NovelToon NovelToon

My Love King Of Darkness

Part 1. Awal mula (Silvana Efarton)

Silvana Efarton gadis cantik namun nasibnya berbanding terbalik dengan wajahnya, gadis berumur 19 tahun itu hidup bersama ibu dan adik tirinya yang selalu menyiksa dirinya. Bahkan kini wajah cantiknya pun harus di tutupi oleh tampilannya yang kuno.

Seorang gadis dengan tampilan yang sangat kuno dan kacamata yang menghiasi wajahnya berjalan dengan tergesa-gesa. Ditangannya terdapat tas yang terlihat sangat berat untuk ukuran tubuhnya yang cukup mungil. Sesekali dia membenarkan letak kacamatanya dan mengeluh merasakan beratnya barang-barang yang ia bawa. Baru saja ingin berhenti sejenak namun dengan cepat ia tepis saat suara keras yang sangat nyaring itu meneriakkan namanya hingga ia mau tidak mau berjalan kembali.

Silvana berusaha berjalan agak cepat mengikuti langkah Carrie, sembari membayangkan nasibnya

Carrie diam dan membalikkan tubuhnya.

“Silvana! Cepat kau kemari.” Teriak Carrie yang tak lain adik tiri Silvana berteriak marah.

“Lelet sekali kau aku bisa telat jika kau berjalan seperti itu!”sahut Carrie seraya mendorong tubuh Silvana yang kini sudah berada sejajar dengan dirinya.

“Kau punya kakak tiri sungguh idiot apa kau tidak malu Carr? Dasar lamban dan idiot!” hina Livia wanita tercantik di sekolah mereka yang sangat popular.

“Hahaha … benar sekali yang dikatakan Livia. “ Vanessa anak terkaya di sekolah meraka ikut mengkritik Silvana.

“Sudahlah, hentikan itu semua. Mari kita semua masuk ke kelas sebentar lagi pak albert akan datang apa kalian semua ingin dihukum?” Cathrine melerai dan masuk ke dalam bus di ikuti Carrie,Livia dan Vanessa.

Silvana menatap punggung ketiga orang yang ada di depannya. Memandang dengan perasaan iri yang mulai merayap ke dalam hatinya. Mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan pakaian yang mereka yang di pakai pun sangat cantik dan sangat cocok di tubuh mereka. Sangat berbeda jauh dengan dirinya. Yang hanya memakai dress yang sudah ketinggalan zaman pemberian dari mantan bibi pengasuhnya dulu. Di tambah dengan tampilannya yang harus menggunakan kacamata dan rambut yang harus selalu dikuncir kepang suruhan ibu tirinya. Ya Silvana menggunakan Kacamata bukan karena ada kelainan pada matanya tetapi karena suruhan ibu tirinya. Kini Silvana duduk tepat dibelakang ketiga orang itu, mereka sangat cantik dan populer. Selain itu mereka bertiga juga bersahabat dan suka menyiksa Silvana.

Silvana menghembuskan napas kasar. Terkadang ingin rasanya dia melawan semua perintah yang mereka berikan. Namun nyainya tak cukup kuat mengingat apa yang akan terjadi pada hidupnya jika Silvana sampai melakukan itu.

“Tidak, aku tidak boleh menyerah. Jika aku menyerah, aku tak akan punya masa depan.” Silvana berbicara pada dirinya sendiri menguatkan.

Kini di kelas sudah ada pak Albert dosen sejarah yang mengajar dikelas mereka sembari mengabsen.

“Baiklah. Siang nanti jam 11 kalian semua harus sudah berkumpul,bapak tidak ingin ada yang terlambat datang. Kalian paham?” Pak Albert mengingatkan mahasiwanya.

Lagi Silvana menjadi budak bagi mereka untuk membawakan tas dan barang-barang yang mereka bertiga bawa.

“Huft…lelah sekali rasanya aku.” Silvana mengeluh merasakan tubuhnya pada sakit karena barang yang ia bawa. Dijinjingnya semua barang yang ada ditubuhnya dan berjalan menuju bus yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Silvana duduk di bangku belakang bersama seorang wanita cantik disebelahnya, Luci gadis itu tersenyum ramah kepadanya karena hanya dialah satu-satunya teman Silvana.

“Maafkan aku tidak bisa membantumu.”Luci memberikan sebotol minuman dingin ke Silvana.

“Tak apa, kau lupa aku ini kuat!” Silvana mengambil dan menenggak minuman itu hingga habis.

“Ya.ya.ya… kau kuat sampai bisa menghabiskan langsung minuman itu.” kelakar Luci dan di balas cengiran Silvana.

Semua murid yang lainnya menatap tak suka pada Silvana saat melihat Silvana dan Luci bercanda. Ya, mereka semua menjauhi Silvana dan Luci karena menganggap mereka pembawa sial. Mengingat tentang kejadian di masa

lalu, itu adalah kejadian terpahit dalam hidup Silvana dan Luci. Dimana Silvana kehilangan ayahnya yang meninggal dalam kecelakaan saat setelah mengantarkan Silvana pergi ke makam ibunya yang sudah lama meninggal sejak melahirkan Silvana sedangkan Luci sendiri Dia kehilangan kedua orang tuanya dan menjadi yatim piatu. Hampir sama nasib antara Silvana dan Luci hanya saja Luci tinggal dengan paman dan bibinya yang menyayanginya seperti anaknya sendiri berbeda dengan Silvana yang tinggal dengan ibu tiri dan adik tirinya tetapi selalu mendapat siksaan. Padahal tinggal sendiri di atap rumah yang dulu menjadi rumahnya.

Kini, rumah tersebut menjadi asing baginya. Bukan karena suatu hal yang dia inginkan, melainkan karena ibu tiri dan adik tirinya menguasai rumah dna seluruh aset harta warisan peninggalan ayahnya. Mereka mengatakan itu semua untuk menutup semua hutang ayahnya dan biaya hidup Silvana. Meski Silvana tau bahwa orang tuanya tak pernah terlibat dalam urusan hutang.

Tak hanya itu, untuk biaya tambahan sekolahnya saja Sivana harus bekerja. Silvana hanya mendapatkan separuh dari beasiswa yang ia terima. Selebihnya sudah berada ditangan ibu tirinya. Jika Silvana melawan mereka,bisa dipastikan Silvana akan hidup menjadi gembel karena diusir oeh ibu dan adik tirinya. Dan Silvana tau akan hal itu dan memilih diam dan menuruti perkataan mereka. Itu semua untuk masa depannya.

Kini mereka tiba di salah satu tempat bersejarah yaitu castle duxea, castle tua yang sangat terkenal di kota ini.

“Silvana, kau tuli hah?! Aku dari tadi memanggilmu sampai sakit tenggorokanku.” Carrie menarik rambut Silvana.

“Maaf Carrie, aku tidak dengar.” Silvana memang tidak mendengar suara Carrie memanggilnya karena ia sedang memandang kagum dengan bangunan yang ada di depannya ini.

“Cepat kau ambilkan aku minum di mobil aku haus!” perintah Carrie meninggalkan Silvana masuk ke dalam castle bersama yang lainnya.

Silvana kembali menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari sana. Begitu apa yang di minta Carrie dapat, ia  bergegas masuk ke dalam. Namun, saat begitu sampai di halaman dia mendengar suara seperti rintihan dari samping castle.

Silvana mengikuti asal suara tersebut hingga ia kini berada di dalam hutan rindang yang tampak terawat dan ada beberapa patung manusia dengan sayap. Mungkin seperti dewa pikir Silvana. Dia sudah terlalu jauh dan terlalu lama pergi dan hendak kembali ke dalam castle namun urung karena saat ia berbalik suara rintihan itu semakin terdengar jelas.

“Suara siapa itu? Kenapa berasal dari dalam hutan itu.” Silvana ragu ingin tetap menuju asal suara itu atau pergi menjauh.

Setelah cukup lama terdiam, Silvana memutuskan masuk ke dalam hutan itu. Semakin masuk ke dalam, hutan tersebut semakin gelap karena matahari tak mampu menerobos, tertutup pohon yang sangat lebat. Silvana terus menyusuri hutan, hingga kini dirinya berada di salah satu pohon yang yang cukup besar dan disisi kirinya terdapat patung mengerikan dengan satu buah anak panah yang menancap tepat di dada patung tersebut. Ya patung itu menyerupai manusia hanya saja mata dari patung itu terlihat nyata.

“Kemana perginya suara itu?” Silvana sadar suara yang di ikutinya itu sudah tidak ada lagi. Silvana berbalik hendak pergi namun terhenti karena kakinya terlilit rantai.

“Kenapa ada rantai disini.” Silvana melepaskan rantai yang melilit kakinya dan menariknya hendak di buang namun tidak bisa karena rantai itu ternyata melilit patung yang ada di dekatnya. Silvana tidak sadar bahwa patung itu terlilit

rantai karena dirinya sudah takut, Silvana

mendekati patung tersebut dan melepaskan rantai yang melilit patung itu,akhirnya rantai yang melilit patung

itu sudah lepas.

“Ah … kalau begini ternyata tak terlalu menyeramkan.” Gumam Silvana menarik anak panah yang tertancap di patung itu dan menyiramkan air untuk membersihkan lumut yang ada di sekitar patung itu hingga patung itu terlihat lebih bersih.

“Astaga… aku lupa minum ini milik Carrie.” Silvana menggerutu setelah ingat minuman yang di bawanya habis untuk membersihkan patung tersebut. Silvana bangun dari duduknya dan ingin berlari meninggalkan hutan itu karena sudah dapat dipastikan dirinya akan mendapati amukan dari Carrie karena terlalu lama meninggalkannya. Baru saja bangun dan melangkah lagi… Silvana tersandung hingga lengan Silvana tergores dan ada darah yang menempel pada patung tersebut.

“Kenapa aku mudah sekali tersandung sih, padahal aku sudah pakai mata 4 tapi tetap saja aku tidak bisa melihat dan menghindari ini semua.” Gerutu Silvana di selingi tawa ringan di bibirnya.

Kini Silvana sudah berada di dalam castle bergabung dengan yang lainnya sebelumnya Silvana kembali ke dalam bus mengambil minuman untuk Carrie. Dan seperti yang dia duga akan mendapat amukan dari Carrie.

Part 2 Gerald Duton Pattius

Di dalam hutan gelap yang tidak dapat di  tembus cahaya matahari sebuah patung yang baru saja terbebas dari lilitan serta busur panah yang sebelumnya tertancap di tubuhnya kini sudah terbebas dan mulai berubah menjadi makhluk seperti manusia namun berbeda dengan manusia biasa.

“Akhirnya aku bebas,” ucap suara itu dia pun merentangkan tangannya dan mengucapkan sebuah kata.

“Vlon Anmuarka.” Kata yang baru saja terucap itu mengundang hembusan angin yang dahsyat dan di iringi petir yang begitu menakutkan. Srigala dan beberapa burung datang mendekat pada makhluk itu.

“Swuardiadum invades.” 2 kata yang terucap itu merupakan sebuah mantra yang mengubah serigala dan burung itu menjadi kebentuk semula seperti pria yang baru saja mengucapkan mantra itu.

“Yang Mulia Gerald, akhirnya kau terbebas dari kutukan itu.” Srigala yang tadi berubah menjadi seorang pria berjubah hitam, Dan burung-burung itu berubah menjadi para pengawal lainnya.Ya patung sebelumnya adalah Gerald Duton Pattius sang penguasa Kerajaan Vinhart.

“ Aku bisa terbebas karena seorang gadis yang mencabut panah dari tubuhku dan setetes darah suci yang di berikan padaku dan aku berterima kasih kepada kalian karena sudah menjagaku selama aku menjadi patung.” Gerald berjalan menghampiri para pengawal.

“Bagaimana dengan keadaan disana Luis?” Gerald menepuk pundak Luis yang sebelumnya seekor srigala.

“Kaum Valk sudah menguasai hampir seluruh kerajaan yang ada disana,Tuan.” Luis selama ini selalu memantau dari kejauhan kerajaan mereka.

“ Dimana Valir? Mengapa dia tidak ada disini.” Gerald mencari salah satu pengawal yang merupakan kakaknya.

“ Tuan Valir akan segera datang tuan.” Luis tau apa yang akan dilakukan pertama kalinya oleh Valir salah satu tuannya itu.

“Rupanya kebiasaannya itu tidak pernah berubah.” Gerald menghina Valir

Tidak berapa lama orang yang ditunggu pun datang dengan santainya langsung duduk disalah satu batang pohon yang ada disana.

“ Lama sekali kau.” Gerald melompat ke salah satu pohon dan ikut duduk di bang pohon 1 tingkat lebih tinggi dari yang di tempati Valir. Sedangkan para pengawal yang lain diam menyimak dibawah.

“ Aku hanya ingin memastikan bahwa semua baik-baik saja.” Valir berucap sembari memandang langit yang tidak terlalu terlihat.

“Kau pikir mereka mau mengurusi hal semacam itu. Bodoh sekali kau ini.” Ejek Gerald

“Bagaimana dengan gadis yang menolongmu itu, Apa akan kau biarkan begitu saja?” Valir tau bahwa yang bisa melepaskan kutukan Gerald adalah darah dari gadis suci.

“Dia akan menjadi ratu di Kerajaan kita.” Gerald memang tidak akan melepaskan gadis yang telah menolongnya itu.

“Kau memang lemah terhadap perempuan ya.” Giliran Valir yang balik mengejek Gerald

“Tenang saja, akan ku pastikan kali ini Ratu kalian tidak akan menghianati kita dan seorang Ratu yang baik bagi kalian.” Bukan tanpa sebab Gerald mengatakan itu karena saat Panah yang dicabut Silvana masa lalu Silvana masuk ke dalam ingatan Gerald.

“Baiklah. Aku akan pergi kalian persiapkan semuanya kita tunggu waktu yang pas untuk menyerang kaum valk.” Gerald pergi meninggalkan para pengawalnya.

*

Sore ini Silvana bergegas berangkat ke tempatnya bekerja karena sudah waktunya ia mencari uang untuk kebutuhannya. Dirinya segera mengambil tas dan keluar dari kamar.

Baru saja sampai di ruang tamu Carrie dan Ibunya Lyna memanggilnya hingga mau tidak mau ia pun berhenti.

“Ada apa Ma,carrie?” Silvana ingin rasanya berteriak namun ditahannya.

“Jangan lupa Gaji mu berikan padaku aku tidak mau kau pulang dengan Gaji yang kurang. Paham !” Lyna memilin rambut kepang Silvana dan dianggukin oleh Silvana.

*

Silvana meletakkan tas nya di loker dan mengambil seragam kerjanya tas sengaja sebuah kalung dengan bandul berbentuk 2 kepala burung.

“Kalung siapa ini, kenapa ada di tas ku?” Silvana memungut Kalung yang jatuh di kakinya. Kalung yang sangat cantik namun Silvana tak berani memakainya karena itu bukan kalung miliknya. Dia kembali memasukan kalung itu ke dalam tasnya berharap orang yang punya kalung itu akan datang mencari.

Sementara di sisi lain Gerald sang Raja Muda kerajaan Vinhart itu tersenyum menatap gadis dari sisi yang cukup jauh.

“Ternyata disini gadis itu berada.” Gerald bergumam sendiri, karena dirinya sudah mencari keberadaan gadis itu namun tidak menemukannya padahal dirinya sudah memberikan kalung itu sebagai petunjuk dimana gadis itu berada namun sayang gadis itu tidak menyentuhnya dan baru ini kalung itu disentuh oleh gadisnya.

Sudah waktunya bagi Silvana pulang ia berjalan menyusuri kota ditengah malam walau ada sisi takut saat berjalan sendiri tapi kebutuhannya mengalahkan rasa takutnya.

“Semangat Sil. Aku sudah tinggal sedikit lagi perjuanganmu.” Silvana menyemangati dirinya.

“Aku harus cepat.” Silvana berjalan lebih cepat saat merasakan seperti ada yang mengikutinya.

Sialnya justru kawasan yang ia lalui kini justru makin sepi, baru ingin berlari tangannya sudah di tarik oleh seseorang.

“Mau kemana kau gadis cupu,” Ucap orang tersebut.

“Dion… ku mohon lepaskan aku.” Silvana berusaha melepaskan genggaman tangan Dion orang yang ada di depannya.

“Diam kau… berikan aku Uang.” Dion justru menarik Silvana hingga jatuh.

“Aku tidak punya uang. Ku mohon pergi lah.” Silvana menekuk kedua lututnya tampak sekali lelaki di depannya ini sangat ia takuti.

“Aku tau kau baru saja mendapatkan gaji. Berikan padaku sekarang!” bentak Dion sedangkan Silvana sudah menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang di tekuk.

“Baiklah mungkin kau ingin ku beri pelajaran.” Dion mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam saku celananya.

“Mari kita lihat berapa lama kau mampu bertahan” .Silvana semakin takut Dion akan menyakitinya lagi ia pun menyerahkan tasnya.

“Uangnya ada di dalam tas itu.” Ucap Silvana gemetar karena jujur dirinya sangat takut. Dion pun menyambar tas yang diberikan Silvana dan mengeluarkan seluruh isi tasnya. Tidak sengaja kalung yang ada di dalam tas Silvana itu jatuh tepat dibawah kaki Dion. Ia pun memungutnya, kalung ini lumayan juga jika ku berikan pada Carrie dia pasti suka. Namun kalung itu berhasil di rebut oleh Silvana.

“Kau boleh mengambil uang itu, tapi tidak dengan kalung ini. Ini bukan milikku dan pasti orangnya akan mencari kalung ini kembali.” Silvana mengatakan dengan sangat pelan,

“Bukan urusanku, aku ingin kalung itu. Sekarang kalung itu milikku.” Dion menggenggam tangan Silvana ingin menarik kalung yang ada ditangan kanan Silvana itu namun tidak mudah karena Silvana masih memegangnya dengan erat.

“Berikan padaku gadis sial!” umpat Dion masih menarik kalung tersebut dengan pelan, tidak ingin asal menarik karena takut kalung itu putus tak bisa jadi hadiah yang ingin diberikan ke Carrie.

“Baiklah. Kau ingin aku memotong tanganmu itu ya.” Dion mengambil kembali pisau yang sudah di simpannya di saku celananya.

“Ku mohon.. tolong aku siapa pun tolong aku…” Silvana berucap dalam hati sudah takut dirinya akan kehilangan tangannya.

Baru saja pisau yang di pegang Dion hampir menyentuh kulit Silvana namun tiba-tiba pisau itu terpental membuat kedua orang itu bingung. Mendadak langin mengeluarkan kilatan petir di sambut gemuruh angin di dekat mereka. Dion melepaskan pegangan tangannya pada Silvana hendak mengambil Pisau yang terpental itu. Begitu ia ingin kembali berjalan mendekat ke arah Silvana tiba-tiba dirinya terpental cukup jauh.

Silvana yang melihat itu hanya bisa terdiam begitu terkejut dirinya bingung apa yang sebenarnya terjadi. Gemuruh angin itu mendadak menghilang dan muncul seorang pria Tampan di balut dengan jubah hitam di tubuhnya. Bukan itu masalahnya pikir Silvana. Gadis itu memunguti barang-barang dan memasukkannya kembali ke dalam tas.

“Apa kau baik-baik saja, Queen?” Tanya Pria itu sudah berada tepat di samping Silvana membuat gadis itu terkejut karena ia melihat sendiri pria itu berada cukup jauh dan tak ada suara jejak kaki mendekat ke arahnya.

“Tenanglah.aku tidak akan menyakitimu, Queen” Gerald tau Silvana merasa takut pada dirinya.

“Siapa kau?” tanya Silvana mencoba menjauh dari Gerald

“Aku Gerald dan aku pasanganmu, Queen,” ucap Gerald menarik tangan Silvana agar lebih mendekat padanya.

“Lepaskan aku, kau gila hah.” Silvana memberontak dipikirannya saat ini ia harus kabur dari pria gila ini.

“Baiklah.” bukannya melepaskan Gerald justru merangkulnya dan perlahan kaki mereka sudah tidak menapak ditanah. Ya Gerald mengajak terbang Silvana.

“kau … ba-gaimana bi-sa …” belum selesai Silvana berucap Gerald sudah memotong terlebih dahulu. “Aku bisa melakukan apa saja, 1 hal yang tidak aku bisa yaitu membunuhmu.”

Mendengar kata “membunuh” nyali Silvana menciut tak lagi berani memberontak dan diam sambil berpegangan pada jubah yang dipakai pria itu.

“Apa aku membuatmu takut? jangan takut, sudah ku katakan aku tidak akan menyakitimu apalagi membunuhmu.” Gerald berucap dengan suara lembut hingga membuat Silvana mendongakkan wajahnya. Silvana wajah yang ada di depannya itu. Hal yang pertama yang di rasakan Silvana adalah silau.

Bagaimana tidak? Lelaki asing di depannya itu sangat tampan.bahkan dia sangat-sangat tampan. Mata indah, hidung macung, bibir tipis yang sangat seksi, alis mata yang tertata rapi, dan sorot mata yang tajam tapi sangat meneduhkan bila dipandang.

Silvana mengerjapkan mata tak percaya namun sedetik kemudian dia mengalihkan pandangannya karena malu kedapatan mengagumi wajah tampan pria itu. Dan sialnya lagi pria itu justru tersenyum sangat manis.

“Apa aku sangat tampan?” suara lembut dan merdu itu menerawang indah masuk ke dalam pendengaran Silvana. Namun Silvana tetap bergeming namun jantungnya tetap berdebar-debar.

“Apa yang kau inginkan dariku tuan?” Silvana berusaha tak gentar

“Aku hanya mau dirimu..”

“Ak-akku? Ke-kenapa tuan ingin saya, tolong saya tidak punya apa-apa tuan, bahkan hasil gaji saya pun sudah di rebut pria tadi.” Silvana menunjuk dirinya dan berpikir bahkan ia memikirkan bagaimana nasibnya nanti dirumah karena tak membawa uang.

“Kau punya segalanya karena aku hanya membutuhkanmu. Dan apa yang kau maksud amplop ini.” Gerald mengulurkan sebuah amplop putih di tangan kirinya.

Silvana langsung menyambut amplop itu dengan mata berbinar. Kini ia sudah tidak perlu lagi khawatir pulang untuk bertemu ibu dan adik tirinya itu.

“Apa isi amplop itu lebih penting dariku?” pertanyaan konyol yang dilontarkan Gerald membuat Silvana tertawa ringan.

“Tentu,Tuan. Tanpa uang aku bisa mati.” jawab Silvana di sela tawanya.

“Siapa yang berani membunuhmu, akan aku lenyapkan dia!” seru Gerald mendengar pernyataan Silvana. Sedangkan Silvana mendadak kaku dan merinding mendengarkan suara lembut namun terdengar tajam itu.

“Bu-kan begitu maksudku tuan, tanpa uang aku tidak bisa membeli makan ataupun sesuatu yang aku inginkan.” Jelas Silvana dan teringat maksud dari ucapan Gerald

“Apa maksud tuan membutuhkanku?” Silvana mulai berani bertanya .

“Aku berterima kasih padamu Karena kau sudah membuka segelku.”

Silvana yang mendengarkan itu mengerutkan kedua alisnya karena tak mengerti apa maksud dari pembicaraan Gerald.

“Kau membebaskanku dari kutukan itu, rantai dan anak panah .” Gerald melanjutkan perkataannya.

Silvana teringat 2 hari yang lalu ia melepaskan rantai dan busur panah yang ada pada patung manusia tapi itu kan hanya patung pikirnya.

“Maksudnya,Tuan adalah patung itu?” Silvana kini mulai merasa takut

“Benar aku adalah patung itu, sudah ku katakan aku adalah raja dari kerjaan vinhart.” Jelas Gerald.

“mana aku tau kerajaan itu, aku saja baru dengar!” gerutu Silvana pelan namun masih bisa di dengar oleh Gerald.

“Aku adalah raja diatas seluruh klan vampire, serigala dan penyihir.” Suara lembut itu menerawang ke dalam pendengaran Silvana bukannya terpukau malah membuat Silvana merinding kaku.

“Vampire?” hanya itu yang dapat ditangkap oleh Silvana.

“Ya. Dan aku adalah penguasa tertinggi.”

Kedua kaki Silvana lemas sudah tidak mampu lagi menopang tubuhnya, ia merosot menjatuhkan tubuhnya namun tertahan karena rangkulan Pria di depannya.

“Ada apa, Queen?” Gerald menurunkan tubuhnya kembali berpijak pada bumi.

“Kau. Pasti ingin menghisap darahku kan? Tolong aku masih ingin hidup,Tuan.” Silvana sudah menangis ketakutan dirinya takut akan jadi mangsa pria tersebut.

Gerald tersenyum tipis dan membelai rambut Silvana menenangkan wanita itu.

"Kau tidak perlu takut, aku ada di sini karena kau adalah ratuku dan ratu dari kerajaanku.” Ucap Gerald lembut. Bukannya berhenti menangis justru semakin membuat Silvana terisak, Gerald pun memeluk

tubuh mungil itu.

“Ada apa katakan, jangan takut, Queen.” Gerald masih berusaha menenangkan Silvana tak berapa lama akhirnya wanita itu diam.

“Tuan, jika aku menjadi ratu itu tandanya aku akan menjadi istrimu, sedangkan aku masih ingin lulus kuliah dan melanjutkan cita-citaku.”  Keluh Silvana

Gerald tersenyum tipis karena baginya gadis didepannya ini sungguh lucu. Gerald kembali membelai rambut Silvana.

“ Aku tak memaksamu untuk menjadi ratuku sekarang, Queen.” Gerald mengucapkan dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

“ Aku harap kau tak menolakku, Queen.” Gerald melanjutkan kata-katanya hingga berhasil membuat rona merah diwajah Silvana.

*

Silvana kini sudah berada tepat di halaman rumahnya, dirinya ragu ingin masuk atau tidak karena dirinya pulang terlambat.

“Kau tidak ingin masuk ke dalam?” Gerald mendekati Silvana yang hanya diam.

“Aku takut.” Jawab Silvana lirih”

“Apa kau mau aku menghabisi mereka?” perkataan Gerald langsung membuat Silvana merinding dan refleks memukul lengan kiri Gerald.

“Tuan, tolong jangan selalu mengucapkan kata-kata mengerikan itu. Kau ini mengerikan sekali.” sungut Silvana

“Aku hanya tidak mau ada yang menyakiti ratuku.”

“Kenapa kau tidak masuk ke dalam?”  lanjut Gerald

“Pintunya sudah pasti terkunci dan jika aku membangunkan ibu atau Carrie pasti aku akan…” belum sempat melanjutkan Gerald sudah menarik tangan Silvana hingga ia sudah berada di pelukkan Gerald.

Gerald merentangkan tangan kanannya matanya terpejam. Daun-daun mulai berjatuhan dan hembusan angin berada disekitar mereka. Gerald membuka matanya dan tersenyum manis menatap wanita di depannya. Silvana tertegun menatap mata Gerald karena mata pria itu kini berubah menjadi Biru dan sangat indah.

“Tuan …” tiba-tiba angin berputar kearah mereka dan kini Silvana sudah berada di dalam kamar kecilnya.

Silvana tampak sangat terkejut bagaimana tidak, bukankah dia tadi ada di halaman rumahnya kenapa sekarang sudah ada di kamarnya.

“Bagaimana bisa?” Silvana berbicara pada dirinya sendiri

“Itu mudah, Queen.” Sahut Gerald mengerti maksud dari perkataan Silvana.

Silvana membersihkan dirinya sedangkan Gerald entah berada dimana sekarang setelah mengatakan “itu mudah” dirinya menghilang. Silvana merebahkan tubuhnya di atas kasur yang sudah usang itu. Mengingat yang terjadi hari ini, baginya semua ini terasa mimpi.

“Gerald,” ucap Silvana saat mengingat nama pria itu, baru saja terucap beberapa detik pria bernama Gerald itu muncul tepat di langit-langit kamarnya hingga membuat Silvana menjerit ketakutan.

“ Akkhhh…” Silvana berteriak dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Apa aku menakutimu, Queen?”

“Hiss .. siapa yang tidak takut. Ku pikir kau hantu. Muncul tiba-tiba dan di atas sana lagi, hampir saja aku terkena serangan jantung.” Protes Silvana.

Gerald duduk di tepi kasur Silvana memandangi wajah Silvana. Silvana yang merasa di perhatikan terus-menerus merasa risih namun tak banyak yang bisa ia lakukan.

“Jangan menatapku seperti itu.” Akhirnya perkataan itu lolos dari bibir Silvana

“Kenapa? Aku menyukainya.” Gerald menjawab dan sedetik kemudian sudah berada di samping Silvana hampir membuat wanita itu hampir terpekik.

“Tuan, kumohon jangan tiba-tiba muncul begini, aku bisa mati karena terkena serangan jantung.” Silvana mengantupkan kedua tangannya ke depan dada.

Bukannya menjawab justru Gerald mengulurkan kedua tangannya mengarah ke leher Silvana, membuat wanita itu mundur dan memejamkan matanya takut dirinya akan dicekik karena membuat Pria itu tersinggung dengan perkataanya.

“Tuan, maafkan aku…”

“Selalu pakai kalung ini,kalung ini akan menjagamu dari bahaya” Gerald memotong perkataan Silvana. Wanita itu membuka matanya menatap liontin kalung itu dari cermin yang ada di depannya.

“Ini kalung milik, Tuan?” Silvana tau kalung yang di berikan Gerald itu adalah kalung yang ada di dalam tasnya.

“ kalung itu adalah milikmu. Ingat selalu gunakan kalung itu.” Gerald mengingatkan Silvana kembali dan diangguki oleh wanitanya.

*

Pagi hari Silvana sudah selesai dengan kegiatan memasak dan membersihkan rumah ia menunggu ibu dan adik tirinya itu bangun. Dirinya sudah bersiap akan amukan dari kedua orang itu karena pulang telat. Namun ia terkejut karena ibu dan adik tirinya terlihat biasa saja. Justru menyatap makanan yang ada dengan lahap.

“Tumben kau masak banyak sekali?” Carrie menyuapkan sepotong daging ke dalam mulutnya sedangkan ibunya sedang asik menikmati makanannya.

Silvana menatap kedua orang itu bingung, bukan tanpa sebab Karena kemarin ibu nya sudah memberikan ultimatum kepadanya untuk meminta gaji bulanannya. Namun ia bersyukur berarti uang itu bisa ia tabung.

“Ibu,Carrie. aku pamit mau berangkat ke kampus.” Silvana mengambil tas ysng berada di atas kursi.

“Pergilah. Aku juga muak melihatmu di sini menggangguku makan saja.” Lyna ibu tirinya itu memang selalu melontarkan kata-kata pedas pada Silvana.

Silvana memang selalu berangkat lebih awal karena ia harus berjalan kaki dan naik bus untuk sampai ke kampusnya berbeda dengan carrie yang pakai mobil untuk ke kampus. Silvana duduk di bangku belakang bus yang kosong, dirinya kembali mengingat ke anehan pada ibu Lyna dan Carrie.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? Tumben mereka tidak mengamuk karena aku pulang telat dan tidak meminta gaji ku?” Silvana bertanya pada dirinya sendiri. Baginya ini adalah keanehan di sepanjang hidupnya karena kedua orang itu tidak pernah luput dari kesalahan Silvana termasuk soal uang. Silvana tersenyum dan memegang bandul liontin dari kalung yang dipakainya.

“Sangat cantik.” gumam Silvana dengan senyum mengembang diwajahnya.

Sedangkan dari kejauhan tampak seorang pria tersenyum setelah melihat wajah ceria Silvana.

“Kurasa sudah terlalu lama aku berada di sini. Sudah saatnya aku pergi.”  Pria itu pun menghilang dengan pusaran angin di sekitarnya.

Part 3 hutan hylius

Gerald berada di antara dua patung putih dan menyentuh ujung sayap patung tersebut perlahan sayap yang disentuhnya itu berubah sedikit demi sedikit  mejadi bulu-bulu halus. Gerald melepaskan sentuhannya dan mundur satu langkah. Kedua patung putih itu berubah dengan cepat. Kedua sayapnya kini mengepak dengan nyata. Lalu di detik berikutnya patung itu berubah menjadi seorang pria yang sangat tampan tak jauh berbeda dengn Gerald.

Kedua Pria itu kini tertunduk dan bersujud di depan Gerald.

“Salam saya Hydan. Yang Mulia” Ucap salah satu pria yang bernama Hydan itu

“Salam saya Elyus. terima kasih karena sudah membuka segel kami Yang mulia.” Pria yang bernama Elyus pun memberikan hormat pada Gerald.

“Bangunlah. Terima kasih karena kalian sudah mau membuktikan kesetiaan kalian padaku dan mau menjagaku hingga kalian ikut di segel. Aku percaya pada kalian.

“Terima kasih yang mulia. Itu sudah jadi tugas kami dan suatu kehormatan bisa menjadi orang kepercayaan serta melindungi Yang mulia.” Hydan  membungkukkan badannya.

“Benar Yang mulia kami merasa sangat terhormat bisa melindungi Yang mulia.” Elyus ikut melakukan hal seperti Hydan.

Gerald memejamkan matanya dan membentangkan tangannya selang beberapa detik sayap berwarna emas muncul dari balik punggungnya. Perlahan tubuh Gerald melayang terbang dan membuka matanya kini warna matanya berubah menjadi seperti warna sayapnya.

“Sekarang hutan ini adalah hutan kekuasaan kalian hutan Hylius, Hutan yang akan memberikan kalian kekuatan hingga tak ada satu pun yang mampu menghancurkan hutan ini baik dari Klan Valk dan klan penyihir.” Gerald mengepakkan sayapnya hingga muncul kilauan cahaya seperti gelombang mengelilingi hutan ini.

“Terima kasih Yang mulia.” kedua pria itukembali bersujud berterima kasih, karena Hutan ini adalah hutan kehidupan perbatasan antara Kaum Valk dan kaum penyihir ataupun kaum iblis seperti Gerald dimana Hutan ini selalu menjadi rebutan diantara kaum tersebut.

“Jagalah pohon kehidupan yang ada di hutan ini suatu saat aku akan mengambilnya.” Gerald sudah menjadi manusia biasa sekarang.

“Baik Yang mulia.” Balas Hydan dan Elyus.

Gerald berada disebuah patung berwarna coklat dekat dengan pohon kehidupan. Gerald menggigit tangannya hingga mengeluarkan darah dan tetesan darah itu di dekatkan ke mulut patung di depannya. Sama seperti Hydan dan Elyus patung itu berubah menjadi seorang Wanita cantik bahkan sangat Cantik.

“Terima kasih Yang mulia, sudah membebaskan hamba.” Ucap wanita itu.

“Aku yang berterima kasih karena kau sudah mau menjaga pohon ini dengan hidupmu.” Gerald menepuk bahu wanita itu.

“Akan aku lakukan apapun untuk Yang mulia.”

“Aku senang karena kesetiaanmu itu. Sekarang mari kita pulang ke kerajaan kita di sana sudah ada yang lainnya.” Gerald telah mengeluarkan sayap emasnya.

“Baik Yang mulia.” Wanita itu pun mengeluarkan sayap coklatnya  lalu terbang dan menghilang mengikuti  Gerald.

*

Silvana turun dari bis dan berjalan Cepat masuk ke dalam gedung kampusnya. Semua mata menatap tajam kearahnya. Memang hampir di semua murid di kampusnya tak suka padanya.Silvana mengabaikan semua tatapan tak suka padanya ia menyusuri lorong kampus.

Bugh!..

Silvana jatuh akibat tersandung kaki seseorang, dan menjadi bahan tertawaan para murid lainnya.

“kalau jalan tuh lihat-lihat. Percuma matamu ada 4 tapi tidak berfungsi.” Ucap orang itu dengan tawa mengejek di iringin tawa yang lainnya.

Luci yang baru tiba langsung menghampiri Silvana saat melihatnya terjatuh.

“kau tidak apa-apa?” Luci membantu Silvana berdiri.

“Aku baik-baik saja.” Silvana membalas dengan senyum lebar

“ mereka memang cocok sama-sama pembawa sial.” Ujar salah satu wanita yang ada di sana

“Kau benar stef.” Balas teman yang ada disebelahnya yang merupakan teman gadis bernama Stef.

“Sudahlah Stefanie berhenti mengganggu kami, kami sama sekali tidak pernah menggangumu.” Silvana berani membalas perkataan wanita bernama Stefanie itu. Hingga membuat yang ada disitu bingung karena baru ini melihat seorang Silvana berani membantah.

Silvana dan Luci meninggalkan mereka dan masuk ke dalam kelas. Luci mengamati wajah Silvana dengan seksama.

“Kamu tadi sungguh hebat Sil.” Akhirnya perkataan yang mengandung kata pujian itu terlontar dari mulut Luci.

“Hebat dari mana? Kau tidak tahu aku sekarang gemetar, bagaimana bisa aku mengucapkan kata-kata seperti itu.”

Silvana merasa aneh dengan dirinya sendiri.

“Hahha… tapi tadi memang hebat. Kau lihat ekspresi wajah Stefanie dia sampai takut begitu.” Luci bersemangat

sekali.

“Aku tidak tau Luc.” Silvana memegang Bandul kalung yang ada dilehernya itu. Ia merasa darahnya tadi

berdesir dan dadanya berdebar sangat kencang hingga membuat ia berkata seperti itu, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

“kalungmu sangat cantik Sil, dimana kamu membelinya?” Luci baru menyadari kalung yang dipakai Silvana saat gadis itu memegang bandul kalungnya.

“Eeh… ini aku di beri oleh seseorang.” Silvana mengucapkan dengan senyum malu dan wajahya menjadi merah.

“Pasti dari kekasih mu ya.” Luci memegang kedua tangan Silvana

“Bisa dikatakan begitu. hehe” senyum diwajah Silvana semakin terlihat membuat Luci semakin antusias

mendengarnya.

“ Siapa pria itu dan bagaimana rupanya?” Luci sangat bersemangat ingin tau pria yang di sukai oleh sahabatnya

itu.

“kamu pasti akan terkejut jika tau. Dan dia sangat-sangat tampan.” Silvana menjawab semua pertanyaan Luci.

*

Kelas sudah bubar setengah jam yang lalu, mata kuliah hari ini dapat diikuti dengan baik tanpa ganguan Carrie dan gengnya. Sebab mata kuliah yang berbeda.

Kini Silvana dan Luci duduk di perpustakaan mengerjakan tugas yang diberikan pak albert, sebenarnya tugas mereka sudah selesai hanya saja Silvana mengerjakan tugas milik Carrie dan gengnya dan Luci sebagai sahabatnya turut membantu.

“Minum ini, dan kerjakan tugasku dengan baik jangan sampai membuat kesalahan.” Carrie tiba-tiba muncul dan memberikan sebotol minuman pada Silvana membuat Silvana mengerutkan kedua alisnya.

“kenapa kau takut aku racuni?’’ lanjut Carrie karena Silvana terlihat enggan menerima minuman itu.

“Tidak carr. Terima kasih banyak.” Sahut silvana mengambil minuman di depannya.

“Tidak perlu berterima kasih, anggap saja itu upah karena kau sudah mengerjakan tugasku.” Setelah mengatakan itu Carrie meninggalkan Silvana dan Luci.

Carrie keluar dengan senyum lebar diwajahnya menghampiri teman-temannya.

“Bagaimana berhasil?” Tanya Livia

“Tentu saja, Carrie tidak akan pernah gagal.” Balas Carrie bangga.

“Kau memang terbaik.hahha….” Vanessa memberikan 2 jempol dan tawa yang di ikuti teman-teman lainnya.

Sementara Silvana sudah selesai mengerjakan semua tugas Carrie dan teman-temannya ia mulai merasa haus dan mengambil minum yang diberikan oleh Carrie dan meminumnya. Sebelumnya Luci sudah mencegah takut minuman itu sudah di berikan sesuatu oleh Carrie dan teman-temannya. Namun Silvana tetap meminum. Mungkin benar ini hanya sebagai upah dari tugas yang dikerjakan Silvana.

“Apa kau merasa baik-baik saja Sil?” Luci memastikan keadaan Silvana.

“Tenanglah Luc. Aku baik-baik saja.”

“Luc, aku ingin ke toilet sebentar ya.” Lanjut Silvana beranjak dari duduknya.

“Aku ikut, aku juga ingin ke toilet.”

Silvana dan Luci sudah kembali ke dalam kelas dan memberikan tugas yang sudah dikerjakan kepada Carrie. Carrie mengambil buku tersebut dan berkumpul pada teman-temannya.

“Kau yakin berhasil?” Tanya Livia

“Tenanglah, sudah ku pastikan berhasil.” Jawab Carrie yakin

“Reaksinya memang sedikit lama jadi kita tunggu saja.” Lanjut Carrie dan di angguki oleh teman-temannya.

Hingga mata kuliah berakhir pun Silvana terlihat masih baik-baik saja. Carrie dan kedua temannya itu saling pandang namun tidak berselang lama setelah Silvana dan Luci beranjak dari tempatnya tiba-tiba saja Silvana mengerang kesakitan memegang perutnya.

“Aakkkh… perutku sakit sekali.” Silvana merintih kesakitan

“kamu kenapa,Sil?” Luci tampak panic melihat sahabatnya itu merintih kesakitan.

Sedangkan Carrie dan kedua temannya saling bertos Ria karena rencananya sudah berhasil. Mereka meninggalkan kelas berjalan santai dengan suara tawa yang keras.

“Sudahku bilang jangan di minum.” Luci kesal sendiri tapi berusaha membopong Silvana untuk keruang UKS.

“Maaf…” hanya itu yang bisa di katakan Silvana

“ Ya tuhan. Sakit sekali rasanya.” Silvana berbicara dalam hati, tangan kirinya menggenggam kalung di lehernya berharap keajaibanan datang. Kalung yang digenggam Silvana itu tiba-tiba terasa panas hingga Silvan melepaskan genggaman tangannya dari kalung itu.

Kalung itu berubah berwana merah dan mengeluarkan sinar, baik Silvana dan Luci pun melihat apa yang terjadi pada kalung itu. Sedetik kemudian sakit yang di rasakan Silvana lenyap tak tersisa.

“ Sil, kalungmu.” Luci menunjuk kearah kalung Silvana

“Iya Luc.” Namun Luci kembali fokus pada Silvana, mencoba membopong kembali.

“Luc, aku sudah baik-baik saja. Aku sudah tidak sakit.” Silvana menatap wajah temannya itu.

“Jangan bercanda.” Tegas Luci tak percaya karena tadi Silvana terlihat seperti orang sekarat.

“Aku sungguh-sungguh.” Silvana berusaha meyakinkan temannya.

“Apa itu karena…” Luci tiak melanjutkan perkataannya namun matanya mengarah kearah kalung Silvana.

“Kurasa juga begitu.” mengerti arah pembicaraan Luci.

Silvana dan Luci duduk di bangku taman yang berada di kampus, Silvana menceritakan semua kepada Luci. Sedangkan Luci tiba-tiba berdiri dan berteriak.

“Kau sangat beruntung Sil, andai aku juga punya kekasih seperti kekasih mu itu.” Luci sangat senang bahwa temannya itu memiliki kekasih yang kini bisa melindungi temannya itu.

“Kau ini ada-ada saja Luc, bagaimana dengan Richard.” Sanggah Silvana melihat kelakuan temannya ini

“Kau tau aku baru saja putus dengannya. Dia hanya memanfaatkanku selama ini.” Luci kini duduk kembali dikursi dengan wajah yang mulai berubah sendu.

“Bukankah aku sudah bilang padamu. Kau saja yang tidak percaya.” Sahut Silvana karena memang dirinya sudah pernah mengingatkan temannya itu.

“Sama sepertimu susah di beri tahu.” Kelakar Luci.

“Sil, apakah Carrie tidak meminta kalung itu?” LUci bertanya demikian karena tau bahwa apa yang di miliki oleh sahabatnya itu pasti akan di rebutnya.

“Tidak, aku juga bingung padahal kalung ini sangat cantik. Tapi dia tidak memintanya”

“Lebih tepatnya di rebut. Hahah…” Luci membenarkan ucapan Silvana

Sementara di sisi lain seorang pria memperhatikan dari jauh “ dari mana dirinya mendapatkan kalung itu.” Tanya pada diri sendiri tak berapa lama seorang wanita menghampirinya.

“Sedang apa kau disini, Leo?” wanita itu bertanya pada pria yang bernama Leo itu. Dia pun mengalihkan Pandangannya ke arah di mana sang pria melihat.

“Kalung itu sangat cantik dan bersinar.” Ucap wanita itu.

“Kau benar.” Pria bernama Leo itu membenarkan

“Aku harus memilikinya.” wanita itu tersenyum miring

“ Coba saja, jika kau ingin kehilangan nyawamu.”

“Kita lihat saja, aku pasti memilikinya.” Ucap wanita itu penuh keyakinan.

“Haha.. dan aku akan menantikannya. Menunggu kematianmu itu. Lorren.” Leo pun menghilang.

“Itu tidak akan terjadi.” wanita bernama Loreen itu ikut menghilang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!