga betina kembali tersedu sembari menceritakan semuanya. Amarah naga Jantan langsung mencuat hingga dia menyemburkan api yang besar ke arah langit.
"Aku akan memberikan sedikit kekuatanku untukmu, istriku, semoga anak kita selamat, bersiaplah."
Naga jantan langsung menempelkan tubuhnya pada kepada naga betina. Ajaib, anak panah yang tertancap pada tubuh naga betina terlepas dengan sendirinya. Naga betina sedikit pulih, tapi dia sama sekali tidak punya kekuatan.
"Sekarang kita pulang, istriku, biar aku beri pelajaran pada penduduk Pulau Kagomara," ucap sang naga jantan dengan mata yang berkobar.
Tanpa sang naga ketahui, yang menyerang naga betina bukanlah penduduk Pulau Kagomara. Melainkan penduduk pulau lain yang sengaja memakai pakaian dan atribut seperti penduduk pulau Kagomara.
Di sisi lain, burung yang membawa bola naga ungu terus terbang tak tentu arah demi menyelamatkan diri dari kejaran orang orang yang mengincar bola naga ungu tersebut. Hingga burung itu sampai di sebuah air terjun yang sangat lebar dan besar.
Di atas air terjun tersebut ada kejadian alam yang sangat aneh. Awan hitam berpetir biru menggelegar hingga menyebabkan angin yang sangat besar. Di bawah awan hitam itu nampak seperti fatamorgana dengan kekuatan besar seperti badai menarik semua yang ada didekatnya. Orang orang yang mengejar burung itu sontak ketakutan dengan kejadian aneh tersebut. Mereka segera berusaha pergi untuk menghindar. Namin ada beberapa yang tertarik hingga memasuki fatamorgana aneh tersebut
Burung pembawa bola naga ungu itupun tak lepas dari hisapan badai tersebut. Sekuat tenaga burung itu melawan tapi kekuatan angin lebih besar dan burung itu akhirnya terserap, masuk dan menghilang. Tak lama kemudian, badai itu berangsur mereda, namun awan hitam berpetir biru perlahan lahan menghilang.
Burung itu ternyata terhempas ke dunia lain hingga burung tersebut kehabisan tenaga dan melayang bebas ke arah bumi. Bola naga ungu terlepas dari cengkramannya dan terbelah menjadi tiga bagian lalu terlempar ke tiga penjuru yang berbeda. Burung itu kehilangan nyawanya seketika.
Tiga tahun setelah kejadian itu.
"Jack! Cepet dikit jalannya napa? leled amat kayak keong!" teriak.seorang anak muda kepada rekannya yang tertinggal.
"Iya!" balas pemuda bernama zaki Ardiansyah tapi lebih akrab dipanggil Jack oleh teman temannya. Pemuda dua puluh dua tahun yang memiliki tampang bule itu hanya bisa menggerutu dengan kesal karena selalu diteriaki oleh temannya. Saking kesalnya, Jack menginjak pinggiran tanah yang basah hingga dia terperosok. "Akhh! Tolong!"
Rekan rekannya yang sudah berada di depan langsung saja kaget dan menoleh ke belakang.
"Jack!" teriak teman temannya dan mereka mendekat ke lokasi jatuhnya Jack. "Jack!"
"Oy!" sahut Jack yang sudah mendarat di dasar tebing dari ketinggian sekitar tiga meter.
"Kamu nggak apa apa?"
"Nggak apa apa! Bentar lagi aku naik!"
Jack berusaha mencari tempat yang mudah untuk naik ke atas. Matanya mengedar ke sekitar hingga tiba tiba Jack dikejutkan dengan sesuatu yang aneh dan nampak berkilau berwarna ungu. Jack mendekat lalu memungut sesuatu tersebut.
"Batu apa ini? Warnanya cantik banget? Bawa pulang ah," ucap Jack lalu menaruh batu itu ke dalam tas pinggangnya. Tanpa Jack sadari batu itu mengeluarkan cahaya berwarna ungu.
Zaki Ardiansyah atau lebih akrab dipanggil Jack , pemuda berusia dua puluh tahun, lulusan sebuah unirversitas negeri dengan jurusan ilmu komputer dan teknologi. Anak kedua dari pasangan suami istri bernama Andini dan Morano. Padahal dia keturunan lokal asli tapi tampangnya mirip keturunan bule. Panggilan Jack sendiri di awali oleh sang ibu yang tergila gila dengan nama Jack dalam film titanic. Dari sana lah, nama panggilan zaki berubah menjadi nama Jack.
Pemuda yang suka makan bubur ayam tanpa di aduk itu memang suka traveling terutama mendaki gunung. Sia sudah mendaki beberapa gunung yang terkenal di negara ini. Saat ini dia sedang berada di kawasan satu gunung di satu daerah yang terkenal dengan bahasa ngapaknya.
Jack dan rombongan sudah mencapai titik tertinggi gunung tersebut dan saat ini mereka sedang beristirahat di sebuah warung kecil tak jauh dari tempat dimana mereka menitipkan kendaraannya di salah satu rumah warga.
"Kamu nggak ada yang terluka, Jack?" tanya salah satu rekannya buat memastikan kondisi Jack yang tadi sempat terjatuh saat turun gunung.
"Nggak ada, cuma nyeri dikit sih ini," jawab Jack sambil memijat mata kaki kanannya.
"Olesin ini lagi, Jack," ucap salah satu rekan cewek sambil menunjukkan krim dengan kemasan merah putih.
"Sini," Jack menerima krim itu dan langsung mengeluarkan isinya sedikit lalu mengolesnya pada bagian yang sakit.
"Setelah ini kita nyari penginapan buat istirahat. Besok kita baru pulang," ucap salah satu dari mereka yang menjabat sebagai pimpinan rombongan.
Mereka terdiri dari tujuh orang, lima pria dan dua wanita. Jack dan kawan kawan sengaja jauh jauh kesini dari tempat asalnya yaitu Bandung dalam rangka merayakan tiga tahun klub pendaki yang mereka dirikan. Harusnya klub itu terdiri dari lima belas anggota, tapi karena kesibukan, sebagian tidak dapat ambil bagian dalam perayaan tersebut.
"Ya udah kita sekarang berangkat, mumpung belum gelap," ucap anggota wanita dan semuanya nampak setuju. Semua beranjak menuju satu mobil yang mereka bawa.
Waktu terus merangkak maju, kini Jack dan kawan kawan telah berada di salah satu penginapan murah. Mereka menyewa tiga kamar buat tujuh orang jadi ada satu kamar untuk bertiga. Jack kebagian satu kamar bersama ketua rombongan. Rasa lelah yang mendera tubuh, membuat mereka memilih untuk tidur lebih awal.
Begitu juga dengan Jack. Setelah menikmati makanan yang dia beli di depan penginapan, Jack langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang hingga tak butuh waktu lama, Jack pun terlelap seperti teman di sebelahnya.
"Jack! Bangun! Jack!"
"Aaakh!"
Jack terbangun dan langsung terduduk. Nafasnya terengah engah dengan keringat yang bercucuran.
"Kamu mimpi buruk?" tanya temannnya yang sedari tadi berusaha membangunkan Jack. Dia terbangun gara gara mendengar Jack yang mengigau begitu keras seperti orang ketakutan.
"Aku mimpi aneh banget, Ndi," balas Jack setelah keadaannya mulai tenang.
"Mimpi dikejar setan ya? Hih!" balas teman Jack sambil bergidik ngeri.
"Bukan! Tapi aneh," bantah Jack.
"Ya wajarlah aneh, namamya juga mimpi, dah lah aku mau tidur lagi, ngantuk."
Jack hanya diam ketika temannya kembali memejamkan mata. Pikirannya menerawang ke mimpi yang baru saja dia alami. Tapi beberapa saat kemudian dia menggeleng dan meyakini kalau itu hanya mimpi, bukan sesuatu untuk dipikirkan. Jack lantas kembali berbaring untuk melanjutkan tidurnya. Tanpa Jack sadari, di dalam tas slempang Jack cahaya ungu kembali menyala.
Waktu cepat berganti dan siang ini Jack dan rombongan sedang dalam perjalanan pulang menuju kota tempat tinggal mereka. Dengan memakan waktu hampir sepuluh jam, sampailah Jack di kediamannya. Kedatangannya di sambut oleh Ibu dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah.
"Eh, bocah petualang baru pulang, masih ingat rumah, Jack?" sindir sang Ibu begitu anaknya nongol dari balik pintu utama.
"Apaan sih, Bu, yang penting kan aku pulang dengan selamat," ucap Jack membela diri.
"Oleh olehnya mana, A?" tanya sang adik perempuan.
"Oleh olehnya lahar panas tuh di dalam tas," sindir sang ibu lagi.
Jack menghela nafasnya berat, dia memilih segera masuk ke kamar daripada ribut sama Ibu yang tidak pernah menyukai hobby anaknya naik gunung. Jack langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa ranjang.
Dalam diamnya, Jack kembali kepikiran dengan mimpi yang dia alami semalam saat di penginapan. Jack juga teringat dengan batu aneh berbentuk seperti bagian dari buah jeruk. Diambilnya batu itu dan diamatinya dalam dalam. Hingga tanpa terasa mata Jack diserang rasa kantuk yang luar biasa. Mata itu pun perlahan dan pasti langsung terpejam. Tak butun waktu lama, Jack benar benar terlelap.
Beberapa menit kemudian.
"Tidak! Jangan! Jangan! Tidak!"
...@@@@@...
"Tidak!"
Jack langsung terbangun dengan nafas tersengal sengal. Jack bergeser hingga kakinya menyentuh lantai karena dia duduk di tepi kasur. Pikirannya berkelana ke arah mimpi yang baru saja membangunkannya. Mimpi yang sama kembali hadir, menumbuhkan banyak pertanyaan dalam hatinya. Tapi semua pertanyaan itu dia tepis dengan satu jawaban kalau itu hanya sebatas mimpi.
Jack menoleh ke arah meja kecil di tepi ujung kasur. Tangannya meraih sebuah batu yang dia temukan kemarin. Batu itu seperti ada motifnya tapi entah motif apa yang ada di sana. Bahkan salah satu ujung batu itu berlubang. Jack seketika memiliki ide. Dia melepas kalung rantai yang dia pakai dan menjadikan batu itu sebagai pemanis kalungnya.
"Nah! Kalau kayak gini kan bagus," puji Jack pada diri sendiri lalu kembali memakai kalung itu.
Pria penyuka warna gelap itu meraih ponselnya yang sudah seperti asrama putri. Banyak chat masuk dari para gadis yang mengharap jadi bagian terpenting dari hidup Jack. Wajar jika Jack banyak digandrungi wanita, wajahnya yang mirip bule menjadikan dia jadi incaran banyak gadis.
Wajah bule Jack berasal dari keluarga ayahnya. Meskipun ayah Jack lahir di negara ini, tapi kakek dan nenek Jack dari keluarga ayah adalah orang italia asli. Sedangkan keluarga Ibu, asli keluarga lokal.
Bagi Jack mencari teman kencan itu mudah, siang putus dan malamnya sudah gandengan sama wanita lain, itu sudah biasa bagi pemuda penyuka sayap ayam goreng. Jack juga bukan pria lurus. Dia juga pernah mencicipi dosa termanis selama menjabat sebagai playboy. Meski bisa dihitung dengan jari tangan, tapi setidaknya cukup bagi pria itu tahu. Prinsip Jack, dia bukan yang minta, tapi kalau diajak dan keadaan mendukung ya ayok saja.
Malam yang larut kini hampir saja menjelang pagi. Jack mencoba kembali tidur dan berharap agar mimpi itu tidak datang lagi. Tak butuh waktu lama, Jack pun kembali terlelap.
Satu minggu telah berlalu, tapi mimpi itu selalu menghampiri Jack tiap malam. Jack pun bingung, apa yang harus dia perbuat. Cerita pada teman, malah hanya ditertawakan dan mendapat cibiran. Ingin cerita ke orang tua, pasti jawabannya makin tidak enak didengar. Akhirnya Jack memilih diam, menyimpan kekalutannya sendiri.
"Jack, minggu depan, kamu ke lampung ya? Kata Om Dam ada kerjaan yang pas buat kamu," ucap ayah Jack pada suatu sore.
"Jauh banget, Yah, ke Lampung. Yang nggak nyebrang laut nggak ada apa?" balas Jack sambil menusuk sebutir cilok yang dia beli di pedagang keliling.
"Nggak tahu, mending nanti kamu tanya aja langsung sama Om kamu. Ayah nggak cerita banyak."
"Ambil aja, Jack, daripada keluyuran nggak jelas. Buang waktu aja," cibir Ibu menimpali.
"Iya, Bu, iya," balas Jack dengan penuh penekanan. Si bapak hanya bisa menggeleng melihat tingkah istri dan anak keduanya.
Seminggu kemudian. Seperti yang telah direncanakan, Jack berangkat ke Lampung menggunakan bis. Sebenarnya Jack berat meninggalkan kota kelahirannya dan juga para wanita penggemarnya. Tapi bagaimana lagi, Jack juga harus bisa merangkai masa depan yang indah. Salah satunya adalah dengan bekerja.
Kini, Bus yang ditumpangi Jack akan masuk ke dalam kapal untuk menyeberang ke pulau tujuan. Satu persatu kendaraan yang telah antri memasuki kapal termasuk bus itu. Saat semua sudah cukup sesuai kapasitas, kapal pun perlaha berangkat setelah segalanya siap.
Awalnya kapal berlayar cukup tenang. Udara yang cerah dan ombak yang kecil seakan mengundang para penumpang untuk menikmati alam dari sisi kapal yang terbuka. Hingga beberapa menit perjalanan, tiba tiba awan mendadak menjadi gelap, angin berhembus makin kencang dan petir menggelegar begitu keras. Sontak saja semua panik, semua yang ada di kapal dikumpulkan menjadi satu termasuk Jack.
"Mohon tenang, di depan ada badai, para penumpang diharap memakai pelampung yang telah disediakan!" ucap kru kapal menghimbau para penumpang.
Jack dan yang lain langsung saja melaksanakan himbauan tersebut. Tapi sayang, kapal tidak kuasa menghindari badai besar yang disertai hujan. Kapal oleng dan bergerak tak tentu arah. Keadaan semakin kacau.
Jack yang berusaha menyelamatkan diri tanpa diduga tertabrak seseorang yang berlari dari arah lawan hingga Jack terpental dan kepalanya membentur dinding kapal. Jack terjatuh, dia berusaha minta tolong, tapi suaranya kalah oleh teriakan para penumpang yang panik. Jack makin lama makin melemah hingga akhirnya Jack tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian.
"Akhh!"
Jack berteriak sadarkan diri. Dia kaget dan langsung meraba badannya sendiri dengan tatapan tak percaya. "Apa aku masih hidup?" gumamnya sambil terus mengecek keadaannya.
"Yeahh! Aku masih hidup!" sorak Jack saat menyadari kalau dia baik baik saja. Tapi sorakan Jack langsung terhenti saat dia menyadari ada sesuatu yang janggal disekitarnya.
"Aku dimana?"
...@@@@@...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!