Di dunia yang modern ini, demi memperluas kekuasaan mereka masing-masing dan demi kepentingan mereka pribadi. Sebuah Negara tidak segan-segan untuk menyatakan perang dengan negara lainnya, demi merebutnya dan memperluas wilayahnya.
Di sebuah gedung tiga lantai di tengah hutan belantara. Itu adalah markas militer sebuah negara maju yang menyimpan banyak sekali senjata, dan prajurit-prajurit yang siap untuk berperang.
Semuanya telah di siapkan dengan sempurna, mulai dari persediaan makanan, obat-obatan, persenjataan, kendaraan-kendaraan perang, dan semacamnya. Semua itu adalah persiapan mereka untuk memulai perang, dan penyergapan pada pihak musuh. Tetapi...
Ada suatu insiden yang tidak terduga oleh mereka terjadi. Pada paska semua petinggi militer sedang melakukan rapat darurat, terjadi pembantaian massal disana.
Semua prajurit yang ada, mereka yang siap untuk terjun ke medan perang telah gugur. Jasad mereka berserakan di mana-mana, bahkan di luar kamp, terdapat banyak mayat prajurit yang mati mengenaskan.
Tanah bersimbah darah. Membentuk sebuah genangan darah, dan itu mengalir ke arah sungai yang ada di sekitar.
Sungai yang bersih dan jernih, kian berubah menjadi merah. Membawa darah yang jatuh ke sana pergi entah kemana, sesuai dengan arahan arus yang sungai itu tujuh.
Keadaan didalam markas juga tidak kalah mengerikan nya. Mayat-mayat prajurit juga berserakan. Beberapa api berkobar di beberapa ruangan tertentu, seperti sebuah ruangan yang habis di ledakan.
Di lantai teratas, tepatnya lantai empat. Terdapat seorang pemuda yang sedang duduk di sebuah kursi yang nyaman. Tampak dia sangat tenang, dan nyaman duduk disana, meski adanya banyak mayat bekas pembantaian di sekitarnya.
Pemuda itu memandang keluar jendela kaca yang transparan. Di luar terlihat gunung-gunung hijau yang indah, dan sangat memanjakan mata.
Sambil bersandar di kursinya, pemuda berambut putih itu berbicara sendirian.
"Sudah dua tahun berlalu, dan ini... Masih belum selesai."
Perang yang telah menyala selama dua tahun telah merenggut banyak nyaman manusia, dan terdapat banyak wilayah yang telah hancur, bahkan tidak layak untuk di tempati lagi oleh manusia karena radiasi nuklir akibat bom nuklir yang di tembakkan.
Radiasi nya sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Untuk mereka radiasi tersebut adalah racun yang mematikan.
Pemuda itu mengangkat tangan. Mengusap wajahnya dengan tangan yang terlihat pucat, dan di penuhi oleh noda darah.
Mengusap pipinya yang memar, karena sehabis pertemuan yang begitu menegangkan di markas ini.
Saat mengusap wajahnya, dirinya menyadari sesuatu, dan mungkin ini juga akan di sadarin oleh orang lain ketika dalam kondisi lemahnya.
"Ah... Aku bahkan sudah tidak dapat merasakan rasa sakit lagi. Ya, itu wajar sih. Aku juga sudah kehilangan banyak darah..."
Melihat perutnya. Terdapat beberapa bekas luka tembak yang masih segar disana. Bahkan darah masih mengalir keluar dengan aliran yang lembat.
Sebenarnya, pendarahan tersebut masih dapat di tanganinya dengan mandiri. Tetapi, dia tidak melakukannya. Bukan kerena dia tidak ingin berusaha untuk menghentikan pendarahan nya itu, tetapi...
Karena dia saat ini sudah dalam kondisi terburuknya. Kakinya sudah sangat lemah, dan itu sudah tidak mampu untuk menopang nya untuk berjalan. Bahkan, berdiri pun dia sudah tidak sanggup lagi.
Kehidupan ini telah dia pasrah kan setelah perang ini di mulai dua tahun yang lalu. Moment kematian yang selama ini dia pikirkan setiap harinya, kini benaran terjadi.
Tetapi, ini bukan kematian yang memalukan baginya. Dia cukup bangga, karena dia berhasil menjalankan misinya sebagai seorang prajurit.
Meski terlihat kejam karena membantai ribuan orang di markas musuh sendirian, tapi, ia tidak memiliki pilihan lain selain melakukannya. Ini adalah perintah dari atasannya untuk melenyapkan mereka semua.
"Aku tidak menyalahkan keinginan egois mereka, karena sejatinya aku juga egois. Aku hanya bisa mengatakan, ini adalah kerakusan yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup."
"Aku tidak menyesalinya, aku bangga pada diriku sendiri. Entah ini sebuah kebaikan atau kejahatan, aku juga tidak memperdulikan nya tapi... Ada suatu hal yang ingin aku tahu selama ini, selama aku menjalani hidup ini..."
Dia memikirkannya didalam hatinya. Sebuah kehidupan yang telah di jalani selama 18 tahun ini, dan sesuatu yang selalu membuatnya penasaran dan ingin dia ungkapkan tetapi, dia tidak dapat mengungkapkannya.
"Sejak kecil aku di asuh oleh orang tua angkat ku, meski mereka sudah lama tiada, tetapi aku tetap bahagia... Hanya saja, aku ingin mengetahui nya, apakah kedua orang tua kandungku masih ada? Jika memang iya, aku pasti akan mencarinya dimanapun itu... Meski itu sulit, bahkan jika itu kematian sekali pun... Aku akan melampauinya..."
Kata-kata terakhir yang bisa dia ucapkan setelah semua perjuangan ini. Keinginan nya untuk bertemu kedua orang tua kandungnya sangatlah besar, melebihi sebuah perasaan yang tersimpan dalam hatinya.
Meski kini jantungnya sudah tidak berdetak lagi, paru-parunya sudah tidak menyuplai udara untuk jantung, dan hatinya yang telah berhenti memberikan harapan. Tetapi, ada sesuatu didalam dirinya yang tidak mati, itu masih terus terbangun, bahkan ketika dia telah menghembuskan nafas terakhirnya.
Kesadarannya telah menghilang, seluruh tubuhnya telah mati. Dan matanya, kini di penuhi oleh kegelapan yang membutakan.
Kegelapan itu tidak berasal dari luar, tetapi dari dalam dirinya.
Jiwanya yang terang, memancarkan cahaya kehidupan yang menyilaukan dari dalam dirinya. Telah menarik minat kegelapan itu untuk mendekati dirinya.
Tidak ada perasaan yang dia rasakan ketika kegelapan menyelimuti nya. Bahkan ketika kegelapan itu mengikis jiwanya, dia tidak merasakan apa pun. Bahkan rasa sakit sekali pun tidak dapat dia rasakan.
Kegelapan yang begitu pekat ini, bahkan cahaya sedikit pun tidak dapat menembusnya. Ini sudah seperti jurang tampa akhir yang tidak pernah tersentuh oleh cahaya apa pun.
Ketika cahaya itu datang untuk menyinari nya, maka kegelapan itu akan tiba untuk melahap nya.
Tanpa sadar dalam kediaman itu. Tubuhnya telah di bentuk ulang oleh kegelapan yang ada di sekitar nya. Membuat pondasinya menjadi lebih kuat, dan lebih kokoh dari tubuhnya yang sebelumnya.
Kulit, otot, dan tulang terbentuk dari kegelapan yang menggila.
Sinar cahaya yang begitu terang jatuh dari langit menyentuh tubuhnya. Saat bersentuhan, tampak cahaya yang menyilaukan terserap kedalam tubuh.
Cahaya tersebut adalah sebuah cahaya kehidupan, dia membentuk ulang semua organ dalamnya. Itu terbentuk dengan sangat sempurna, dan bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih kuat dari pada yang dia miliki dulu.
Sesuatu yang lain muncul di antara kegelapan. Aura merah yang terlihat mengerikan dan ganas, telah merasuki tubuhnya dengan begitu gila. Itu sangat cepat, selayaknya di tarik oleh sebuah mesin.
Aura merah itu adalah aura kejahatan dan aura pembunuh. Itu sangat murni, dan begitu beringas. Ini adalah aura senja yang dimilikinya selama ini, yang tidak dia sadari dan tidak dia ketahui.
Aura itu mengisi seluruh tubuhnya dengan darah. Meski berwarna merah, tetapi itu sangat jerni. Bahkan cahaya yang ada di dalam tubuhnya dapat menembus darah itu.
Sistem di seluruh tubuhnya mulai terbangun, dan itu telah siap untuk di gunakan.
Meski begitu, itu belum sepenuhnya selesai. Bagian terakhirnya datang dan mengemparkan ketiganya. Kegelapan, Kehidupan, dan Pembunuhan bergetar dan meringkuk ketakutan saat itu muncul.
Kematian yang sangat mengerikan mulai membentuk ulang seluruh jiwanya, menjadi jiwanya yang sebenarnya. Membangkitkan jiwa yang telah tertidur selama ini.
Tidak ada yang menghalangi, seolah-olah kematian itu adalah bagian dari jiwanya sendiri.
Jiwanya terbangun dengan sempurna, dan telah menyatu sepenuhnya dengan tubuh. Saat bersatu, terdapat sebuah simbol hitam yang muncul persis terlihat seperti naga hitam di dahinya. Sesaat itu muncul, dan sesaat itu langsung menghilang.
Saat semunya selesai kini dia dapat merasakan perasaan nyaman dari tubuh barunya, namun dia masih tidak di izinkan untuk membuka mata.
Tidak ada alasan pasti mengapa dia tidak di izinkan untuk membuka matanya. Tetapi, yang jelas, dia mendapatkan intuisi untuk tidak membuka matanya sebelum waktunya tiba.
Pada akhirnya, meski kau memaksa untuk membuka matamu, tidak ada yang dapat kau lihat dengan kedua mata itu. Yang ada hanya ada kegelapan yang dalam, dan kau ada di antaranya.
Walau mata terasa telah terbuka, tapi sejatinya itu tidaklah terbuka. Kebenarannya, matamu tetap tertutup sampai akhir.
Beberapa saat dia menunggu, berharap ada yang bisa dia lakukan. Saat terasa dirinya jatuh, dan jatuh semakin cepat.
Hal yang tidak dia rasakan sebelumnya sekarang mulai terasa di punggung nya. Punggung terasa seperti bersentuhan dengan tanah.
'Eh? Apakah ini sungguhan? Entah kenapa aku berasa ada di tanah?'
Pemuda itu bertanya-tanya kepada dirinya sendiri dalam kebingungan. Yang dia ingat sebelum kematian nya adalah dia sedang duduk di sebuah kursi yang empuk. Tetapi kenapa, sekarang dia berada di tanah? Itu membuat beberapa pertanyaan yang tidak masuk akal muncul dalam kepalanya?
'Ada sesuatu yang aneh... Kenapa... Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Ini, ini seperti ingatanku yang sebelumnya telah di hapus dari kepalaku?'
Selayaknya sebuah film. Dapat di potong dan di hapus. Itu terdengar sulit, dan bahkan mustahil untuk di lakukan. Alaminya, kau bisa hilang ingatan ketika terkena sebuah benturan keras tepat di bagian kepala. Tetapi, ini tidak terjadi pada dirinya.
Alasan kenapa ingatan tentang kehidupan di dunia nya yang sebelumnya dapat menghilang. Itu di sebabkan oleh sebuah kemampuan yang sangat kuat, sekaligus misterius yang tidak di ketahui bagaimana kemampuan tersebut bekerja.
Bagaimana mekanisme pekerjaannya yang dapat membuat seseorang lupa akan ingatannya tentang kehidupan dirinya sendiri.
"Baik nak, kau boleh membuka matamu sekarang."
Suara itu terdengar di telinganya. Suara seorang pria yang terdengar tenang, dan nada suaranya tidak terdengar seperti suara seorang pria tua.
Saat itu, suara tersebut meminta dirinya untuk membuka matanya. Sempat bingung kenapa? Padahal sebelumnya, dia tidak dapat membuka matanya.
Mengingat nya, dia pun menjelaskan kepada seorang pria berambut hitam yang wajahnya tertutupi oleh gelapnya malam.
"Eee, meski kau memintaku untuk membuka mata, tetapi aku tidak bisa membukanya. Sungguh, aku benar-benar tidak bisa membukanya."
Jelaskan pemuda kepada pria itu.
Tampak setelah mendengar balasan dari pemuda itu. Dia tertawa kecil. Dia seperti menahan tawanya, seperti nya dia masih teriang-iang dengan intuisi yang di dapatkannya tadi.
"Kau benar, tetapi juga tidak. Sekarang, kau sudah dapat membuka matamu seperti semestinya."
"Benarkah?"
"Iya, tidak ada untungnya aku berbohong pada dirimu. Sekarang buka lah matamu, dan berdirilah. Apakah kau tidak lelah berbaring di sana?"
Ha? Berbaring?... Ya, aku dapat merasakannya saat ini aku sedang berbaring. Tetapi, kenapa bisa? Meski samar, tapi aku ingat sebelumnya aku duduk di sebuah kursi.
Mencoba mempercayai apa yang di katakan oleh pria itu. Dia membuka matanya perlahan-lahan, dan betapa terkejutnya dirinya sekarang, saat ini dia berada di sebuah hutan.
'Ini... Ini tidak terlalu mengejutkan diriku tetapi, yang membuatku terkejut adalah... Aku sebenarnya ada dimana? Kenapa aku tidak mengenal hutan ini, dan terasa hutan ini sangat asing bagiku.'
Dirinya tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya, dia bangun di sebuah hutan dimana hutan tersebut adalah wilayah kekuasaan musuhnya. Tetapi, sekarang dia terbangun didalam hutan, dan lagi dia tidak mengenal hutan ini.
Dalam hal itu, hal yang paling membuatnya heran adalah, kenapa dia bisa telanjang? Dan hanya mengenakan sebuah kain hitam untuk menutupi bagian tubuh bawahnya.
Melihat sekitar nya dengan bingung, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar kebingungan sebenarnya dia ada dimana?
Menatap ke arah seorang pria yang terlihat masih mudah, dan usianya sekitar seumuran dengan dirinya. Hanya saja, dia sedikit lebih tinggi, dan terlihat begitu menyeramkan dengan sebuah sabit hitam yang ada di punggung.
"Bagaimana? Apa pendapatmu mengenai hutan ini?"
Pria itu bertanya kepada dirinya.
"Hmmm, cukup bagus, dan juga indah. Apa lagi bintang-bintang yang menghiasi langit malam di hutan ini menambahkan keindahannya. Tapi, walau ini terlihat indah dan tenang, bukan berarti hutan ini aman. Aku mendengar begitu banyak suara yang haus darah dari dalam hutan."
"Jawaban yang bagus, sepertinya kau sudah tersadar sepenuhnya. Syukurlah pemindahan nya berhasil."
"Ha? Pemindahan? Pemindahan apa?"
"Kau tidak perlu tahu itu, walau aku jelaskan, kau pasti tidak mengerti. Singkatnya, kau telah kembali ke dunia dimana seharusnya kau berada, dan dunia dimana seharusnya kau tinggal. Dunia ini, adalah dunia dimana kau di lahirkan." Pria berambut hitam itu mengucapkan nya sambil menunjuknya.
"Aku tidak dapat berlama-lama disini, mereka akan menyadari kehadiran ku... Nak, aku akan bertanya kepadamu, apa kau tahu dunia ini? Dan apa kau ingat siapa namamu?" Pria itu sempat memandang langit. Walau dia berbicara dengan hati-hati, sejatinya dia tidak memperdulikan siapa pun yang sedang mengawasinya.
Hanya saja, dia khawatir dengan anak satu ini yang masih sangat lemah. Takutnya, anak ini tidak dapat bertahan hidup di bawah kekangan kekuatan besar yang saling berbenturan.
Dia memikirkannya sambil memegang dagunya. Dari pertanyaan yang di ajukan, tidak ada yang membuatnya bingung, malahan dia dapat menjawabnya dengan lancar.
"Namaku Xi, Xi Arcadia... Dan, dunia ini di sebut Myth."
Saat dia menjawab itu. Xi heran, kenapa dia bisa mengetahui nama dunia ini. Jelas-jelas ini dunia yang berbeda, tetapi dia tahu dunia ini adalah dunia dimana kekuatan akan menentukan segalanya.
Tidak ada kebaikan yang akan kau dapatkan tanpa kekuatan di dunia ini.
Semua yang muncul di dalam kepalanya membuatnya bingung sekaligus pusing, tetapi dia tidak ingin ambil pusing dengan memikirkan semua itu. Hanya saja, saat dia melihat sebuah gambaran. Walau sekilas itu membuatnya sedih.
Gambaran seseorang wanita yang terjebak didalam sebuah kristal padat yang tidak di ketahui dimana lokasinya berada.
"Jawabannya sesuai dengan yang aku inginkan. Sekarang, semuanya sudah siap, aku yakin kau sudah mengerti bagaimana caranya bertahan hidup di dunia ini?" Melemparkan sejumlah pakaian kepada Xi dengan santai tanpa bergerak sedikit pun dari tempatnya.
Xi mengangguk. Dia mengerti.
Pria berambut hitam itu masih tidak di ketahui nya. Bahkan ketika dia merasa kemampuan melihatnya telah bertambah sedemikian rupa, dia masih tidak dapat menembus bayangan gelap yang menutupi wajah pria tersebut. Seolah-olah ada sebuah perisai gelap yang menghalangi nya.
Pria itu mengangguk pelan. Tampak semua berjalan sesuai dengan yang di inginkan. Karena semuanya telah berjalan dengan lancar, sebelum pergi dia menambahkan.
"Kau telah melihatnya kan? Kau harus menyelamatkannya, dia adalah ibu kandungmu yang telah lama menderita karena orang-orang itu."
Xi terkejut dengan pernyataan pria berambut hitam tersebut. Saat mengatakan sosok wanita yang dia lihat dalam ingatannya adalah ibu kandungnya sendiri.
Meski tidak tahu siapa yang di maksud dengan "Orang-orang itu" Tetapi, saat memikirkannya membuatnya merasa tidak nyaman. Ini bukan karena dia merasa takut, malahan ini sebaliknya. Dia merasa marah saat memikirkannya.
"Tidak perlu mengetahui siapa mereka sekarang, yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah bertambah kuat, dan kenalilah dunia ini seperti semestinya. Aku yakin, suatu hari nanti kau akan bertemu langsung dengan orang-orang itu. Dan, untuk membantumu menjadi lebih kuat, aku memberimu beberapa hadia kecil."
Dia menjentikkan jarinya. Sebuah layar hologram muncul di hadapan Xi. Sempat terkejut dengan apa yang di lihatnya, tetapi dia tampak mengerti dengan layar hologram tersebut.
Sebuah pedang di lemparkan, dan itu menancap di tanah. Tidak ada yang istimewa dari pedang itu, saat menelaah nya, Xi mengerti. Pria berambut hitam itu ingin dia berkembang menjadi lebih kuat dengan kemampuannya sendiri.
Sistem yang di berikan kepada dirinya hanyalah support untuknya. Dimana untuk menjadi kuat, dia perlu membuktikannya dengan kemampuannya sendiri.
Xi bangun dari tanah, mengambil baju yang di berikan oleh pria misterius itu. Memakainya tanpa ragu, dan itu sangat pas untuk tubuhnya.
Otot-otot lengannya yang sempurna tersembunyi di balik bajunya dengan rapi. Serta, otot perutnya yang terlihat seperti roti sobek telah tersembunyi. Otot punggungnya yang terlatih telah tertutupi, tidak ada yang dapat melihatnya lagi. Semua itu, telah tersembunyi di balik bajunya.
"Aku tahu, dan aku mengerti. Aku akan bertambah kuat dan menyelamatkan ibuku. Apa pun akan aku lakukan, meski itu harus membunuh sekalipun. Tidak ada yang bisa menghentikanku untuk menjadi lebih kuat, dan menyelamatkan ibuku."
Menarik pedangnya dari tanah. Saat itu terangkat ke di atas telapak tangannya. Pria misterius itu telah menghilang dari tempatnya.
Bersamaan dengan itu, para monster yang sebelumnya bersembunyi karena takut pada sosok misterius tersebut kini berani untuk menunjukkan taringnya di hadapan Xi.
[Kelompok Goblin telah mengepung anda]
[Quest Diberikan kepada Anda kalahkan semua Goblin ] Hadia : Semua Stat +1
"Ini menarik, sekarang aku jauh lebih bersemangat dari sebelumnya. Dan tubuh ini, terasa jauh lebih baik."
Mengacungkan pedang nya pada kelompok Goblin yang keluar dari persembunyian mereka. Dengan sebuah senyuman yang telintas di wajahnya terlihat persis seperti senyuman seorang pembunuh yang haus darah.
"Majulah, dan jadilah batu loncatan ku!"
(Untuk Para Pembaca : Saya Mohon Maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengecewakan kalian. Alasan mengapa selama ini saya tidak Upload, itu dikarenakan terjadinya sebuah musibah yang tidak terduga.
Pada Novel Lahirnya Sang Dewa Kematian Hitam yang seharusnya sudah saya selesai harus tertunda dikarenakan HP lama saya rusak parah, serta semua data saya yang saya miliki juga menghilang.
Sehingga mengharuskan saya untuk berkerja kecil-kecilan untuk membeli HP baru.
Pada Kesempatan Kali ini saya akan berusaha sebaik mungkin untuk sambil melanjutkan pendidikan saya, dan bekerja.
Semuanya, Saya Mohon Maaf😔 dan selamat menikmati😇.
Kelompok Goblin maju dengan kekuatan penuh. Menyerang Xi bersama-sama dengan menggunakan senjata yang mereka gunakan. Itu tidak terlihat menakutkan, karena senjata yang mereka gunakan hanyalah dahan kayu yang tebal. Tetapi, tetap berbahaya karena jumlah mereka yang banyak.
Goblin adalah monster kecil yang sekira-kiranya ukuran tubuhnya setara dengan anak kecil usia delapan tahun. Memiliki kulit hijau, gigi runcing seperti binatang buas, kuku yang tajam seperti cakar, serta rupa mereka yang buruk.
Di dunia ini, Goblin termasuk dalam kategori Demi-Human. Sebuah Ras Monster yang berdiri dengan dua kakinya, dan memiliki beberapa kecerdasan. Akan tetapi, Goblin adalah yang terendah, walau memiliki kecerdasan, namun tidak banyak dari mereka yang dapat berbicara.
Bahkan pemimpin dari suatu kelompok Goblin sekalipun biasanya tidak memiliki kecerdasan tinggi, dan memimpin pasukannya hanya dengan mengandalkan insting.
Goblin adalah salah satu Ras Demi-Human yang teritorial. Mereka akan menyerang siapa pun yang masuk kedalam kawasan kekuasaan mereka. Dan menganggap makhluk hidup apa pun (Kecuali sesamanya) yang ada di kawasan mereka adalah mangsa.
Tidak sulit untuk membedakan antara Goblin biasa, dan pemimpin Goblin. Biasanya, pemimpin Goblin memiliki ukuran yang sama tingginya dengan Goblin biasa, atau bisa sedikit lebih tinggi (Kecuali jika Goblin itu berevolusi menjadi Ras Goblin yang lebih tinggi). Hal yang paling mudah untuk membedakannya hanyalah dengan melihat warna kulit mereka.
Pemimpin Goblin cenderung memiliki warna kulit yang lebih terang, bahkan juga lebih gelap. Ada juga yang memiliki warna kulit yang berbeda, misalkan nya ungu.
Bagi mereka, para Goblin menganggap mereka yang memiliki warna kulit berbeda dengan yang lainnya adalah Goblin yang kuat. Sehingga tak jarang dari mereka mengagung-agungkan pemimpin mereka layaknya seorang raja.
Kembali dalam pertarungan. Dengan kemampuannya, serta pengalaman bertarung nya selama ini, Xi mampu menghadapi para Goblin itu dengan mudah. Bahkan setelah para Goblin mengeroyoknya, dia tidak mendapatkan luka sedikit pun.
Meski ingatannya telah memenghilan. Tetapi, kemampuan bertarung nya tidak. Kemampuan bertarung dan gaya bertarung nya itu adalah kemampuan bawaan lahir. Bahkan jika dia tidak di latih sekalipun, Xi masih memiliki insting yang sangat kuat untuk bertahan hidup, sehingga itu akan mendorongnya untuk bertarung tanpa rasa takut.
Dalam pertarungan, Xi benar-benar tidak melibatkan perasaan apa pun. Dia seperti seseorang yang dingin, tidak banyak bicara, dan diprogram untuk bertarung tanpa takut. Itulah kelebihan hebat yang di miliki nya, dan hal-hal seperti itu akan jarang di temui, ketika kau pertama kalinya berhadap-hadapan dengan monster.
Sesambil menyerang, Xi juga mengamati setiap pergerakan, dan langkah-langkah yang di ambil oleh para Goblin ketika para Goblin hendak menyerang nya.
Dia melihat saat Goblin ingin menyerang, terdapat beberapa jeda sesaat ketika mereka berhenti, lalu melompat ke arah lawannya.
Hal tersebut menjadi ke untung baginya karena dapat menyerang Goblin itu sebelum mereka melompat dan menyerangnya. Alhasil dari 20 Goblin yang mengeroyok nya, 13 dari mereka telah tergeletak di tanah dan sudah tidak bernyawa lagi.
Setiap luka yang di derita oleh para Goblin yang mati, di sebabkan oleh luka yang vital mereka.
Pedangnya tidak terlalu berat, dan tidak terlalu ringan. Itu sangat cocok untuknya, sehingga mudah dia mengayunkan nya. Mengerikannya lagi, dalam pertarungan Xi tidak hanya asal menyerang saja. Setiap titik buta yang dimiliki oleh lawannya akan menjadi tagetnya.
Jika dia tidak mampu menjangkaunya, Xi akan mengganti serangannya dengan melukai bagian vital lawannya.
Dengan adanya bagian vital yang terluka, akan membatasi pergerakan lawan, dan memperbesar peluang kemenangan nya dalam pertarungan.
Ini tidak dapat dikatakan sebagai cara yang licik, karena ini adalah taktik didalam pertarungan.
"Tidak sulit menghadapi mereka, mereka lambat dan juga tidak pintar. Hanya saja, yang jadi masalah itu jumlah mereka. Tetapi itu bukan lah masalah untukku."
Dalam pertarungan ini, Xi telah mendapatkan dua levelnya. Itu membuatnya menjadi lebih kuat lagi, sehingga mengalah kan sisa-sisa Goblin itu menjadi lebih mudah.
{Anda mengalahkan Goblin, 50 Exp poin dan 10 Gold didapatkan}
{Anda mengalahkan Goblin, 50 Exp poin dan 10 Gold didapatkan}
{Anda mengalahkan Goblin, 50 Exp poin dan 10 ...}
"Sayang sekali, padahal sedikit lagi aku akan naik level 3. Dua puluh Goblin ternyata tidak cukup untuk membuatku naik tiga level."
Hanya memerlukan 100 Exp Poin lagi, atau 2 Goblin lagi untuk membuatnya naik ke level 3. Tapi sayangnya, semua Goblin yang datang menyerang nya telah mati. Sehingga saat ini levelnya terhambat di level 2.
Di dunia ini, level menentukan segalanya. Mereka yang memiliki level lebih tinggi, memiliki peluang sangat besar untuk menang dalam pertarungan, dan bahkan dapat menang secara instan melawan musuh yang levelnya ada di bawahnya.
Ini bukanya ketidak adilan, tetapi ini adalah kenyataan. Sejak zaman dulu, siapa pun yang memiliki level lebih tinggi, pasti akan mendapatkan kemenangan yang mudah di setiap pertarungan nya.
Selain level, senjata juga di butuhkan. Terdapat beberapa senjata sihir yang unik di dunia ini yang dapat membantu seseorang dengan level di lebih rendah memiliki peluang besar untuk menang melawan musuh yang levelnya sedikit lebih tinggi.
Item-item tersebut biasanya sangat berguna, bahkan sangat membantu ketika dalam pertarungan.
Itu dapat memberikan beberapa Buff kepada pemiliknya, stat mereka dapat meningkatkan, dan dapat memberikan Debuff serta efek negatif yang merugikan bagi lawannya.
Meski begitu, ada banyak cara untuk menghindari Debuff atau efek negatif yang merugikan. Yaitu, dengan menggunakan item yang memiliki efek dapat menghilang Debuff atau efek negatif.
Atau bahkan sebuah skill yang mampu menghilangkan Debuff atau efek negatif itu.
Itu dapat bekerja 100% berhasil, tetapi tak jarang juga gagal. Jika Debuff atau efek negatif yang diberikan lebih kuat, maka itu tidak dapat di hilangkan.
Di sebuah pohon besar, Xi berada di antara dahan-dahan itu. Memetik buah yang terlihat sangat enak dari rantingnya.
Duduk dengan tenang, sambil mengamati sekitarnya. Dia mengigit buah yang di ambilnya, saat potongan buah berada di antara lidahnya, rasa manis dapat di rasakan.
Benar-benar sangat nikmat. Ketika dia mengigit nya, dan mengunyah nya, Xi tidak dapat berhenti memakannya. Sambil di temani oleh pemandangan hutan yang indah yang dia lihat dari atas pohon, membuatnya senang.
Dedaunan pohon bersinar, disinari oleh cahaya rembulan dan bintang-bintang di langit yang terang. Bulan dan bintang, memancarkan cahayanya sendiri, cahayanya jatuh dan merangi malam.
Angin sepoi-sepoi menggoyang kan dedaunan, suara dedaunan yang tenang membuatnya merasa nyaman. Udara yang tidak tercemar oleh polusi udara akibat kendaraan modern dan beberapa lainnya, bahkan dulunya dia dapat melihat tempat yang tertutupi oleh nuklir.
Pemandangan ini adalah sesuatu yang tidak dapat dia lihat sebelumnya. Meski tidak memiliki ingatan tentang dirinya yang dulu, tetapi Xi yakin, kalau dirinya yang dulu tidak pernah merasakan keindahan dan kenyamanan ini.
Meski ini indah dan mengenakkan. Tetapi, Xi tidak tahu berapa lama hal-hal seperti ini dapat bertahan lama? Apakah itu akan berubah dalam waktu dekat, atau jauh di masa depan nanti? Tidak ada yang mengetahuinya.
Xi berdiri, di antara batang-batang pohon itu. Dia melihat lurus kedepan, untuk melihat dunia di luar hutan ini seperti apa.
Dia melihatnya dengan mata yang tajam, menembus gelapnya malam yang menghalangi pandangannya.
Jauh disana, dia melihat adanya sebuah peradaban. Itu adalah sebuah kota kecil. Kota manusia yang tidak jauh dari hutan ini.
"Hmmm, apakah aku harus pergi kesana sekarang?" Dia memikirkannya. Mengingat levelnya yang masih rendah saat ini akan membuatnya sulit. Setelah memikirkannya beberapa saat, Xi memutuskan." Aku akan pergi kesana, tapi bukan sekarang. Setidaknya aku harus mencapai level 10 terlebih dahulu, dan membuka salah satu skill ku." Melihat papan statusnya, disana terdapat beberapa skill yang seharusnya dapat di gunakan. Tetapi, karena level nya yang rendah, itu belum memenuhi syarat untuk menggunakan nya.
Dan untuk dapat menggunakan semua skill itu, Xi memerlukan setidaknya minimum adalah level 10.
[ Nama: Xi Arcadia, lvl. 2 ] Ras : Black Dragon-Young MP : 500 Job : Prince of Darkness ------ : Prince of the Death Inventory>>>[•••] Shop>>>[Buka] Gold : 200 -------------------------------------------------------------------------------- Statistik. Strength : 27 Vitality : 27 Sense : 27 Intelegent : 27 Agility : 27 Poin Stat : 2 -------------------------------------------------------------------------------- Skill : Summon Army of Darkness, Claw of Darkness, Dragon Claw, Death Touch, Seducing Death. --------------------------------------------------------------------------------Gelar : -
Semua skill yang di miliki nya sekarang benar-benar tidak dapat dia gunakan. Dapat ku katakan, semua skill itu sekarang tidak berguna.
Sebagai naga muda, dia juga tidak dapat menggunakan serangan andalah para naga. Yaitu, Nafas Naga. Serangan terkuat dan terfavorit para naga. Hampir semua naga dapat melakukannya, ini adalah kemampuan murni dan paling alami bagi para naga.
Secara alami naga muda akan mendapatkan kekuatan mereka seiring berjalannya waktu. Dan setiap tahunnya, kekuatan dari seekor naga akan bertambah kuat.
"Waktu malam ini akan membuat seseorang mengantuk, tetapi, sayangnya aku tidak akan bisa tidur nyenyak saat ini."
Dia menyadari sesuatu. Kehadiran makhluk-makhluk yang tidak terduga dari dalam tanah telah lain kepermukaan. Banyak dari mereka beterbangan di udara, dan mencari beberapa spot yang bagus untuk mereka kawin.
Tetapi, aktivis mereka telah berubah saat melihat ada makhluk lain yang tidak sejenis dengan mereka ada di wilayah kekuasaan mereka.
Salah satu dari serangga yang berterbangan itu memiliki ukuran yang besar. Lebih besar dari pada yang lainnya.
"Ini merepotkan, jumlah mereka sangat banyak. Bertarung di atas sini bukanlah ide yang bagus."
Menghadapi musuh yang jumlahnya sangat banyak sangatlah sulit. Apalagi, jika harus menghadapinya di atas pohon yang hanya sedikit memiliki dahan-dahan yang kokoh.
Xi berencana turun dengan melompat dari sana. Mendarat dengan baik di permukaan tanah.
Pada ketinggian itu, seseorang harusnya terjatuh atau tersungkur. Tetapi, tidak dengan dirinya. Dia masih sempat untuk melompat mundur beberapa kaki dan mempersiapkan dirinya dengan senjata berupa pedang yang di ambil dari dalam inventory.
"Laron-laron ini sudah mengepung ku dari segala arah, seperti sudah tidak ada kesempatan untukku menghindari mereka..." Melihat salah satu laron yang mengepung nya. Posisinya cukup jauh, dan ada di belakang. Di lindungi oleh laron-laron prajurit yang terlihat kuat."Dia ratunya, dialah yang memberikan perintah kepada mereka. Pertarungan tidak dapat di hindarin lagi, dan satu-satunya cara untuk bertahan saat ini adalah menghadapi mereka. Aku tidak berharap banyak saat ini, dan untuk membunuh ratunya, dengan jarang ini akan sulit."
Dia bersiap.
Memegang erat pedangnya dengan di kedua tangannya.
Pandangannya tajam selayaknya pemangsa. Mengambil beberapa langkah cepat, dan menutupi jarak di antara mereka.
SRING! Itu suara sebuah tebasan. Ayunan nya cepat, dan beberapa laron terbunuh dalam satu serangan.
Sang Ratu memberikan perintah kepada seluruh bawahannya untuk menyerang, dan menghabisi musuh mereka. "Bunuh dia, dan jadikan makan malam kita" Itulah yang harusnya dia katakan setelah melihat beberapa anak buahnya di bunuh.
Tetapi, suara itu tidak dapat terdengar, karena sejatinya dia tidak dapat berbicara. Namun cukup pintar untuk berpikir, dan memberikan perintah kepada semua bawahannya.
"Ya, sudah ku duga mereka akan langsung menyerang. Ini sesuai dengan yang aku pikirkan."
∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆
[Nama Monster: Goblin ] Ras Monster: Goblin. Level Ancaman: Dasar. Level : 1-5.
[Nama Monster: Rayap] Ras Monster: Insecta/serangga-Termite. Level Ancaman: Dasar. Level : 1-5.
[Nama Monster: Laron ] Ras Monster: Insecta/serangga-Mont Level Ancaman: Dasar. Level : 1-5.
[Nama Monster: Laron Penjaga ] Ras Monster: Insecta/serangga-Guard Mont Level Ancaman: Dasar. Level : 7.
[Nama Monster: Ratu Laron ] Ras Monster: Insecta/serangga-Queen Mont Level Ancaman: Dasar. Level : 10.
Sang Ratu memberikan perintah kepada seluruh bawahannya untuk menyerang, dan menghabisi musuh mereka. "Bunuh dia, dan jadikan makan malam kita" Itulah yang harusnya dia katakan setelah melihat beberapa anak buahnya di bunuh.
Tetapi, suara itu tidak dapat terdengar, karena sejatinya dia tidak dapat berbicara. Namun cukup pintar untuk berpikir, dan memberikan perintah kepada semua bawahannya.
"Ya, sudah ku duga mereka akan langsung menyerang. Ini sesuai dengan yang aku pikirkan."
Bahkan setelah di keroyok oleh ratusan laron yang besarnya sekitar 30 centimeter. Xi sama sekali tidak menunjukkan rasa takutnya, dan malah melawan balik mereka dengan ganas.
Tampa ampun dan tampa perasaan dia menebaskan pedangnya dengan sekuat tenaga. Membunuh semua laron yang menyerangnya, meski mendapat beberapa luka di tubuhnya, itu sama sekali bukan masalah atau hambatan. Melainkan itu menjadikannya sebuah kekuatan dan motivasi untuknya untuk tetap bertarung.
Di tempat lain. Tepatnya sebuah kota kecil yang tidak jauh dari hutan Asgar. Itu adalah Kota manusia yang Xi lihat dari atas pohon.
Kota tersebut di kelilingi oleh sebuah tembok tinggi yang kokoh. Setiap sisinya terdapat sebuah pos penjaga yang mengawasi setiap area, mulai dari barat, utara, selatan, dan timur.
Bahkan pada malam hari, pos tersebut tidak pernah kosong. Selalu ada pengganti yang menggantikan petugas lainnya yang berjaga setiap lima jamnya.
Tentu saja, Orang-orang yang berjaga di setiap posnya, adalah orang-orang yang terlatih. Mereka memiliki kekuatan fisik yang bagus, serta stamina yang tinggi. Mereka telah melewatkan pelatihan keras dan melelahkan setiap harinya.
Hasil latihan tersebut dapat kalian lihat. Mereka adalah prajurit yang tidak kenal takut, dan tidak kenal lelah. Selalu menjalankan tugas mereka dengan penuh tanggung jawab.
Selain memiliki kekuatan fisik yang mempu ni, mereka juga memiliki penglihatan yang tajam. Sangat tajam, layaknya seekor burung elang.
Ya, inilah alasannya. Mereka bukan seorang warrior, melainkan seorang Archer.
Dari pada seorang warrior, Archer memiliki penglihatan yang jauh lebih baik. Ini bukan tanpa alasan, seseorang yang memegang panah haruslah orang yang memiliki penglihatan yang baik, dan tidak kabur.
Akan sangat bodoh menempatkan seseorang dengan mata minus sebagai seorang Archer. Mungkin bisa, tetapi peluang kecelakaan yang akan di Terima jauh meningkat.
Inilah kenapa orang-orang ini di latih, dan di bentuk sedemikian rupa untuk memenuhi tanggungjawab tugas ini.
Di balik tembok, berdiri banyak bangunan-bangunan yang menjadi tempat tinggal bagi para warga. Setiap bangunan, tersusun dengan rapi, sehingga enak untuk di pandang.
Tidak dapat ku katakan sepenuhnya kalau kota ini bersih. Tetapi, dapat aku katakan ini cukup bersih. Area kumuh benar-benar terpisah dari mereka.
Para bangsawan telah menetapkan area kumuh untuk orang-orang yang tidak memiliki kemampuan, bakat, atau pun mereka yang tidak memiliki pekerjaan (pengangguran).
Dan, daerah kumuh adalah tempat yang paling sering terjadinya kejahatan disana. Bukan hanya soal pencarian, perkelahian, atau pun pembunuh. Tetapi penculikan anak-anak, pemerkosaan, dan hal-hal jelek lainnya yang sulit untuk di sebutkan.
Di antara bangunan-bangunan yang tersusun rapi, terdapat sebuah bangunan dia tingkatkan berdiri disana. Ukurannya cukup besar, selayaknya rumah mewah.
Gedung itu adalah Gedung Serikat Petualang. Yang menjadi pusat dari setiap Guild Petualang yang ada di kota.
Guild Sky adalah salah satu dari Guild yang terdaftar secara resmi di Serikat Petualang. Guild ini memiliki cukup banyak anggota petualang terlatih, dan banyak petualang pendaftaran atau pemula.
Didalam Ruangan Guild Sky. Terdapat party petualang yang terdiri dari empat orang. Tampak mereka sedang berdiri di hadapan sebuah papan yang terlihat seperti papan tulis. Hanya saja, terdapat banyak kertas yang tertempel disana.
Dari peralatan petualang yang mereka kenakan, itu terlihat biasa. Mereka bukanlah petualang tingkat tinggi, melainkan hanya petualang pemula yang baru dua minggu lalu lulus dari akademi petualang.
Mereka terdaftar dalam Guild Sky ini, sebagai party petualang peringkat terendah. Yaitu peringkat Perunggu.
Dan hari ini, ini bukanlah pertama kalinya mereka datang. Sudah sering kali mereka datang dan mengambil beberapa misi untuk meningkatkan peringkat mereka. Dan kali ini, mereka ingin mengambil sebuah misi lagi.
Seorang pria mengambil sebuah kertas yang ada disana. Dan menunjukkan kepada rekan-rekannya. Tampak dia menyarankan untuk mengambil misi tersebut, karena di antara misi lainnya hanya misi inilah yang setingkat dengan mereka.
"Bagaimana kalau ini? Misinya adalah kita hanya perlu membawa 5 pasang telinga Goblin. Bagaimana menurut kalian?"
"Aku tidak keberatan, hanya saja jika kita ingin mencari Goblin, itu hanya ada di hutan Asgar. Memerlukan waktu cukup lama untuk sampai kesana jika kita berjalan kaki."
"Aku mengerti, karena kalian sudah setuju, maka kita akan berangkat besok pagi."
Kedua rekannya yang berupa wanita-wanita muda itu mengangguk setuju. Tetapi, ada satu orang yang tampak tidak senang dengan misi yang di pilih oleh ketuanya.
Dia terlihat tidak suka menjalankan misi tingkat dasar.
Sambil cemberut tidak senang, dia pun mengeluarkan suaranya dan berkata.
"Oi, Suota, bukankah itu terlalu mudah? Kenapa kau malam mengambil Quest tingkat dasar? Seharusnya kau mengambil Quest tingkat pemula."
Baginya, Misi tingkat dasar itu terlalu mudah, itulah kenapa ia menyarankan ketuanya yang bernama "Suota" untuk mengambil Misi tingkat Pemula.
Mendengar itu, Suota tampak ragu untuk memenuhinya. Dengan kemampuan mereka saat ini, dia yakin Party ini belumlah layak untuk mengambil Misi tingkat Pemula.
Di dunia ini, khususnya dalam Adventure. Quest di bagi menjadi beberapa tingkatkan. Dan tingkatkan terendah adalah Quest Tingkat Dasar, Tingkat Pemula, Tingkat menengah, Tingkat Tinggi, dan Tingkat Lanjut.
Quest-Quest ini pada dasarnya adalah sebuah permintaan dari seseorang, atau dari beberapa orang yang di ajukan kepada Guild Petualang dengan beberapa imbalan sebagai hadiahnya.
Jika seseorang berhasil menyelesaikan Misinya, maka mereka layak untuk mendapatkan hadiah yang di janjikan. Guild Petualang, tidak akan mengambil sepeser pun uang yang telah di janjikan sebagai hadiah para petualang.
Maski mengambil Quest yang berada satu level di atas mereka itu di izinkan, tetapi tetaplah sangat berbahaya.
Bukan hanya mereka, tapi sudah banyak petualang yang telah melakukannya. Dan, Rata-rata dari mereka tidak ada yang pernah kembali lagi. Bahkan jika mereka kembali, kondisi nya sudah sangat menyedihkan.
Suota membalasnya dengan berkata: "Mengambil misi satu peringkat di atas kita memang di izinkan, tetapi itu sangat berbahaya. Lagi pula, kita belum lama ini lulus dari akademi. Dan kemampuan kita tidaklah seberapa jika kita... "
Belum sempat dirinya selesai berbicara, dan mengingatkan temannya yang satu ini.
Dia menyela nya dengan raut wajah yang tampak tidak senang, dan cenderung kesal mendengar penjelasan dari Suota.
"Ya, ya, ya, aku tahu, aku ingat semuanya. Tapi apa salahnya jika kita mengambil misi tingkat pemula? Toh misi tingkat pemula tidak jauh berbeda dengan misi tingkat dasar! Apakah keberanian mu sudah menghilang? Aku tidak menyangka kau akan menjadi sepenakut ini."
Sabagai seorang rekan, tidak seharusnya saling merendahkan satu sama lain. Apa lagi, jika seseorang sedang mencoba mengingatkan, itu sangat lah tidak sopan.
Meski mereka telah mendapatkan pembelajaran lebih di akademi, dari para mantan-mantan petualang yang telah pensiun.
Yang harus di ingat adalah, sebuah cerita atau pembelajaran tidak akan sama jika kau ingin merefentasikannya dalam kenyataan. Sesuatu yang terdengat mudah, tetapi nyatanya itu sangatlah sulit dan berbahaya.
Bahkan para petualang senior yang masih aktif sampai saat ini, mereka tidak berani untuk mengambil tindakan lebih dengan misi yang tidak dapat mereka selesaikan. Kebanyakan dari mereka, selalu berhati-hati, dan mencari sebuah misi yang menurutnya memiliki peluang kematian kecil.
Demi menyakinkan ketuanya, yaitu Suota. Dia dengan percaya diri mengatakan mampu, dan pasti bisa.
"Ayolah, kita sudah lama menjadi petualang. Misi dasar dan pemula tidak jauh berbeda, aku yakin dengan kemampuan yang aku miliki, kita semua dapat menyelesaikan nya. Jangan menjadi pengecut seperti itu, kita harus menjadi kuat dengan cepat. Tidak perlu terus berada di zona nyaman setiap harinya."
Terdengar sedikit menyakinkan, tetapi masih meragukan.
Karena Suota tidak ingin berdebat, dia pun meng iyakan keinginan Touya.
"Baiklah, kau bisa memilihnya sekarang..."
Tersenyum senang, dengan percaya diri melangkah maju dan mengambil salah satu Quest nya.
Sebelum meraihnya, Suota mengingatkannya lagi.
"Aku tidak terlalu berharap, tetapi aku berharap anda mengerti. Apa yang anda lakukan saat ini anda harus siap untuk bertanggung jawab."
"Ya, ya, dasar cerewet."
Kesal dengan Suota karena terus mengoceh seperti orang tua. Tampak dia tidak suka dengan ocehan-ocehan Suota yang sok bertanggung jawab.
Sebuah kertas di ambilnya dari papan Quest, dan menunjukkannya kepada yang lainnya.
"Kita akan menaklukkan ini."
Dengan bangga menunjukkannya. Dia masih yakin dan percaya diri dengan kekuatan yang di miliki nya, Quest kali ini akan berjalan lancar sesuai dengan yang di inginkan.
Kedua orang lainnya, tepatnya kedua wanita itu tampak muram. Wajah mereka menghitam dan berkeringat. Menelan liur mereka dengan berat, tampak mereka ragu dengan keputusan itu.
Suota menatap tajam Touya. Dia memiliki perasaan yang sama dengan kedua wanita itu. Yaitu keraguan. Hanya saja, dia lebih berpikiran tenang. Namun, sorotnya tajam menatap Touya yang bangga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!