NovelToon NovelToon

Kau Khianati Aku, Ku Nikahi Kakakmu

Bab 1 | Tertangkap Basah

Sebelum baca mohon kiranya tekan Bintang 🌟 🌟 🌟 🌟 🌟 terlebih dahulu 😊

SELAMAT MEMBACA ...

Karena sang kekasih sedang berulang tahun, Mouza ingin memberikan sebuah kejutan untuknya. Mouza diam-diam datang ke rumah Alan tanpa memberinya kabar terlebih dahulu. Bahkan dia juga sudah menyiapkan kue dengan tangannya sendiri.

"Kue spesial untuk orang spesial," kata Mouza dengan riang.

Sesampainya di depan pintu rumah Alan, Mouza bertemu dengan lelaki yang mempunyai wajah hampir mirip dengan Alan, tetapi lebih tinggi. Dia adalah Keanu, abangnya Alan.

"Bang Ke, baru pulang?" tanya Mouza yang melihat Keanu hendak membuka pintu.

"Lo liatnya gimana?"

Terdengar sangat ketus, memang itu adalah salah satu perbedaan antara Alan dan Keanu. Alan akan lebih ramah dan lemah lembut saat berbicara, sedang Keanu lebih cenderung dingin dan masam saat menanggapi seseorang.

"Alan-nya ada di rumah, Bang?"

Keanu menatap Mouza tanpa ekspresi. "Lo pikir gue bodyguard-nya. Gue gak tahu. Liat aja sana!"

Mouza hanya mengelus dada, dia sudah terbiasa dengan sikap Keanu yang dingin dan ketus. "Tapi gue takut, Bang," ucap Mouza lagi.

"Ah, ribet lo!" kata Keanu kesal, tetapi tetap mengantarkan Mouza untuk masuk kedalam.

"Bang, pelan-pelan! Gue mau kasih Alan kejutan, nih! Kecilin derap langkah Bang Ke!" pinta Mouza.

Keanu mengernyit, tapi akhirnya mengikuti permintaan Mouza. Keduanya melangkah pelan dengan mengendap-endap layaknya seorang maling. Namun, kesunyian rumah itu terpecah saat keduanya mendengarkan suara desa.han yang saling bersahutan. Mata Mouza menatap Keanu dengan penuh tanda tanya. "Itu suara siapa, Bang?" tanyanya.

Keanu menyendikkan bahu dan menggelengkan kepalanya. "Gak tahu. Liat aja deh!" jawab Keanu yang juga penasaran.

Jantung Mouza tak hentinya berdegup lebih kencang. Dia menepis dugaan tentang suara siapa yang sedang bercumbu di sebuah kamar. Mata Mouza akhirnya membulat dengan sempurna saat melihat dua orang saling bercumbu tanpa sehelai benang yang melekat lagi di tubuhnya. Seorang wanita sedang berada diatas tubuh Alan yang sudah menggebu-gebu.

"Lebih cepat Mil!" perintah Alan. Sang perempuan terus menggoyangkan tubuhnya agar Alan merasa puas. Desa.han keduanya saling bersahutan memenuhi ruangan.

Bukan hanya Mouza saja yang terkejut, tetapi Keanu tak kalah terkejutnya dari Mouza. Tangannya mengepal keras. Dia tahu siapa perempuan yang sedang berada di atas tubuh Alan. "Sialan!" geramnya.

Karena merasa tidak kuat, kue yang berada ditangan Mouza jatuh ke lantai dan membuat mata Alan langsung tertuju ke arah pintu.

"Mouza," katanya yang kemudian menyingkirkan tubuh Mili.

Mouza telah berlari keluar diikuti oleh Keanu. Perasaannya hancur. Lelaki yang selama ini dia anggap sebagai pelindungnya ternyata tega berkhianat dengan wanita lain di siang hari. Tak hentinya Mouza menangis untuk merutuki hidupnya yang tak pernah berpihak kepada dirinya.

"Mouza tunggu!" teriak Alan yang sudah mengenakan pakaiannya.

Sesampainya di teras, Mouza masih sesenggukan. Dia tak habis pikir mengapa Alan sampai tega hati melakukan perbuatan seperti itu. Bukan hanya Mouza saja yang sangat kecewa, tetapi Keanu tak kalah lebih kecewanya. Perempuan yang akan dinikahinya bulan depan tertangkap dengan matanya sedang melakukan hubungan terlarang dengan adiknya sendiri.

"Mouza ... dengerin gue! Gue bisa jelasin, Mouz!" Tangan Alan berusaha untuk menggenggam tangan Mouza, tetapi segera ditepis.

"Jangan sentuh gue dengan tangan kotor itu!" bentak Mouza dengan sisa air matanya.

"Mouz ... maaf gue khilaf," sesal Alan.

Tak berselang lama perempuan yang bernama Mili juga ikut keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Matanya membulat dengan sempurna saat melihat sosok Keanu yang berdiri di samping Mouza. "Ke, gue bisa jelasin."

Keanu tersenyum kecut. Apa yang akan dijelaskan lagi? Sudah jelas-jelas mereka sedang bercumbu. Apakah mereka akan berkata khilaf? Keanu menertawakan ucapan dari dua manusia yang tidak diri, yang mengatakan jika mereka berdua sama-sama khilaf.

"Gue udah liat sendiri. Lo gak usah jelasin apa-apa!"

"Tapi, Ke."

Keanu segera menarik tangan Mouza untuk naik ke motor besarnya. Matanya merasa jijik melihat kelakuan bejat adik dan sang kekasih yang tega bercumbu di siang hari.

"Udah gak usah nangis! Gak ada gunanya lo nangisin bajingan seperti dia!" kata Keanu yang memaksa Mouza untuk memeluk tubuhnya. "Pegangan yang kuat kalau lo gak mau jatuh!"

Motor Keanu melaju dengan kecepatan tinggi tanpa peduli lagi kendaraan lain yang ada didepannya. Semua disalip tanpa rasa takut.

"Bang Ke, jangan kencang-kencang! Gue belum mau mati!" teriak Mouza keras. Namun, karena rasa kecewa yang bersarang dalam dada, Keanu seakan menjadi gila. Cukup lama Keanu bermain di jalanan, hingga akhirnya Keanu menyudahi kegilaannya.

Motor Keanu menepi ke pinggir jalan. Tepatnya dibawah sebuah pohon yang rindang. "Dimana rumah lo, biar gue antar pulang?!"

Mouza terdiam untuk sesaat. Jika mengingat kejadian satu jam yang lalu, rasanya Mouza enggan untuk pulang.

"Lo denger gak sih? Gue lagi ngomong!" datar Keanu.

"Gue gak mau pulang, Bang. Gue diusir sama kakak ipar gue. Katanya gue cuma nyusahin mereka."

Mata Keanu membulat lebar saat mendengar ucapan Mouza. Ibarat kata, sudah jatuh masih ketimpa tangga. Wajah Mouza juga terlihat semakin murung, membuat Keanu merasa sedikit iba.

Seketika terlihat dingin, Keanu tidak tega saat melihat wajah Mouza yang murung. "Jadi sekarang tujuan lo mau kemana?"

Mouza menggeleng dengan pelan. Di kota ini dia tidak memiliki siap-siapa selain kakaknya karena memang Mouza telah menjadi anak yatim piatu sejak berusia 5 tahun.

"Lo gak punya tujuan?" tanya Keanu lagi.

"Gak ada, Bang. Bang Ke 'kan tahu sendiri kalau Mouza disini cuma ikut sama mas Arif. Dan sekarang Mouza udah diusir sama mbak Hana. Mouza gak tahu mau kemana lagi, Bang." sendunya dengan sisa tangisan.

Sejenak Keanu melihat Mouza dengan rasa iba. "Ya udah, lo ikut ketempat gue aja!"

"Ngapain Bang?"

Keanu menatap jengah. Ternyata perempuan yang ada di depannya itu terlalu polos. "Jadi kuli," katanya sambil menghidupkan motornya. "Ya tinggal di tempat gue! Malah bengong lagi. Buruan naik!"

Tidak butuh waktu lama, motor Keanu sudah berhenti di depan sebuh ruko. Disana kedatangan Keanu juga disambut baik oleh beberapa temannya. Saat matanya melihat Mouza, mereka bertanya-tanya siap dia.

"Bang, lo bawa selingkuhan?"

Seketika Keanu menjitak Angga yang asal bicara.

"Lo kira gue tukang selingkuh? Dah gak usah banyak tanya!" ujarnya kesal. "Mouza, ayo!"

Moza masuk dengan perasaan canggung. Disekelilingnya hanya ada lelaki yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Bahkan sesampainya didalam Mouza juga menemukan tiga laki-laki yang sedang bermain game.

"Gak usah Lo liatin mereka!" datar Keanu yang terus membimbing Mouza untuk naik ke lantai dua.

"Disini cuma ada dua kamar. Kamar gue, sama kamar tamu di bawah sana. Untuk sementara lo tidur aja di kamar gue. Biar gue yang tidur di kamar tamu." Keanu masuk dan menyalakan lampu.

Sebuah pemandangan yang membuat Mouza jantungan. Bagaimana bisa disebut dengan sebuah kamar jika ruangan itu sangat berserakan. Bahkan lebih tepatnya disebut gudang. Baju yang berserakan dimana-mana, sampah kulit kacang bertebaran di lantai, juga beberapa gelas dan botol-botol bekas minuman beralkohol masih berada diatas meja.

"Gak usah kaget. Kalau gak keberatan, lu bereskan ya! Gue mau turun dulu!"

...BERSAMBUNG...

Halo-halo, terima kasih sudah mampir ke novel Kau Khianati Aku, Ku Nikahi Kakakmu Novel ini sangat membutuhkan dukungan dari kalian semua. Teruslah dukungan novel ini dengan cara, Favoritkan novel ini, like dan berikan komentar kalian. 😊

Mohon Maaf juga jika banyak Typonya, ini juga baru dibenerin 🙏

Bab 2 | Gara-Gara Diskon

Karena sibuk membersihkan kamar, Mouza sampai melupakan hatinya yang sedang hancur. Kamar yang dia anggap seperti sebuah gudang, kini sudah terlihat bersih dan rapi. Bahkan Mouza juga telah mengganti sprei tempat tidurnya.

"Capek juga."

Mouza yang kelelahan tertidur disebuah sofa. Entah sudah berapa jam Mouza tertidur, kini Keanu datang ke kamar dengan mata yang terbelalak lebar. Semua terlihat bersih dan rapi, bahkan aroma lantainya juga sedikit wangi. Mata elangnya meneliti setiap sudut, mencari keberadaan Mouza.

Setelah mendapati Mouza tertidur di sofa, dia segera membangunkannya, karena hari sudah hampir malam.

"Mouza, bangun!"

Sayup-sayup Mouza membuka mata. Saat mata telah terbuka sempurna, wajah Keanu sudah berada tetap di depannya. "Bang Ke mau apa?" gugup Mouza, sambil mendorong tubuh Keanu.

"Gue pikir lo pingsan mau gue kasih napas buatan."

"Sembarang lo, Bang. Ngatain gue pingsan. Gue kecapekan beresin kamar lo yang udah kayak gudang."

Keanu segera melemparkan sebuah handuk ke wajah Mouza. "Mandi sana! Kamar mandi yang bisa dipakai cuma satu, jadi kita gantian mandinya."

Mouza menautkan alisnya. Bagaimana dia akan mandi, sementara dia tak memiliki sehelai pakaian ganti. Tidak mungkin Mouza akan mengenakan pakaiannya lagi yang sudah bau keringat.

"Masih diam. Mandi sana!" ulang Keanu.

"Tapi Bang, gue gak punya pakaian ganti, gimana dong?"

Keanu membuang napas beratnya, seakan dia melupakan jika Mouza memang tidak memiliki pakaian ganti. "Pakai kemeja sama celana gue dulu. Nanti kita cari!"

Mouza segera terbelalak. "Yang serius aja, Bang! Emang bang Ke punya anu ... itu ..." Mouza menggigit jarinya karena lidahnya kelu saat hendak menyebut barang penutup dua aset berharganya.

"Anu, itu apa? Yang jelas kalau ngomong!"

Mouza semakin menautkan alisnya dan berpikir apakah Keanu memang tidak peka atau pura-pura tidak tahu.

"Malah diam! Anu, itu apa?" ulang Keanu

Mouza mendekat kemudian membisikkan sesuatu kepada Keanu yang membuat matanya melotot sambil tertawa.

"Tuh kan ... malah diketawain." Mouza menyebikkan bibirnya kesal.

"Lu pikir gue cowok apaan koleksi begituan. Dah gak usah pakai, gak bakalan yang tahu kalau lu gak pakai bra. Kecil begitu," cibir Keanu.

"Sembarang lu, Bang! Gede gini lu bilang kecil? Terus yang gede itu seberapa?" Moza menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Bang beliin dulu ya," rengek Mouza dengan kedua matanya yang mengedip-edip.

Keanu hanya bisa berdecak kasar. Seharusnya dia tahu konsekuensi saat membawa wanita untuk tinggal bersama. Pasti akan ribet dengan segala keperluannya, tidak seperti laki-laki bisa cukup dengan baju dan celana saja.

"Ya udah, buruan gih! Dah mau magrib."

Mouza merasa girang saat Keanu mengabulkan permintaannya untuk membeli perlengkapannya. "Makasih ya, Bang. Lu baik banget, sih." Mouza mengembangkan senyum lebar di bibirnya.

Keanu menuruni anak tangga dengan kasar hingga terdengar suara yang nyaring.

"Merepotkan sekali," decaknya kasar.

"Tapi 'kan bang Ke yang ajakin gue kesini," sahut Mouza dari belakang.

"Kalau gak gue bawa kesini, emang lo punya tujuan? Gak 'kan?"

Mouza hanya memasang wajah lesunya. Memangnya benar jika tak dibawa Keanu kesini, mungkin saat ini Mouza sudah menjadi gelandangan di jalanan.

"Mau kemana lo, Bang?" tanya salah seorang yang melihat Keanu menghidupkan motornya.

"Kenapa? Mau ikut? Sorry, gak ada tempat."

Mouza hanya bisa menelan kasar salivanya. Ternyata Keanu sangat jauh beda dengan Alan.

"Malah bengong. Ayo naik!"

Sepanjang perjalanan Mouza terus memikirkan bagaimana caranya untuk tetep bertahan hidup. Selama ini biaya hidupnya ditanggung oleh kakaknya. Sementara saat ini Mouza sudah diusir dari rumah yang artinya tak dia harus bisa menghidupi dirinya sendiri.

"Malah bengong. Turun!" sentak Keanu. "Masih mikirin baji.ngan itu?"

Mouza menggeleng pelan dan menjawab, "Bang Ke, ngapain sih malah ngingetin dia lagi? Aku lagi malas bahas dia!"

Kini Keanu tidak peduli dengan Mouza yang sedang kesusahan untuk membuka helmnya. Dia memilih berlalu masuk kesebuah toko pakaian. Bahkan Keanu acuh tak acuh dengan panggilan Mouza yang terus memanggil namanya.

"Bang Ke, sialan! Duh ... gimana cara ngelepasin nih helm, sih." Mouza menggerutu kesal.

Semua mata pengunjung toko tertuju pada Mouza yang baru saja masuk kedalam. Bagaimana tidak, Mouza masuk dengan keadaan helm yang masih menempel di kepalanya. Bahkan ada beberapa orang yang menertawakan dirinya, termasuk Keanu yang ikut tertawa.

"Sialan! Gue malah jadi bahan tawaan mereka," gerutu Mouza dalam hati.

Karena merasa kasihan akhirnya Keanu mendekat dan bertanya mengapa Mouza tak melepaskan helm saat akan masuk kedalam.

"Terus aja ketawa sampai puas, Bang!" Mouza mendengkus pelan.

"Lagian gue heran aja, bayi kolot kayak Lo gak bisa buka helm sendiri. Ckckck, pintar dikitlah biar gak diselingkuhin," cibir Keanu.

Mouza terdiam untuk beberapa saat. Seketika dia menyadari jika dirinya memanglah bodoh. Bahkan selama berpacaran dengan Alan dia selalu menolak saat Alan meminta kiss di bibir. Mouza hanya memberikan pipinnya yang sedikit cuby sebagai gantinya.

Sadar akan ucapan yang membuat Mouza terdiam, Keanu mende.sah pelan. Tangannya mulai terulur untuk membuka kancing helm.

"Besok-besok belajar cara buka kancing helm. Gini aja gak bisa!" Hanya sedikit sentuhan, kancing terlepas dan Keanu mengambil helm dari kepala Mouza. Dia segera merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Udah cari sana apa yang Lo perluin! Gue tunggu disini," kata Keanu yang kini menentang helm di tangannya.

"Bang Ke mau berdiri disini?" tanya Mouza mengernyit.

Satu jitakkan mendarat di kepala Mouza. "Ini kepala isinya apa sih? Gue nunggu disana!" Keanu menunjukkan sebuah tempat khusus menunggu. "Nanti kalau udah siap panggil gue!"

Mouza mengangguk pelan. Mungkin memanfaatkan Keanu adalah caranya untuk bertahan hidup sementara waktu.

"Baiklah, aku akan belanja sepuasnya."

Cukup lama Mouza mengelilingi toko. Awalnya hanya ingin membeli yang dia perlukan saja. Namun, nyatanya kata diskon membuatnya khilaf. Mouza berhasil memboyong satu tumpukan baju ke meja kasir.

Tangan Mouza melambai kearah Keanu sebagai isyarat bahwa dia telah siap belanja. Keanu yang memperhatikan Mouza hanya mampu mengernyitkan dahinya.

"Bang Ke, udah!"

Sang kasir mengernyit saat mendengar kata 'bang ke' dari mulut Mouza.

Tak berapa lama Keanu pun maju kearah kasir dan memberikan sebuah card kepada mbak-mbak kasir.

"Lo mau jualan, Za?" tanya Keanu.

"Kenapa emangnya, Bang?" Mouza mengernyit.

"Banyak amat belinya?"

Mouza terkekeh pelan. "Lumayan lagi diskon, Bang. Lagian aku juga gak punya baju ganti. Gak mungkin mau pakai bajunya Bang Ke terus."

Keanu tak merasa keberatan. Harga sebuah baju tak akan membuatnya langsung jatuh miskin. "Tumben pintar?"

Mouza mendengkus kesal saat Keanu menganggapnya sebagai perempuan bodoh. Setelah pembayaran selesai, Mouza terbelalak saat melihat struk yang diberikan oleh kasir. Bahkan Mouza masih meneliti satu persatu harganya.

"Mbak ini gak salah 20 juta?" protes Mouza sebelum meninggalkan tempat kasir.

Mbak-mbak kasir hanya tersenyum melihat kearah Mouza. "Tidak, Mbak. Ini sudah benar, kalau tidak percaya silakan cek lagi bandrolnya."

Saat Mouza ingin mengecek, tangan Keanu langsung menariknya.

"Gak perlu dicek lagi, udah bener! Ayo pulang!"

"Tapi, Bang! Ini kemahalan. Uang 20 juta bisa buat modal nikah Abang nanti. Aku kembalikan aja deh!"

"Kamu nggak baca tulisan itu? Barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan." Keanu menunjuk sebuah tulisan besar yang berada di samping kasir.

Dengan raut wajah kesal, Mouza memilih mengikuti Keanu keluar. Terbesit rasa bersalah karena sempat berpikir ingin memanfaatkan Keanu. Namun setelah mengetahui jumlah yang sangat fantastis, Mouza malah merasa tidak enak.

.

.

...Bersambung...

Bab 3 | Pria Mesum

"Bang Ke, lapar," ujar Mouza sambil memegangi perutnya.

"Bentar nanggung, nih! Tunda bentar laparnya!" balas Keanu yang masih fokus pada layar laptopnya.

Mouza hanya mende.sah pelan. Sejak siangnya tadi dia belum mengganjal perutnya. Hanya sepotong roti mana cukup untuk mengenyangkan perut. Jika bukan karena Alan sialan itu, mungkin saja Mouza sudah makan lebih dari empat kali. Inilah yang selalu menjadi masalah kakak iparnya tak menyukai Mouza. Dia doyan makan.

"Gue laparnya sekarang, Bang! Mana bisa di tunda!" gerutu Mouza dengan mencebikkan bibirnya.

"Kalau gitu, pesan aja sendiri!" Tangan Keanu menyerah ponselnya pada Mouza. Matanya masih fokus pada layar laptop.

Mouza yang menerima ponsel Keanu langsung mengernyit. "Gue yang pesan, Bang?"

"Gak! Mang Ujang yang pesan!" Keanu mende.sah kasar. "Ya jelas lo yang pesanlah, Mouza! Aduh ... bodoh jangan dipelihara, dong!"

Mouza menelan kasar salivanya. Ponsel dengan wallpaper seorang wanita cantik yang tak asing baginya. Bahkan untuk melihatnya saja Mouza merasa jijik.

"Passwordnya berapa, Bang?"

"6969," jawab Keanu dengan cepat.

Mouza yang mendengar angka yang disebutkan oleh langsung mendelik lebar. "Lo mesum, Bang!" cibir Mouza.

"Dari mana Lo tahu gue mesum? Emang gue dah pernah ngajak Lo main kuda-kudaan?"

Mouza menggeleng pelan. "Tuh kan ... tanpa gue jelasin Lo itu emang mesum, Bang!"

Setelah berhasil membuka ponsel milik Keanu, tangan Mouza menscrol ke sebuah aplikasi tempat pesan makanan cepat saji. Sebenarnya notifikasi pesan membuat jiwa penasaran Mouza meronta, terlebih pesan itu dari 'my love'.

"Bang Ke, ada pesan nih dari my love," kata Mouza sambil menyodorkan ponsel Keanu.

Keanu mendengkus kasar. Apa yang dilihatnya siang tadi membuatnya merasa muak dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Mati-matian Keanu menjaga kesucian wanita itu. Namun, nyatanya wanita itu tidak bisa menjaga kesuciannya sendiri.

Keanu segera menutup laptop, dengan cepat dia menghapus pesan yang baru saja masuk tanpa ingin membacanya terlebih dahulu.

Tak butuh waktu lama makanan yang dipesan oleh Mouza pun telah sampai. Keanu mengernyit saat melihat makanan apa yang datang.

"Za, makanan apaan itu?" tanya Keanu heran.

"Makanya sekali-kali jadi orang miskin Bang, biar bisa makan beginian. Ini namanya pecel lele, gitu aja gak tahu!"

"Iya gue tahu! Yang gue maksud itu ikan gede banget."

"Ya jelas gede, gue pilih lelenya yang jumbo, Bang. Biasanya gue makan yang kecil, tapi berhubung Lo banyak duitnya jadi gue sengaja pesan yang jumbo biar puas," jelas Mouza sambil terkekeh pelan.

Keanu hanya bergidik geli saat melihat lele yang besar. Lebih bergidik lagi saat melihat Mouza makan dengan rakus.

Lidah boleh berkata tidak, tapi perut tak bisa dibohongi. Meskipun Keanu sempat mencibir lele jumbo yang ada di depannya, tapi pada kenyataannya lele itu hanya tinggal durinya saja.

"Gimana, enak 'kan lele jumbonya?" tanya Mouza yang menahan tawa saat melihat duri panjang tersisa di piring Keanu.

"Lumayan! Jangan lupa beresin, gue mau tidur."

Mouza menatap punggung Keanu yang kini telah beranjak kesebuah kamar yang ada di samping tangga.

"Lumayan, tapi abis. Dasar bang Ke!"

Baru saja Mouza ingin menuju ke kamar, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Terlihat jelas sebuah panggilan dari Alan.

Mouza berusaha mengabaikan panggilan itu, hingga Alan merasa bosan saat tak mendapatkan jawaban dari Mouza.

🍂🍂🍂

Baru kali ini Mouza bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan saat pagi dia tak memikirkan apa yang akan di masak. Ternyata tinggal bersama dengan orang kaya itu enak. Semua keinginan bisa terpenuhi tanpa dia harus mengeluarkan keringatnya.

"Kayaknya gue harus berterima kasih sama mbak Hana yang udah ngusir gue dari rumah. Kenapa gak dari dulu aja gue kenal sama bang Ke, ya?" gumam Mouza saat menuruni anak tangga.

Namun, mata Mouza harus membulat lebar saat melihat seorang wanita sedang duduk disebuah sofa. Meskipun baru bertemu sekali, tetapi Mouza sudah menandai wajah wanita tersebut.

"Kamu ngapain disini?" tanya wanita itu saat melihat Mouza yang sudah rapi dengan pakaian. Bahkan rambutnya juga terlihat basah.

"Lah . Lo sendiri ngapain disini?" tanya Mouza.

"Aku mu ngapain aja disini bukan urusanmu! Ini basecamp calon suamiku."

Mouza mengernyit saat mendengar kata calon suamiku, sedangkan wanita itu jelas-jelas sudah berkhianat. Dan yang lebih parahnya sampai tertangkap basah dengan lelaki yang disebut calon suamiku. Lalu masih pantaskah wanita seperti itu disebut sebagai calon istri? Mouza menggeleng pelan.

"Memang wanita muka tembok!" cibir Mouza.

Tanpa ingin mempedulikan wanita itu, Mouza memilih berlalu. Melihat wajahnya saja membuat Mouza merasa jijik. Bukan pada dandanan menornya, tapi pada kelakuan busuknya. Sudah jelas-jelas memiliki calon suami, masih saja melakukan hubungan terlarang dengan laki-laki lain.

"Apa kamu bilang?!" Mili memincingkan mata saat mendengar cibiran Mouza.

"Muka tembok!" ulang Mouza.

Mili merasa sangat tidak terima saat dikatakan muka tembok, ya meskipun itu adalah kenyataannya.

Dengan cepat, Mili menarik rambut Mouza hingga dia menjerit kesakitan. "Dasar pelakor!" kata Mili dengan geram.

"Gila Lo! Lo yang pelakor, bang*sat!" teriak Mouza yang tak ingin kalah dari Mili. Kini dua orang wanita itu bergelut dengan saling tarik menarik rambut mereka.

Keanu yang baru saja keluar dari kamarnya langsung terbelalak dengan pemandangan yang ada didepan matanya. Dua orang wanita sedang berduel maut.

"Stop!" teriak Keanu hingga menggema di seluruh ruangan.

Mendengar teriakan Keanu, kedua wanita itu melepaskan tangan mereka masing-masing dan segera merapikan rambutnya.

Mata Mili segera menetap ke arah Keanu dan berjalan untuk mendekatinya.

"Ke, kenapa kamu blok nomor aku. Ke, please dengerin penjelasan aku. Oke, aku ngaku salah. Aku Khilaf, Ke," ujar Mili dengan rasa sesalnya.

"Cih ... bukankah lo udah tahu kalau gue paling benci sama cewek munafik. Gue paling paling benci dengan perselingkuhan. Sekarang jelaskan mengapa lo bisa melakukan hubungan terlarang dengan Alan?"

Mili terdiam tak bisa untuk memberikan penjelasan lebih lanjut kepada Keanu.

"Kenapa diam? Gak biasa jawab kan? Oke, mulai sekarang kita putus. Lupakan pernikahan bulan depan!"

Mili terbelalak tak percaya dengan ucapan Keanu yang memutuskan hubungan dan membatalkan rencana pernikahan mereka.

"Gak bisa seperti itu dong, Ke. Persiapan kita sudah mencapai 70%. Kamu nggak bisa membatalkan pernikahan ini. Iya, aku minta maaf. Aku salah. Aku enggak akan mengulanginya lagi, tapi tolong jangan batalkan pernikahan ini, Ke."

Keanu yang sudah terlanjur sakit hati mengabaikan Mili yang terus memohon untuk tidak membatalkan pernikahan mereka. Namun, percuma saja, Keanu sama sekali tidak peduli.

"Za, rapikan dulu rambut lo, baru gue antar lo ke kampus! Gue tunggu di depan!" Keanu berlalu begitu saja.

Mouza yang merasa menang mengejek Mili dengan menjulurkan lidahnya. "Daa ... daa ... mantan calon istri." Tawa Mouza pun pecah seketika. Dia sangat puas mengejek Mili.

Namun, tidak dengan Mili yang masih tidak terima dengan keputusan Keanu. "Awas aja kalian! Gue bakal balas rasa sakit hati ini."

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!