Dor…
Sebuah resepsi pernikahan tiba-tiba saja gempar karena terjadi sebuah tembakan dari jarak jauh.
Peluru langsung menyasar ke arah kepala mempelai Pria yang hendak turun dari pelaminan.
Seketika pengantin pria itu ambruk di atas pelaminan.
" Mas Irfan!"seru Diana sang mempelai wanita. Ia pun menahan tubuh Irfan.
Kejadian yang mengagetkan itupun membuat syok ibu dari mempelai pria yang juga masih berada di atas pelaminan.
" Irfan anak ku!"
Tangis wanita itu pecah. Ia pun menghampiri putranya dan menghambur memeluknya.
"Irfan hiks hiks!"
"Mas Irfan," tangis Diana .
Bu Sarah langsung mendorong Diana yang juga hendak memeluk suaminya.
" Dasar perempuan pembawa sial! Jika aku tahu,anakku akan meninggal , seperti ini. Aku tak akan sudi menikahkan putraku dengan dengan mu!" Sarah mendorong tubuh Diana.
Bukan main syoknya Diana Mendengar cecaran dari ibu mertuanya.
Sarah kembali menangis, memeluk tubuh putranya. Sementara orang yang hadir di pesta itu mengerumuni Irfan ada juga yang menelpon ambulans
" Hiks, Irfan ! Ibu sudah bilangkan, wanita yang kamu nikahi itu wanita yang akan menyebabkan kesialan dalam hidup kamu, terbukti kan kamu sekarang meninggal sebelum melewati malam pertama kamu," sesalnya .
Betapa hancurnya hati Diana karena dirinya kembali dipersalahkan atas meninggalnya sang suami.
Melihat sang putri yang di pojokan,
Rania memeluk putrinya. Diana sendiri masih syok melihat pria yang baru saja menikahinya tersebut tergeletak bersimbah darah di atas pelaminan.
" Berhentilah menyalahkan anak saya, Bu. ini bukan salah Diana, ini tragedi," bela Bu Rania sambil memeluk putri tercintanya.
" Alah, ini bukan pertama kalinya kejadian ini berlangsung. Sudah dua kali Diana menikah dan suaminya meninggal dunia sebelum sempat menikmati malam pertama mereka! Pasti anak kamu itu menggunakan ilmu hitam untuk membuat dirinya agar terlihat lebih cantik. Buktinya si Dina, saudara kembaran Diana biasa saja tuh wajahnya," cecar salah seorang wanita muda.
Mendengar hal itu Dina yang berada diantara mereka langsung tersinggung.
Sialan, berani-beraninya dia bilang wajah gua biasa saja.
Mendengar fitnah tersebut Diana semakin sedih dan menangis.
" Astaghfirullah Mer, jangan ngomong sembarangan. Diana, anak ku tak seperti itu, dia anak baik-baik,sholeha lagi," bela Rania.
"Alah di depan ibunya dia Soleha, tapi di belakang ibunya. Malah syirik bersekutu dengan setan. Pasti kamu pakai ilmu hitamkan? Biar para lelaki tergila-gila pada kamu! Terus kamu jadikan mereka tumbal."
" Astaghfirullah!" Bu Reina mengelus dada, sementara Diana masih menangis.
Isak tangis masih terdengar di sekitar pelaminan. Saat itu memang pesta pernikahan hampir usai.Namun, masih banyak pihak keluarga yang masih berkumpul di tenda tempat pelaksanaan resepsi.
Ini adalah pernikahan kedua Diana. Satu setengah tahun yang lalu Diana juga pernah menikah dengan seorang duren (duda keren) yang mapan bernama Rasyid. Namun di malam pernikahan mereka, Rasyid juga meninggal akibat kecelakaan di perjalanan ketika mereka hendak berbulan madu menuju sebuah hotel.
Dari sana mulai berhembus kabar jika Diana menggunakan ilmu hitam untuk memikat lawan jenisnya. Maklum saja Diana merupakan seorang gadis yang begitu cantik. Karena kecantikannya banyak sekali pria yang melamarnya. Banyak juga pria yang patah hati karena Diana telah memiliki pria pilihannya sendiri.
Termasuk Irfan, setelah mengetahui Diana janda, Irfan yang memang sudah lama memendam cintanya langsung melamar Diana setelah tiga bulan Diana menjanda.
Tentu Diana tak langsung menerima Irfan, apalagi hubungan mereka memang di tentang oleh orang tua Irfan. Namun karena Irfan sudah cinta mati pada Diana, ia pun mendesak orang tuanya untuk melamar Diana.
Karena setelah menjanda Diana selalu diganggu karena kecantikan dan status janda perawannya . Diana pun akhirnya memilih Irfan untuk melindungi diri dari fitnah.Pernikahan mereka pun terjadi.
Namun, takdir berkata lain. Irfan ditembak saat mereka hendak turun dari pelaminan dan menuju mobil pengantin.
Kejadian yang mirip dengan kejadian yang menimpa Rasyid.
Diana pun kini sudah dua kali menjadi perawan berstatus janda.
***
Sudah seminggu ini Diana mengurung dirinya di dalam kamar. sejak kematian Irfan.
" Diana ! Diana !"
Reina memanggil sang putri.
Beberapa saat kemudian terdengar suara kaki melangkah.
Pintu pun terbuka.
"Diana, kamu gak apa-apa kan, Nak?"
Reina mengamati wajah Diana yang terlihat sembab.
Diana tak menjawab. Ia hanya menangis.
"Diana, kamu jangan pikirkan omongan orang. Mereka hanya mengada-ada. Semua ini hanya kebetulan saja. Memang sudah waktunya Irfan meninggal . Sampai saat ini pun polisi masih mengejar tersangka penembakan Irfan."
Riena berusaha membujuk Diana, karena setelah meninggalnya Irfan di malam pernikahan mereka. Fitnah tentang Diana semakin menyebar.
"Diana sedih Bu, keluarga mas Irfan gak bolehin Diana ikut tahlilan bersama mereka. Diana sendiri gak tau kenapa tiba-tiba ada seseorang yang menembak mas Irfan, Bu. "
"Iya Nak, sudah. Kamu bisa mendoakan suami kamu dari rumah kok. Sudah kamu makan dulu ya. "
Reina menuntun sang putri menuju meja makan.
Diana terlihat begitu kurus dan pucat, karena selama seminggu ia terus mengurung diri dalam kamar dan menangis meratapi nasibnya.
Sudah dua kali ia kehilangan orang yang dicintainya.
Setelah dibujuk, akhirnya Diana mau ikut ke meja makan bersama ibunya.
***
"Ayo Nak, ibu masak ini khusus untuk kamu," ucap Bu Rania sambil menyodorkan semangkuk sup.
Mendengar hal itu Dina yang sudah menyendok sup menjadi murka.
"Oh ini khusus untuk Diana saja! Ya sudah aku gak mau makan!"Seru Dina sambil menepiskan piring yang ada di atas meja makan.
"Astagfirullah! Apa yang kamu lakukan Dina?!"
"Ibu memang selalu sayang pada Diana. Apa-apa Diana , Diana !Diana !dan Diana terus yang diperhatikan, sementara aku ibu tak pernah peduli!"
Ibu memasak makanan khusus untuk Diana, sementara aku tak pernah,ibu tak pernah bertanya sekalipun apakah aku sudah makan atau belum!"
Dina pergi meninggalkan tempat itu dengan menghempas kakinya.
Bruk… terdengar pintu dibanting.
"Astaghfirullah,Dina!" seru Bu Rania
Melihat adiknya yang selalu cemburu terhadapnya Diana semakin sedih.Ia pun kembali menangis.
"Diana, kamu jangan hiraukan ucap Dina ya Nak," bujuk Rania.
"Iya Bu."
"Ayo kamu makan."
Bukan tanpa alasan Reina lebih perhatian pada Diana.
Diana adalah gadis penurut, sabar dan berhati lembut. Sementara Dina sejak kecil Dina selalu ,egois pembangkang dan bersikap kufur terhadap pemberian orang tuanya.
Diana dan Dina terlahir sebagai gadis kembar. Namun memiliki karakter yang bertolak belakang.
Suatu ketika Dina menderita penyakit cacar yang parah hingga luka bekas cacar tersebut meninggalkan bekas di wajahnya.
Karena itulah wajahnya menjadi berbeda dari Diana. Sejak saat itu, banyak membandingkan antara Diana dan dirinya.Mereka memuji Diana dan memojokkan Dina. Hal itulah yang menyebabkan Dina merasa sakit hati dan dendam terhadap saudara kembarnya Diana.
Bersambung dulu gengs. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk karya terbaru author
Pak Wijaya terbangun dari tidurnya dan mendapati sang istri yang tak berada di sampingnya.
Ia pun turun untuk mencari keberadaan sang istri.
Pak Wijaya menuju ruang tamu dan melihat Bu Wina yang terlihat resah seperti menunggu seseorang.
"Lagi nungguin siapa sih, Ma ?"tanya pak Wijaya.
"Lagi nungguin Angga, Pa. Sudah jam dua pagi tapi belum juga pulang. "
Pak Wijaya menghempaskan napas panjang.
"Bukannya setiap hari Angga itu selalu pulang larut malam? "
"Iya Pa, tapi entah kenapa malam ini, mama merasakan resah. Semakin hari Angga semakin gak bisa di atur, Pa. Pulang makin larut saja. "
Huh !
Pak Wijaya menarik istrinya yang berdiri di depan pintu.
"Sini Ma, kita duduk saja."
Kedua suami istri itu mendaratkan bokong mereka secara bersamaan di sofa.
"Mama menyesal Pa, karena telah menguliahkan Angga keluar negeri. Sejak kepulangan Angga dari Los Angeles, Angga berubah jadi nakal gitu."
" Angga bukannya membantu menjalankan bisnis Papa, tapi justru keluyuran setiap malam. Apa kita tarik saja fasilitas yang kita beri ke Angga ya, Pa. Agar dia gak bisa keluyuran lagi."
"Sabar Bu, kita nasehati saja Angga pelan-pelan, karena jika anak seperti dia dimarahi, bukannya makin tobat, nanti justru makin nekat saja. "
"Apa kita Carikan jodoh saja Pa, untuk Angga."
"Haha, wanita mana yang mau sama pria brengsek seperti Angga, Ma. Kalaupun ada pasti wanita tak bener itu. Suka keluyuran, pulang malam , mabuk-mabukkan lagi. "
Kreak tiba-tiba pintu terbuka yang membuat pak Wijaya dan Bu Wina menoleh.
Angga masuk dengan berjalan sempoyongan karena mabuk.
"Angga!" Seru Bu Wina sambil menangis.
"Eh, mama. Belum tidur Ma ? "tanya Angga.
Bu Wina mencium bau alkohol yang menyengat dari mulut Angga .
"Angga ! Mama belum tidur karena menunggu kamu pulang! Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini sih Ngga, Hiks, " sesal Bu Reina.
"Aduh mama sih gak pernah merasakan gimana rasanya jadi anak muda jaman sekarang! Masih muda kudu senang-senang dulu Ma. Jangan kuper gitu dong," ucap Angga sambil mencolek dagu Bu Wina dengan maksud mengejek.
Plak!
" Kurang ajar!" Bu Wina mendaratkan tamparan di pipi Angga.
" Mama! Apa-apaan sih ?"tanya Angga sambil menyentuh pipinya.
"Kamu Angga! Mama kecewa sama kamu! "
"Ma, aku tuh tahu apa yang aku lakukan. Nanti jika sudah waktunya aku juga akan berubah kok! Sekarang waktunya aku untuk bersenang-senang dulu! Toh aku belum punya tanggung jawab, kalau sudah menikah nanti aku baru tobat, oke ?!"
"Angga!"
"Udah Ma, aku capek ! setiap hari di omelin mulu!" ucap Angga dengan penuh penekanan.
Angga langsung pergi meninggalkan Wina dan Wijaya.
"Angga! Bisa-bisa kamu bersikap kasar sana mana kamu !"seru Wijaya yang tak terima perlakuan Angga.
"Ah bodoh amat!"
"Angga! Angga!"
Angga terus saja menaiki anak tangga tanpa memperdulikan seruan kedua orang tuanya.
Sementara Wina menangis segugukan melihat putranya telah jauh berubah.
"Angga! hiks hiks!"
***
Pagi harinya
Bu Wina menghampiri kamar Angga untuk membangunkan Angga.
"Nga, bangun ," ucap Bu Widya sambil mengguncang tubuh Angga pelan.
"Apaain sih Ma, aku masih ngantuk nih!" Angga menepis tangan Bu Wina.
"Angga! ini tuh sudah siang ! Ayo bangun, mulai hari ini kamu ikut papa ke kantor!"
"Gak mau! Aku mau masih mau tidur !" Angga kembali menepis tangan Wina. Kemudian ia menarik selimut dan menutupi wajahnya dengan bantal.
"Astaghfirullah Angga!"
Bu Wina kembali mencoba membangunkan Angga dengan berbagai cara. Namun tetap saja Angga tak menggubrisnya .
Bu Wina keluar dari kamar dengan perasaan yang hampir putus asa.
"Bagaimana Bu ? Apakah Angga mau ikut papa ke kantor?" tanya pak Wijaya.
Bu Wina menggelengkan kepalanya.
"Angga justru gak perduli lagi dengan kita Pa."
"Sudahlah Bu, mungkin benar kata ibu, sebaiknya kita carikan jodoh untuk Angga."
Bu Wina antusias sekali ia kembali bersemangat mendengar usulan dari suaminya tersebut.
"Iya Pa, sebaiknya begitu. Dengan menikah, setidaknya ia bisa bertanggung jawab pada keluarganya. Mau tak mau dia harus bekerja."
Iya kan ?"
Tapi gadis mana yang akan kita nikahkan dengan Angga.
***
Setelah sepuluh hari peristiwa tragis yang menimpa suaminya di pelaminan. Diana pun kembali memulai aktivitasnya seperti biasa.
Diana keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian rapi.
"Mau kemana kamu Diana ?"tanya Bu Reina.
"Mau ke butik Bu. "
"Oh iya, kamu sudah merasa baikan Nak?"
"Sudah Bu, ibu tenang saja, " ucap Diana.
Setelah mencium punggung Bu Reina, Diana menuju butik miliknya. Sudah sebulan ia tak berkunjung ke butiknya tersebut.
Diana mengangkat sebuah koper kemudian di masukkan ke dalam mobil. Setelah itu ia pun menuju butik miliknya.
"Selamat pagi Bu Diana, " ucap salah seorang karyawan Diana.
"Mira kamu bantu aku memandang gaun ini di manaken itu," tunjuk Diana ke sebuah manaken yang berada di depan etalase.
Diana membuka koper tersebut. Ia pun mengeluarkan gaun pengantin.
"loh Bu, bukannya ini gaun pengantin ibu ?"tanya Mira.
"Iya, mau saya lelang. "
Diana menatap sedih pada gaun penggantin yang ia rancang dan jahit sendiri itu.
'Mungkin selamanya aku tak akan pernah menggunakan gaun ini, karena tak akan ada pria yang akan mau menikah dengan ku,' batin Diana.
Mereka pun memasang gaun tersebut di etalase bagian depan.
Rencananya uang hasil penjualan gaun tersebut akan ia sumbangkan ke panti asuhan.
Meski masih berdukacita atas meninggalnya sang suami, Diana berusa untuk kembali bangkit. Lagi pula dia adalah tulang punggung keluarganya. Ia tak boleh menjadi gadis lemah.
***
Karena kejadian meninggalnya sang suami, fitnah tentang Diana yang menggunakan ilmu hitam pun semakin menyebar.
Banyak mereka yang awalnya bersimpati pada Diana kini mulai mencibirnya.
***
Waktu terus berlalu. Sebulan sudah Diana menjalani Janda keduanya.
Tok tok tok
"Diana ! " panggil Bu Reina.
Pintu pun terbuka.
Diana keluar dengan menggunakan pakaian syar'i. Sebelumnya Diana dan Bu Reina memang aktif di sebuah majelis taklim.
Rencananya mereka hari ini akan mendatangi pengajian di rumah istri seorang pejabat.
Bu Reina dan Diana menghampiri mobil mereka.
"Tuh lihat si Diana dan Bu Reina, mereka mau penggajian tuh," ucap Meri sambil mencibirkan bibirnya.
"Iya, itu hanya kedoknya Diana saja. Namanya sirik tetap saja dosanya gak di ampuni meski ikut pengajian!" cetus seorang wanita lagi.
"Iya tuh, lihat saja nanti. Siapa yang akan jadi korban Diana selanjutnya."
Diana dan Bu Reina mendengar cibiran dari tetangga mereka tersebut. Namun mereka tak ambil perduli.
Bak pepatah mengatakan. 'Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.'
***
Bu Reina dan Diana tiba di rumah pejabat yang mengundang mereka.
Saat itu sang pejabat mengadakan tasyakuran kelahiran cucu mereka .
Ternya pengajian tersebut di hadiri oleh dua majelis taklim.
Dari majelis taklim An Nur dan majelis taklim An Nissa.
Kedua anggota majelis taklim itupun saling berkenalan. Termasuk Diana yang berasal dari majelis taklim An-Nur berkenalan dengan Bu Wina dari majelis taklim Annisa.
Mereka sempat berbincang-bincang ringan. Saking memperkenalkan diri.
Sebelum acara utama di mulai, mereka membuka acara dengan pembacaan Al-Qur'an yang akan di wakilkan oleh qori masing-masing dari kedua majelis taklim.
"Diana !" Panggil Bu Halimah.
"Iya Bu ada apa ?"tanya Diana.
"Hari ini kamu gantikan ibu sebagai Qori ya ?"
"Loh kenapa harus saya Bu ?" tanya Diana yang tidak percaya diri.
"Tenggorokan ibu sakit, dan menurut ibu, kamulah yang cocok menggantikan ibu. Suara kamu bagus, merdu lagi."
"Ah ibu bisa saja. Tapi saya gak percaya diri Bu. "
"Duh, gak pede kenapa? Sudah, kali ini kamu gak bisa menolak. "
"Ehm iya deh. "
Diana akhirnya setuju untuk menggantikan Bu Halimah sebagai Qori.
Diana duduk di bagian depan dari deretan rombongannya yang duduk di belakangnya.
Diana pun mulai membaca ayat-ayat suci Al Quran dengan tajwid yang benar. Suaranya juga merdu dan lembut.
Suara Diana tersebut bahkan membuat terkagum-kagum anggota majelis taklim An Nisa termasuk Bu Wina.
'Masya Allah, suaranya merdu dan lembut sekali. Wajah Qorinya juga cantik, benar-benar kriteria menantu idaman. ' batin Bu Wina.
Ia terus menyimak dan mengikuti Diana yang mengaji.
'Duh, andai saja gadis itu mau menikah dengan Angga. Aku pasti senang dapat menantu sholeha seperti dia,' batin Bu Wina.
'Selesai acara nanti, aku samperin dia ah. '
Benar saja, setelah selesai mengaji Diana di samperin oleh Bu Wina.
Bersambung dulu jangan lupa dukungannya dengan like, komen dan rare bintang 🌟 lima ya gengs
Setelah acara selesai Bu Wina menghampiri Bu Rania dan Diana.
"Assalamualaikum, Bu Rania, dek Diana."
"Waalaikum salam, Bu Wina."
"Dek Diana, suara kamu bagus sekali. Ibu suka sekali mendengarnya."
Diana mengulum senyumnya sambil tertunduk malu, "Terimakasih, Ibu."
"Lain kali kalau ibu ada acara pengajian boleh dong ibu undang kamu untuk jadi qori?. "
"Tentu saja boleh Bu. " Diana meraih dompet kemudian menyodorkan sebuah kartu nama.
Dengan senang hati Bu Wina meraih kartu nama tersebut.
"Oh, kamu bekerja di butik ?"tanya Bu Wina.
"Iya Bu. Kebanyakan pakaian yang dijual adalah rancangan dan hasil jahitan saya sendiri."
"Wah hebat, kalau begitu nanti sesekali ibu berkunjung ke butik kamu."
"Iya silahkan saja, Bu."
"Seragam yang kami kenakan ini juga hasil jahitan Diana loh Bu," imbuh Bu Rania.
"Oh, begitu, iya deh. Kapan-kapan saya mampir ke butik kamu Diana, siapa tau saya mau pesan baju couple. Kalau begitu saya permisi dulu ya, " ucap Bu Wina dengan sopan.
"Iya Bu, silahkan."
Bu Wina pun pamit dari hadapan mereka.
***
Sepulang dari pengajian Diana dan bu Reina langsung pulang ke rumah lnys.
ketika sampai mereka heran melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan halaman rumah.
"Mobil siapa ya itu Diana?"
"Gak tau Bu, Diana gak punya teman yang memiliki mobil mewah seperti itu."
"Oh, mungkin temannya Dina, tapikan Dina masih kuliah. Masa temannya punya mobil mewah begitu."
"Kita lihat saja Bu," cetus Diana sambil tersenyum.
"Assalamualaikum," ucap Bu Rania dan Diana.
"Waalaikum salam." Seorang pria paruh baya menyahut salam Bu Rania dan Diana.
"Eh Pak Dodi.Sudah lama menunggu."
" Iya Bu Rania, saya ada perlu."
Bu Rania duduk, sementara Diana setelah melempar senyum ke arah pak Dodi ia kemudian masuk ke dalam kamar.
Memang kebiasaan Diana jika pulang dari suatu tempat, ia masuk ke kamar terlebih dahulu.
Dina datang membawakan minuman, sambil tersenyum. Tak biasanya gadis itu bersikap baik terhadap tamu.
" Silahkan diminum pak Dodi," ucap Dina ramah, wajahnya begitu ceria saat itu, tak seperti hari-hari biasanya.
"Iya silahkan diminum pak Dodi."
Pak Dodi terlihat gelisah, karena itu ia menyerup sedikit minuman segar yang dibuatkan oleh Dina.
"Begini Bu Rania, kedatangan saya kemari untuk melamar," ucap pak Dodi dengan kata yang teratur.
"Hah! Melamar ?"
"Iya." pak Dodi pun tersipu, ia menundukkan wajahnya.
Bu Rania menghela napas berat.
"Maaf pak Dodi, saya belum mau menikah," cetus Bu Rania.
Pak Dodi kaget mendengar penuturan dari Bu Rania.
"Hehe, maaf Bu, tapi saya bukan melamar ibu, tapi hendak melamar Diana," sahut pak Dodi.
Hah! Bu Rania semakin kaget.
"Melamar Diana ?!"
Sementara Dina tersenyum.
"Iya Bu. Saya akan memberikan mahar yang besar berupa rumah, mobil, dan apa saja yang ibu dan Diana minta."
"Ehm, bagaimana ya Pak, nanti saya tanyakan pada Diana terlebih dahulu."
"Oke Bu. Terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu. Ini ada oleh-oleh dari saya."
Pak Dodi menyerahkan sekotak perhiasan.
"Wah terima kasih pak !"seru Dina yang langsung menyambar kotak perhiasan tersebut .
"Dina! Kembalikan!" Bu Rania melotot bola matanya ke arah Dina.
"Maaf Pak, kami tak menerima pemberian barang-barang mewah ini. Silahkan diambil kembali."
"Ah, gak apa Bu. Karena saya memiliki toko emas, ya hanya itu yang bisa saya berikan. Ambil saja, saya ikhlas kok. "
"Oh kalau begitu terima kasih pak." Bu Rania sudah tak bisa menolak lagi.
"Iya Bu, tolong tanyakan pada Diana ya, Bu . perihal lamaran saya."
"Iya pak, insyaallah."
Pak Dodi pun pulang dari rumah mereka.
"Wah perhiasan ini untuk aku saja ya Bu," ucap Dina sambil mencoba mengenakan perhiasan-perhiasan tersebut.
"Gak usah, nanti kamu jual lagi perhiasan itu." Bu Rania menarik kembali kotak perhiasan tersebut.
"Assalamualaikum," tiba-tiba seorang laki-laki kembali datang dan mengagetkan kedua orang itu.
Karena baru saja mobil pak Dodi terdengar meninggalkan halaman rumah mereka.
"Waalaikum Salam!"
" Eh ada Mas Danu." Seru Dina yang langsung menghampiri pria berkacamata tersebut.
"Masuk Mas," Dina menyambut baik kehadiran pria yang bersikap kalem tersebut.
"Eh Danu. Mari masuk !"
"Terima kasih Bu," ucap Danu yang langsung menghampiri bu Rania.
Mereka pun memberi salam tanpa bersentuhan.
"Wah sudah lama kamu gak datang kemari Nu, apa kabarnya nih?" tanya Bu Rania.
"Baik Bu, kebetulan saya sekarang baru buka bisnis baru."
"Oh ya, hebat kalau begitu kamu ,Nu. "
"Hehe, iya Bu biasa saja," ucap Danu sambil membenarkan kacamatanya.
"Hm, Diana ada Bu ?"tanya Danu.
"Oh tadi kebetulan dia baru selesai sholat, sebentar ya ibu panggil."
"Eh gak usah Bu, biar saja."
Bu Rania yang awalnya ingin beranjak, kemudian mendaratkan bokongnya kembali.
Sama seperti pak Dodi, gelagat Danu pun mencurigakan.
"Ada apa ya, Nak Danu ?" tanya Bu Rania.
Ehm, Danu kembali membetulkan letak kacamatanya.
"Saya-saya sebenarnya, Hm maksud kedatangan saya kemari, saya ingin melamar Diana Bu," cetus Danu.
Mendengar hal itu, Dina langsung mengerucutkan bibirnya.
'Cih, kenapa harus melamar Diana. Padahal aku juga gak kalah cantik. Dari kemarin lelaki yang datang cuma melamar Diana. Gak ada tuh yang berniat melamar aku. ' batin Diana.
"Melamar Diana ?" Bu Rania terlihat ragu.
Kebetulan Diana Mendengar kedatangan Danu. Karena Danu adalah sahabatnya sejak kecil, ia pun menghampiri mereka.
"Diana," sebut Danu dengan tatapan penuh cinta.
"Eh, Nu. Lama gak kemari, sekarang Sepertinya sudah jadi orang sukses ya?" tanya Diana.
"Ah biasa saja," Danu merendah.
Bu Rania hanya menyimak obrolan mereka, begitupun Dina yang memasang wajah jutek karena kecemburuannya.
"Aku kerja keras agar bisa melamar kamu Din," ucap Danu dengan berani.
"Hahaha, kamu ada-ada saja Nu,"celetuk Diana yang mengira Danu hanya bercanda.
"Aku gak bercanda Din. Aku bersungguh-sungguh." Danu terlihat serius kala itu.
"Din, sudah lama aku ingin mengatakan ini. "
"Mengatakan apa Nu ?"
Karena Danu dan Diana sudah memasuki pembicaran pribadi, Bu Rania pun mengedipkan matanya kepada Dina, menyuruh Dina untuk masuk.
Dengan wajah yang cemberut Dina pun masuk kedalam kamarnya.
"Ibu masuk dulu ya."
"Iya Bu." Danu menyahut.
***
"Kamu mau ngomong apa Nu ?"
"Aku sebenarnya sudah lama memendam perasaan cinta terhadap kamu Din," ucap Danu dengan yakin.
"Yaelah kamu Nu, kita itu teman dari kecil.Lagipula aku hanya menganggap kamu sebagai sahabat, gak lebih."
"Tapi Din, kenapa kamu gak beri aku kesempatan untuk bisa membuat kamu mencintai aku Din. Memang aku kurang apa ?" tanya Danu.
"Kamu gak ada yang kurang Nu. Cuma perasaan aku dari dulu tetap sama. Aku menganggap kamu sahabat dan begitulah seterusnya."
"Din, kenapa sih kamu gak pernah mau memberi aku kesempatan?"tanya Danu dengan wajah heran.
Diana berfikir sejenak, mencoba mencari alasan agar bisa menolak secara halus,sementara Danu masih menunggu jawaban darinya.
"Karena aku gak mau kamu celaka Nu," cetus Diana.
"Celaka bagaimana?"
"Aku sudah menikah dua kali, dan suami ku dua-duanya meninggal di malam pernikahan kami. Aku takut kejadian sama dapat menimpa kamu juga," cetus Diana.
"Alah, aku gak percaya yang begituan Din. Aku juga gak peduli dengan status kamu yang dua kali janda. Karena aku cinta mati sama kamu Din. "
"Ayolah Din beri aku kesempatan sekali saja ," pinta Danu dengan sedikit mengiba.
"Gak bisa Nu, maaf Nu. Aku gak bisa menerima kamu. "
"Tapi Din …"
"Sudahlah Nu, sebaiknya kamu lupakan aku. Cinta itu gak bisa dipaksakan," tutur Diana memberikan alasan.
Danu tertunduk sedih.
"Aku masih mencintai suami ku Nu, jadi aku belum mau membuka hati pada siapapun."
"Ehm baiklah Din. Aku akan tunggu sampai kamu bisa menerima aku. "
'Dasar keras kepala,' batin Diana.
"Kalau begitu aku permisi Din."
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Bersambung dulu gengs.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!