...SELAMAT MEMBACA!...
...*...
...*...
...*...
GUYS JIKA ADA TYPO TANDAIN YA. THANK YOU
Dalam sebuah ruangan yang minim cahaya wanita muda bernama LEXIA tengah memasang sebuah perban untuk menutupi luka di telapak tangannya.Karena ruangannya memang kedap suara membuat gadis itu tidak mendengar suara gaduh di sekitarnya.Lexia atau biasa orang panggil Xia masih saja duduk tenang dengan pandangan masih terfokus pada telapak tangannya.
“Selesai.”
Bertepatan dengan itu, terdengar suara ketukan pintu membuat gadis itu berjalan kearah pintu lalu membukanya,terpapanglah wajah pria yang ia kenal REI .Pria itu terlihat kesusahan mengatur napasnya dengan ekspresi panik.
“Gawat Xia! Kita harus segera pergi dari sini!!” teriak pria itu.
“Ada apa? Apa yang sedang terjadi?” tanya Xia saat mendengar suara gaduh dari arah seberang lorong ruanganya.
“Kita sudah terkepung Xia! Para anggota BlackDemon sudah mengepung markas!” ucap Rei panik,terdapat beberapa lebam diwajahnya.
Xia yang mendapatkan kabar seperti itu melotot kaget,bagaimana bisa organisasi para pengintai dunia bawah ketahuan seperti ini.
Blackdemon merupakan sebuah organisasi dunia bawah yang sering melakukan penyeludupan senjata illegal dan beberapa obat haram seperti narkoba dan sejenisnya.
Sementara markas yang kini tengah dikepung merupakan markas organisasi yang Xia ikuti sejak ia lulus dari sekolah menengah atas.Nama organisasinya adalah SatCOBRA yang merupakan organisasi khusus penyelidikan dan pengawasan dunia bawah, ibaratnya adalah musuh Blackdemon karena kami sering mengintai dan mengawasi pergerakan mereka sesuai intruksi dari badan intelejen di negaranya.
“Kita harus segera pergi dari sini.” Rei menggandeng tangan Xia untuk berlari melewati lorong-lorong sepi.
Tangan Xia yang baru saja ia obati kembali mengalirkan darah karena digenggam dan ditarik oleh tangan kekar pria itu. Xia berusaha menyeimbangkan langkah kakinya walaupun sesekali meringis ngilu. Xia yakin lukanya akan kembali robek jika terus digenggam seperti ini.
Rei terus berlari membawa Xia menuju tempat yang lebih aman bahkan ia tak mengiraukan ringisan dari gadis itu karena Rei terlalu fokus berlari sampai lupa dengan kondisi partner larinya itu.
Wajah Xia yang tadinya cerah kini sudah mulai pucat karna kehilangan cukup banyak darah. Sedari tadi darah terus saja mengalir meninggalkan jejak di lantai yang mereka lewati.
Xia meraskan pusing di kepalanya.
Dirinya baru saja selesai melaksanakan tugas dan belum sempat beristirahat membuat kekuatan tubuhnya berkurang drastis.
Dari arah belakang terdengar suara derap langkah kaki yang menggema mengiringi langkah lari mereka.
“Bagaimana dengan yang lainnya Rei? Apa mereka sudah pergi dari sini?”
Seharusnya gadis itu juga memikirkan kondisinya saat ini, jika ia berhenti berlari jelas keduanya akan tertangkap dan ditembak mati oleh para anggota Blackdemon yang mengejar mereka. Decak Rei.
“Kau tenang saja,mereka sudah pergi sebelum suasana serumit sekarang.” Jawab Rei yang terus berlari menggandeng Xia.
“Kenapa kau tidak ikut menyelamatkan diri ?? Kenapa kamu justru bersama dengaku rei?”
Lelaki itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan menatap wajah gadis dibelakannya itu, ”Apa kau pikir aku akan meninggalkanmu begitu saja Xia?! "
Rei kembali menarik tangan kanan Xia keluar dari dalam gedung. Baru saja mereka akan membuka pintu keluar darurat terdengar suara tembakan dari arah belakang mereka.
"Akhirnya bisa... "
Saat Rei menarik tangan Xia keluar dari gedung gadis itu meringis kesakitan.
“Astaga Xia! Tanganmu?!"
"Maafkan aku yang tidak melihatnya! Pasti sangat sakit...” Ucap pria itu menatap nanar dan khawatir luka di tangan Xia.
“Tidak apa-apa. Ini luka biasa. "
“Kita hanya perlu selamat dan aku akan mengobati lukamu!”
Xia melihat sosok dari arah jam 3 yang tengah berjalan pelan menodongkan pistol kearah mereka, sementara Rei lelaki itu tengah focus menatap tangan gadis itu.
“Ayo kita kel-“
DORR!!!
GREP
Tanpa basa-basi Xia langsung memeluk punggung tegap milik Rei dari belakang , menjadikan tubuhnya sebagai tameng.
Rei tekejut mendengar suara tembakan yang sangat dekat di belakangnya dan langsung berbalik badan saat merasakan pelukan seseorang di belakang tubuhnya.
“LEXIAAA!!”
Teriak Rei terkejut saat gadis itu memeluk tubuhnya untuk mencegah peluru mengenainya . Namun tembakan itu justru mengenai pundak bagian belakang Lexia.
Xia masih memeluk tubuh Rei karena merasakan sakit yang amat sangat luar biasa di bagian pundak bahwanya. Rasanya ia ingin menangis sekuat tenaga untuk mengutarakan rasa sakitnya.
Tubuh gadis itu kian melemah dengan sigap Rei menahan tubuh Xia agar tidak terjatuh ke lantai.Rei dapat merasakan tubuh Xia bergetar hebat ,bahkan air mata sudah mengalir di kedua mata lelaki itu.
“Xia kamu akan baik-baik saja! Tetap bertahan! Aku akan membawamu keluar dengan selamat!” ucapnya bergetar menahan isak.
Dari arah sudut matanya Xia dapat melihat sosok berpakaian hitam itu masih menodongkan pistol kearah mereka bedua. Namun entah mengapa Rei tidak merasakan kehadiran sosok itu, padahal biasanya lelaki itu sangat peka terhadap pergerakan disekitarnya.
Jelas sosok misterius itu orang yang sangat berbahaya dan memang mengincar dirinya.
“Pergi dari sini Rei.”
"Tidak aku tidak akan meninggalkanmu disini begitu saja!!”
“Dia berada disini, cepat pergi!!” tegas xia saat melihat sosok itu bersiap menarik pelatuknya kembali.
Ini akan jauh lebih tragis jika kedunya tidak bisa keluar dari gedung ini. Xia berharap Rei sekaligus sahabatnya itu bisa berhasil dan tetap hidup.
“Mereka siapa? Disini tidak ada siapa-siapa lexia!!”
Sesuai apa yang Lexia katakan, lelaki itu tidak bisa merasakan kehadriran sosok itu yang tengah bersembunyi di pojok lorong.
“Cepat pergi!!!”
“Tidak jika tidak bersamamu.” Rei hendak menggendong tubuh tak berdaya Xia namun suara tembakan kembali terjadi.
Rei langsung berdiri dalam mode waspada, peluru tadi tidak mengenai keduanya .Namun peluru itu justru mengenai pintu di belakangnya. Itu artinya adalah tanda peringatan.
Rei menarik pistol di sakunya dan menodongkannya keseluruh penjuru Lorong itu.
”KELUAR!!”
“Jangan jadi pengecut!”
“Rei cepat pegi dari sini!!!” perintah Xia dengan susah payah, ia berdecak kesal karena lelaki itu sangat keras kepala.
"Tidak akan!! Aku sendiri yang akan melawannya." tegas lelaki itu.
"Dia mengincar ku. " lirihnya
Lexia sudah terlalu banyak kehilangan darah. Lemas itu yang ia rasakan.
"Aku sudah tidak bisa berlari lagi Rei. Jika pun kita bisa keluar dari sini ,aku pasti akan merepotkanmu. Aku ingin menjadi ketua yang berguna untuk anggota ku.. jadi tolong dengarkan perkataanku Rei untuk yang terakhir kali. " tegas Xia
Jika Rei berhasil membawanya pergi belum tentu dirinya bisa selamat karena luka yang ia alami sekarang. Xia yang sekarang sudah pasrah justru bangga jika meninggal karena tugasnya , apalagi menyelamatkan anggota yang ia pimpin.
“Ta-tapii......” terlihat jelas ekspresi frustasinya.
Rei Kembali berjongkok didepan Xia,tangan gadis itu menyentuh sisi wajah rei dan mengusapnya lembut kemudia tersenyum.
“Jika kau selamat,tolong balas kematiankku...”
“Xiaa…” panggilnya lirih, sungguh hati Rei sangat sakit melihat nya.
Tangan Xia mengusap air mata yang terjatuh di pipi lelaki itu.
”Aku benar-benar sudah tidak ada tenaga lagi,tolong segera pergi dari sini…..” pintanya dengan wajah yang sangat pucat.
“Lexia ak-aku mencintaimu….”
Sebagai seorang wakil yang selalu berdampingan dengan Lexia tentu saja Rei memiliki rasa suka terhadap gadis itu. Gadis yang sangat pemberani dan loyal kepada anggotanya. Lexia sangat pintar dan tegas itu yang membuat Rei kagum terhadap gadis itu.
Rei rasa perbedaan umur 6 tahun bukan sebuah penghalang, namun nyatanya masih ada penghalang yang lain dan tak bisa dihindari yaitu kematian.
Rei sungguh tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Semuanya berjalan sangat cepat dan tidak terdeteksi, seharusnya ia lebih cepat datang dan memberitahu gadis yang dicintainya itu.
Semua penyesalan ada di dalam hati Rei, di otaknya bersemanyam kata 'seandainya' yang akan menjadi kata penyesalan .
"I love you Lexia. "
Xia sedikit terkjut mendengar ungkapan cinta dari pria itu. Ia tidak tahu harus membalas apa.
Rei mencium bibir Lexia dengan penuh kelembutan. Lexia tidak memberontak, walaupun ia terkejut akan tindakan Rei.
"Kita akan berjumpa kembali. Aku janji."
Rei berdiri dengan berat hati membuka pintu itu dan menatap Xia dengan pandangan sedih.
"Maaf."
Rei berlari keluar meninggalkan xia disana dengan tubuh berlumur darah. Terdengar suara langkah kaki yang mendekati tempat ia terduduk lemah.
“Lexia..."
"Tidak menyangka kau akan berakhir tragis seperti ini.”
“Akhirnya dedam ingin membunuhmu bisa tersalurkan sekarang.” tawa lelaki itu menggema.
Lexia hanya diam menatap orang itu datar.
“Sayang sekali gadis pemberani yang sering menggagalkan rencanaku akan segera mati, ada ucapan terakhir sebelum menuju neraka???” ucap lelaki itu penuh kemenangan.
“Cepat bunuh.” geram Xia
“Biklah jika itu maumu.” Pria itu bersiap menarik pelatuk pistolnya.
Xia memejamkam matanya dengan pasrah.
DOR*
DOR*
Peluru itu meluncur mengenai tepat di jantungnya.Tubuh Lexia terjatuh dengan keadaan yang mengenaskan. Seorang Lexia pemimpin organisasi SatCOBRA meninggal dunia setelah selesai menjalannkan misinya ,itu akan menjadi berita hangat diseluruh penjuru negara ini.
Ptia itu membuka penutup kepalanya dan tersenyum miring melihat tubuh bersimbah darah di depannya.
“Selamat beristirahat kakak.”
...To be continued.. ...
...MOHON KESADARANNYA UNTUK MENINGKATKAN JEJAK VOTE, LIKE, KOMENTAR DAN BERI HADIAH. FOLLOW JUGA YA! ...
...SELAMAT MEMBACA...
...*...
...*...
...*...
KERAJAAN AQUALIORS
Di kesunyian malam seorang wanita tengah berjuang melawan maut, ditemani beberapa pelayan setianya dan salah seorang dokter.
“Hikss…putri harus bisa bertahan, jangan tinggalkan hamba..” tangis salah satu pelayan setia putri yang tengah terbaring lemah di atas ranjang.
Mereka yang memang sudah mengorbankan tenaganya untuk tetap setia kepada putri Luciana, putri yang terbuang .Para pelayan di pavillium Bulan adalah bekas pelayan sang ratu pertama yang kini tengah menjalankan hukuman yang bukan kesalahannya.
Karena itu mereka sekarang setia kepada salah satu putri sang ratu yang juga mendapatkan pengabaian oleh pihak istana,bahkan sang putri sakit pun tidak ada yang menjenguknya.
Para pelayan disana menangis saat melihat mata sang putri yang perlahan tertutup,tak lama setelahnya sang putri menghembuskan napas terakhirnya.
“Maafkan saya...Putri Luciana telah meninggal hari ini pukul 12.00.” ucap sang dokter yang kemudian pergi dari ruangan begitu saja.
Tangisan pelayan setia sang putri semakin kencang saat mendengar berita memilukan seperti ini. Pelayan bernama Elis mendekati ranjang putri Luciana dengan tatapan sendu kemudian mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.
”Selamat jalan putri Luciana. Andasudah bebas dari penderitaan dan berbahagialah disana.” ucapnya penuh dengan pandangan kehilangan.
Walaupun sang putri sering diperlakukan kasar oleh pelayan disini, tapi bagi Elis Putri Luciana adalah gadis yang sangat baik dan tulus. Elis pelayan termuda disana sudah menganggap putri Lucian sebagai adiknya sendiri.
Pintu terbuka lebar masuklah sosok pria dengan pakaian mewahnya. Beliau adalah Raja Gilbert , raja yang memerintah kerajaan Aqualiors sekaligus ayah dari putri Luciana.
Pria itu berjalan mendekati ranjang tempat putri Lucia tertidur untuk selamanya.
Gilbert menatap datar tubuh putrinya yang diyakini telah tiada. Tak ada ekspresi sedih hanya terbesit sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan.
“Urus pemakamannya besok.”
Hanya itu yang pria itu katakan dan berbalik badan berjalan keluar begitu saja.Sementara para pelayan yang melihatnya tersenyum miris.
Beruntung putri mereka tidak melihatnya jika iya pasti hati putri Luciana akan terluka melihat sikap dingin ayahnya itu.
...Di Malam Hari...
Seorang pelayan bernama Elis terduduk lemas di samping ranjang kayu sedehana itu. Di ranjang ini terbaring jenazah putri yang sering ia layani. Air matanya terus mengalir diringi isakan pilu yang menyayat hati .
Tak ada siapapun diruangan itu selain dirinya. Semua pelayan dari kediaman Bulan tengah menyiapkan upacara pembakaran jenazah putri Luciana untuk besok pagi. Dari keluarga kerajaan tak ada yang menjenguk putri Luciana untuk yang terakhir kalinya hanya Raja yang baru saja menjenguknya itupun sangat singkat.
Raja Gilbert, Ratu Adriana , Pangeran Albert , Pangeran Emillio , Pangeran Altar dan Putri Arabella untuk pagi ini belum juga menampakkan batang hidungnya.
Ratu Adriana sekarang menjadi ratu menggantikan ibu dari putri Luciana, beliau memiliki dua anak yaitu pangeran Altar dan Putri Arabella yang seumuran dengan Putri Luciana.
“Yang mulia …mengapa anda harus mendapatkan perlakuan seperti ini...” Ucap pelayan Elis mengusap tangan dingin putri Luciana.
“Jika anda pergi .. maka hamba juga akan ikut dengan anda putri. Maafkan hamba yang tidak bisa menjaga putri...” tangisnya pilu
Elis teringat pada pesan mendiang ibunya yang merupakan pelayan pribadi mantan ratu Adellia ,sebelum ibunya dijatuhi hukuman mati karena sebuah fitnah tak berdasar , padahal beliau hanya ingin membela kebenaran.
“Sebentar lagi putri bungsu dari ratu Adellia akan lahir. Tolong jadilah pelayan pribadinya dan jaga anak malang itu. Jangan biarkan para orang jahat menyakitinya,bjika perlu korbankan nyawamu untuknya.”
Begitulah pesan terakhir ibu Elis waktu dirinya berumur 10 tahun. Mengingatnya membuat Elis merasa bersalah pada ibunya karena lalai menjaga sang putri.
Malam kian larut disertai guntur yang tiba-tiba menyambar di angkasa seolah mengerti kesedihan Elis.
Merasa akan hujan pelayan Elis beranjak untuk menutup jendela kamar itu. Dilihatnya warna langit yang berwarna hitam gelap disertai sambaran petir berwarna putih.
“SSHHH…”
Kedua mata Luciana terbuka secara perlahan, rasa sakit di kepelanya membuatnya meringis kesakitan. Bertepatan dengan itu kilasan memori tiba-tiba menyeruak masuk kedalam ingatanya layaknya kaset film.
Pelayan Elis belum menyadari pergerakan itu , ia masih sibuk menutup dan membenarkan gorden jendela .
JRETT…DUAR!
Bersamaan dengan dentuman petir diangkasa pelayan Elis berbalik badan, seketika badannya terdiam kaku dengan pandangan melotot kaget saat melihat putri Luciana tengah terduduk di ranjang sambil memegang kepalanya.
“KYAAAAAAA.....HANTUUUU!!!!”
Luciana atau Lexia yang sekarang berada diraga itu juga tersentak kaget mendengar teriakan dari seseorang di ruangan itu.
Keduanya sama-sama dalam posisi terkejut.
Elis yang terkejut karena menyangka Luciana adalah hantu , sementara Lexia terkejut karena teriakan membahana wanita itu.
“Ya-yang mulia??” suara Elis bergetar karena takut. Ia masih saja shok berat melihat sang putri terduduk diatas ranjang.
Lexia yang baru saja mendapatkan potongan memori kini sudah mulai bisa mengontrol tubuhnya sendiri. Luciana yang langsung mengerti situasinya pun berusaha serileks mungkin.
“Ap--apa anda putri Luciana?” tanya pelyan Elis hati-hati.
“Kau pikir aku hantu?”
Pelayan Elis yang tadinya waspada kini mulai menitihkan air mata haru karena tuan putrinya hidup Kembali. Pelayan Elis berlari kearah ranjang Luciana dan bersujud penuh syukur.
Luciana yang melihatnya melotot kaget apa yang tengah pelayan itu lakukan?? Bersujud padanya? Dirinya bukan tuhan.
“Hentikan!"
"Jangan lakukan hal bodoh seperti itu dan cepat berdiri.”
“Ya-yang mulia hamba sangat senang anda hidup Kembali.” Ucap pelayan Elis penuh haru
“Berhenti menangis dan katakan dimana aku berada sekarang?” tanya Luciana
Pelayan yang ia ketahui sebagai pelayan pribadi Luciana mendongakkan kepalanya .
”Tentu saja anda berada di kamar anda sendiri putri.”
Luciana bangkit dari duduknya berjalan mendekati sebuah cermin di pojok ruangan. Lexia dapat melihat jelas pantulan wajah raga yang tengah ia tempati sekarang.
“Cantik dan manis ,tapi aku lebih suka wajahku yang tegas.”
“Gadis ini sebenarnya cantik namun kulit wajahnya sangat kasar dan berflek hitam, sangat disayangkan.” ucap Luciana yang terus mengomentari raga yang ditempatinya.
“Jika diperbaiki lagi kulitnya aku yakin semua pria akan mengajukan lamaran pernikahan padaku.”
Pelayan Elis mengeryit bingung melihat tingkah tuan putrinya yang sedang berbicara dengan cermin? Apakah bangun dari kematian bisa membuat seseorang bisa berbicara dengan benda mati???
Jika benar itu sungguh luar biasa!
“Kak Elis…Ambilkan aku madu dan lidah buaya sekarang.” pinta Luciana
“Ke-kenapa yang mulia memanggil pelayan rendahan seperti saya seperti itu. Jika ada yang mendengarnya putri akan dihukum.” ucap Elis menunduk bergetar takut.
“Ada yang salah? Lagpula kau sudah menganggapku adikmu bukan?? Jadi tidak ada salahnya memanggilmu kakak.” ucap Luciana santai.
“Tap-"
“Cepat ambilkan madu dan lidah buaya dan jangan banyak bicara!! Ikuti saja perintahku!” tegas Luciana yang membuat pelayan Elis mengangguk .
“Baik yang mulia.Hamba juga harus melapor kepada yang mulia raja atas kondisi anda."
"Kembalilah berbaring yang mulia.” pinta pelayan Elis.
Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa putri Luciana terlihat berbeda dari tatapan matanya.Namun Elis juga tak bisa menampik bahwa dirinya merasa bahagia saat putri Luciana memanggilnya kakak.
Luciana hanya diam dan menatap kepergian pelayan Elis.
Matanya berkeliling menatap interior ruangan yang terlihat sangat sederhana.Luciana merupakan putri seorang raja namun kenapa kamarnya tidak sesuai dengan posisinya? kamar ini justru terllihat seperti kamar seorang pelayan biasa.
“Putri Luciana De Aquariors ,seharusnya itu nama panjangmu.”
“Sayang sekali putri harus meninggal dan dicampakkan seperti ini.”
“Apa aku harus berpura-pura menjadi dirimu untuk mengembalikan nama baikmu putri yang terhormat?”
Luciana menatap pantulan dirinya di cermin,seolah meminta jawaban pada bayangan yang terpantul di depanya.
“Aku akan membantumu tapi dengan sifatku sebenarnya. Tak ada lagi Luciana yang ada hanya jiwa Lexia yang bebas.” Ucapnya tersenyum miring.
Pintu kamar terbuka. Pelayan muda itu berjalan mendekati Luciana yang masih berdiri di depan cermin.
“Ini barang yang tuan putri minta.”
Lucia mengambil barang yang dimintanya kemudian berjalan menuju meja rias.
“Apa yang akan anda lakukan dengan benda itu yang mulia?”
“Aku akan mengobati wajahku.”
“Oh begitu.”
Luciana sibuk mencampur kedua bahan itu dengan tenang sementara pelayan Elis hanya melihat dengan diam,walaupun ia juga penasaran. Luciana mengaplikasikan masker alami buatannya ke wajah ,ia berharap bisa memudarkan flek hitam yang berada di wajahnya.
“Ini sudah malam yang mulia,sebaiknya ada bergegas tidur.” pinta Elis
“Aku akan tidur setelah ini. Kau boleh pergi.”
“Hamba sudah menyampaikan kabar baik ini kepada yang mulia raja,dan beliau akan berkunjung besok pagi. Jangan tidur terlalu larut putri.” ucap Elis yang dibalas anggukan saja oleh Luciana.
Ia tidak bisa membuka mulutnya karena masker diwajahnya,melihat tanggapan singkat dari putri Luciana pelayan Elis pamit undur diri.
Sepeninggalan pelayan muda itu,Luciana berjalan untuk membuka gorden dan menatap langit malam. Diluar terlihat petang dan ada beberapa prajurit yang berlalu lalang di depan gerbang pavilium Bulan.
Merasa sudah kering Luciana menutup gorden namun gerakan tanganya terhenti ketika pandangan matanya bersitatap dengan sosok serba hitam yang bersembunyi di balik pepohonan. Hanya beberapa detik, kemudian Luciana menatapnya datar dan menutup rapat gorden kamarnya.
Ternyata refleks dan ilmu yang pernah ia pelajari bisa terbawa sampai sini. Ia akan mengeceknya besok pagi apakah ilmu beladirnya masih berfungsi atau tidak.
Luciana membasuh wajahnya dan berjalan menaiki ranjang untuk melanjutkan tidurnya.
...To be continued.......
...MOHON KESADARANNYA UNTUK MENINGGALKAN JEJAK KOMENTAR, LIKE, VOTE, BERI HADIAH DAN FOLLOW JUGA. ...
...THANK YOU ...
...SELAMAT MEMBACA!...
...*...
...*...
...*...
Pagi Hari di Paviliun Bulan
Luciana sudah bersiap menyambut kehadiran sang raja yang sayangnya merupakan ayah dari sosok Luciana. Mungkin berita bahwa putri Luciana bangkit dari kematian sudah beredar di seluruh istana.
Luciana tersenyum tipis membayangkan nya.
Bagaimanapun Lexia dulu hanya warga sipil dan belum tau bagaimana kehidupan di dalam kerajaan. Namun Lexia tidak bodoh, dibalik kesejahteraan rakyat dan kebahagiaan yang sering mereka umbar, di dalamnya terdapat konflik yang luar biasa mengerikan. Bahkan dalam perebutan kekuasaan pertumpahan darah atau sabotase pasti sering terjadi.
Luciana terdiam di depan cermin, pandangannya jatuh pada wajahnya yang kini sudah terlihat lebih sehat dari sebelumnya,wajah Luciana lebih fress setelah melakukan beberapa perawatan wajah.
“Melihat kalung ini,seakan membuatku teringat seseorang namun hanya samar. Siapa gadis yang muncul dipikiranku? “
Luciana memegang kalung yang tersemat di lehernya, jika dilihat gantungan yang terdapat di kalung itu terlihat sedikit pecah, atau memang ada pasangannya?
Sayup - sayup terdengar derap langkah kaki mendekati kamar peraduan sang putri . Luciana menoleh kearah pintu dan menunggu siapa yang akan menyambut dirinya .
Lima orang berpakaian mewah melangkah masuk bersama seorang pria tua di belakangnya .Luciana melihat mereka secara bergantian, sebelah alisnya terangkat saat mengetahui pria didepannya.
" Yang mulia,semoga Tuhan selalu memberkatimu. “ hormat Luciana.
Luciana hanya berucap spontan, entah penyambutan yang benar atau tidak namun ia melakukannya sesuai buku yang pernah ia baca.
“Bagaimana kabarmu. “ tanya sangat Raja Gilbert, terlihat to the point.
“Sesuai yang Anda lihat yang mulia. “ ucap Luciana tersenyum manis, namun dibaliknya terdapat sebuah arti.
“Ada gerangan apa yang mulia berkunjung ke tempat saya yang kumuh ini?? “ tanya Luciana lagi-lagi dengan senyuman.
Raja Gilbert dan yang lainnya sedikit terkejut dengan tingkah putri terbuang itu yang nampak berani berbicara dengan raja, karena biasanya putri itu akan menunduk takut.
“Menjengukmu.”
“Terimakasih atas kunjungannya yang mulia, hamba kira anda sudah tidak peduli dengan saya, anda tidak perlu merepotkan diri , yang mulia " sindir Luciana secara halus.
Kening Raja berkerut mendengar sindiran halus dari putri Luciana.Saat mendengar kabar yang disampaikan pelayan pribadinya,dengan ragu ia datang untuk memastikan , tak ia sangka ucapan pelayan itu benar adanya .
Benaknya mengatakan ada sesuatu yang berbeda pada putri Luciana, bagaimana bisa putri yang selama ini tidak pernah keluar dari paviliunnya dan dianggap lemah bisa mengatakan sindiran halus seperti itu.
Setelah beberapa bulan, ini kali pertama ia menjumpai putri Luciana namun siapa sangka sikapnya sudah berubah drastis.
Dengan isyarat tangan , raja Gilbert memerintahkan dokter untuk memeriksa keadaan Luciana .
“Berhenti ! “ seru Luciana saat melihat dokter itu berjalan menghampirinya .
Di dunia ini , ia hanya percaya pada dirinya sendiri . Apalagi , dunianya sekarang sangat berbeda . Ia tidak bisa begitu mudah percaya pada orang – orang yang bahkan tak ia kenal . Meskipun orang itu dokter sekalipun . Hidup Lexia yang sejak dulu penuh dengan ancaman dan teror membuatnya sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu.
Dokter itu menoleh kearah Raja Gilbert, dengan gerakan tangan Raja menyuruhnya keluar . Setelah memberi hormat ia langsung undur diri , meninggalkan ayah dan anak itu dalam keheningan .
Sementara 3 orang yang berdiri di belakang Raja hanya diam melihat dan mendengar. Mungkin belum saatnya mereka beraksi.
“ Aku tidak meminta diperiksa, mengapa Anda melakukannya semudah itu? “ tanya Luciana setenang mungkin .
“ Jaga sikapmu , putri Luciana ! “ ujar raja penuh penekanan .
“ Kau memintaku untuk menjaga sikap? Atas dasar apa yang mulia? “ pancing Luciana.
Rahang Raja Gilbert mengeras menahan emosi , ia menatap tajam Luciana yang tersenyum tenang namun menatapnya seolah menantang .
“Perbaiki sikapmu ! “ ujar Raja Gilbert.
Setelahnya , Raja Gilbert beranjak meninggalkan kamar peraduan Luciana begitu saja.
Saat melihat wajah sang raja Luciana bahkan enggan untuk memberi salam penutup, hatinya seperti tersayat belati tajam pas mengenai syaraf intinya. Luciana berpikir mungkin itu respon alamiah dari pemilik tubuh ini.
“Anaknya baru saja bangkit dari kematian dia bahkan tidak memberikan sepatah kata pun ? Ayah macam apa dia!? “ hardik nya kesal.
Baru saja hendak merebahkan tubuhnya diantar ranjang, seseorang datang memasuki kamarnya. Pelayan Elis datang bersama seorang wanita dan dua pelayan muda. Wanita itu berusia sekitar tiga puluh limaan, wajahnya masih cantik walau ada kerutan – kerutan halus . Wanita itu adalah Ratu Adriana yang merupakan ratu di Kerajaan Aqualiors sekarang.
Kedua tangannya yang terkepal , tersembunyi rapi didalam baju megah dan mewahnya.
“ Tuan putri ? Kau benar – benar hidup kembali ? ibu senang mendengarnya." suara Ratu terdengar lembut , tangan kirinya membelai wajah pucat Luciana .
Luciana diam membeku. Lagi – lagi , tubuh itu bereaksi begitu saja .Luciana merasa tubuhnya bergetar ketakutan saat ia menatap manik hitam sang ratu.Ini semacam trauma.
Apa yang wanita itu lakukan pada Luciana hingga mengalami trauma bahkan hanya dengan menatap matanya saja?
Setelah mengendalikan diri , Luciana menepis sedikit kasar tangan sang ratu.
"Saya baik-baik saja ratu, terimakasih atas perhatiannya, namun saya tidak membutuhkannya. " ucap Luciana tersenyum manis seolah tidak berniaga untuk menyindir.
Dapat dilihat ratu Adriana dan dua pelayannya tersentak kaget mendengar balasan dari Luciana.
"Kenapa kau berbicara seperti itu putri?? " ucap ratu Adriana
"Ah maafkan saya yang mulia, saya tidak berniat berkata seperti itu. Saya hanya bercanda jangan dianggap serius yang mulia. " balas Luciana tersenyum manis.
Ratu Adriana terlihat menahan amarah namun berusaha tersenyum menghadapi tingkah Luciana yang sedikit berbeda dari biasanya.
"Baiklah.. istirahat yang cukup putri, ibu akan menjengukmu lagi nanti. "
“Ibu?? Sejak kapan saya mempunyai ibu baru??"
"Jaga bicaramu putri terbuang!! Kau tidak tau sedang berhadapan dengan siapa hah! " tegur pelayan pribadi ratu.
"Sudah tidak apa, dia baru saja bangkit dari kematian mungkin saja masih butuh penyesuaian. " ujar sang ratu.
"Untuk apa anda berpura – pura seperti ini ? Menjijikkan ! “ ujar Luciana.
PLAK*
Tamparan keras mendarat di pipi kanan Luciana , hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah . Ia meraba pipinya yang kebas , sangat yakin jika tamparan itu membuat sudut bibirnya sedikit robek.
Seringai tipis terpatri di saat ia mengelap ujung bibirnya yang berdarah.
"Ma-maafkan tuan putri yang mulia. " pelayan Elis langsung bersujud dan memohon kepada ratu Adriana.
"Berdiri kak Elis!!untuk apa kau melakukan itu!! " perintah Luciana
"Kau lihat dia saja berani bersujud untuk membelamu, tapi kau tak mau meminta maaf atas kelancanganmu Luciana.. " ucap ratu Adriana remeh.
"Berdiri!! Atau aku akan memecatmu!! " seru Luciana menghiraukan ucapan wanita itu, ia tak suka ada yang bersujud kepada manusia.
Elis berdiri dengan kaku, Luciana menarik tangan Elis untuk berdiri dibelakangnya.
"Hikss hikss... sakit! Ampun yang mulia aku meminta maaf atas kelancanganku? Hahahhaha.. Kau pikir aku akan melakukan hal menjijikkan seperti itu?? " sinis Luciana menantang sosok ratu didepannya.
Pelayan pribadi ratu hendak melayangkan pukulan namun segera dicegah oleh ratu Adriana.
"Jangan kotori tanganmu hanya untuk ****** seperti dia. " ucap ratu
"******?? " ulang Luciana
"Ya! Kau sama saja dengan ibumu, Sama-sama ******!! "
BUGH*
Tinjuan Luciana menghujam wajah mulus ratu Adriana. Hingga membuatnya terdorong kebelakang . Ratu yang terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padanya terdiam bak orang linglung .
Pelayan tua pribadi ratu Adriana dan seorang pelayan muda yang melihat menjerit histeris . Dua pelayan itu tergopoh - gopoh membantu ratu berdiri dengan benar. Luciana menatap tajam ketiganya.
"Anda boleh menjelekkan nama saya, tapi tidak dengan ibu saya!! Kau tau ratu Adriana yang terhormat, kau berada diposisi seperti ini karena apa?? mengambil kekuasaan orang lain?? Kau sungguh menjijikkan! " sinis Luciana
"Beraninya kau!! "
"Saya berani, mengapa harus takut dengan anda??? " sahut Luciana
"Sudah tuan putri, biar saya obatin luka anda. " cegah sang pelayan Elis.
"Dasar ******!! Aku tak akan melupakan ini, lihatlah pembalasanku nanti!! "
Ratu Adriana melenggang pergi diikuti dua pelayan setianya.Sebuah ancaman?? Lexia sudah terbiasa hidup dengan ancaman, bahkan itu adalah temannya sehari-hari.
Luciana menutup kembali pintu kamar dan duduk di tepi ranjang, pelayan Elis datang sambil membawa baskom berisi handuk dan air.
"Biarkan saya mengobati luka anda nona.. " pintar pelayan Elis
"Terimakasih kak Elis. "
"I-iya sama-sama nona. " gagap Elis, dirinya masih belum terbiasa mendengar panggilan seperti itu dari nona mudanya.
Dengan penuh hati-hati, pelayan Elis membersihkan darah yang masih tersisa dan mengolesinya dengan salep entah salep apa Lexia tak tau. Namun saat menyentuh kulitnya yang terluka terasa dingin dan menyegarkan.
"Selesai."
"Terimakasih."
"Ah i-iya nona, itu tugas saya. " Lagi-lagi dirinya hilang kendali karena ucapan terimakasih dari nona mudanya itu.
Jarang sekali atau bahkan tidak ada seorang bangsa yang mengucapkan terimakasih, maaf kepada pelayan mereka sendiri. Namun berbeda dengan tuan putri Luciana yang terlihat sangat baik dan ramah.
Tok*
Tok*
Pelayan Elis berjalan membuka pintu ruangan dan terkejut melihat siapa yang berkunjung.
"Selamat datang yang mulia ppangeran-"
To be continued.....
HAYOO YANG BELUM NINGGALIN JEJAK:v
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!