Pernikahan adalah momen indah dalam setiap hidup manusia, tapi keindahan itu seketika hancur jika sebuah perceraian datang melanda. Inilah yang dirasakan Ruby Milana, wanita cantik berumur dua puluh lima tahun yang baru saja bercerai dari suaminya .... Arkana Willian.
Ruby memutuskan menggugat cerai Arkan karena lelaki itu ketahuan berselingkuh dengan bawahannya sendiri. Sebelum bercerai, sebenarnya rumah tangga mereka sudah tidak harmonis dikarenakan mereka belum juga memiliki momongan, padahal sudah dua tahun menikah. Orang tua Arkan juga selalu menuntut cucu dari mereka.
Dan hari ini berakhir sudah mahligai rumah tangga yang sejatinya sudah terkoyak lama, meskipun sakit karena dia masih mencintai Arkan, tapi dia berusaha ikhlas menerima takdir hidupnya ini.
Ruby mengundang Laura dan Keke ke rumahnya, setelah memutuskan berpisah dari Arkan, Ruby pun kembali ke rumah peninggalan orang tuanya dan tinggal bersama sang adik yang bernama Safira.
Ruby dan Safira yatim piatu, kedua orang tua mereka sudah meninggal lima tahun yang lalu karena kecelakaan. Keduanya telah terbiasa mandiri dan hidup sederhana sejak ditinggal oleh ayah dan ibu mereka. Bahkan saat Ruby menikah dengan Arkan pun, Safira tidak ditanggung biaya hidupnya. Gadis berumur dua puluh tiga tahun itu memilih bekerja sambil kuliah. Dan kini dia sudah bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai staf marketing.
Ruby masih menangis terisak-isak setelah mencurahkan isi hatinya kepada kedua sahabatnya itu.
“Yang sabar, ya, By. Kamu harus kuat dan ikhlas.” Ujar Laura sembari mengusap punggung belakang Ruby.
“Iya, By. Jangan bersedih lagi! Laki-laki seperti Arkan itu tidak pantas ditangisi.” Sela Keke.
Ruby hanya bergeming sambil mengusap jejak air matanya.
“Keke benar, kamu terlalu baik untuk Arkan. Jangan buang air matamu hanya untuk manusia seperti dia.”
“Tapi aku masih mencintainya, Ra.” Sahut Ruby pelan.
“Mencintai orang yang selalu menyakitimu itu adalah suatu kebodohan, By! Jangan buang-buang waktumu! Kamu masih muda dan cantik, di luar sana pasti ada seseorang yang bisa mencintaimu dengan sungguh-sungguh. Jadi buka matamu dan berhenti menyiksa diri sendiri!” Ucap Laura.
“By, kami tahu kamu sedih dan terluka. Tapi jangan berlarut-larut! Sekarang waktunya kamu menikmati hidup dan jemput kebahagiaanmu.”
“Aku tidak tahu bagaimana hidupku setelah ini. Tidak mudah menjadi seorang janda, aku merasa malu.” Balas Ruby.
“By, janda itu bukan aib. Janda itu hanya wanita yang kurang beruntung karena harus berpisah dari suaminya. Jadi kamu tidak perlu malu.” Imbuh Keke.
“By, percayalah! Semua pasti baik-baik saja karena kami akan selalu ada untukmu.” Sambung Laura.
“Terima kasih, kalian memang sahabat terbaikku. Aku sangat menyayangi kalian.” Ruby memeluk Laura dan Keke.
“Kami juga menyayangimu.” Balas Laura dan Keke bersamaan.
Ketiga sahabat itu saling berpelukan, Ruby benar-benar merasa beruntung memiliki sahabat seperti Laura dan Keke. Mereka sudah seperti saudara untuk Ruby.
Keke menjauhkan dirinya. “Sekarang bagaimana kalau kita bersenang-senang ke bar?”
“Ide yang bagus! Yuk, By!” Ajak Laura.
“Aku sedang malas.”
“Ayolah, By! Kita kan sudah lama tidak nongkrong bareng. Please!” Rengek Laura.
Ruby menghela napas lalu mengangguk dua kali.
“Yeeee! Let’s go!” Seru Keke girang.
Ketiganya pun bersiap kemudian bergegas pergi.
Saat hendak berangkat, mereka berpapasan dengan Safira yang baru pulang kerja karena lembur.
“Loh, pada mau ke mana?” Tanya Safira bingung.
“Mau ajak Kakakmu bersenang-senang, biar tidak galau terus.” Jawab Keke. “Kamu mau ikut?”
Safira menggeleng. “Tidak, ah! Aku lelah banget habis lembur, ini saja mau langsung istirahat.”
“Oh, ya sudah. Kalau begitu kami pergi dulu.” Ujar Keke.
“Bye, Safira.” Laura melambaikan tangan.
Safira mengangguk sambil ikut melambaikan tangan.
“Kakak pergi dulu, ya.” Ruby pamit pada adiknya itu.
“Iya, Kak. Selamat bersenang-senang!” Balas Safira.
Mereka pun berangkat dengan menaiki mobil Laura.
💘💘💘
Ruby, Laura dan Keke datang ke sebuah klub malam. Ketiganya menenggak cocktail sambil menikmati lantunan musik yang dimainkan DJ, gemerlap lampu dan bisingnya suara musik, ditambah lagi canda tawa kedua sahabatnya itu, membuat Ruby sejenak melupakan kesedihannya. Dia bahkan juga sudah mulai mabuk, walaupun tidak berat.
Namun sepertinya kesedihan tidak mau terlalu lama meninggalkan Ruby. Saat janda cantik itu mulai merasa lebih baik, tiba-tiba Arkan dan kekasihnya datang dan melenggang masuk ke dalam klub malam. Hati Ruby kembali merana melihat wanita seksi yang bernama Renata itu bergelayut manja di lengan sang mantan suami, tapi sepertinya sepasang kekasih itu tidak menyadari keberadaan Ruby dan teman-temannya.
“By, jangan hiraukan! Kamu harus kuat!” Laura mengusap punggung belakang Ruby, berusaha menguatkan dan menenangkan sahabatnya itu.
Ruby hanya bergeming, memandang Arkan dan Renata dengan mata yang berkaca-kaca.
“Atau kita pergi saja dari sini?” Cetus Keke.
Ruby menggeleng. “Tidak usah! Aku tidak apa-apa, kok. Mau tidak mau aku harus siap melihat semua ini.”
“Iya, kamu benar. Aku yakin kamu bisa melalui semua ini.” Sahut Laura.
Tapi mendadak perut Ruby terasa mual dan hendak muntah, ini mungkin akibatnya karena dia meminum alkohol dalam keadaan perut kosong. Sebab sejak siang dia belum memakan apa pun.
Ruby menutup mulut sambil memegangi perutnya.
“By, kamu kenapa?” Tanya Laura cemas. “Kamu sakit?”
“Perutku mual, aku mau muntah.” Jawab Ruby.
Perut Ruby semakin terasa mual, seperti ada dorongan dari dalam yang ingin keluar. Dengan tergesa-gesa Ruby beranjak dan berlari ke toilet.
“By, mau ke mana?” Teriak Laura, tapi Ruby tak menghiraukannya.
“Aku susul dia, kamu tunggu di sini!” Pinta Keke yang langsung menyusul Ruby.
Tapi sial, Keke kehilangan jejak Ruby. Dia tak tahu ke mana sahabatnya itu pergi.
💘💘💘
Di dalam toilet, janda cantik itu langsung memuntahkan cairan kekuningan dan sedikit berbau alkohol. Setelah merasa lega, Ruby lalu membasuh wajahnya dengan air agar lebih segar dan menghilangkan efek mabuknya.
Tapi matanya membulat saat melihat seorang lelaki berjalan masuk ke dalam toilet, begitu pun dengan lelaki itu, dia juga terkejut melihat Ruby.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kau mau mengintip, ya?” Tuduh Ruby dengan sorot mata yang tajam.
“Bicara apa kau ini?” Tanya lelaki itu bingung.
“Jangan pura-pura bodoh! Dasar mesum! Kau pasti mau mengintip, kan? Ayo mengaku!” Sergah Ruby sembari memukul lelaki itu dengan tasnya.
“Apa-apaan kau? Jangan sembarangan!”
“Tolong! Ada yang mau mengintip! Tolong!” Teriak Ruby.
“Hei, jangan teriak-teriak!” Bentak lelaki itu seraya berusaha menangkis pukulan Ruby, tanpa sengaja lengannya tergores besi pengait tas Ruby.
Tak berapa lama beberapa orang lelaki masuk ke dalam toilet sebab mendengar suara teriakkan Ruby. Karena sudah ramai, Ruby pun berhenti memukuli lelaki itu.
“Ada apa ini? Kenapa Mbak bisa ada di sini?” Cecar seorang cleaning servis laki-laki dengan wajah bingung.
“Kenapa malah tanya saya, sih? Seharusnya kamu tanya dia, kenapa dia ada di sini?” Sungut Ruby sembari menunjuk ke arah lelaki itu. “Pasti dia ingin mengintip!”
Semua orang seketika tertawa mendengar kata-kata Ruby, membuat janda cantik itu kebingungan.
“Mbak, ini kan memang toilet pria, wajarlah kalau Mas itu ada di sini. Kalau Mbak, baru tidak wajar.” Ucap cleaning servis itu.
Ruby tercengang. “Masa, sih? Jadi ini bukan toilet wanita?”
“Bukan, Mbak. Sepertinya Mbak salah masuk toilet.”
Ruby terperangah dengan wajah yang memerah menahan malu, karena tergesa-gesa dan tak fokus, dia sampai tidak memperhatikan tulisan di depan toilet.
“Jangan-jangan Mbak ini yang mau mengintip.” Celetuk seorang lelaki bertubuh gemuk dan disambut gelak tawa yang lainnya.
“Tidak! Enak saja!” Sahut Ruby.
Takut-takut Ruby berbalik memandang lelaki yang dia pukul tadi dan lelaki itu hanya menatapnya dengan wajah dingin.
“A-aku minta maaf, ya.” Ucap Ruby canggung sebab merasa tak enak hati dan buru-buru hendak pergi, tapi lelaki itu menarik lengannya.
“Eh, kau mau ke mana?”
“Aku mau pergi, ini kan toilet pria.” Jawab Ruby.
“Tidak bisa!”
“Kenapa tidak bisa? Aku sudah minta maaf, jadi apa lagi?”
“Kau pikir bisa semudah itu pergi setelah menuduhku sembarangan dan memukuliku? Kau harus tanggung jawab!”
“Tanggung jawab apa? Kau bahkan tidak terluka sama sekali.” Protes Ruby sembari menarik lengannya yang dipegang oleh lelaki itu. Tapi tenaganya kalah kuat.
“Lalu ini apa?” Lelaki itu menunjukkan lengannya yang terluka.
“Itu hanya luka kecil, besok juga sembuh.” Ujar Ruby enteng. “Jadi sekarang tolong lepaskan aku!”
“Tidak semudah itu! Kau harus ikut aku untuk tanggung jawab!” Lelaki itu menarik Ruby keluar dari toilet.
“Aku tidak mau! Lepaskan aku!” Ruby memberontak, tapi lelaki itu tak menghiraukannya.
Tak kehabisan akal, Ruby pun nekat menggigit lengan lelaki itu.
“Aaarrgghh ....” Lelaki itu berteriak kesakitan dan langsung melepas cengkeramannya dari lengan Ruby.
Dan situasi ini dimanfaatkan oleh Ruby untuk buru-buru kabur.
“Hei, tunggu!” Teriak lelaki itu, tapi Ruby tak peduli.
Ruby bergegas keluar dari klub malam dan mencari taksi, sementara lelaki itu hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Sebenarnya dia hanya ingin menggoda Ruby sebab merasa lucu dengan tingkah konyol wanita itu saat di toilet tadi.
“Dia cantik dan lucu.” Tutur lelaki itu, sepertinya dia mengagumi Ruby.
Setelah mendapatkan taksi, Ruby naik dengan tergesa-gesa.
“Pak, cepat jalan!” Pinta Ruby.
Janda cantik itu bisa bernapas lega saat taksi mulai melesat menjauh dari klub malam.
“Gila itu orang! Dia pasti mau memanfaatkan aku.” Gumam Ruby.
Ruby kemudian mengirimkan pesan kepada Laura dan mengatakan dia pulang duluan karena merasa tidak enak badan.
💘💘💘
Ruby tiba di rumah, dia berjalan dengan langkah yang lemah. Sejujurnya kepala Ruby terasa sedikit berat dan pusing, perutnya juga masih terasa mual. Safira yang melihat sang Kakak segera menghampirinya.
“Kakak sudah pulang? Cepat sekali?” Tanya Safira.
“Iya, tadi ada sedikit masalah, jadi Kakak pulang lebih awal.” Jawab Ruby.
Safira menautkan kedua alisnya. “Masalah apa, Kak?”
Ruby pun menceritakan kejadian di toilet tadi, tawa Safira sontak pecah mendengar kejadian konyol yang menimpa sang Kakak.
“Ya, ampun, Kak. Pasti malu banget pas sadar kalau sebenarnya Kakak yang salah masuk.”
“Iya, Kakak malu banget. Tapi tetap saja Kakak kesal dengan pria itu, dia pasti ingin memanfaatkan Kakak. Untung saja Kakak bisa kabur.”
“Harusnya Kakak jangan kabur, siapa tahu kayak di drama-drama itu, berawal dari salah sangka, kalian malah jadi cinta.” Ledek Safira.
“Apaan, sih? Itu kan di drama. Kalau dia berniat jahat gimana?”
“Iya juga, sih.” Tukas Safira. “Oh iya, Kak. Kantor aku sedang buka lowongan pekerjaan ini, gimana kalau Kakak melamar kerja ke sana.”
“Benarkah? Lowongan bagian apa?”
“Katanya sih bagian administrasi.”
“Baiklah, besok Kakak akan kirim lamarannya.”
“Kirim via email saja, Kak. Nanti aku kasih alamat email nya.”
Ruby mengangguk. “Baiklah.”
“Kerja di kantor aku asyik, loh. Teman-temannya baik dan seru, Bosnya juga ganteng banget. Aku saja selalu berharap bisa jadi kekasihnya.”
“Yee, kamu ini mengkhayal jangan tinggi-tinggi! Mana mau orang kaya seperti dia punya kekasih rakyat jelata.” Ruby meledek adiknya itu.
“Mungkin saja, Kak. Siapa tahu nasib aku seperti Cinderella.” Sahut Safira.
“Sudah, ah. Kakak yang minum, malah kamu yang mabuk.” Seloroh Ruby dan beranjak dari duduknya. “Kakak mau istirahat, dulu. Selamat malam.”
“Selamat malam, Kak.” Balas Safira. “Aku juga mau tidur, biar bisa mimpi pangeran ku.”
Ruby hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala mendengar ocehan Safira, dia sedang berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun sesungguhnya merasa sangat hancur. Tapi dia tahu, terpuruk dalam kesedihan bukanlah cara yang tepat. Dia harus bangkit dan menata ulang hidupnya, dia tak ingin terlihat menyedihkan di mata orang lain.
💘💘💘
Sudah seminggu berlalu, Ruby juga telah mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke kantor Safira. Dia berharap bisa diterima bekerja di perusahaan itu, karena uang tabungannya semakin menipis, dan dia tak ingin menjadi beban bagi adiknya.
Ruby sedang mengotak-atik ponselnya, dia memandangi foto-foto dirinya bersama Arkan sewaktu mereka masih menjadi suami istri, seketika dia merindukan mantan suaminya itu.
“Aku tidak boleh seperti ini, aku harus melupakannya.” Ruby pun menghapus semua foto-foto itu dari ponselnya, dia tak ingin mengingat Arkan lagi.
Tiba-tiba sebuah email masuk dan ternyata itu balasan dari Unique Jewelry, perusahaan tempat Safira bekerja. Ruby diminta datang ke perusahaan itu sekarang juga untuk interviu.
Dengan terburu-buru, Ruby mengganti pakaiannya dan sedikit berdandan, lalu bergegas pergi dengan perasaan gugup bercampur senang.
Setibanya di gedung mewah berlantai sepuluh itu, Ruby dipersilahkan masuk ke ruang HRD. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, duduk di hadapannya.
“Selamat siang, Ruby Milana.” Sapa wanita itu ramah.
“Selamat siang, Bu” Jawab Ruby tegang.
“Perkenalkan saya Desi, saya HRD di sini.” Ujar wanita bernama Desi itu. “Bisa kita mulai interviewnya?”
Ruby mengangguk. “Bisa, Bu.”
Desi mulai menginterview Ruby dan bertanya banyak hal tentang wanita itu termasuk statusnya. Ruby pun menjawab pertanyaan Desi dengan gugup dan apa adanya.
“Baiklah, Ruby. Saya sudah melihat CV kamu dan mendengar semua jawaban kamu, saya cukup puas. Jadi dengan ini saya nyatakan kamu diterima bekerja di sini.”
Ruby tercengang, dia tak menyangka akan diterima secepat ini.
“Benar, Bu?” Ruby memastikan lagi karena merasa tak percaya.
Desi mengangguk sambil tersenyum. “Iya, kamu akan menjadi staf administrasi dan mulai besok kamu sudah bisa bekerja.”
“Iya, Bu. Terima kasih banyak.”
“Baiklah, kalau begitu silakan tanda tangan kontrak kerjanya.” Desi mengangsur kan selembar kertas ke hadapan Ruby.
Ruby pun membaca surat kontrak kerja itu dengan saksama, baru kemudian dia menandatanganinya.
“Selamat bergabung di Unique Jewelry, Ruby.” Desi menyodorkan tangannya dan Ruby pun menjabatnya. “Dan usahakan jangan membuat kesalahan sekecil apa pun, karena atasan kita sangat disiplin dan tegas.”
“Iya, Bu. Saya pasti bekerja sebaik mungkin.” Balas Ruby. “Sekali terima kasih.”
“Sama-sama.”
💘💘💘
Setelah urusannya dengan Desi selesai, Ruby pun meninggalkan gedung Unique Jewelry, tapi dia tidak langsung pulang. Ruby memutuskan ke toko pakaian untuk membeli beberapa potong baju baru untuk dipakai bekerja, dengan sisa uang tabungannya.
Setelah memutuskan menggugat cerai Arkan dan keluar dari rumah suaminya itu, Ruby sama sekali tak mendapatkan nafkah, mantan suaminya itu melepaskan tanggung jawabnya begitu saja. Untung selama menikah dengan Arkan, Ruby menabung sedikit demi sedikit sisa uang belanja tanpa sepengetahuan suaminya itu, jadi saat ini uang itulah yang dia gunakan untuk keperluannya.
Ruby menyusuri tiap sudut toko, memilih-milih pakaian mana yang kiranya cocok untuk dia pakai ke kantor. Tentu dia mencari yang harganya terjangkau agar tidak terlalu menguras tabungannya.
Tiba-tiba seorang wanita masuk ke toko pakaian itu dan terkejut melihat keberadaannya.
“Ruby?”
Ruby mengalihkan pandangan ke arah suara yang memanggil namanya, seketika matanya membulat saat melihat sosok Rena.
“Rena?”
“Tidak disangka kita bertemu di sini.” Ucap Rena.
“Hem, sepertinya aku sedang sial hari ini.” Balas Ruby dengan wajah masam.
“Ruby, kenapa bicara seperti itu?”
“Sudahlah, aku sedang tidak ada waktu meladenimu.” Ruby berlalu meninggalkan Rena, dia benar-benar malas melihat wajah wanita yang telah merebut hati suaminya itu.
Rena tidak menyerah begitu saja, dia pun mengikuti Ruby.
“Ruby tunggu!”
Ruby tidak menggubris wanita itu, dia terus berjalan menuju pintu keluar, tapi tak disangka Arkan juga datang dan mereka berpapasan.
“Ruby?” Arkan sedikit kaget lalu beralih memandang Rena yang berdiri di belakang mantan istrinya itu.
“Mas Arkan?” Ruby menatap Arkan, matanya sontak memanas dan dengan cepat cairan bening menggenangi nya.
“Sayang ....” Rena tiba-tiba berhambur memeluk Arkan. “Tadi dia menghina aku di depan semua orang, dia bilang aku ini tidak tahu malu dan murahan.”
Ruby tercengang mendengar Rena memfitnahnya.
Arkan sontak menatap tajam Ruby. “Apa yang kau lakukan? Kita sudah berakhir dan kau tidak punya hak untuk menghina kekasihku!”
“Mas, tanpa aku hina pun, semua orang sudah tahu seberapa hina nya pelakor ini. Jadi menurut Mas, apa masih perlu aku menghinanya?” Ucap Ruby sambil menahan air matanya.
“Jaga ucapan mu itu!” Bentak Arkan.
“Aku tidak perlu menjaga ucapan ku, aku cukup menjaga harga diriku agar tidak terhina seperti dia.” Lanjut Ruby dan bergegas pergi meninggalkan dua insan itu sambil mengusap air matanya yang jatuh menetes.
“Sayang, dia menghinaku lagi.” Rengek Rena manja.
Arkan hanya mengeraskan rahangnya menahan geram karena kata-kata mantan istrinya itu sembari memeluk Rena yang menyeringai licik.
Di sepanjang jalan, Ruby tak henti-hentinya menangis, dia mengabaikan orang-orang yang memandangnya. Hatinya terluka dan sakit, lelaki yang dia cintai dan dulu pernah mencintainya kini lebih memilih membela wanita lain.
Ruby memutuskan untuk pulang tanpa sempat membeli apa pun, dia berjalan tergesa-gesa dan hendak menyeberang jalan dengan sembarangan. Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah melaju kencang dan nyaris menabraknya, untung pengendara mobil itu mengerem tepat waktu.
“Maaf.” Ruby mengangguk sembari mengucapkan maaf dan berlalu pergi begitu saja.
Seorang pria yang duduk di balik kemudi mobil sedan mewah itu hanya memandangi Ruby dari dalam mobilnya.
“Dia?” Gumam pria itu.
Entah apa yang ada di pikiran pria itu, dia kembali melajukan mobilnya lalu memutar arah. Saat melihat Ruby naik bis, pria itu segera mengikutinya tanpa sepengetahuan Ruby.
💘💘💘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!