Suara Guntur menggelegar. Sambarannya sekelebat menggetarkan dada. Dimana ada dua orang insan yang tengah berlarian di bawah rintik-rintik hujan menapaki anak tangga utama pelataran rumah besar nya menuju pintu megah di ujung sana.
Fox dan Tamarin.
Dua insan yang saling menautkan kelima jemari mereka tanpa melepaskannya. Gaun pengantin mewah berhiaskan Swarovski berwarna putih panjang menjuntai bergoyang mengikuti pemakainya.
Tamarin.
Wanita beruntung yang pintar dalam hal akademis di kampusnya membuat dia mendapatkan beasiswa sekaligus dinikahi pria anak dari orang yang kaya raya dan terpandang di kota Jakarta.
Fox.
Pria baik hati dan tidak angkuh meskipun dia anak dari salah satu pengusaha yang cukup populer di kota Jakarta. Pria yang tetap pada pendiriannya untuk menikahi wanita pujaannya sejak SMA meskipun Tamarin sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Dan yang paling puncaknya adalah, tetap melaksanakan pernikahan, tepatnya hari ini meskipun kedua orang tuanya tidak menginjakkan kaki di tempat resepsi.
Tuan Kino.
Seorang ayah yang tegas sekaligus pengusaha kelas atas yang sangat populer di kalangan koleganya. Memiliki beberapa perusahaan raksasa yang sudah dilimpahkan kepada anak semata wayangnya yaitu Fox. Namun sayang, anaknya malah menikahi wanita melarat yang tidak memiliki siapa-siapa alias sebatang kara. Tuan Kino tergolong pria dingin karena istrinya salah satu wanita karir yang cukup sukses di bidang jurnalis.
Nyonya Mint.
Pemilik dari perusahaan surat kabar ternama di kota Jakarta. Dia tidak ingin meninggalkan pekerjaannya karena sangat mencintai pekerjaannya itu. Salah satunya karena menjadi jembatan awal mula bertemu dengan Tuan Kino yang waktu mudanya adalah pebisnis sukses yang fotonya selalu terpampang memenuhi lembaran demi lembaran media cetaknya. Membuatnya menjadi penasaran siapa Tuan Kino sesungguhnya hingga keduanya menikah dan memiliki anak laki-laki kebanggaan keluarga.
Rumah tangga keduanya bagaikan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan bagi perkembangan dunia bisnis mereka. Bagaimana tidak? sebuah pengusaha butuh berita menggelegar untuk perusahaannya terdengar dan terlihat sukses di khalayak ramai. Dan semua itu butuh surat kabar atau media cetak sebagai jembatannya. Itulah mengapa? rumah tangga mereka terjalin.
Fox dan Tamarin yang sudah berdiri di depan pintu berwarna putih dan sangat tinggi tepatnya di rumah besar milik Tuan Kino yang akan menjadi tempat tinggalnya setelah hari ini resmi menikah dengan Fox ... anak dari Tuan Kino dan Nyonya Mint.
Keduanya berdiri di satu lantai marmer besar yang sama. Saling berpegangan, menautkan jemari melangkah bersama, menatap mantap dengan yakin dan sama-sama akan saling melindungi satu sama lain untuk masuk ke dalam rumah besar yang sudah pasti kedatangan mereka sudah di tunggu oleh Tuan Kino dan Nyonya Mint.
Nyonya Mint ... sebenarnya akan menghadiri pernikahan putranya, namun larangan keras masih terngiang di ujung telinga.
" Mau kemana kamu?" delik tajam kedua bola mata menatap tidak suka ketika Nyonya Mint baru akan melangkah pergi dari rumah besar menuju Hotel Bintang Lima dimana resepsi pernikahan putra semata wayangnya digelar.
Langkah pemilik sepatu hitam setinggi tujuh senti itu berhenti. Bibir yang dipoles dengan lipstik maroon pun seketika berubah tegang berikut wajahnya. Masih tidak tahu harus memberi jawaban apa demi cintanya kepada putranya.
" Jika kamu akan menghadiri pernikahan putramu ... kamu sudah tahu bukan? apa hukuman yang akan kamu dapatkan?" ancaman pelan syarat dengan makna dari Tuan Kino kepada Nyonya Mint itu masih berbekas hingga saat ini oleh Nyonya Mint.
Plok
Plok
Plok
Theg
Theg
Theg
Bersamaan dua suara berirama melangkahkan sepatu pantofel dan sepatu kaca bak Cinderella milik Fox dan Tamarin mendekati pria yang disebut ayah dan ibunya.
Tuan Kino yang sedang duduk di single sofa ruang keluarga rumah mereka dengan posisi kelima jemari tangan kanan gelisah dia sentuhkan di dagu dan sesekali memangku dagu miliknya.
Sementara Nyonya Mint sedang duduk di long sofa yang posisi duduknya tidak jauh dari Tuan Kino dengan menyangga kepala dan menyenderkan punggung menanti kehadiran putra semata wayangnya.
Sepasang mata Tuan Kino dan juga Nyonya Mint yang sedang lurus menatap tanpa berkedip melihat putranya dengan sangat bangga menggandeng wanita pilihannya yang malam ini telah resmi menjadi sebutan istri untuknya.
Nyonya Mint yang sulit menelan ludahnya. Sesaat jantungnya terhenti, memejamkan mata untuk satu detik ... kemudian membukanya kembali.
Tidak jauh beda dengan Tuan Kino yang tidak menutup bibirnya seratus persen. Menoleh ke arah putra yang menjadi pewaris tunggalnya sedang berjalan melangkah mendekat, menuju ke tempat dimana dia dan istrinya sedang duduk.
Langkah kedua pasangan suami istri yang baru saja sah tiga puluh menit yang lalu itu berhenti bersama tepat di hadapan Tuan Kino dan Nyonya Mint.
" Sayang ... " Nyonya Mint yang bangkit dari duduk di long sofa dan baru saja ingin memeluk putranya dan memberikan selamat kepadanya. Namun seketika, pantatnya dia dudukkan kembali dengan ragu di atas long sofa. Karena Tuan Kino memberi kode tatapan tajam dan juga jari telunjuk kepada istrinya itu supaya dia duduk kembali.
Sementara giliran Tuan Kino yang bangkit dan berdiri dari single sofa yang membuat nya gelisah sedari tadi.
" Ayah ... " sapa sangat hati-hati yang keluar dari bibir Fox. Melihat sorot mata tajam kedua mata ayahnya sekilas lalu membuat Fox memilih untuk memutuskan menundukkan wajahnya.
Tuan Kino yang menyembunyikan kedua tangannya di saku celana melipis nya. Berjalan pelan mengitari sembari memperhatikan detail penampilan Fox dan Tamarin dari atas kebawah, depan belakang hingga ke seluruh penjuru sudut tak luput dari delik penglihatannya.
" Masuk ke kamar kalian!" Titah Tuan Kino yang pelan namun tegas itu terlihat jelas menyimpan rasa kecewa.
Fox yang mendengar perintah ayahnya kemudian melirik ke arah sepasang mata milik ibunya
Nyonya Mint yang melipat kedua tangannya di atas dada memberikan kode pejaman mata kepada putranya untuk mengikuti titah ayahnya tanpa banyak bicara.
Fox kemudian menarik jemari tangan milik Tamarin yang sedari tadi tidak dia lepaskan barang sedetikpun untuk menuju kamarnya.
Ketika Fox dan Tamarin baru lima langkah. Suara keras Tuan Kino mengguncang dan meremukkan hati Tamarin.
" Buat kamu wanita melarat, jangan harap dengan kamu berhasil menikah dengan anakku. Kamu lantas bermimpi akan diperlakukan seperti Tuan Putri di rumah ini." geram Tuan Kino kepada Tamarin karena seperti perempuan tidak tahu malu yang membuat putra semata wayangnya menentang aturannya. Apalagi sampai membawa wanita melarat itu masuk ke dalam istananya.
Fox yang seketika memanas kupingnya ketika mendengar Ayahnya memanggil Tamarin dengan sebutan wanita melarat kemudian menarik nafas dalam dan berbalik badan menatap dendam ayahnya, hingga seluruh gigi di dalam mulutnya saling menggigit mempertegas tulang rahangnya.
" Ayah ... " Nada keras Fox dengan wajah amarah tergambar jelas. " Jangan panggil istriku wanita melarat!" Bersamaan dengan seluruh nafas yang yang coba dia keluarkan berdesakan.
" Sst ... " Tamarin yang menyentuh dada bidang milik Fox suaminya. Mengisyaratkan kalau dia tidak apa-apa jika dia dikatakan melarat oleh mertuanya.
BERSAMBUNG
" Tapi sayang."
Tamarin yang menyentuh pipi kanan suaminya dan melekatkan pandangan " Sudah ... kita sebaiknya masuk kamar."
Membuat Fox tidak bisa menolak titah istri yang sangat dicintainya itu. Meskipun baru saja mereka menikah. Namun perjuangan cinta keduanya mengalahkan Romeo dan Juliet.
Fox dan Tamarin kemudian melangkah pergi menuju kamar Fox yang berada di lantai dua meninggalkan ayah dan ibunya yang menjadi penonton kemesraan mereka berdua.
Lirikan dari sudut mata kiri Fox tertuju kepada ayah dan ibunya saat dia dan Tamarin menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju lantai dua.
Setelah jejak bahkan punggung keduanya lenyap dari pandangan mereka. Tuan Kino tidak habis pikir dengan tindakan putranya yang bisa mencoreng nama baik keluarga besar karena telah menikahi wanita melarat seperti Tamarin.
" Lihat itu kelakuan putramu!" amarah Tuan Kino memuncak tepat dihadapan wajah Nyonya Mint. Dia lantas pergi meninggalkan istrinya yang masih berada di ruang keluarga.
Sementara Nyonya Mint ... memandang dari kejauhan pintu kamar milik putranya untuk lima menit. Setelahnya dia bergegas melangkahkan kakinya menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
.
.
Di dalam kamar pengantin. Tidak ada taburan bunga mawar di atas ranjang putih besar. Fox yang masih geram dengan ayahnya.
" Ayah memang tidak pernah berubah. Dia selalu memandang semuanya dengan uang." geram Fox mengeratkan seluruh gigi dalam mulutnya.
" Sudahlah, apa kamu tahu? tidak ada hal yang membahagiakan selain malam ini." Tamarin yang tersenyum lebar memeluk suaminya dari belakang. Menempelkan pipi kiri pada punggung kekar milik suaminya.
Fox yang menyentuh sepuluh jemari milik Tamarin ... lalu memutar badan tanpa melepaskannya. Melekatkan tatapan mereka tanpa jarak. Melonggarkan urat yang sempat menegang karena perkataan panas ayahnya. Fox kemudian memeluk erat tubuh Tamarin dan memberikan kecupan pada puncak kepala yang berada tepat sejajar dengan janggutnya. " Jangan hiraukan perkataan ayahku ya!" Fox yang tak enak hati dengan sikap ayahnya.
" Tidak apa, aku pasti bisa mengambil hati ayah mertua." lirih Tamarin dalam dekapan suaminya.
Fox perlahan melepaskan dekapannya. Memberikan senyum spesialnya kepada wanita yang dicintainya. Hingga malam pengantin tidak begitu suram meskipun tidak adanya restu dan tidak datangnya kedua orang tua Fox untuk menghadiri undangan pernikahannya.
Karena Tamarin sangat mengerti dari awal bahwa jalinan cinta mereka banyak menemukan hambatan. Bisa pada posisi seperti ini saja, dia sudah sangat beruntung. Mengingat dia sebatang kara setelah kepergian mendiang ayah dan ibunya. Dicintai oleh Fox adalah kebahagiaan tersendiri dalam hidupnya. Terlepas Fox adalah anak salah satu konglomerat Indonesia.
Malam yang anggaplah sedikit suram itu berubah menjadi penuh cinta seketika. Perasaan yang sempat bersitegang dan gemuruh panas yang hinggap di telinga semua luruh terlupakan. Bersamaan dengan puncak hasrat Fox yang sudah tidak tahan untuk membelah buah durian.
.
.
" Sebaiknya ayah tidak sekeras itu terhadap Fox." Nyonya Mint yang mengambil piyama berbentuk kimono miliknya.
Tuan Kino yang sudah selesai berganti piyama tidur dan baru akan naik ranjang untuk beristirahat. " Bela saja terus anakmu!" ujarnya dengan mengatur posisi tidurnya.
Nyonya Mint hanya bisa menghela nafas panjang dan menggeleng kepala berulang jika mengahadapi suaminya itu. Dengan maksud memberikan kebebasan pada putranya untuk menentukan pilihan hidupnya dengan siapa dia harus memperjuangkan cintanya.
.
.
Keesokan hari.
Tamarin menggeliat di balik selimut berwarna putih tebal. Isi kepalanya ... tertulis dia tinggal di rumah mertua. Meskipun dia tinggal di rumah bak istana yang dikelilingi banyak asisten rumah tangga. Dia enggan berpangku tangan, meskipun suaminya tidak memperbolehkan dia menyentuh pekerjaan rumah sekecil apapun itu. Namun jika mengingat ayah mertuanya yang galaknya minta ampun, itu membuat Tamarin harus berpikir keras untuk mengambil hati ayah mertuanya.
Tamarin yang menempelkan bibirnya ke kening pria baik yang sudah menjadikannya istri. Memberikan sentuhan ciuman manis untuk pria yang baru satu malam resmi menjadi suami untuknya.
Tamarin yang pergi mandi dan berganti pakaian lalu keluar kamar menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Menghampiri para asisten rumah tangga yang sibuk mengerjakan tugas rumah. Tamarin memilih dapur untuk tangan nya bertugas karena sedikit banyak masakan nya sangat disukai oleh Fox meskipun itu hanya nasi goreng.
Tamarin memaksa untuk dirinya hanya sekedar membantu di dapur meskipun bibi tidak memperbolehkan karena takut jika dirinya kecipratan minyak dan pasti suaminya akan menegur bibi.
Karena Tamarin terus mendesak, bibi akhirnya menyerah dan memperbolehkan Tamarin membantunya memasak di dapur.
Tamarin dan beberapa asisten rumah tangga akhirnya memulai aktivitas masak di dapur untuk persiapan makan pagi sekeluarga.
Hingga semua masakan sudah terhidang sempurna di atas meja makan. Wajah cantik Tamarin terlihat puas dengan apa yang dia kerjakan meskipun itu adalah hal sepele dan sudah sering dia kerjakan.
Sampai dimana langkah Tuan Kino dan diikuti Nyonya Mint yang berada di belakangnya sampai di dekat meja makan.
" Selamat pagi Tuan ... Nyonya." tidak sungkan untuk Tamarin sedikit membungkuk dan memberi salam penghormatan kepada pemilik rumah yang sekarang menjadi tempat tinggalnya. Terlepas sebenarnya dua sosok yang berdiri itu adalah ayah dan ibu mertuanya.
Wajah terkejut keduanya. Mengapa bisa Tamarin sudah sepagi ini bangun dan meninggalkan suaminya yang masih berada di dalam kamar.
" Tamarin." Nyonya Mint yang menghampiri menantu dari putra kesayangannya dan memberikan pelukan hangat dengan mengelus punggung milik Tamarin.
" Nyonya Mint." balas Tamarin yang menerima pelukan hangat ibu mertuanya itu. Pelukan penerimaan yang terasa teduh sekaligus sedikit menenangkan hati Tamarin ketika ayah mertuanya bersikap dingin kepadanya.
Nyonya Mint perlahan melepaskan pelukannya. Sepasang bola mata keduanya saling bertukar tatap. Jangan panggil saya Nyonya Mint! panggil saja, aku ibu mertua." ujar Nyonya Mint kepada menantunya.
" Tapi Nyonya ... "
" Sst ... " Nyonya Mint melepaskan pelukan terhadap Tamarin. Dengan masih memegang kedua pundak menantu barunya itu yang terlihat baik seperti tidak ada niatan jahat seperti ingin menguasai uang putranya. Melekatkan pandangan tepat pada retina mata Tamarin. " Seperti kataku, panggil ibu mertua."
Tamarin yang merasa tersanjung, sedikit lebih lega bahwa pernikahannya tidak sesuram yang dia bayangkan. Masih ada orang yang menerima keberadaannya masuk ke dalam keluarga ini. Tidak lain tidak bukan adalah ibu mertuanya.
" Duduklah! atau panggil suami mu untuk sarapan pagi bersama." Nyonya Mint memberi titah kepada Tamarin lewat gerakan dagu lancipnya.
Tidak selang lama, Fox melipat ujung kemeja yang dikenakannya. Menuruni anak tangga melihat istri nya sudah berdiri dan berkumpul bersama ayah dan ibunya sambil mengenakan jam tangan mewah untuk menunjang penampilannya.
Sepasang mata Tamarin dan juga Nyonya Mint tertuju pada sosok pria yang sedang menatap mereka dari ketinggian anak tangga. Fox sepertinya lebih santai menyikapi sikap ayahnya karena yakin jika istrinya itu akan pandai mengambil hati ayahnya.
" Itu dia!" Jari telunjuk beserta lirikan mata yang dia tujukan kepada Tamarin sebagai tanda keakraban menantu dan ibu mertua pagi ini.
Sementara Tuan Kino yang tidak suka dengan sikap istrinya yang dengan mudahnya menerima Tamarin untuk masuk dan bergabung dalam keluarga besarnya. Sikap Acuh dan dingin jelas terlihat dan tergambar dari raut wajah tidak suka yang ditunjukkan oleh Tuan Kino kepada Tamarin yang mendapat perlakuan manis dari Nyonya Mint.
Tuan Kino lantas menggeser kursi makan dan menyatukan genggaman sepuluh jemari yang dia letakkan di atas meja.
" Pagi Bu ... " Punggung tangan milik Nyonya Mint yang diraih oleh Fox putranya dan diciumnya. " Pagi sayang ... Cup." Fox yang lanjut mengecup kening istri yang baru dinikahinya belum ada dua puluh empat jam itu.
" Apa kamu mau ke kantor Fox? kan baru saja resmi menikah, bukannya honey moon." ledek Nyonya Mint kepada putranya yang seperti enggan meninggalkan pekerjaannya.
" Maunya sih begitu Bu, tapi ... "
" Ehem." Dehem pertama yang keluar dari mulut Tuan Kino sembari memegang garpu di atas piring yang belum terisi nasi ataupun roti tawar sebagai sarapan paginya. Lirikan mata kecoklatan milik Tuan Kino itu tertuju kepada semua anggota keluarga yang masih berdiri di samping kursi makan dan belum mendudukinya. " Sampai kapan aku harus menunggu kalian untuk sarapan?" nada pelan namun tajam syarat akan sindiran itu membuyarkan jawaban Fox kepada ibunya.
Jawaban mengapa dia tidak bulan madu adalah karena ayahnya pasti akan mengobrak abrik jadwal bulan madunya dengan Tamarin dan membuat bulan madu berantakan dan berakhir dengan kekesalan karena ayahnya pasti akan melancarkan sejuta cara untuk bagaimana dia tetap bekerja seperti hari ini yang nanti tepat sampai di kantor, dia sudah ada agenda meeting dengan perusahaan Singapura. Siapa lagi yang mengaturnya? kalau bukan ayahnya.
" Oh," Nyonya Mint tersenyum tiga senti. " Maaf ayah kita hampir lupa." Nyonya Mint lalu mengambil tempat untuk duduk dengan diikuti oleh Fox dan Tamarin yang duduk di samping suaminya.
Sikap Tamarin yang begitu manis mengambilkan nasi goreng buatannya dengan dibantu oleh bibi saat memasaknya membuat Nyonya Mint tersenyum bungkam tanpa menunjukkan deretan gigi putih yang berjajar rapi di mulutnya.
Begitu juga dengan Nyonya Mint yang menawarkan nasi goreng atau makanan lain atau juga roti tawar oles selai kacang kesukaan Tuan Kino suaminya yang akhirnya Tuan Kino meminta nasi goreng karena tampilannya sangat menarik karena sangat cocok dengan omelette yang tersaji di atas meja.
Suasana untuk sepuluh menit itu hening karena masing-masing diantara mereka sibuk untuk mengambil menu sarapan pagi. Hanya beberapa kali alat makan yang saling bersentuhan antar alat makan lainnya, sehingga menimbulkan bunyi pengganti selingan dari suara masing-masing orang yang terdiam menikmati makan.
Fox yang sudah beberapa sendok dan hampir menghabiskan nasi goreng yang menurutnya tidak asing di lidahnya. Sering waktu di kampus ketika mereka masih berpacaran, Tamarin selalu membuatkannya bekal makanan termasuk nasi goreng yang sedang dia nikmati pagi ini. Bedanya, nasi goreng pagi ini lebih banyak isi di dalamnya namun rasanya tetap juara di lidahnya.
" Hem, nasi gorengnya enak. Omelette nya juga. Semuanya enak." Dengan cepat Fox meletakkan alat makan di atas piring tanpa sedikitpun tersisa makanan yang tadi diambilkan oleh Tamarin. Dia kemudian menyambar satu gelas air putih yang tersaji di hadapannya dan meminumnya.
" Iya, tumben bibi buat nasi goreng spesial seperti ini dan juga omelette yang ngalah-ngalahin makanan hotel bintang lima." ujar Nyonya Mint yang selesai juga menikmati makan pagi nya. " Iya kan yah?" tanya Nyonya Mint yang menoleh ke arah suaminya yang masih menikmati nasi goreng berikut dengan omelette nya.
" Hem." Anggukan kepala berulang yang coba dijelaskan oleh Tuan Kino.
Sementara Nyonya Mint bisa membaca dan menerjemahkan jika Tuan Kino sangat menyukai nasi goreng dan omelette sebagai sarapan pagi ini.
" Ini pasti bukan bibi yang masak. Kamu kan sayang?" Fox yang menoleh ke arah kepala yang sedang tertunduk dan terlihat jelas belahan rambut kecoklatan milik Tamarin.
" Bukan, bibi yang masak. Aku hanya bantu saja. Mana mungkin aku bisa masak seenak ini." kilahnya Tamarin yang menatap suaminya dengan penuh keyakinan.
Sayang, kenapa kamu bilang sih kalau aku yang masak. Kalau ayah kamu tahu aku yang masak. Aku yakin dia pasti akan memuntahkannya di muka ku. gumam Tamarin dalam hati dengan gemas ingin membungkam mulut suaminya dengan sepuluh jemarinya.
" Oya ... Bi ... " Panggil Fox kepada salah seorang kepala asisten rumah tangga yang menangani dunia masak memasak.
" Iya Den." jawab bibi sambil berlari menuju meja makan.
Tamarin seketika panik. Tidak percaya jika Fox akan mempermasalahkan hal sepele pagi ini. Hanya perkara nasi goreng dan omelette saja, dia harus panggil bibi untuk meyakinkan nya siapa yang membuatnya.
" Siapa yang buat nasi goreng sama omelette nya?"
" Em-" bibi yang matanya lirak-lirik ke arah nona Tamarin yang sedang duduk di samping den Fox.
" Jawab."
Tamarin yang menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kepada bibi untuk tidak berkata jujur. Karena jika dia jujur hancurlah Mina. Tuan Kino pasti akan memuntahkannya dan enggan lagi sarapan satu meja dengan menantu melarat ini.
Please bibi! come on! huft. you can lie. harapan dalam hati seorang Tamarin.
" Sudah-sudah. Fox, ini hanya perkara nasi goreng dan omelette, tolong kamu jangan memperbesar masalah. Siapa yang memasaknya tidak penting. Yang terpenting, kita semuanya kenyang, masakan nya enak dan sekarang kita berangkat ke kantor." sahut Nyonya Mint yang berusaha mengubah situasi sedikit tegang berubah kendur.
Hah ... lega Tamarin ternyata Nyonya Mint lebih paham akan situasinya dibanding Fox suaminya.
BERSAMBUNG
" Tidak ... tidak itu penting. Karena memang nasi goreng sama omelette ini terlihat asing di lidah saya. Dan saya baru mencobanya hari ini." Tuan Kino yang memainkan bibir dan mulutnya yang masih memegang alat makan dan mengunyah sisa makanan yang masih tersisa di dalam mulut. " Siapa yang buat bi?" tanya Tuan Kino yang ingin menghabiskan nasi goreng yang tinggal satu sendok makan tersisa di piringnya.
Bersamaan dengan Tamarin yang seketika retina matanya mau lepas diikuti sesak nafas tiba-tiba.
" Nona Tamarin Tuan." bibi yang kemudian menundukkan kepala dengan sepuluh jemari saling menggenggam ketakutan, karena takut dimarahin jika nona Tamarin ikut andil mengerjakan tugas rumah yang menjadi bagian pekerjaannya.
Seketika wajah Tuan Kino berubah. Satu sendok nasi goreng yang tersisa di atas piring yang akan dia masukkan ke dalam mulut, dia urungkan.
Uog
Uog
Tuan Kino tiba-tiba berusaha memuntahkan nasi goreng dan omelette yang sudah masuk ke dalam perutnya hingga mencekik-cekik lehernya sendiri supaya makanan yang dimasak oleh wanita melarat itu keluar dari perutnya.
" Ayah ... " Fox yang melongo melihat reaksi ayahnya.
Begitu juga dengan Nyonya Mint yang seketika menoleh dan bangkit berlari kecil mengekori Tuan Kino yang berlari lebih dulu ke wastafel dapur rumahnya.
Sementara Tamarin yang sudah lemas. Mengeluarkan ******* nafas diikuti dengan pejaman kedua kelopak mata dan menutupnya dengan kedua telapak tangannya.
Seakan pasrah dengan apa yang akan dikatakan oleh ayah mertuanya lagi terhadapnya.
Selain kata melarat, umpatan apa lagi yang tersemat?
Tuan Kino masih membungkukkan punggung berusaha memuntahkan tanpa sisa sarapan paginya di depan wastafel yang tidak jauh dari meja makan rumahnya.
" Ayah ... ayah tidak papa?" tanya Nyonya Mint sedikit panik yang berusaha akan memijit tengkuk leher suaminya namun dia urungkan karena takut jika suaminya malah akan melempar kelima jarinya ke udara.
" Hah ... " setelah lega Tuan Kino mulai berdiri tegak dan kembali mencuci mulutnya.
" Buang semua makanan yang ada di atas meja makan!
Jangan ada yang menyentuhnya! apalagi memakannya!"
Teriak Tuan Kino marah hebat suaranya menggelegar hingga ke semua sudut rumah.
Seluruh asisten rumah tangga berdiri kaku untuk lima detik. Berusaha menerjemahkan setiap kata hingga kalimat yang sudah di ucapkan oleh Tuan Kino. Bos besar dalam rumah yang perintahnya pantang untuk dilawan oleh siapapun.
" Tunggu apalagi!"
" Cepat!"
Teriakan demi teriakan serasa memecahkan selaput telinga. Terlebih Fox selaku suami dari Tamarin yang merasa terhina oleh sikap ayahnya yang sangat keterlaluan menurut nya.
Seluruh asisten berusaha lari di meja makan dan membereskan semua hidangan yang tersaji di meja makan dan memasukkan ke dalam kantong besar berwarna hitam sebagai wadah tempat sampah.
Fox yang berdiri geram dengan mengepalkan seluruh jari-jari pada genggamannya ketika melihat semua asisten sedang membuang makanan pagi yang dibuat oleh istrinya.
Sementara Tamarin berusaha menelan ludah dengan sangat sulit. Sedikit merinding dengan keangkuhan ayah mertuanya yang bahkan sampai membuang semua makanan pagi ini.
Gila
Ini sih gila
Aku tidak pernah membayangkan memiliki ayah mertua sekejam ini. Tadinya ... aku pikir ... dia akan memuntahkan yang dimakannya saja. Tapi ini ...
Seluruh kakinya melemas seketika. Pasokan udara dalam paru-parunya menghabis untuk sementara. Irama jantungnya juga tidak kalah karuan terdengar jelas hingga ke udara.
" Ayah." Nyonya Mint yang berusaha meredam amarah suaminya.
" Ssst." Bersamaan kelima jemari tangan kiri Tuan Kino yang dia lambungkan ke udara. " Pergilah kamu bekerja Bu! aku tidak butuh nasihatmu! jika itu berkaitan dengan menantu dari anak kesayanganmu." Wajah tidak suka ketika harus menyebut nama Tamarin itu semakin terlihat nyata.
" Tapi yah ... " ulang Nyonya Mint untuk meredam kembali amarah membuncah dari Tuan Kino.
" Cukup!"
Nyonya Mint yang tidak tahu musti berbuat apa terhadap suaminya. Namun dia masih tetap berdiri tidak jauh sekitar satu meter di belakang suaminya dan enggan meninggalkan rumah untuk segera berangkat ke kantor karena masalah antara menantu versus ayah mertua ini belum kelar.
Sementara itu. Tuan Kino terus memberikan ultimatumnya dari kejauhan tempat berdiri di dapur bersama istrinya dan Fox yang berdiri di meja makan dan tidak meninggalkan kursinya berikut istrinya yang berdiri di sampingnya.
" Jangan biarkan wanita itu membuat sarapan pagi untukku! jika ingin membuatkan untuk suaminya, terserah! tapi jangan untukku!" ultimatum bertubi-tubi yang keluar dari mulut seorang Tuan Kino. " Apa kalian dengar?" nada bentak di ujung tanya dari Tuan Kino.
Para asisten yang berbaris di depannya hanya mengangguk dan menunduk atas perintah dari Tuan besarnya.
Fox yang tidak sabar menunggu ayahnya kembali ke meja makan, namun karena ayahnya tidak kunjung kembali akhirnya dia memutuskan memutar tubuhnya dan melangkah kan kaki menuju dimana posisi ayahnya berdiri.
Namun sialnya, baru tiga langkah dia maju, kelima jemari lentik milik Tamarin meraih pergelangan tangan nya. Menahan nya untuk tidak melanjutkan peperangan pagi ini, karena baginya tidak apa-apa jika harus menelan umpatan sebagai menantu melarat dari mulut ayah mertuanya. Karena memang itu benar adanya demikian. Jadi Tamarin berusaha kebal dada dan telinga untuk menghadapi ayah mertuanya. Bahkan dia akan sangat berjanji jika suatu hari dia bisa menaklukkan hati sekeras baja ayah mertuanya dengan ketulusan dan kebaikan nya sebagai menantu di rumah itu.
" Sayang, aku tidak papa. Kamu sebaiknya berangkat!" senyuman lebih lebar yakni lima senti itu dia tunjukkan kepada suaminya yang menatap kasihan padanya. Dengan meraih punggung tangan suaminya dan mengelus punggung suaminya dengan pelan berulang supaya dada suaminya padam dari kobaran panas api pagi ini.
" Aku berangkat ya." Kecupan bibir yang Fox sentuhkan ke puncak kepala milik istrinya.
Fox lantas melangkahkan kaki untuk menuju garasi dimana mobilnya terparkir disana.
Sementara ibunya juga sama ketika melihat Fox sedang berjalan meninggalkan situasi genting ini ketimbang menghadapinya hingga menguras emosi. Karena pada dasarnya, sebaik apa itu seseorang, jika Tuan Kino sudah tidak menyukainya dari awal. Dia pasti akan mempermasalahkannya meskipun itu hal yang paling kecil dilakukan oleh menantunya.
" Fox ... tunggu ibu!" Nyonya Mint yang langsung berlari ke arah putra kesayangannya.
Sementara tinggal Tamarin dan juga Tuan Kino yang berada di dalam rumah. Tamarin yang akan naik tangga menuju lantai dua kamarnya dengan Fox.
" Tunggu!" suara Tuan Kino yang memanggil Tamarin hingga langkahnya berhenti.
Tuan Kino yang sudah berdiri dihadapannya dan akan naik menuju lantai dua pula menuju kamar pribadinya dengan Nyonya Mint yang letaknya bersebelahan dengan kamar Fox dan Tamarin.
" Tunggu saya selesai naik ke atas dan masuk ke dalam kamar. Baru kamu naik tangga ini." tegasnya kepada Tamarin dengan sangat kasar seperti mertua yang najis dan jijik terhadap menantunya.
" Iya." jawab pasrah Tamarin tidak punya daya. Siapa dia? dia hanya wanita sebatang kara. Hanya rumah bekas milik orang tua yang dijual harganya tidak seberapa. Lalu bisa apa dia? kecuali patuh dan tunduk pada setiap perkataan Tuan Kino yang menyiksa batinnya.
Tuan Kino kemudian naik ke atas lantai dua. Menapaki anak tangga satu persatu di hadapannya hingga memandunya menuju ke ke kamarnya.
Setelah punggung itu lenyap di balik pintu kamarnya, barulah Tamarin menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tamarin berjalan dengan mengumpulkan sekuat tenaga yang dimilikinya, setelah hatinya dibuat remuk tak bersisa oleh ayah mertuanya. Penghinaan demi penghinaan yang dilontarkan oleh mulut mertua nya sungguhlah membakar telinga.
Dia mencoba menyembunyikan tangisnya dari balik wajah kuatnya di depan suami yang dicintainya. Berkata meronta aku tidak sakit hati ... aku tidak sakit hati. Namun pada kenyataannya semua itu sangat sulit dia tepis.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!