“Aku mencintai Kak Zaky.” Ucap Naya pada sosok laki-laki yang berstatus sebagai kakaknya.
Air mata Naya tidak bisa ditahan lagi dan keluar begitu saja saat mengetahui kenyataan bahwa hari ini adalah hari pertunangan Zaky, yang tak lain adalah kakaknya. Atau lebih tepatnya kakak angkat.
Entah sejak kapan Naya mulai merasakan getaran cinta pada sosok Zaky yang selama ini sangat menyayanginya. Namun bagi Zaky rasa sayangnya sebatas kakak terhadap adiknya. Bahkan tak banyak orang yang tahu kalau mereka berdua sebenarnya bukan saudara kandung. Kecuali keluarga besarnya saja.
“Kamu ini sedang mengigau ya, Nay? Kakak baru saja bertunangan loh. Lagipula kita ini bersaudara.” Ucap Zaky sambil meperlihatkan jari manisnya yang sudah tersemat cincin pertunangan.
“Aku berkata jujur, Kak. Dan tidak sedang mengigau. Apakah salah kalau aku mencintai Kak Zaky? Kita bahkan tidak ada ikatan darah sama sekali.” Tekan Naya sambil mengusap air matanya, lalu pergi meninggalkan Zaky yang masih diam membisu.
***************************************************************
Malam ini Naya sedang sibuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Ditambah lagi gadis berusia dua puluh satu tahun itu sedang dalam proses menyusun skripsinya. Karena ia bertekat kalau tahun depan harus bisa lulus kuliah.
Hoaammm
Naya menguap sambil mengucek matanya. lalu ia melihat jam dinding yang menggantung tepat di atas meja belajarnya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pantas saja matanya sudah sulit untuk dibuka lebar.
Akhirnya Naya mematikan laptopnya dan bersiap untuk untuk tidur. Beruntungnya besok jadwal bimbingan skripsinya jam sebelas siang. Jadi masih banyak waktu untuk dilanjutkan lagi besok pagi.
Tok tok tok
“Nay!” seru suara seorang laki-laki memanggil namanya sambil mengetuk pintu.
Cklek
“Ada apa, Kak?” tanya Naya pada Zaky yang sedang berdiri tepatdi hadapannya.
“Mau tidur? Masih jam sepuluh mau tidur?” tanya Zaky seolah sedang memprovokasi adiknya agar tidak tidur lebih dulu karena ia juga belum bisa tidur.
“Tapi aku sudah ngantuk, Kak!” jawab Naya sambil menucek matanya.
Sejak tadi Zaky bicara sambil menyembunyikan salah satu tangannya yang sedang membawa sesuatu. Setelah tahu jawaban Naya, dia pun mengeluarkan senjata pamungkas yang pasti tidak bisa ditolak oleh adiknya itu.
Mata Naya yang sudah hampir terpejam mendadak terbuka lebar saat hidungnya mencium aroma coklat dan keju yang melumer jadi satu di atas pisang krispy yang masih hangat.
Mata Naya seketika berbinar dan perutnya langsung memberikan sinyal untuk segera melahap makanan kesukaannya itu.
Zaky berjalan mundur dengan menenteng box makanan yang berisi pisang krispy itu dan diikuti oleh Naya menuju ruang tengah.
“Ayo, Kak buruan buka. Aku sudah sangat lapar nih!” rengek Nayak arena Zaky masih menjauhkan pisang krispy itu dari jangkauan Naya.
Laki-laki itu berusia dua puluh lima tahun itu hanya terkekeh dan sangat gemas meilhat ekspresi wajah Naya antara ngantuk dan ingin makan.
“Baiklah, tunggu sebentar. Kakak buat minuman dulu, baru setelah itu kita makan bersama.” Jawab Zaky dan bergegas menuju dapur. Bahkan pisang krispy yang sudah ia beli juga ia bawa ke dapur.
Naya hanya bisa menahan kesal. Lalu ia memilih untuk merebah di atas sofa sambil menunggu Zaky selesai membuat minuman hangat menemani makan pisang krispynya nanti.
“Nay, bangun Nay!” Zaky menepuk-nepuk pipi Naya setelah selesai membuat segelas susu hangat.
“Kamu ini disuruh nunggu sebentar malah tidur.” Seru Zaky lalu menghidangkan pisang krispy yang sudah ia pindah ke atas piring, lengkap dengan segelas susu hangat di sampingnya.
Tanpa basa-basi Naya langsung mencomot pisang itu dan memakannya dengan lahap. Bahkan matanya juga belum terbuka sepenuhnya saat mengunyah makanan itu. Zaky hanya tersenyum manis melihat tingkah lucu adiknya.
“Nih minumnya mumpung masih hangat!” Zaky menyodorkan segelas susu hangat pada Naya.
Lagi-lagi Naya tidak menyahut. Dia menerima minuman itu lalu meneguknya hingga tandas. Terdengar suara sendawa Naya tanda perutnya sudah kenyang.
“Masih banyak nih, Nay!” Seru Zaky namun saat ia menoleh ke arah adiknya, Naya sudah merebah di atas sofa dengan mata terpejam. Terdengar suara dengkuran halus dari bibir Naya yang membuat Zaky tidak tega untuk membangunkan adiknya lagi.
Akhirnya Zaky lah yang menghabiskan sisa pisang krispy itu. padahal niatnya ingin mengajak Naya begadang, karena dirinya yang susah sekali tidur.
Sampai akhirnya pukul sebelas lebih sepuluh menit Zaky sudah menemui kantuknya. Ia pun terpaksa menggendong Naya dan membawanya masuk ke dalam kamarnya. Tidak mungkin ia membiarkan adiknya tidur sendiri di atas sofa.
Zaky menaiki tangga menuju kamar Naya. Mungkin sudah menjadi hal biasa bagi Zaky yang selalu memindahkan Naya ke kamar kala gadis itu tidur bukan pada tempatnya.
“Astaga!! Kanaya tidur di sofa lagi?” ucap Senja, saat keluar kamarnya hendak mengambil air minum. Wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepala melihat anak perempuannya selalu tidur tidak pada tempatnya. Alhasil kakaknya yang harus susah payah memindahkannya.
“Iya nih, Ma. sudah berat lagi badannya.” Keluh Zaky merasa tak berdosa. Padahal semua itu ulahnya sendiri yang membuat adiknya terpaksa tidur di ruang tengah.
Akhirnya Senja membantu Zaky membukakan pintu kamar Naya. Setelah itu ia turun untuk mengambil minum.
Zaky merebahkan tubuh Naya yang di atas ranjang. Mungkin karena ia juga sudah ngantuk, hingga saat menjatuhkan tubuh Naya, ia ikut limbung dan hampir saja menundih tubuh adiknya itu.
Jarak wajah Zaky dan Naya sangat dekat. Bahkan Zaky bisa melihat dengan nyata wajah cantik adiknya itu. lalu buru-buru ia bangkit dan menyelimuti tubuh Naya. Setelah itu keluar dari kamar.
Zaky adalah kakak angkat dari seorang gadis bernama Kanaya, atau yang akrab dipanggil Naya. Sedangkan Naya sendiri anak tunggal dari pasangan Xavier dan Senja.
Dulu Senja sebelumnya hampir memiliki seorang anak. Namun saat ia melahirkan, ternyata anaknya sudah meninggal dalam kandungan akibat menelan air ketuban. Setelah kejadian itu Senja mengalami depresi, karena memang itu adalah anak pertamanya. Bahkan dari kejadian itu, kendungan Senja sedikit bermasalah. Dokter memvonis kalau kandungan Senja sangat lemah dan sulit untuk mendapatkan keturunan.
Xavier benar-benar terpukul mendengar kabar buruk tentang istrinya. Pria itu merasa bersalah akibat kejadian itu. karena memang pada awalnya Xavier tidak menghendaki kehamilan di luar nikah bersama Senja. Namun seiring berjalannya waktu, Xavier bisa menerima pernikahannya dan mencintai Senja.
Butuh waktu lama membuat Senja sembuh dari depresinya. Hingga akhirnya Xavier memutuskan untuk mengadopsi anak dari panti asuhan. Dan anak itu yang tak lain adalah Zaky.
Saat mengadopsi Zaky, usianya saat itu masih satu bulan. Karena kedua orang tua Zaky telah meninggal dalam kecelakaan.
Tiga tahun selama mengadopsi Zaky, perlahan hidup Senja mulai berwarna. Hingga suatu ketika keajaiban Tuhan datang. Senja dinyatakan hamil hingga lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik dan diberi nama Kanaya Aruna Salsabila.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
Keesokan harinya Naya sudah bangun. Gadis itu segera membersihkan tubuhnya sejenak lalu turun ke dapur membantu Mamanya memasak.
Keseharian Naya hanya kuliah. Namun akhir-akhir ini saat jam mata kuliahnya sudah berkurang, ia terkadang diminta Papanya ke kantor untuk membantu mengerjakan beberapa laporan penting. Apalagi dulu ia magangnya juga di perusahaan Papanya sendiri.
“Hmmm…. Masak apa nih, Ma? Baunya sedap sekali.” Ucap Naya saat baru saja masuk ke dapur.
“Mama hanya buat sup iga kesukaan kamu dan Kak Zaky. Ayo buruan ambil mangkok lalu hidangkan di atas meja.” Jawab Senja dengan tangan masih fokus mengaduk sup dan sesekali mencicipi rasanya.
Meskipun Naya tidak pandai memasak seperti Mamanya, namun gadis itu sangat rajin membantu Mamanya di dapur. Tak jarang Senja juga sering mengajari anaknya memasak atau kadang membuat kue jika sedang memiliki banyak waktu luang.
Setelah semua masakan tersaji di atas meja, Zaky yang sudah berpenampilan rapi memasuki ruang makan. Kemudian disusul oleh Papanya, Xavier.
Kini semua orang sudah duduk di kursi masing-masing dan siap menikmati sarapan pagi. keluarga Xavier sangat harmonis dengan hadirnya dua anaknya yang sangat mereka cintai.
Pria paruh baya itu tersenyum hangat melihat interaksi kedua anaknya yang sangat rukun, walau mereka tidak ada hubungan darah sama sekali. Terlebih sikap Zaky pada Naya sudah seperti kakak kandung yang sangat menyayangi adiknya.
“Hari ini ke kampus jam berapa, Nay?” tanya Xavier.
“Siang, Pa. jam sebelas ada bimbingan.” Jawab Naya.
“Oh ya sudah. Nanti setelah bimbingan, bisa nggak datang ke kantor? Papa mau minta tolong untuk mengerjakan beberapa laporan.”
“Ok, Pa! nanti Naya langsung ke kantor setelah selesai bimbingan.” Jawab Naya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
“Apakah lama? Nanti sekalian Kakak jemput setelah makan siang bagaimana?” Tanya Zaky.
“Lihat nanti saja, Kak. Nanti aku hubungi Kak Zaky saja kalau memang belum selesai, aku naik taksi saja.” jawab Naya. Karena memang Naya sangat jarang menggunakan mobil sendiri jika pergi ke kampus. Dia lebih sering diantar jemput oleh sopir, setelah dulu pernah menabrak tiang listrik saat awal masuk kuliah dan baru bisa menyetir sendiri.
Selesai sarapan, Xavier lebih dulu pergi ke kantor. tak lama kemudian Zaky berangkat dengan menggunakan mobilnya sendiri.
Kini hanya Naya dan Mamanya saja yang ada di rumah. sebenarnya Naya masih ada tanggungan sedikit untuk menyelesaikan tugasnya. Namun karena waktu masih pagi, ia memilih bersantai sejenak bersama Mamanya.
Senja mengajak anak perempuannya duduk santai di taman depan rumah sambil menikmati cemilan. Ibu dan anak itu juga terlihat sangat akrab, karena Senja memperlakukan semua anaknya seperti teman. Dalam artian ia selalu mendengarkan setiap keluh kesah anaknya, dan sebisa mungkin memberikan nasehat untuk mereka.
“Bagaimana skripsi kamu, Sayang?” tanya Senja.
“Mama doakan saja satu semester ini selesai dengan cepat. Target Naya tahun depan harus bisa lulus agar bisa berkerja membantu Papa.” Jawab Naya.
“Tentu saja Mama selalu mendoakan kesuksesan buat anak-anak Mama, asal kamu selalu semangat dan tidak malas-malasan.”
“Pasti dong, Ma. Oh iya, Ma kalau boleh tahu, kenapa Papa tidak mengijinkan Mama untuk ikut bekerja? Padahal Mama dulu kan sekretaris Papa?” tanya Naya tiba-tiba.
Setahu Naya memang dulu Mamanya pernah bekerja menjadi sekretaris Papanya. Lebih tepatnya sebelum menikah. namun setelah menikah, Xavier tidak mengijinkan lagi untuk bekerja. Dan Naya tidak tahu alasannya.
“Karena Papa kamu sangat mencintai Mama. Jadi Papa tidak membiarkan Mama capek bekerja.” Jawab Senja sambil tersenyum.
“Wah, dasar Papanya aja yang sudah bucin sama Mama. Nanti Naya juga gitu nggak ya kalau punya suami?” tanya Naya pada diri sendiri sambil membayangkan masa depannya.
Pltak
“Belajar dulu yang benar, selesaiin skripsi dengan cepat lalu bekerja. Jangan buru-buru mikirin menikah.” Ucap senja memberi ultimatum.
“Ih, Mama! Apa salahnya juga sih berandai-andai.” Jawab Naya sambil mengusap keningnya.
“Ya sudah boleh. Asal tetap fokus dengan kuliah. Ehm, kalau Mama boleh tahu, memang tipe suami seperti apa yang kamu idamkan?” mendadak Senja penasaran dengan tipe suami idaman anak gadisnya. Pasalnya selama ini ia tidak pernah mendengar Naya dekat dengan laki-laki manapun.
“Tentunya seperti Kak Zaky. Yang sangat penyayang dan selalu pengertian.” Jawab Naya sambil membayangkan memiliki suami seperti sosok kakaknya.
“Ya, Mama doakan yang terbaik buat anak Mama. Karena jodoh itu rahasian Tuhan.”
Setelah cukup lama bersantai dengan Mamanya, Naya meminta ijin untuk masuk ke kamarnya buat melanjutkan sedikit tugasnya yang belum selesai.
Pukul sepuluh Naya sudah bersiap pergi ke kampus. Karena jarak kampus dengan rumahnya yang tidak dekat dan jalannnya rawan sekali dengan kemacetan, Naya memilih berangkat lebih awal daripada nanti ketinggalan.
Naya berpamitan pada Mamanya lalu segera pergi ke kampus dengan diantar oleh sopir. Dalam perjalanan ke kampus, Naya sibuk berbalas pesan dengan sahabatnya yang kebetulan juga ada bimbingan skripsi, namun beda dosen. Naya membuat janji bertemu dengan sahabatnya setelah usai bimbingan nanti. Karena sudah lama mereka tidak bertemu.
Sesampainya di kampus, Naya sudah bertemu dengan Milka, sahabatnya. kebetulan Milka sudah selesai melakukan bimbingan.
“Nanti aku tunggu di kantin saja ya, Nay. Apa kamu akan lama?” tanya Milka memastikan.
“Semoga saja tidak. Nanti aku hubungi lagi, karena Pak Nevan juga tidak bisa ditebak kalau sedang bimbingan. Terkadang lama, terkadang sebentar.” Jawab Naya.
Setelah itu Naya segera memasuki ruangan dosen pembimbingnya. Kebetulan Naya sendiri kali ini yang melakukan bimbingan. Mungkin dosennya ingin lebih fokus dengan satu mahasiswa saja, dengan membuat jadwal bimbingan yang berbeda-beda dengan mahasiswa bimbingannya.
“Selamat siang, Pak!” sapa Naya pada sosok dosen tampan yang sedang duduk fokus menatap layar laptop di hadapannya.
“Siang.” Jawab Nevan dengan datar.
Naya segera duduk dan menyerahkan dokumen hasil risetnya. Kemudian Nevan mengeceknya dengan teliti. Pria berusia dua puluh tujuh tahun dan masih single itu terkenal dengan sebutan dosen killer dan selalu meminta sempurnya di setiap tugas yang diberikan untuk mahasiswanya.
Naya hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan pelan setelah melihat dosennya memegang bolpoin dan memberikan banyak coretan pada lembaran hasil pekerjaannya.
“Cepat perbaiki ini, besok saya tunggu hasilnya yang sudah direvisi.” Ucap Nevan dengan suara datar.
“Maaf, Pak. tapi besok libur.” Ucap Naya mengingatkan kalau besok hari sabtu dan jelas libur bimbingan.
“Saya tidak mau tahu. Saya tunggu di rumah. sekarang kamu bisa keluar dari ruangan saya.”
**
Naya tampak frustasi setelah selesai bimbingan. Ia langsung meminum jus yang sudah dipesankan oleh Milka.
“Sabar, semua akan indah pada waktunya.” Ucap Milka sambil mengusap lengan Naya.
“Ih, kayak sedang memperjuangkan cinta saja pakai kata Mutiara, indah pada waktunya.” Cibir Naya dengan kesal.
Belum sempat Naya memesan makanan, ia sudah mendapat telepon dari kakaknya yang sudah menunggu di depan kampus untuk diajak sekalian makan siang. Akhirnya dengan berat hati Naya meninggalkan Milka.
Naya menghampiri Zaky yang sedang berdiri di samping mobilnya. Pria itu tersenyum pada adiknya yang paling cantik. Lalu membukakan pintu belakang untuk Naya.
Awalnya Naya bingung, kenapa kakaknya membukakan pintu belakang. Atau mungkin Zaky memakai sopir. Ternyata dugaan Naya salah. Saat ia memasuki mobil, ada sosok perempuan cantik duduk di samping kemudi sebelah kakaknya. Mendadak wajahnya murung setelah melihat perempuan itu.
“Hai, Naya!”
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
Sudah dibuat kesal dengan ulah dosennya, kini Naya semakin kesal saat melihat sosok perempuan yang sedang duduk di samping kakaknya. Perempuan itu yang tak lain adalah Reva, kekasih Zaky.
“Hai juga, Kak!” Jawab Naya dengan memaksakan senyum.
Naya memang tahu kalau perempuan yang bernama Reva itu adalah kekasih kakaknya. Mereka berdua sudah lama menjalin hubungan kurang lebih selama satu tahun. Entah kenapa dalam hati Naya merasa kurang senang dengan sosok Reva yang menurutnya sangat manja. Bahkan perempuan itu sering merusak kebersamaannya jika sedang bersama sang kakak. Namun apalah daya, Naya tidak berhak melarang apapun yang dilakukan Reva, terlebih sang kakak terlihat sangat mencintainya.
Di saat seperti ini saja, saat Naya duduk di kursi belakang, Reva tanpa tahu malu malah bergelayut manja di lengan Zaky. Dan keberadaannya sekarang seperti makhluk tak kasat mata.
“Kak Zaky katanya jemput Naya setelah jam makan siang?” Tanya Naya sengaja merusak keromantisan pasangan bucin di depannya.
“Papa bilangnya suruh jemput sekarang. kalaupun tadi kamu belum selesai, Kakak akan tetap menunggu. Ternyata sudah selesai, dan kita bisa makan siang dulu.” Jawab Zaky.
“Sayang, bagaimana kalau makan siang di restaurant seafood, tempat biasa kita makan?” usul Reva ikut nimbrung.
Zaky masih belum menjawab. Ia melirik adiknya dari balik rear mirror. Bagi Zaky tidak masalah jika makan siang sesuai permintaan kekasihnya. Namun tidak bagi Naya. Karena Naya memiliki alergi seafood.
“Mau, ya? Kita sudah lama loh tidak makan di sana?” Rengek Reva dengan manja.
“Ehm, Kak Zaky antar aku ke kantor saja dulu, biar nanti Naya makan siang di kantin kantor saja.” Sahut Nayak arena tak kunjung mendengar jawaban kakaknya.
“Loh, kenapa Nay? Kita makan siang bareng.” Ucap Reva karena tidak paham tentang alergi Naya.
“Naya alergi makan seafood.” Jawab Zaky.
“Yah, padahal aku pingin banget makan di sana loh.” Ucap Reva dengan nada memelas.
Zaky hanya menghela nafasnya dengan pelan. Akhirnya dengan terpaksa ia mengantar Naya ke kantor dulu sesuai permintaannya. Setelah itu ia akan pergi ke resaturan seafood bersama Reva.
Naya keluar dari mobil Zaky tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan melirik kakaknya saja tidak. Mood gadis itu hari ini benar-benar berantakan.
Setelah memasuki gedung perkantoran milik Papanya, Naya langsung menuju kantin untuk mengisi perutnya. Sudah menjadi hal biasa bagi Naya yang seorang anak pemilik perusahaan makan siang di kantin khusus karyawan.
Beberapa karyawan yang mengenal Naya, mereka menyapa Naya dengan ramah. Begitu juga dengan Naya. Ia membalasa sapaan mereka dengan ramah juga.
Kalau tahu akhirnya ia makan siang di kantin seperti ini, lebih baik tadi makan siang bersama Milka di kantin kampus. Naya sungguh benar-benar kesal dengan kakaknya yang lebih mementingkan Reva daripada dirinya.
Ting
“Maafin Kakak. Nanti malam sebagai gantinya kita nonton saja bagaimana?”
Saat Naya hendak menyantap makan siangnya, tiba-tiba ia mendapat pesan dari Zaky. Naya hanya membacanya saja tanpa berniat untuk membalas. Lagipula Naya juga baru ingat kalau besok pagi harus datang ke rumah dosennya untuk memperbaiki tugasnya. Jadi otomatis nanti malam ia harus lembur.
Usai makan siang seorang diri, Naya langsung menuju ruangan Papanya. Rasanya hari ini sangat lelah. Namun ingat dengan tugas Papanya, Naya harus mengembalikan semangatnya.
Cklek
Naya membuka pintu ruang kerja Papanya setelah mengetuknya terlebih dulu. Di sana Papanya tampaknya sedang sibuk dengan asistennya. Jadi Naya memilih menunggu dulu di sofa.
“Nay!” Panggil Xavier.
“Iya, Pa?” Naya terlonjak kaget karena hampir saja ia ketiduran.
“Kamu ikutlah ke ruangan Alvaro. Nanti dia akan memberitahu kamu tugas apa yang harus kamu kerjakan.” Ucap Xavier.
Alvaro hanya mengangguk hormat sambil tersenyum pada Naya. Setelah itu mempersilakan Naya agar ikut ke ruangannya.
Naya akhirnya keluar dari ruang kerja Papanya dan berganti masuk ke ruangan Alvaro. Naya menganggap Alvaro juga seperti kakaknya. Karena pria itu memang teman Zaky. Alvaro juga memperlakukan Naya seperti adiknya sendiri jika di luar jam kantor.
“Tugas apa Kak yang harus Naya kerjakan?” Tanya Naya saat sudah berada di ruangan Alvaro.
“Ini, Nona pelajari dulu dokumennya setelah itu baru dibuat laporan seperti yang sudah pernah Nona kerjakan saat magang dulu.” Jawab Alvaro sambil menunjuk layar laptop di atas mejanya.
“Jadi Naya mengerjakannya di sini? Lalu Kakak bagaimana?”
“Saya akan duduk di sini, karena saya hanya meneliti beberapa berkas yang sudah dicopy di lembaran ini.” jawabnya sambil memegang beberapa lembar kertas dalam map.
“Ya sudah kalau gitu.” Naya pun mulai melakukan tugasanya.
Mereka berdua duduk berhadapan dan hanya terhalang meja. Sesekali Naya bertanya dan meminta bantuan pada Alvaro kalau ia tidak mengerti. Alvaro pun dnegan sabar mengajari Naya. Karena sebelumnya ia sudah mendapat amanat dari atasannya yang tak lain adalah Xavier, agar mengajari Naya.
Kali ini tugas yang Naya kerjakan dari Papanya lumayan rumit dan menyita banyak waktu. Agar tidak terlalu jenuh, ia membuat suasana lebih santai sambil mengajak ngobrol Alvaro. Pria itu hanya menimpali seperlunya saja. dan sudah memaklumi kalau Naya memang sedang tahap belajar.
Saat ini Alvaro sedang berdiri di samping Naya. Laki-laki itu juga ikut pusing karena ada ketidakcocokan dokumen. Tangan Alvaro juga ikut sibuk mencari file asli dan meminta Naya untuk meneliti ulang. Dan kedekatan mereka seperti itu dapat dilihat dengan jelas oleh Zaky yang tiba-tiba saja masuk ke ruangan Alvaro.
Entah kenapa Zaky tidak suka melihat kedekatan adiknya dengan temannya sendiri. Apalagi Naya sesekali mengulas senyum pada Alvaro yang entah apa penyebabnya.
“Ehm…”
“Maaf, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” Alvaro terkejut dan berdiri menjauh dari Naya saat melihat kedatangan Zaky.
Meskipun mereka berteman, Alvaro tetap bersikap professional pada Zaky yang notebena adalah atasannya.
Sementara Naya yang melihat kedatangan kakaknya, dia hanya melirik sekilas tanpa mau menyapa. Dan kembali sibuk melanjutkan pekerjaannya.
“Aku hanya memberikan salinan dokumen ini. kata Papa harus diberikan ke kamu.” Jawab Zaky dengan suara datar namun tatapan mata tertuju pada Naya.
Alvaro menerima dokuemn dari Zaky lalu memberikannya pada Naya. Karena merasa diacuhkan, akhirnya Zaky memilih keluar dari ruangan Alvaro begitu saja tanpa mengucapkan sesuatu.
*
Jam pulang kantor tiba. Naya keluar dari ruangan Alvaro bersamaan dengan Zaky yang juga baru saja keluar dari ruangannya. Terlihat Naya terlibat pembicaraan dengan Alvaro sambil berjalan menuju lift. Sedangkan Zaky mengikuti mereka berdua dari belakang.
“Nay, ayo pulang!” ucap Zaky menggandeng tangan Naya begitu saja saat mereka bertiga baru saja keluar dai lift.
Alvaro yang masih diam merasa aneh dengan sikap Zaky yang menurutnya tidak wajar terhadap adiknya sendiri.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!