Disebuah pulau terpencil tak berpenghuni, hujan yang turun deras diiringi suara ombak yang menghantam karang terdengar bagaikan suara genderang yang ditabuh bersahut-sahutan. Hujan deras dan ombak besar yang terjadi sejak beberapa hari membuat suasana mencekam. Di tengah-tengah cuaca ekstrim tampak seorang wanita menebas kayu dengan belati yang dibawanya. Pakaian yang basah melekat ditubuh kurusnya, tak dipedulikannya derasnya air hujan yang menyirami tubuhnya.
Gadis itu bernama Anastasya Fredelia Sanari. Seorang gadis yang sangat cantik, dia telah terpisahkan dengan keluarganya sejak sepuluh tahun yang lalu kini usianya duapuluh dua tahun dan pada suatu hari dia kembali dipertemukan dengan keluarga Hilman.
Rumah yang ditempati oleh keluarga Hilman adalah milik dari ibu kandung gadis itu dan dulunya dikenal sebagai rumah keluarga Sanari namun sejak kematian ibunya, ayah gadis itu merubah nama rumah dan juga nama perusahaan menjadi Hilman serta membawa pulang istri simpanan dan putrinya. Gadis bernama Anatasya Fredelia Sanari itu telah diculik dan dijual oleh ibu tirinya. Ibu tiri dan putrinya membayar orang untuk menculik kembali Anatasya setelah dia bertemu keluarga Hilman.
Saat itu Anatasya ingin mencari tahu tentang kebenaran atas kematian ibu kandungnya dan siapa orang yang telah menculik serta menjualnya sepuluh tahun lalu, dia malah bertemu dengan pembunuh yang menyamar sebagai orang yang menjemputnya saat dia baru sampai dirumah rumah keluarga Hilman.
Para penjahat itu membawanya pergi untuk dijual kembali ditempat perdagangan manusia, mereka menaikkannya keatas kapal. Gadis itu berhasil melawan gerombolan penjahat dan melepaskan diri, namun nasib baik belum berpihak padanya saat kapal dimana dia disekap itu bocor dan tenggelam. AnatasyaVivian hanyut terombang-ambing dilautan dan terdampar dipulau yang tak berpenghuni ini.
Hari ini adalah hari yang ketujuh dia terdampar dipulau itu dan selama itu pula dia tak pernah melihat ada satupun kapal yang lewat. Pulau itu dipenuhi oleh pepohonan sehingga Anatasya berusaha membuat sendiri sebuah perahu kayu sederhana untuk dipakainya keluar dari pulau terpencil itu.
Tak lama lagi perahunya akan selesai, hanya membuat dayung saja tetapi hujan malah turun deras. Anatasya berdiri menegakkan tubuhnya untuk meregangkan otot-otot dan tulangnya, tiba-tiba mata gadis itu menangkap sesuatu yang berwarna hitam tepat diatas batukarang.
Dengan perasaan was-was dia berjalan mendekati batu karang dan sangat terkejut saat melihat sesuatu yang berwarna hitam itu adalah seorang pria. Wajah pria itu tampan namun terlihat sangat pucat, Anatasya memperhatikan bagian pinggang pria itu terluka. Darah pria itu bercampur dengan air laut sehingga tampak seperti berwarna jingga.
Anatasya mendekati pria tersebut dan menyentuh hidungnya untuk memastikan pria itu masih bernapas lalu dia menyentuh pergelangan tangan dan merasakan denyutan jantung pria tampan itu. Anatasya menghela napas lega mengetahui pria itu masih hidup lalu dia menyeret pria itu dengan susah payah ke pulau dan membawanya menuju kedalam gua.
Selama berada dipulau terpencil itu, Anatasya tidur didalam gua tersebut. Setelah menyalakan api unggun kemudian Anatasya berlari menerobos hujan untuk mengambil dedaunan dari tanaman obat yang bisa diolahnya menjadi obat.
“Hufff….untung saja kau terdampar dipulau ini dan bertemu denganku.” Anatasya bergumam sambil melepaskan pakaian pria itu. Dia melihat ada luka tusuk yang sangat dalam dan Anatasya tidak tahu apakah luka tusukan itu mengenai organ dalam. Saat tangannya hendak memeriksa denyut nadi pria itu tapi tiba-tiba saja tangannya digenggam erat oleh tangan besar pria itu.
“Uhukk…..uhukkk….uhukk…..si...siapa?” tanya pria itu dengan suara pelan dan lemah tetapi cengkeraman tangannya kuat. Anatasya melirik tangannya yang dicengkeram pria itu lalu berkata “Siapa? Aku adalah penyelamatmu! Jika kau tidak melepaskan tanganku, aku akan membunuhmu dan membuang mayatmu kelaut.”
Pria itu menatapnya tajam sambil mengeryitkan keningnya dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Pandangan mata pria itu menilik wajah gadis di sampingnya lalu matanya tertuju pada ramuan tumbuh-tumbuhan yang sedang dihaluskan oleh Anatasya. Setelah ramuan itu halus, Anatasya mengambilnya dan meletakkan di telapak tangannya.
“Lepaskan tanganku! Kenapa kau mencengkeram tanganku begitu kuat, ha? Lepaskan! Aku harus mengoleskan ramuan obat ini dilukamu.” Lalu Anatasya membantu pria itu setelah tangan kekar itu melepaskan cengkeramannya.
“Biar aku oleskan sendiri.” ujar pria itu lalu mendorong tangan Anatasya dan menanggalkan pakaiannya sendiri, tetapi bola matanya yang hitam masih tetap waspada pada gadis itu. Pria itu melepaskan pakaiannya dengan cepat, Anatasya melihat area perut pria itu yang berbentuk sixpack dengan lekukan V-line yang halus terbentuk dilingkar bawah perutnya.
Sejenak Anatasya mengagumi postur tubuh pria itu yang tanpak sempurna dan seksi dengan warna kulit yang sedikit kecoklatan. Anatasya menelan slaivanya dan menundukkan wajahnya tersipu malu. Kemudian Anatasya mulai mengoleskan ramuan obat itu ke bagian perut yang terluka dengan hati-hati. “Obat apa ini?” tanya si pria dengan suara serak dan dingin. Tak ada sedikitpun kehangatan didalam suaranya, pria itu betul-betul sangat dingin.
“Ini ramuan herbal yang kubuat dari tanaman obat untuk menghentikan pendarahan di lukamu dan untuk mengurangi bengkak.” jawab Anatasya tak kalah dinginnya.
“Dimana ini?” tanya pria itu lagi sambil matanya memindai sekeliling.
Anatasya yang tadinya malu-malu, perlahan mengangkat wajahnya menatap kearah pria itu. Dia memiliki wajah yang sangat tampan tapi ekspresinya dingin bagaikan sebongkah es. Apakah pria ini bodoh? Terlalu banyak bertanya hal yang tidak penting. Anatasya menghembuskan napasnya, dia pun tidak mengetahui dimana mereka berada.
“Aku tidak tahu nama tempat ini, jika kau ingin tahu maka pergilah ke sekolah untuk bertanya. Sepertinya kau punya cukup banyak energi untuk berbicara, bukankah lebih baik kau gunakan energimu untuk berbaring dan tidur?” kata Anatasya ketus.
“Kasar sekali! Sikapmu sangat buruk pada pasienmu.” jawab pria itu dengan kesal. Sekali lagi dia melirik wajah Anatasya yang berantakan dan terlihat sangat kotor.
“Apa katamu?” ujar Anatasya menatap tajam”Beginikah caramu bicara pada penyelamatmu? Kau bahkan tidak tahu mengucapkan terimakasih.”
“Hei nona, kau kasar sekali! Sikapmu seperti preman saja tidak ada kelembutan seorang wanita.” Alis pria itu berkerut menatap gadis itu.
“Hei Tuan! Kau itu sangat tidak sopan, sudah kutolong tapi tidak mengucap terimakasih. Malah mulutmu terlalu banyak bicara dari tadi.”
Kedua manusia beda jenis itu saling menatap tajam layaknya musuh yang harus dimusnahkan. Keduanya tampak dipenuhi amarah dan emosi yang siap diledakkan. Anatasya yang sedang malas membuang energinya meladeni pria itu lalu berdiri “Hujan akan semakin deras dan suhu udara di pulau ini akan sangat dingin. Aku akan membuatkan api unggun, berbaringlah dan berhenti bicara.”
Saat Anatasya hendak pergi ke sudut goa untuk menyalakan api unggun, pria itu memanggilnya “Haloooo nonaaa.”
“Ada apa lagi sih? Berisik tau?” kata Anatasya sambil membalikkan badannya. Dia sangat kesal dengan tingkah pria itu, jika dia tidak segera menyalakan api unggun maka keduanya akan mati kedinginan. Untuk menyalakan api hanya bisa dia lakukan dengan cara tradisional karena dia tidak punya pemantik api.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memanggilmu.”
“……….ngak jelas!” lalu Anatasya pergi ke sudut goa dan tidak mempedulikan pria itu lagi. Hampir satu jam Anatasya berusaha menyalakan api unggun dengan menggunakan kayu dan tumpukan jerami. Tapi angin yang bertiup drai luar memadamkan api kecil yang menyala.
“Haloooo nona.” pria itu berteriak kembali.
“Kau mau apalagi, ha?”
Anatasya membalikkan badan saat dia mendengar suara dentingan logam yang dilemparkan ketanah. Dia melihat pemantik api zippo menggelinding tak jauh dari tempatnya berjongkok.
“Ha….?”
Anatasya mengeryitkan keningnya, terdiam menatap pria itu tajam lalu berteeriak “Dasar brengsek! Pria brengsek! Kau sungguh keterlaluan!”
Hai semuanya....ini novel ke empatku di Noveltoon. Semoga kalian suka dengan alur ceritanya ya. Mohon di like dan komen. Terimakasih 🙏🙏🥰
Pria itu hanya diam dan perlahan memejamkan matanya mengabaikan Anatasya yang terus mendengus marah. Mendengar cacian yang keluar dari mulut gadis itu, sudut bibir pria itu membentuk sebuah garis lengkungan. Tak lama pun malam beranjak, hanya cahaya dari api unggun yang menjadi penerangan didalam gua itu.
Keduanya berbaring dikedua sisi gua dan larut dalam tidur namun tengah malam Anatasya terbangun oleh suara raungan pelan dari arah pria itu. Anatasya membuka mata dan menoleh kearah pria itu yang wajahnya terlihat semakin pucat. Anatasya mendekat dan melihat keringat dingin mengalir didahi pria itu.
“Hei Tuan brengsek! Apa kau baik-baik saja?” Anatasya mencoba menyentuh dahi pria itu yang terasa sangat panas, pertanda bahwa lukanya infeksi. Jika dalam keadaan normal maka sebutir antibiotik sudah cukup untuk menyembuhkannya tetapi dipulau tak berpenghuni itu bagaimana caranya mendapatkan obat?
Anatasya tak punya pilihan lain selain melakukan metode alami untuk menurunkan suhu tubuh. Anatasya membuka bajunya dan membasahi dengan air untuk mengompres dahi pria itu. Gadis itu sudah tak peduli saat tubuh bagian atasnya polos hanya tertutup bra. Setelah mengompres beberapa saat, tubuh pria itu tidak panas lagi namun dia mulai bergetar dan bergumam lirih merasa kedinginan. Dengan sekuat tenaga
Anatasya menggeser tubuh kekar itu mendekat kearah api unggun namun masalah belum tuntas saat melihat tubuh pria itu bergetar kedinginan. “Sialan….bikin aku susah saja sih.” gumam Anatasya mengutuk. Mau tak mau dia berbaring disamping pria asing itu dan memeluknya dengan erat. Dia menggunakan suhu tubuhnya sendiri untuk menghangatkan pria itu.
“Mudah-mudahan suhu tubuhnya normal kembali. Puffff sangat memalukan jika dia bangun dan melihat tubuhku yang setengah telanjang memeluknya.” gumamnya lirih. Bagi Anatasya yang terpenting adalah menyelamatkan pria itu. Dia mengingat petuah yang mengatakan jika menyelamatkan nyawa seseorang akan membawa berkah untuk diri sendiri. “Semoga Tuhan melihat kebaikan yang kulakukan dan memberkahiku dalam mencari kebenaran yang kucari saat aku kembali kerumah keluarga Hilman.”
Dia mengingat betul wajah pria yang datang menjemputnya dirumah keluarga Hilman, sangat jelas jika seseorang yang mengirim pria yang menyamar sebagai supir itu untuk membunuh Anatasya. Itu sudah cukup membuktikan jika semua yang terjadi padanya ada hubungannya dengan keluarga Hilman. Jika kelak terbukti jika orang-orang yang menculiknya adalah anak buah ayahnya, dia berjanji tidak akan memberi keluarga itu pengampunan.
Benak Anatasya dipenuhi oleh pikiran-pikiran dan mencoba mencari benang merah atas semua kejadian yang menimpanya, sambil memeluk pria itu akhirnya Anatasya pun terlelap. Pagi hari samar-samar dia mendengar suara derap langkah lalu langsung terbangun dan menatap tubuhnya yang berselimutkan mantel pria itu namun pria itu tidak ada. Ha? Ada orang?
Dengan gerakan cepat Anatasya mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar gua dengan hati-hati. Jika suara orang yang didengarnya adalah para pembunuh yang sedang mengejarnya maka….gadis itu ingin memohon agar membunuhnya dengan cepat tanpa rasa sakit.
Namun saat dia berada di pintu masuk gua, dia melihat barisan pengawal berbaju hitam dan berdiri tegap dan terlihat sebuah helicopter yang diparkir tidak jauh dari sana. Anatasya melihat kearah seorang pengawal yang sedang bicara dengan pria asing itu dengan penuh hormat. Pengawal itu menoleh kearah pintu masuk gua saat dia mendengar suara.
Anatasya memandang tubuh pria yang diselamatkannya, dia terlihat jauh lebih sehat dari sebelumnya. Untuk pertama kalinya gadis muda itu melihat wajah seorang pria tampan dibawah sinar matahari. Pria itu benar-benar tampan dengan bola mata coklat dan aura maskulin yang kuat, tubuh pria itu sangat kekar dan berotot. Semua yang ada pada pria itu sangat sempurna. “Kau….” baru saja Anatasya hendak bicara, pria itu langsung menyela ucapannya “Apa yang kau inginkan dariku?”
“Hah? Apa?” Anatasya bingung dan tak tahu merespon dengan cepat. Pria itu menatapnya dengan pandangan kosong lalu bertanya lagi “Kau telah menyelamatkanku. Sebagai balasannya aku memberikan kau satu kesempatan. Katakan satu keinginanmu maka aku akan kabulkan.” ucap pria itu.
“Kau…..kau ini brengsek sekali ya. Apakah terlalu sulit bagimu untuk mengucapkan terimakasih padaku yang telah menolongmu, ha? Ya….ampun kau pria yang kasar.” Setelah Anatasya selesai bicara, dia melihat kearah semua pengawal yang menatapnya dengan tatapan heran seolah-olah dia telah melakukan sesuatu yang salah.
Namun ekspresi pria asing itu masih dingin dan tidak berubah, dengan tenang dia berkata “Dengarkan baik-baik. Jika kau melewatkan kesempatan yang sudah kuberikan padamu maka kau pasti akan menyesal.”
Anatasya langsung marah mendengar ucapan pria itu, dia sangat ingin keluar dari pulau ini tapi perahu kayunya tidak akan mampu membawanya jauh dari pulau tak berpenghuni itu. ‘Benar-benar pria brengsek! Sudah tak berterimakasih masih bersikap angkuh.’ gumamnya dalam hati.
“Bawa aku keluar dari pulau ini dan bantu aku setelahnya.” ucap Anatasya.
“Hanya itu?” pria itu kaget dan bertanya “Apalagi yang kau inginkan?”
Gadis itu hanya punya satu keinginan saja sekarang yaitu meninggalkan pulau sialan yang tak berpenghuni itu dan membalaskan dendam pada orang-orang yang menculiknya. Pria itu menatapnya seakan melihat seorang gadis bodoh dengan keinginan bodoh. Lalu pria itu berjalan menuju helicopternya diikuti oleh Vivian. Sekitar tiga setengah jam kemudian, helicopter itu melayang diatas langit Jakarta.
“Apakah ini tempat tujuanmu?” tanya pria itu sambil menunjuk ke villa Hilman dibawah sana.
“Ya, sepertinya memang itu tempatnya….” Anatasya tidak terlalu ingat dengan apa yang terjadi ketika dia masih kecil. Sebelum dia kembali ke Amerika, dia sempat melihat rumah keluarga Hilman. Seharusnya villa itu bernama villa Sanari tetapi sekarang telah menjadi milik ayahnya yang tak pernah mencarinya selama dia hilang sepuluh tahun.
“Turunlah.”perintah pria itu pada pilotnya. Sementara itu di villa Hilman, seluruh area villa sedang didekorasi untuk perayaan acara ulang tahun. Natasha Emery Hilman mengenakan gaun mewah edisi terbatas dari seorang desainer terkenal dunia. Gaun mahal yang dikenakannya adalah gaun yang sedang viral dan diincar oleh para sosialita namun perancang gaun itu hanya membuat dua buah gaun saja sehingga harga gaun itu fantastis.
“Wow! Tasya gaunmu indah sekali. Apakah ini gaun edisi terbatas yang sedang viral itu ya?” ujar seorang gadis sosialita.
“Kau sangat beruntung bisa membeli gaun itu Natasha. Aku bahkan tidak bisa menyewanya, ayahmu benar-benar baik dan sayang padamu.” ucap tamu lainnya.
“Selamat ulang tahun Natasha. Terimakasih sudah mengundangku. Oh iya….aku dengar kau mendapat kontrak film dari sutradara Abyasa. Kau pasti akan jadi aktris paling populer tahun ini, iyakan? Kalau kau sudah terkenal didunia entertainment nanti jangan lupakan kami semua ya?”
“Bicara apa kau? Natasha hanya bermain-main saja kok, dia sekedar iseng. Dengan kemampuannya sekarang, mudah baginya untuk terkenal.” balas seorang tamu lainnya.
Natasha yang angkuh semakin menunjukkan kesombongannya saat mendengar pujian yang dilontarkan padanya. “Terimakasih semuanya ya, aku permisi sebentar untuk mengecek kuenya. Kalian nikmati saja hidangan yang ada.” ujar Natasha mendonggakkan dagunya dan pergi. Natasha masuk kedalam villa dan hampir bertabrakan dengan ibunya yang berjalan keluar villa.
“Ma!” Natasha memanggil ibunya dengan suara rendah sambil menarik ibunya yang bernama Clarisa Sanari “Apakah orang-orang yang dikirim oleh kakak sepupu sudah kembali? Hari ini ulang tahunku, aku tidak mau jika ada yang mengetahui bahwa ada gadis yang diculik dan dijual dari keluarga kita! Aku ingin agar Anatasya tidak pernah kembali lagi kesini.”
Clarisa membelai kepala putrinya dengan penuh kasih sayang “Jika tidak ada kabar dari sepupumu bukankah itu pertanda baik? Tenanglah sayang, Anatasya tidak akan pernah kembali dan jika suatu saat dia kembali kesini dia bukan ancaman lagi buat kita. Dia telah dibawa pergi dan dijual ke desa terpencil di luar negeri, dia bahkan takkan bisa pulang kesini.
Apa hebatnya seorang gadis yang dijual ke desa terpencil? Dia hanya gadis desa terpencil yang bodoh!” kata Clarisa. Wajah Natasha berbinar penuh kesenangan membayangkan Anatasya menjalani hidupnya didesa terpencil. Memikirkan itu saja Natasha berharap agar gadis desa itu kembali. Dengan cara itu dia bisa membuktikan bahwa dialah putri yang sebenarnya dari keluarga Hilman.
“Gawat nyonya! Ada kabar buruk!” teriak seorang pelayan yang tergesa-gesa masuk ke villa untuk melapor. “Ada sebuah helicopter dari keluarga Archilles tampak terparkir dihalaman tempat acara pesta diadakan.” pelayan itu terengah-engah karena berlari cepat.
“Apa? Keluarga Archilles? Ujar Natasha dengan mata berbinar senang. “Apakah mama dan papa mengundang Kenneth Archilles ke pesta ulang tahunku?”
Clarisa sangat terkejut, dia tidak merasa mengirimkan undangan pada keluarga archilles. Meskipun keluarga Hilman berada di posisi yang terhormat dan memiliki status yang tinggi di Jakarta tetapi keluarga Archilless berada di puncak teratas sebagai keluarga paling hebat dan kaya setanah air. Kenneth Archilles adalah pewaris tunggal dari keluarga Archilles.
Keluarga Hilman masih kurang pantas mengundang keluarga Archilles karena status keluarga Hilman masih berada jauh dibawah keluarga Archilles. Atau mungkin saja Kenneth Archilles datang ke pesta ualng tahun Natasha setelah Alvarendra membahas soal kontrak pesanan keluarga Archilles waktu itu sehingga membuat keluarga Archilles menyukai keluarga Hilman? Hanya alasan itu saja yang ada dibenak Clarisa saat ini.
“Ayo kita lihat!” seru Clarisa dengan was-was dan melangkah cepat sambil menarik tangan putrinya. Clarisa sudah membayangkan jika keluarga mereka bisa bersatu dengan keluarga Archilles maka mereka tidak perlu khawatir lagi dengan masalah keuangan dan masa depan mereka.
Dengan kekayaan keluarga Archilles maka mereka bisa hidup senang bergelimang harta. Sepasang ibu dan anak itu sama-sama merapikan dandanannya dan berjalan ke halaman tempat dimana acara pesta diadakan. Keduanya melangkah dengan tergesa-gesa.
Terlihat para gadis-gadis sosialita dan pemuda bergerombol dihalaman. Begitu Natasya mendekat, mereka semua mengerumuninya seperti seorang selebriti. “Natasha, kau benar-benar hebat ya bisa mengundang keluarga Archilles ke pesta ulang tahunmu.”
“Mengapa tidak memberitahukan terlebih dahulu hal penting seperti ini? Kalau aku tahu kau mengundang keluarga Archilles, aku pasti akan berdandan cantik dan mengenakan pakaian termahal ke pestamu.” ujar seorang gadis sosialita dengan wajah penuh senyum. Natasha tidak menanggapi dan hanya hanya tersenyum namun didalam hatinya dia merasa jijik melihat gadis-gadis sosialita itu. Bagaimana mungkin dia memberitahukan orang-orang jika keluarga Archilles akan datang hari ini? Toh orang dari keluarga Archilles datang demi dirinya, untuk apa orang-orang ini bilang ingin berdandan cantik?
Natasha pikir jika orang dari keluarga Archilles datang ke pestanya pasti karena tertarik padanya. Bulan lalu Natasha menghadiri pesta keluarga Archilles dan Kenneth melihatnya dan menyukainya. Wajah Natasha berbinar membayangkan dirinya bersanding bersama Kenneth Archilles, dia harus secepatnya menjadi nyonya muda Archilles yang terhormat!
Detik berikutnya, pintu helicopter terbuka perlahan dan didepan mata semua orang tampak seorang gadis dengan pakaian compang-camping melompat turun dari dalam helicopter.
Gadis itu tampak lusuh dan kurus, wajahnya kotor dan dekit dengan noda kehitaman. Tidak tampak wajah asli gadis itu, rambutnya kusut seperti tidak dicuci selama sebulan lebih. Wajah orang-orang terkejut lalu berpaling memandang Natasha dan beberapa orang memandangnya gemas lalu bertanya “Natasha! Inikah tamu terhormat yang kau undang ke pestamu? Wow….aku tak menyangka jika tamu terhormatmu hanyalah seorang pengemis buruk rupa.”
“Ini….” Natasha tergagap dengan wajah keheranan. Dia tidak marah mendengar ujaran menghina dari para tamunya tetapi dia malah melangkahkan kaki menghampiri dan berkata “Siapa kau? Atas dasar apa kau datang ke pesta ulang tahunku, ha? Cepat pergi dari sini!”
“Pesta ulang tahun?” ujar Anatasya yang sekilas mengenali gadis sombong didepannya. Menurut informasi yang didapatnya, gadis ini adalah putri angkat Clarisa. Tetapi detektif yang disewa oleh Anatasya memberitahunya bahwa gadis sombong itu adalah putri haram dari Clarisa dan ayah kandungnya. Gadis sombong itu adalah putri tidak sah bibinya Clarisa dan ayahnya sendiri Alvarendra Hilman.
Hah!”
“Siapa aku?” ujar Anatasya sambil menatap gadis itu dalam-dalam dan berkata “Aku adalah putri….”
“Kau?” Natasha hendak memaki ketika dengan acuhnya Anatasya melanjutkan kalimatnya “Putri kandung papamu.”
Sontak wajah sombong Natasha membeku seketika dan para tamu yang hadir di pesta ulang tahunnya langsung menatap mereka berdua seakan sedang menyaksikan sebuah drama keluarga.
Natasha tersadar dari lamunanya, sorot matanya penuh kebencian lalu berkata “Apa…..apakah kau Anatasya?”
Ya...ampun. Gadis desa itu masih hidup dan kembali? Pikirnya. Benar, itu adalah gadis desa yang Natasha dan ibunya telah singkirkan sepuluh tahun yang lalu. Dia adalah seorang gadis desa! Tetapi Clarisa lebih cerdik, dengan langkah cepat dia mendekat dan berkata “Anatasya, apakah ini kau sayang? Aku sudah mencarimu dan menunggumu. Oh...anak yang malang, akhirnya kau kembali juga.”
Anatasya menyimpulkan bibirnya dan berkata “Halo tante. Apa kabarmu?” suaranya terdengar lembut namun sinis. Wajahnya tersenyum sinis dengan nada suara penuh sarkasme. Bagaimana bisa adik kandung ibunya menikah dengan ayah kandungnya? Kakak iparnya memperistri adik iparnya sendiri atau lebih tepatnya berselingkuh dengan adik iparnya sendiri sampai memiliki anak haram? Hal seperti ini sangat memalukan, pasti ada sesuatu rahasia diantara mereka. Apakah kematian ibuku juga ada hubungannya dengan manusia-manusia bejat ini?
Terdengar bisik-bisik para tamu “Dengar-dengar Nyonya Hilman adalah adik kandung dari Nyonya Hilman yang sebelumnya…..”
“Apakah itu berarti, gadis itu adalah nona Anatasya yang diculik sepuluh tahun yang lalu? Kabarnya nona Anatasya diculik dan dijual.” ujar seorang tamu lainnya.
“Dulu nama keluarga ini adalah Keluarga Sanari dan villa ini juga villa Sanari. Hilman hanyalah menantu yang menikah ke dalam keluarga Sanari. Saat Nona Sanari meninggal, keluarga ini langsung mengubah nama villa dan nama semua asetnya menjadi keluarga Hilman.”
“Apa? Benar-benar ada ya cerita seperti itu? Apakah mungkin kematian Nona Sanari itu kecelakaan atau bisa saja dibunuh? Dia kan seorang nona muda yang kaya raya.”
Saat Clarisa mendengar bisik-bisik itu wajahnya tampak berubah malu lalu dia berpura-pura batuk dan berkata “Uhukk…..uhukkk. Anatasya sayang, ini adalah hal terbaik karena akhirnya kamu kembali. Tante akan membawamu kedalam untuk mandi dan ganti pakaian. Lihatlah dirimu, apa yang sudah terjadi padamu….kau tampak sangat kotor. Tante tahu jika hidup dipedesaan itu sulit dan serba kekurangan, iyakan?”
Anatasya mendengus, bahkan disaat seperti inipun tantenya masih ingin mempermalukannya dengan sengaja memberitahukan kepada semua orang bahwa Anatasya berasal dari pedesaan. Sepertinya Clarisa memang sangat membencinya. Saat Anatasya baru saja hendak bicara, tiba-tiba terdengar suara pelan yang berasal dari belakangnya “Halo!”
“Tuan Muda Archilles?” ujar Natasha sambil maju kedepan dengan wajah pura-pura terkejut. “Apakah…..apakah kau datang untuk menghadiri pesta ulang tahunku? Tuan Muda…..terima kasih ya.” ucapnya dengan penuh percaya diri. Natasha tampak begitu senang dan rasa gembira yang tak bisa disembunyikan dari binar mata dan senyumnya, bahkan pipinya bersemu merah dengan jelas. Dia mengira jika Kenneth Archilles hanya akan mengirim seseorang untuk mengucapkan selamat kepadanya tapi dia sama sekali tak menyangka jika Kenneth yang datang sendiri ke pestanya.
Natasha ingin sekali bersorak dan melompat kegirangan jika tidak ada orang lain disana. Semua orang yang berada disana menatap Natasha dengan iri. Meskipun dia hanya seorang putri angkat tetapi jika dia bisa menikah kedalam keluarga Archilles maka dia akan hidup bahagia dan bergelimang harta. Tetapi sesuatu yang mengejutkan terjadi, sontak matanya membulat.
“Siapa kau?” tanya Kenneth sinis. Kenneth mengeryitkan keningnya dan menatap Natasha dengan pandangan dingin dan gusar. Pria itu benar-benar tidak mengenalnya.
Halo semuanya. Author mau bagiin nih ilustrasi para pemeran di novel ini, mohon masukannya ya sekiranya ada yang kurang pas 👍👍
Visualnya Natasha Emery Hilman.
Ini visual Natasha Emery Hilman
Visualnya Anatasya Fredelia Sanari.
Kalau yang ini visual Kenneth Hagar Archilles.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!