Zian menangis tersedu-sedu mendengar makian yang dilontarkan oleh suami nya pada dirinya. Selama mengenal Genta, Zian belum satu kali pun ia mendengar ucapan kasar pada Genta pada dirinya. Tapi sekarang? Apa yang Zian dengar membuat shock dan sakit hati. Entah masalah apa yang membuat Genta menjadi tertekan hingga Zian menjadi amukan kemarahan nya.
"Dasar istri tidak berguna! Gara-gara kamu aku selalu mengalami kesialan dan tidak beruntung. Keluarga kamu yang kafir itu bikin seret langkah ku. Aku benar-benar menyesal telah menikahi kamu yang memiliki keluarga tidak memiliki agama dan tidak pernah percaya dengan adanya Tuhan. Sekarang apa? Dengan menikah dengan kamu, walaupun kamu sudah ikut memeluk agama seperti aku, tapi kamu bikin beban dengan ku. Urusan bisnisku selalu mengalami kerugian terus menerus dan bahkan kita sudah beberapa tahun tidak juga memiliki keturunan," ucapan suami Zian, Genta yang membuat Zian semakin terisak-isak.
Hati Zian sangat sakit hati ketika Genta harus mengungkit dan kembali menyangkut pautkan segala masalah kehidupan rumah tangga nya dengan kedua orang tua Zian yang tidak memiliki agama.
"Jangan nangis! Kamu itu kalau di bilangin bisa nya hanya nangis, nangis dan nangis saja! Sekarang, buatkan aku kopi! Pusing aku dengan masalah perusahaan yang kacau," perintah Genta. Zian segera berdiri membuatkan kopi yang diminta oleh Genta. Zian tidak ingin Genta kembali memarahinya lagi.
*****
Wanita Pilihan. Dalam kehidupan nya sering menghadapi masalah dan ujian hidup. Dalam rumah tangganya dia harus menghadapi suami yang bertemperamen. Namun dia selalu bersabar.
Apakah wanita ini bisa bertahan menjalani kesulitan di depan nya?
Gadis itu masih belum mengenal ajaran agama.Bapak ibu nya tidak memiliki agama. Dari kecil gadis itu hdup dan besar tidak dikenalkan ajaran agama. Kerena papi mami nya tidak mengenal dan mempercayai Tuhannya sebagai zat yang lebih dahulu ada sebelum mahluk dan alam semesta diciptakan Nya. Mereka percaya kebaikan akan berbalas keindahan. Segala bentuk kebajikan dan kejahatan akan menuai balasannya.
Bagaimana cerita selengkapnya tokoh Zian dalam mencari kebenaran dan mengenal Tuhannya. Ikuti cerita nya di WANITA PILIHAN
🌹🌹🌹🌹🌹
Flasback on.
Di sepertiga malam itu Zian sudah sibuk terbangun dari tidurnya. Jalannya terlihat mengendap-endap, takut jika papi mami nya terbangun dari tidurnya. Dua pembantu di rumah itupun terlihat masih belum keluar dari kamarnya. Kamar asisten rumah tangga di rumah itu terletak di deretan belakang rumah tepatnya di dekat dapur rumah itu.
Zian hendak ke dapur untuk mencari makanan. Zian berniat hari ini akan berpuasa. Makanan sisa tadi malam masih ada di microwave berupa ayam bakar dan juga iga bakar. Sayur dan sambal terasi sudah disimpannya di lemari kulkas. Memang keluarga nya tidak suka membuang-buang makanan. Makanan sisa masih bisa dimakan jika masih enak. Papi mami nya tidak ribet dalam urusan makanan. Jika asisten rumah tangga di rumah itu memasak makanan dan bagi papi mami kurang berselera, mereka akan mencari makanan di luar atau delivery.
Zian mulai menyantap makanan itu. Dipilihnya ayam bakar dengan sambal terasinya. Dua centong nasi sudah cukup mengganjal di perutnya. Zian memilih minum teh manis hangat. Dengan cepat tandas diminum oleh Zian. Setelah nya dengan cepat, Zian masuk kembali ke dalam kamarnya.
Zian mulai mulai ke kamar mandi di ruangan nya. Dia mulai berkumur, membasuh wajah, membasuh tangan, membasuh kepala, membasuh telinga dan akhirnya sampai di bagian kedua kakinya sampai di bagian betisnya. Zian sudah belajar itu semua dari Mariah. Walaupun Zian setelah ini belum hafal bacaan sebelum dan sesudah membersihkan dirinya. Namun Zian sudah berniat untuk membersihkan dirinya dari hadist kecilnya dan berniat air wudhu nya sebagai alat ibadah nya. Dalam hati Zian berucap, bersihkan hati dan badanku dari kotoran dan hadist kecilnya. Dan bacaan bismillah terucap selalu di hati sebagai gerbang pembuka
"Ya Tuhan, jadikan air wudhu ku sebagai ibadah,"gumam Zian.
Zian mulai mengenakan mukena putihnya. Mukena putih yang masih baru dan dia beli bersama Mariah saat pulang sekolah cepat. Zian masih menyimpan nya di dalam lemari dengan aman.. Agar tidak terlihat oleh papi mami nya. Zian terlihat sangat cantik dan anggun ketika sudah memakai kain longgar itu dan menutup seluruh auratnya.
Kali ini Zian hanya menjalankan sholat malam beberapa rekaat. Bacaan sholat nya pun masih belum hafal. Saat ini Zian masih membaca bacaan sholat itu yang ia letakan di depan tempat kiblatnya. Namun setelah usai melakukan sholat itu, Zian akan mengambil tempelan-tempelan yang berisi bacaan sholat dan doa itu. Zian tentu saja sangat takut jika kegiatannya diketahui oleh mama papinya. Ini akan membuat Zian terkena masalah besar. Memang belum pernah dialami oleh Zian. Namun kerasnya doktrin dan paradigma mami papinya dengan pola pikirnya, Zian sudah bisa menebak jika mami papi melihat dirinya melakukan kegiatan itu dan menyakini salah satu agama di negara ini.
Zian sudah berdiri melakukan sholat tahajud. Jam menunjukkan pukul setengah empat. Masih cukup banyak waktu hingga menunggu di ujung fajar dan subuh.
Tiba-tiba pintu kamar di ketuk. Suara panggilan keras dari mami nya memanggil Zian. Benar pagi-pagi sekali ini, Zian dan keluarganya akan terbang ke luar negri untuk liburan selama satu minggu. Mami Zian tidak ingin terlambat membangun kan Zian supaya lebih awal untuk mempersiapkan dirinya karena jam pesawat mereka nanti akan terbang di jam sembilan pagi. Mereka tidak ingin terjebak kemacetan.
Tidak ada sahutan ketika mami memanggil nama Zian. Mami Juan akhirnya membuka handle pintu kamar Zian. Mami Juan tersenyum ketika menyadari bahwa pintu kamar Zian tidak dikuncinya.
"Putri ku selalu ceroboh tidak mengunci pintu kamarnya," gumam Mami Juan.
Ketika mencari keberadaan Zian tidak berasa di atas tempat tidurnya, mami Juan langsung melihat ke samping tempat tidur Zian. Masih ada bagian lapang untuk bisa melakukan gerakan sholat. Dan mami Juan melihat Zian dalam posisi bersujud. Betapa terkejutnya putri tunggalnya kini melakukan gerakan ibadah salah satu agama di negara ini. Tentu saja mami Juan tahu, saat ini Zian mulai. menganut agama apa. Mami Juan bergegas keluar dari kamar Zian dan mengadukan semua nya kepada suaminya, papi Leo.
🍀🍀🍀🍀🍀
Kemurkaan papi Leo saat mendengar istrinya menyampaikan apa yang telah dilihatnya. Soal apa yang sudah dilakukan oleh putri tunggalnya. Papi Leo merah matanya. Dia sudah kecolongan. Dengan serta merta papi Leo dan juga mami Juan Bergegas kembali menuju kamar Zian. Serta merta papi Leo menarik paksa dan melepas kain longgar yang menutup aurat Zian yang disebut dengan mukena. Padahal Zian saat itu masih belum selesai dengan reka'at nya.
Tentu saja Zian terkejut dan wajahnya berubah pucat pasi.
"Zian! Apa yang kamu lakukan? Hentikan semua ini!" teriak Papi Juan sambil menarik dan melepaskan mukena putih yang dipakai oleh Zian. Serta merta Zian gemetaran.
"Papi, mami... a.. a... a.. aku," ucap Zian ketakutan jika papi maminya marah. Memang kenyataannya mereka berdua benar-benar marah jika Zian memilih menganut paham dan ajaran itu.
"Sejak kapan kamu diam-diam melakukan ini, hah? Sejak kapan kamu membohongi mami papi, hah?" ucap Papi Leo dengan melebar matanya dengan sempurna.
Zian menangis saat melihat papi maminya keluar dari dalam kamarnya. Tujuan mereka adalah menuju ke belakang rumah di mana ada halaman luas dan terbuka di rumah itu. Kain longgar yang berwarna putih yang dipakai oleh Zian tadi kini telah dibakar oleh papi Leo dan hal itu disaksikannya oleh mami Juan tanpa ada tindakan mencegahnya. Zian ingin mencegah papinya saat membakar mukena itu. Namun Zian sudah terlambat. Kain yang digunakan untuk beribadah nya kini telah dibakar oleh papi Leo. Tangis Zian terisak-isak melihat papi maminya menatap tajam ke arahnya.
"Papi dan mami tidak ingin melihat lagi kamu diam-diam menyakini keyakinan itu! Ingat Zian! Papi mami tidak mengajarkan kamu soal itu!" ucap papi Leo dengan suara keras.
Wanita Pilihan. Dalam kehidupan nya sering menghadapi masalah dan ujian hidup. Dalam rumah tangganya dia harus menghadapi suami yang bertemperamen. Namun dia selalu bersabar.
Apakah wanita ini bisa bertahan menjalani kesulitan di depan nya?
Gadis itu masih belum mengenal ajaran agama.Bapak ibu nya tidak memiliki agama. Dari kecil gadis itu hdup dan besar tidak dikenalkan ajaran agama. Kerena papi mami nya tidak mengenal dan mempercayai Tuhannya sebagai zat yang lebih dahulu ada sebelum mahluk dan alam semesta diciptakan Nya. Mereka percaya kebaikan akan berbalas keindahan. Segala bentuk kebajikan dan kejahatan akan menuai balasannya.
Bagaimana cerita selengkapnya tokoh Zian dalam mencari kebenaran dan mengenal Tuhannya. Ikuti cerita nya di WANITA PILIHAN
🌹🌹🌹🌹🌹
Flasback on.
Di sepertiga malam itu Zian sudah sibuk terbangun dari tidurnya. Jalannya terlihat mengendap-endap, takut jika papi mami nya terbangun dari tidurnya. Dua pembantu di rumah itupun terlihat masih belum keluar dari kamarnya. Kamar asisten rumah tangga di rumah itu terletak di deretan belakang rumah tepatnya di dekat dapur rumah itu.
Zian hendak ke dapur untuk mencari makanan. Zian berniat hari ini akan berpuasa. Makanan sisa tadi malam masih ada di microwave berupa ayam bakar dan juga iga bakar. Sayur dan sambal terasi sudah disimpannya di lemari kulkas. Memang keluarga nya tidak suka membuang-buang makanan. Makanan sisa masih bisa dimakan jika masih enak. Papi mami nya tidak ribet dalam urusan makanan. Jika asisten rumah tangga di rumah itu memasak makanan dan bagi papi mami kurang berselera, mereka akan mencari makanan di luar atau delivery.
Zian mulai menyantap makanan itu. Dipilihnya ayam bakar dengan sambal terasinya. Dua centong nasi sudah cukup mengganjal di perutnya. Zian memilih minum teh manis hangat. Dengan cepat tandas diminum oleh Zian. Setelah nya dengan cepat, Zian masuk kembali ke dalam kamarnya.
Zian mulai mulai ke kamar mandi di ruangan nya. Dia mulai berkumur, membasuh wajah, membasuh tangan, membasuh kepala, membasuh telinga dan akhirnya sampai di bagian kedua kakinya sampai di bagian betisnya. Zian sudah belajar itu semua dari Mariah. Walaupun Zian setelah ini belum hafal bacaan sebelum dan sesudah membersihkan dirinya. Namun Zian sudah berniat untuk membersihkan dirinya dari hadist kecilnya dan berniat air wudhu nya sebagai alat ibadah nya. Dalam hati Zian berucap, bersihkan hati dan badanku dari kotoran dan hadist kecilnya. Dan bacaan bismillah terucap selalu di hati sebagai gerbang pembuka
"Ya Tuhan, jadikan air wudhu ku sebagai ibadah,"gumam Zian.
Zian mulai mengenakan mukena putihnya. Mukena putih yang masih baru dan dia beli bersama Mariah saat pulang sekolah cepat. Zian masih menyimpan nya di dalam lemari dengan aman.. Agar tidak terlihat oleh papi mami nya. Zian terlihat sangat cantik dan anggun ketika sudah memakai kain longgar itu dan menutup seluruh auratnya.
Kali ini Zian hanya menjalankan sholat malam beberapa rekaat. Bacaan sholat nya pun masih belum hafal. Saat ini Zian masih membaca bacaan sholat itu yang ia letakan di depan tempat kiblatnya. Namun setelah usai melakukan sholat itu, Zian akan mengambil tempelan-tempelan yang berisi bacaan sholat dan doa itu. Zian tentu saja sangat takut jika kegiatannya diketahui oleh mama papinya. Ini akan membuat Zian terkena masalah besar. Memang belum pernah dialami oleh Zian. Namun kerasnya doktrin dan paradigma mami papinya dengan pola pikirnya, Zian sudah bisa menebak jika mami papi melihat dirinya melakukan kegiatan itu dan menyakini salah satu agama di negara ini.
Zian sudah berdiri melakukan sholat tahajud. Jam menunjukkan pukul setengah empat. Masih cukup banyak waktu hingga menunggu di ujung fajar dan subuh.
Tiba-tiba pintu kamar di ketuk. Suara panggilan keras dari mami nya memanggil Zian. Benar pagi-pagi sekali ini, Zian dan keluarganya akan terbang ke luar negri untuk liburan selama satu minggu. Mami Zian tidak ingin terlambat membangun kan Zian supaya lebih awal untuk mempersiapkan dirinya karena jam pesawat mereka nanti akan terbang di jam sembilan pagi. Mereka tidak ingin terjebak kemacetan.
Tidak ada sahutan ketika mami memanggil nama Zian. Mami Juan akhirnya membuka handle pintu kamar Zian. Mami Juan tersenyum ketika menyadari bahwa pintu kamar Zian tidak dikuncinya.
"Putri ku selalu ceroboh tidak mengunci pintu kamarnya," gumam Mami Juan.
Ketika mencari keberadaan Zian tidak berasa di atas tempat tidurnya, mami Juan langsung melihat ke samping tempat tidur Zian. Masih ada bagian lapang untuk bisa melakukan gerakan sholat. Dan mami Juan melihat Zian dalam posisi bersujud. Betapa terkejutnya putri tunggalnya kini melakukan gerakan ibadah salah satu agama di negara ini. Tentu saja mami Juan tahu, saat ini Zian mulai. menganut agama apa. Mami Juan bergegas keluar dari kamar Zian dan mengadukan semua nya kepada suaminya, papi Leo.
🍀🍀🍀🍀🍀
Kemurkaan papi Leo saat mendengar istrinya menyampaikan apa yang telah dilihatnya. Soal apa yang sudah dilakukan oleh putri tunggalnya. Papi Leo merah matanya. Dia sudah kecolongan. Dengan serta merta papi Leo dan juga mami Juan Bergegas kembali menuju kamar Zian. Serta merta papi Leo menarik paksa dan melepas kain longgar yang menutup aurat Zian yang disebut dengan mukena. Padahal Zian saat itu masih belum selesai dengan reka'at nya.
Tentu saja Zian terkejut dan wajahnya berubah pucat pasi.
"Zian! Apa yang kamu lakukan? Hentikan semua ini!" teriak Papi Juan sambil menarik dan melepaskan mukena putih yang dipakai oleh Zian. Serta merta Zian gemetaran.
"Papi, mami... a.. a... a.. aku," ucap Zian ketakutan jika papi maminya marah. Memang kenyataannya mereka berdua benar-benar marah jika Zian memilih menganut paham dan ajaran itu.
"Sejak kapan kamu diam-diam melakukan ini, hah? Sejak kapan kamu membohongi mami papi, hah?" ucap Papi Leo dengan melebar matanya dengan sempurna.
Zian menangis saat melihat papi maminya keluar dari dalam kamarnya. Tujuan mereka adalah menuju ke belakang rumah di mana ada halaman luas dan terbuka di rumah itu. Kain longgar yang berwarna putih yang dipakai oleh Zian tadi kini telah dibakar oleh papi Leo dan hal itu disaksikannya oleh mami Juan tanpa ada tindakan mencegahnya. Zian ingin mencegah papinya saat membakar mukena itu. Namun Zian sudah terlambat. Kain yang digunakan untuk beribadah nya kini telah dibakar oleh papi Leo. Tangis Zian terisak-isak melihat papi maminya menatap tajam ke arahnya.
"Papi dan mami tidak ingin melihat lagi kamu diam-diam menyakini keyakinan itu! Ingat Zian! Papi mami tidak mengajarkan kamu soal itu!" ucap papi Leo dengan suara keras.
Zian melihat dirinya dari bayangan pantulan cermin di depannya. Butiran air matanya mengalir deras jika mengingat kejadian yang baru saja ia alami. Papi Leo dan mami Juan sebagai kedua orang tuanya yang memiliki andil melahirkan, membesarkan, mendidik serta menyekolahkan dirinya telah berbuat kasar dengan dirinya. Bukan salah Zian. Bukan salah papi mami nya jika mereka melarang Zian mengikuti, menganut, bahkan menjalankan ibadah sesuai tuntunan dari agama dan kepercayaan yang baru saja Zian pelajari dan ikuti.
Betapa Zian sangat bersedih ketika harus menghadapi kedua orang tuanya. Keputusannya untuk memilih salah satu agama di negeri ini ditentang oleh orang tuanya. Mereka kini sudah mengetahui kalau Zian selama ini diam-diam telah berikrar dan meyakini dari salah satu agama tersebut.
"Mariah! Mami papi sudah membakar mukena ku. Aku harus menggunakan apa untuk melaksanakan ibadah sholat ini. Sebentar lagi telah menjelang magrib. Aku harus menyiapkan makanan untuk berbuka," gumam Zian. Zian kini telah keluar dari kamarnya.
Setelah insiden mami papi nya membakar kain longgar yang dipakai oleh Zian untuk beribadah. Papi mami Zian memutuskan pergi dan berlibur tanpa mengajak Zian. Mereka masih marah dan kecewa dengan Zian lantaran telah membohongi mereka berdua.
"Non Zian! Mau makan yah, non?" tanya bibi Retno pembantu rumah tangga di rumah itu. Zian sangat kaget dengan kedatangan bibi Retno yang tiba-tiba datang di dapur.
"Eh, ya ampun bibi Retno! Bibi membuat aku kaget," sahut Zian. Bibi Retno terkekeh saja karena Zian menjadi cemberut mulutnya.
"Non Zian mau makan yah? Tadi bibi masak capcay dan juga dendeng sapi. Non Zian sejak tadi pagi belum makan yah?" tanya bibi Retno.
"Belum bibi! Ini saya mau menyiapkan makanan untuk saya makan, bibi," ucap Zian.
"Non Zian mau saya buatkan jus jeruk atau jus apel?" tawar bibi Retno.
"Hem, saya mau teh hangat saja,"sahut Zian. Bibi Retno segera membuatkan teh hangat seperti yang diminta oleh nona muda di rumah itu.
" Nah ini, non Zian! Ini juga dendeng sapi dan juga capcay nya. Non Zian mau apa lagi?" tanya Bibi Retno melayani nona nya dengan sepenuh hati.
"Terimakasih banyak bibi Retno. Ini sudah lebih daripada cukup," jawab Zian. Lalu menatap bibi Retno dengan penuh teliti.
Zian mulai mengingat kalau bibi Retno selama ini juga sangat rajin menjalankan ibadah sholat. Kini Zian mulai tergelitik untuk bertanya dengan pembantu di rumah itu.
"Kalau begitu, bibi mau masuk ke kamar dulu yah, non! Bibi Retno harus ambil wudhu dan bersiap menjalankan sholat maghrib. Lalu mulai membaca Al-Quran," pamit bibi Retno. Kini Zian mengerutkan dahinya.
"Bibi Retno, tunggu!" panggil Zian. Bibi Retno berhenti dan kembali mendekat nona muda nya.
"Ada apa non Zian? Ada yang bisa bibi bantu lagi? Atau non Zian mau makan yang lain lagi?" kata bibi Retno.
"Tidak bibi! Bibi pasti tadi juga sudah tahu. saat pagi hari tadi, kan? Mukena saya sudah dibakar oleh papi mami. Sekarang ini aku sebenarnya juga ingin menjalankan sholat maghrib. Namun aku sudah tidak memiliki mukena lagi. Bibi bisa membantu aku tidak? Aku sudah belajar agama seperti agama yang bibi anut. Selama ini aku memang diam-diam sudah menjalankan dan belajar agama itu. Sekarang ini aku juga sedang belajar berpuasa. Makanya sejak pagi aku belum makan. Ini aku sudah mau bersiap untuk berbuka," jelas Zian. Bibi Retno menyipitkan matanya. Bibi Retno sungguh tidak menyangka jika nona mudanya sangat serius memeluk agama seperti agama yang dipercayai oleh bibi Retno.
"Bibi ada beberapa mukena. Non Zian mau bibi kasih mukena? Tapi... tapi tapi bibi takut jika tuan muda dan nyonya besar nanti sangat marah jika kembali mengetahui kalau non Zian melakukan dan mengikuti ajaran seperti bibi," kata bibi Retno.
"Soal itu, biar aku yang menanggung resiko nya, bi! Ini sudah pilihan aku, bibi. Jika mereka marah dengan aku. Biarpun mereka akan menyiksa aku. Aku hanya ingin menyakini kalau inilah yang aku pilih dan aku sudah menyakini nya," kata Zian. Bibi Retno menghambur memeluk nona mudanya. Mata bibi Retno berkaca dan buliran air matanya jatuh lah sudah.
"Syukur alhamdulillah ya Allah! Nona Zian! Bibi sangat senang dan bahagia mendengar nya. Bibi akan memberikan nona Zian salah satu mukena bibi yang masih baru. Itu untuk non Zian," ucap Bibi Retno.
"Terimakasih banyak bibi Retno! Oh iya bibi! Sudah Magrib. Bagaimana kalau aku ikut bibi sholat berjamaah. Mumpung papi mami tidak ada di rumah. Dan di kamar bibi kan tidak ada CCTV-nya bukan? Jadi mereka tidak bisa melihat kita," kata Zian. Bibi Retno tersenyum lebar mendengar nya.
"Baik non Zian! Tapi non Zian harus membatalkan puasa non Zian terlebih dahulu. Minimal dengan minum air putih atau teh hangat yang bibi buat untuk non Zian," kata bibi Retno.
"Baik bibi! Aku akan membatalkan puasa aku hari ini, Bismillah!" ucap Zian. Bibi Retno menatap gadis muda itu dengan penuh keharuan.
Satu minggu telah berlalu. Papi Leo dan juga mami Juan kini sudah tiba kembali dari berlibur ke luar negeri. Banyak oleh-oleh yang dibawa oleh mami papi nya Zian itu. Zian ikut senang dengan kepulangan kedua orang tuanya.
"Zian! Bagaimana kabar kamu sayang! Hem kok kamu terlihat lebih kurusan sih, nak?" ucap mami Juan sambil memeluk putri tunggal nya tersebut. Zian tersenyum saja menunjukkan giginya yang putih.
"Tidak mami! Aku tidak sedang diet kok!" sahut Zian.
"Baguslah! Kamu jangan lupa makan, nak! Untuk apa coba mereka itu ber lapar- lapar menahan diri untuk tidak makan sampai bedug diujung senja itu tiba. Kamu jangan mengikuti mereka, Zian!" kata Pak Leo. Zian menyembunyikan rasa keterkejutan nya ketika papi nya berkata demikian.
"Hem, mami beliin oleh-oleh apa untuk Zian?" tanya Zian kepada mami Juan untuk mengalihkan perhatian. Mami papi nya jika menyinggung masalah soal keyakinan dan kepercayaan, Zian kembali khawatir. Tentu saja, Zian khawatir. Zian sudah menyimpan kitab suci agama yang ia peluk dan yakini saat ini. Di tambah dirinya sudah kembali memiliki mukena pemberian dari bibi Ratno.
"Mami beliin kalung indah dan mahal untuk kamu. Juga gaun pesta buat ulang tahun kamu nanti yang ke dua puluh tahun," kata mami Juan.
"Wow benarkah? Terimakasih mami sayang!" sahut Zian ruang.
"Nanti saja, mami antar ke kamar kamu Zian. Mami belum bongkar-bongkar koper bawaan dari luar negeri," ucap mami Juan. Zian tiba-tiba kembali takut. Masalahnya kejadian dirinya sudah memutuskan memeluk agama dan keyakinan itu diketahui oleh papinya lantaran mami nya tiba-tiba masuk ke kamar saat Zian melakukan ibadah sholat subuh. Dan pada akhirnya mukena yang dipakaikan untuk ibadah sholat dibakar oleh papinya. Dan anehnya sang mami diam saja tidak mencegah perbuatan membakar barang milik Zian itu.
"Oke, baiklah! Kalau begitu aku ke atas dulu yah mami, papi!" pamit Zian segera berdiri lalu naik ke anak tangga menuju ke kamarnya. Papi mami Zian menatap Zian sampai tidak terlihat mata karena sudah masuk ke dalam kamarnya. Papi Leo bersama dengan mami Juan saling pandang lalu menaikan kedua bahunya.
"Kamu harus awasi terus anak kamu itu, mi! Aku rasa, Zian sama keras kepalanya seperti kamu muda dulu," kata Pak Leo kepada istrinya. Mami Juan menyipit matanya melihat suaminya.
"Aku tidak habis pikir, pi! Dari siapa Zian belajar soal agama dan kepercayaan itu? Apakah aku harus mencari tahu soal ini dan mendatangi orang tersebut yang telah membawa pengaruh buruk terhadap Zian. Kamu lihat sendiri kan, Pi! Zian menjadi kurus. Aku rasa Zian sudah mencoba berpuasa seperti ajaran di agama itu," kata Mami Juan.
"Soal itu harus mami selidiki. Zian bisa terpengaruh dengan keyakinannya dan sudah melaksanakan ajaran itu. Makanya tadi aku sudah menyindir Zian soal berlapar-lapar itu. Papi lihat, Zian sangat terkejut ketika mengatakan itu," ucap Pak Leo.
"Hem, apa Zian menjadi terpengaruh pada salah satu pembantu kita yang selalu melakukan gerakan seperti yang Zian lakukan?" tuduh Mami Juan. Pak Leo menyipitkan matanya.
"Siapa sih, mi? Pembantu kita di rumah ini? Siapa yang mami maksudkan?" tanya Pak Leo.
"Bibi Retno!" jawab mami Juan. Pak Leo melebarkan matanya.
"Hem, panggil dia kemari!" perintah Pak Leo tiba-tiba marah. Mami Juan menjadi menciut nyalinya saat melihat suaminya sudah marah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!