NovelToon NovelToon

ASMARANTI ( Istri Pengganti )

1. PROLOG

Dengan mantap Abimana menjabat tangan laki-laki yang saat ini menjadi Mertuanya, Kembali untuk mengucapkan Kalimat Ijab Khobul untuk yang kedua kali dalam hidupnya.

Ananda Abimana Candra Brawijaya bin Prabowo Laksmana, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Putri saya yang bernama Asmaranti Sukma Kinasih, dengan maskawinnya berupa Seperangkat Alat Sholat, Perhiasan Berupa Cincin Permata, Uang Tunai Sebesar Seratus lima puluh juta rupiah dibayar Tunai ,.”

"Saya Terima Nikah Dan Khawinya Asmaranti Sukma Kinasih Binti Lukman Sardi Dengan Maskawin Tersebut Dibayar Tunai"

"Bagaimana Saksi, Sah???" Ucap penghulu

SAH

"Sah"

"Sah"

"Sah"

Alhamdulillah .....

Seketika Penghulu Membacakan Doa kepada kedua mempelai.

اَللّٰهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ اٰدَمَ وَحَوَّاءَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَسَارَةَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ سَيِّدَنَا يُوْسُفَ وَزُلَيْخَاءَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَيِّدَتِنَا خَدِيْجَةَ الْكُبْرَى وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِنَا عَلِيِّ وَسَيِّدَتِنَا فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءَ

Allâhumma allif bainahumâ kamâ allafta baina Adam wa Hawwa, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Ibrâhîm wa Sârah, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Yûsuf wa Zulaikha, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallama wa sayyidatinâ Khadîjatal kubrâ, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ ‘Aly wa sayyidatinâ Fâthimah az-Zahrâ

Artinya: “Ya Allah, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Adama dan Hawa, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Ibrahim dan Sarah, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Yusuf dan Zulaikha, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Baginda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallama dan Khadijah Al-Kubra, dan rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Ali dan Fathimah Az-Zahra.”

Asmaranti atau yang kerap di panggil Ranti, merasa sangat gugub, bulir bening seketika menetes begitu saja di sudut matanya.

Bukan tidak bahagia dengan pernikahannya, Namun saat ini Ranti tengah dilanda rasa gelisah, entah harus bahagia ataukah harus berduka.

Bagaimana tidak dirinya berduka, diatas pernikahannya yang banyak orang katakan merupakan moments bahagia , namun dirinya harus menjadi yang kedua dan menjadi madu dari kakak kandungnya.

Bulir bening yang terus saja menetes dari sudut matanya tak mampu menutupi rasa yang menyesakan dada. Ingin rasanya dia meronta berteriak dan meluapkan segala keluh dan kesahnya saat ini.

Entah sudah seperti apa dirinya saat ini, dengan riasan wajah yang semula baik-baik saja, seketika porak poranda karena derasnya air mata yang mengalir begitu saja.

FLASHBACK ON

Kembali mengingat sebuah momen, kejadian yang terjadi 6 bukan yang lalu.

Disebuah Rumah Kos yang sederhana, tempat dimana sosok Ranti tinggal, jauh dari kedua orang tua dan kakaknya, Bukan merupakan keinginan dan impiannya namun hal itu dia lakukan karena perusahaan yang menerima dirinya, menempatkan pada sebuah kota yang jauh dari keluarganya.

Tring...

Terdengar dering telepon yang memekakkan telinga.

"Ibuk ?" Gumam Ranti tatkala melihat satu nama yang tengah mencoba menyambungkan telepon.

Segera Ranti menggeser tombol hijau yang tertera pada layar telepon tersebut.

"Assalamualaikum Buk?" Ucap Ranti sopan

"Waalaikumsalam, Ranti" Ucap Bu Diana dari ujung telepon dengan suara cemas dan khawatir, di iringi suara tangis yang memekakkan telinga, membuat setiap hati mendengar merasa miris dibuatnya.

"Ada apa buk?" Ucap Ranti dengan hati tak kalah khawatir.

"Ranti, Kakakmu nak ! , Kakakmu Kecelakaan " ucap Bu Diana lirih, dengan Suara serak, dan Isak tangis yang masih jelas terdengar.

"Apa !" Seketika Ranti menjatuhkan smartphone miliknya, dan tidak lagi memperdulikan seseorang yang masih tersambung disana.

Hanya Isak tangis dari Asmaranti yang terdengar memenuhi seluruh ruangan kamar yang berukuran tidak begitu luas tersebut.

Setelah merasa cukup tenang, Secepat kilat Ranti meraih smartphone miliknya untuk membeli tiket kereta secara online.

Keberangkatan jam 17.30 , Menyisakan waktu satu jam bagi Ranti untuk segera bersiap dan berangkat ke Stasiun.

Tidak ingin membuang waktu lama, Ranti bergegas untuk mengemasi beberapa pakaian dan barang yang dia butuhkan selama menginap di tanah kelahirannya.

Tinn ... Tinn...

Terlihat sebuah mobil mewah yang melintas dari arah samping.

"Ranti Mau kemana ?" Tanya seorang laki-laki dari dalam mobil.

Ya. Seorang laki-laki yang sejak lama menaruh hati pada sosok Asmaranti Sukma Kinasih , dialah Bian Atmajaya, Seorang pewaris tunggal dimana tempat Asmaranti Bekerja saat ini.

"Aku mau ke stasiun " Ucap Ranti seketika dengan kaki yang terus melangkah kedepan, dan mengabaikan sosok laki-laki yang mengikutinya menggunakan mobil mewah tersebut.

"Aku antar " Ucapnya kemudian

"Tidak perlu" Jawab Ranti singkat dengan sesekali menyeka Bulir bening yang masih saja menetes

Menyadari terjadi sesuatu pada Gadis yang tengah di ikuti nya, Bian segera memarkirkan mobilnya di sembarang tempat, dan segera turun dari mobil, bergegas meraih tangan Ranti dan menariknya masuk kedalam mobil.

Sedikit terjadi penolakan dari Ranti, yang tidak ingin merepotkan Bian saat itu.

Setelah keduanya berada dalam satu mobil, Bian lantas mengemudikan mobilnya menuju stasiun dimana sebelumnya Ranti katakan.

Sejenak suasana menjadi hening tanpa kata dan suara dari keduanya. Namun sesekali tampak Bian yang melirik gadis yang tengah duduk di sampingnya melalui ekor matanya.

Terlihat jelas beberapa kali Ranti yang mencoba menyeka Air matanya yang keluar begitu saja menggunakan satu tangan.

Tak tahan dengan Susana demikian Bian pun akhirnya membuka suara, dan bertanya.

"Ada apa ?" Ucap Bian singkat

Ranti bergeming, dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut laki-laki yang ada di sampingnya.

Sejenak suasana kembali hening.

"Minumlah" Ucap Bian dengan menyodorkan sebuah botol air mineral, yang dianggapnya akan sedikit mengurai kesedihan dalam diri Ranti.

"Terima kasih" Ucap Ranti kemudian dengan meraih botol air mineral tersebut, dan segera meneguk beberapa kali, benar saja setelah meminum air mineral tersebut Ranti merasa sedikit tenang.

"Kakakku " Ucap Ranti lirih.

Bian tampak menyatukan kedua alisnya , menunggu kelanjutan dari ucapan Ranti.

"Kakakku kecelakaan, dan anak yang ada dalam kandungannya tidak dapat di selamatkan, nahasnya lagi Kak Dewi mengalami Cedera serius pada batang otak" Ucap Ranti dengan sesenggukan , memberi penjelasan pada sosok laki-laki di sampingnya.

Sejenak Bian pun merasa lidah nya sangat kelu, dengan berita yang baru di sampaikan oleh gadis pujaan hatinya tersebut.

Alih-alih dapat mengurai kesedihan dalam diri Ranti, Bian hanya dapat memberikan usapan lembut pada puncak kepala dan bahu Ranti.

Setelah beberapa saat perjalanan akhirnya keduanya telah tiba di sebuah stasiun.

Segera Ranti melesat ke bagian tiket untuk mencetak tiket onlinenya dan segera masuk kedalam pintu masuk stasiun.

Bahkan sesaat Ranti pun melupakan sosok pengantarnya, hingga tidak sempat untuk berpamitan ataupun mengucapkan kata terima kasih pada Bian.

Duduk dalam gerbong kereta eksekutif, dengan Pikiran melayang entah kemana, Ranti kembali merasakan sesak di dada. Diamana kakaknya harus kehilangan anak dalam kandungannya, Merasakan sakit yang luar biasa hingga dirinya harus berada di sebuah ruangan dingin, dan dalam keadaan koma..

***

Bersambung

***

Semoga Terhibur Ya Para Reader kesayangan author 🥰

2. Pernikahan Abi dan Ranti

...Jangan menjadikan seseorang sebagai prioritas utama mu, Sementara dirimu hanya dijadikan pilihan saja...

...🍁...

Belum juga kesedihan yang di rasakan Ranti surut, setelah mengingat kejadian 6 bukan yang lalu. Ranti sudah harus kembali di hadapkan dengan sebuah kenyataan. Dimana dirinya di hubungi oleh Bu Diana yang tidak lain merupakan ibu kandungnya. Yang memberikan kabar mengenai Permintaan orang tua Abi untuk menikahkan dirinya dengan sang kakak ipar.

“Ranti Ibu mohon padamu nak, terimalah permintaan bu Sinta dan Pak Prabowo” Ucap Ibu Diana penuh harap.

Bu Sinta dan pak Prabowo merupakan Orang tua dari Abimana Candra Brawijaya Seorang CEO Muda Berusia 30 Tahun, yang merupakan kakak ipar Ranti dan merupakan Suami dari kakak kandungnya Dewi.

Ranti merasa sangat bingung dengan beberapa kenyataan yang dihadapinya dalam waktu yang hampir bersamaan. Belum juga tahun berganti dia sudah harus kembali merasakan sebuah ujian yang menguras emosi.

"Bu, jangan memaksa Ranti jika dia tidak mau" Ucap Satrio yang merupakan anak pertama dari Bu Diana dan Pak Lukman , dan merupakan kakak dari Dewi dan Rianti.

Masih segar di ingatan Ranti saat itu, ketika mendapatkan kabar duka mengenai kematian dari calon keponakanya, bahkan sebelum dilahirkan ke dunia, Janin yang tidak dapat di selamatkan saat kecelakaan yang menimpa sang kakak. Sementara itu kondisi sang kakak yang terbujur kaku di Ruang ICU akibat cedera batang otak yang sangat parah, hingga mengakibatkan sang kakak mengalami koma berbulan-bulan.

"Ranti , Ibu dan bapak tidak memaksamu untuk menerima pernikahan ini, Tapi pikirkan tentang nasib kakakmu nak " Ucap Bu Diana lirih dengan wajah sendu, dengan Ari mata yang tidak henti menetes.

"Ranti " Ucap Bu Diana lirih

"Meski kau menolaknya nak, ibu sangat yakin, jika Bu Sinta dan pak Prabowo akan tetap mencari calon pendamping untuk Abi" Ucap Bu Diana lagi dengan sesenggukan

"Lalu jika itu terjadi bagaimana nasib pengobatan kakakmu nak" tukas Bu Diana kemudian

Ranti hanya terdiam dengan penuturan yang disampaikan oleh kedua orang tua nya.

Tanpa terasa kedua bola mata Ranti menghangat, buliran bening seketika lolos begitu saja dari sudut mata terssbut.

"Tapi kak Abi sangat mencintai kak Dewi buk" Ucap Ranti berkilah

"Lagi pula, Ranti pikir kak Abi tidak akan Menerima orang lain dalam hatinya selama Kak Dewi Masih hidup" sergah Ranti

"Ranti Tahu betul bagaimana Kak Abi sangat Mencintai Kak Dewi buk" Ucap Ranti memberi penjelasan dengan nafas sesenggukan dan mata berembun.

"Lalu bagaimana jika Bu Sinta dan Pak Prabowo tetap meminta Abi untuk menikah?" Tanya Bu Diana lagi dengan suara bergetar

"Terlebih kondisi kakakmu saat ini yang sudah bagai mayat hidup. Hidup segan Matipun Tak mau, tapi ibuk tidak rela Ranti jika pengobatan kakak mu harus berhenti" Sergah Bu Diana kemudian, dengan tangisan yang begitu menyayat hati setiap pasang telinga yang mendengar.

"Ibu Tidak bisa membayangkan Jika kakakmu harus Menghentikan pengobatannya karena Abi memiliki Istri Lain, Ranti ! " Ucap Bu Diana lagi dengan suara semakin lirih dan nafas yang tersengal sengal.

Sejenak Ranti terdiam, menimang setiap ucapan yang di katakan oleh Kedua orang tuanya.

Mungkin terkesan jahat, namun ada benarnya juga dengan ucapan kedua orang tuanya.

Bagaimana jika Abi menikah dengan wanita lain, dan Istrinya tidak mengizinkan Abi untuk membiayai pengobatan sang kakak, Lalu bagaimana nasib sang kakak tanpa alat-alat canggih yang terpasang dalam tubuhnya.

Sudah dapat Ranti pastikan berapa banyak uang yang harus keluarganya keluarkan untuk pengobatan sang kakak, jika benar akhirnya Abi tidak lagi memberikan pengobatan pada Dewi .

Setidaknya jika Ranti menikah dengan Abi , hal itu dapat mengikat Abi untuk tetap memberikan biaya pengobatan pada Kakaknya.

Biaya pengobatan yang tidak murah, belum lagi biaya ruang perawatan yang pastinya cukup tinggi, mengingat sang Kaka berada di ruang khusus dengan segala macam peralatan yang menunjang untuk tetap dapat bernafas.

Meski sejujurnya tanpa dirinya menikah dengan sang kakak ipar pun, Ranti sangat yakin dengan Abi jika dia tidak mungkin akan melepas begitu saja pengobatan Kakaknya Dewi.

Hal ini karena sangat Jelas Ranti mengetahui, bagaimana Sosok Abi sangat mencintai Dewi, Pasti dirinya akan melakukan apapun demi kesembuhan Sang istri.

Namun lagi-lagi bayang-bayang jika kenyataan berkata lain, sontak membuat benak Ranti ikut berpikir keras.

Setelah beberapa saat berpikir Ranti akhirnya memberikan jawab

"InshaAllah Ranti Siap Buk, Siap untuk menikah dengan Kak Abi" Jawab Ranti lirih dengan menundukkan pandangan.

Seketika pandangan kedua orang tuanya beradu, merasa bahagia dengan keputusan Anak Bungsunya tersebut.

"Maafkan Ranti kak Dewi, Ranti tidak bermaksud merebut Suami kak Dewi, Ranti hanya ingin kakak tetap mendapatkan pengobatan hingga kakak sembuh kembali" Gumam Ranti dalam hati , dengan Air mata yang tak henti mengalir dari sudut mata indahnya.

FLASHBACK OFF

"Nona Ranti, Ikrar Ijab qobul nya telah selesai, Saya mohon Nona Ranti jangan bersedih lagi, Karena sebentar lagi nona harus keluar menyambut para tamu" Ucap sang Make-up.

"Saya tidak tahu permasalahan apa yang tengah nona Ranti hadapi, namun saya mohon nona, tenangkan hati nona untuk sesaat" Ucap Make-up artis itu lagi

Mendengar beberapa kali penuturan dari Sang Make-up artis, membuat Ranti sadar sudah cukup baginya untuk menangis.

Meskipun pernikahan ini terjadi karena sebuah keterpaksaan, namun Kembali Ranti mengingat jika pernikahan ini terjadi juga atas izin darinya.

***

Setelah Ijab qobul selesai Ranti segera dibawah keluar menemui sosok laki-laki yang saat ini sah menjadi suaminya.

Ada rasa berdebar dalam hati yang entah karena hal apa, yang pasti saat ini Ranti merasakan hatinya sangat sesak karena rasa bimbang, apakah keputusan untuk menikah dengan Abi merupakan pilihan yang tepat ataukan justru sebaliknya.

Setelah tepat berada di samping Abi, Ranti segera meraih tangan Abi yang kini telah sah menjadi pasangan hidupnya, dan mencium punggung tangan Abi dengan takzim.

Selayaknya pasangan suami istri yang baru saja sah, Abi pun segera membingkai wajah Ranti dan mendaratkan sebuah kecupan disana.

Terlihat jelas dari pasang mata Ranti, tatapan dingin dari Abi, betapa sesungguhnya Abi pun tidak menyetujui pernikahan ini.

Ranti sangat menyadari pernikahan ini terjadi karena sebuah keterpaksaan yang mau tidak mau harus mereka lakukan.

Meski berat, Ranti tetap menerimanya dengan ikhlas dan lapang hati.

Meski sejatinya bagi Ranti menikah merupakan hal yang akan dia lakukan sekali dalam seumur hidupnya.

"Ya Allah, bimbinglah hamba senantiasa di jalamu, Tuntunan lah rumah tangga hamba selalu dalam Ridha mu " ucap Ranti dalam hati.

***

Bersambung.

***

3. Permintaan Mama Sinta

Meski sejatinya bagi Ranti menikah merupakan hal yang akan dia lakukan sekali dalam seumur hidupnya.

"Ya Allah, bimbinglah hamba senantiasa di jalamu, Tuntunan lah rumah tangga hamba selalu dalam Ridha mu " ucap Ranti dalam hati.

***

Setelah acara Ijab qobul selesai, Ranti yang telah selesai menyalami para Keluarga besar dari Abi dan keluarga besarnya, serta para rekan bisnis dan kolega dari Abi dan Pak Prabowo, Segera kembali menuju kamar pengantin yang telah di siapkan oleh Bu Sinta Sebelumnya.

Berbeda dengan Ranti yang kembali ke kamar, Abi memilih masih tetap di ruang Ballroom hotel untuk sekedar beramah tamah dengan para tamu yang hadir.

Tidak ada acara resepsi ataupun acara lainnya. Hanya acara ijab qobul dan ditutup dengan acara makan-makan bersama keluarga dan para kolega.

Tidak ada acara resepsi , ataupun acara lainya. Hal ini memang merupakan syarat yang diajukan oleh Ranti dan telah di setujui oleh kedua orang tuanya begitu juga orang tua Abi.

Bagi Ranti pernikahan ini saja sudah cukup menyesakkan dadanya, apa lagi jika harus ditambah dengan pesta mewah dan megah yang di tawarkan oleh kedua orang tua Abi, bagaimana bisa dia menghadapi sosok kakaknya yang tengah terbujur kaku di sana, jika tahu dirinya bahagia diatas duka dan lara sang kakak. Meski sejujurnya sama sekali Ranti tidak merasakan bahagia.

Namun meski hanya acara ijab qobul, namun orang tua Abi tetap mempersiapkan segalanya dengan begitu mewah dan sangat megah.

Karena menyadari meskipun ini pernikahan kedua bagi Abi, namun ini merupakan pernikahan pertama bagi Ranti. Bu Sinta hanya ingin mengukir kenangan yang indah dalam pernikahan keduanya.

"Nak, Semoga pernikahanmu memberikan kebahagiaan yang tiada Tara" Ucap Bu Diana dengan sesenggukan

"Maafkan ibumu yang tidak berguna ini, Mengorbankan mu demi---" ucap Bu Diana menggantung setelah Ranti menempelkan satu telunjuknya di bibir wanita yang tidak lagi muda tersebut.

"Buk, Ranti ikhlas, Bukan ibuk yang memaksa, namun Ranti lah yang menerima" Ucap Ranti dengan suara serak dan mata berembun.

Seketika keduanya tampak dalam suasana haru dengan tangis yang berusaha untuk di bendung.

Bagaiman tidak Bu Diana pun juga sangat sedih dengan pernikahan Ranti, jika pernikahan yang di lakukan anaknya bukan atas dasar cinta, lalu bagaimana nasib putri sulungnya kedepan.

Demi sebuah pengobatan putri sulungnya, Bu Diana rela mengorbankan kebahagiaan putri bungsunya, begitu mungkin pemikiran Bu Diana saat ini.

"Maaf kan ibu nak, maaf kan ibu " Ucap Bu Diana dalam hati.

Beberapa kali Ranti memberikan usapan lembut pada punggung wanita yang tidak lagi muda tersebut, hal itu di lakukan untuk mengurai rasa sedih dan bersalah yang mungkin menyesakan dadanya sang ibu.

"Sudah buk, Tidak perlu menangis lagi, InshaAllah Ranti akan bahagia" ucap Ranti lembut pada sosok wanita tua di hadapannya.

Setelah beberapa saat suasana menjadi hening.

"Ranti, ibu harus segera pulang, hari semakin petang " Ucap Bu Diana.

"Baik Bu, Maaf Ranti tidak bisa mengantar" ucap ranti kemudian. Bu Diana menganggukkan kepala pelan dan berlalu meninggalkan putri Bungsunya seorang diri di kamar pengantin tersebut.

Setelah kepergian bu Diana, Ranti tampak termenung sendiri, tanpa terasa sudut matanya mulai berembun dan Meloloskan buliran bening disana, dengan rasa yang entah seperti apa dirinya sendiri sudah tidak lagi mampu untuk menggambarkannya.

Ting Tung ...

Terdengar suara bel yang berbunyi dari balik pintu kamar mewah tersebut.

Bergegas Ranti untuk membuka pintu tersebut.

Terlihat sosok wanita paruh baya yang masih menampakan garis kecantikan di sana, berdiri tepat di hadapannya, dengan senyum manis dan wajah teduhnya.

"Boleh mama masuk" Ucap Bu Sinta lembut

"Silahkan Tante " ucap Ranti kikuk

"Lho kok Tante sih, sekarang manggilnya mama ya biar sama kaya Abi" Ucap Bu Sinta lembut dengan menggandeng Ranti masuk kedalam kamar.

"Bagiamana kamu suka kamarnya ?" tanya Bu Sinta kemudian.

"Ranti Suka Te Ehh Ma" ucap Ranti terbata.

Bu sinta tampak mengulas sebuah senyum manis di wajah nya yang tak lagi muda.

Sebuah Kamar presidential suite telah Bu Ranti pilih, dan siapkan untuk malam pertama Abimana dan Asmaranti. Meski Bu Sinta sendiri tidak yakin kamar itu akan digunakan atau tidak oleh Abi maupun Ranti , Namun setidaknya Bu Sinta mempersiapkan segalanya sebaik mungkin.

"Ranti " Ucap Bu Sinta lembut

"Iya ma" Jawab Ranti dengan pandangan tertunduk.

"Mama harap kalian bisa menjadi keluarga bahagia" Ucap Bu Sinta penuh harap dengan wajah berbinar.

Ranti hanya mengangguk pasrah dengan ucapan seseorang yang dulu selalu dia panggil Tante namun saat ini menjadi ibu mertuanya baginya.

Bu Sinta merupakan sosok ibu yang penyayang dan juga sangat hangat , tidak pernah membedakan status sosial pada siapapun, meski dirinya adalah seorang dari keluarga miliarder yang begitu di segan i.

Awalnya Ranti sedikit merasa cemas, apakah dirinya akan diterima dengan baik atau sebaliknya oleh keluarga Abi, namun melihat sikap baik dari ibu mertuanya Ranti merasa bahagia. Setidaknya meski tidak ada cinta dalam pernikahannya, namun Ranti akan mendapatkan cinta dari keluarga baru.

Beberapa saat perbincangan keduanya, Tampak Abi yang masuk kedalam kamar, karena sebelumya Ranti memang tidak menutup pintunya kembali setelah Bu Sinta masuk, hingga Abi dapat leluasa masuk kedalam kamar.

"Abi " Ucap Bu Sinta dengan senyum wajah cantiknya

"Iya ma" jawab Abi singkat dengan melepaskan dasi dan jas yang sebelumnya menempel pada tubuh bidangnya.

"Abi, Bisa kita bicara sebentar " Ucap Bu Sinta lembut kepada Putra semata wayangnya tersebut.

Abi mengangguk pasrah dengan ajakan sang mama, dan setelahnya duduk di sofa tepat di hadapan mama dan Ranti yang sedari tadi tengah duduk dengan rasa gundah gulana.

"Mama mau Bicara apa sama Abi ?" Ucap Abi datar, setelah mendaratkan tubuhnya di atas sofa.

"Jadi begini Abi, dan tentunya kau Ranti ! , Sebaiknya setelah ini kalian tinggal di rumah saja bersama papa dan mama" ucap Bu Sinta

"Apa ?" sergah Abi, seketika kedua alis Abi bertaut dengan dahi yang mengerut, mendengar penuturan yang di sampaikan oleh sang mama.

"Ma, Tapi tidak bisa begitu, Abi tidak setuju !" ucap Abi lagi

"Abi !, Mama mohon , Mama hanya ingin yang terbaik untuk kalian !" Ucap Bu Sinta

"Tapi Ma !" sergah Abi lagi.

Melihat perdebatan antara ibu dan anak tersebut, Ranti hanya terdiam tanpa tahu ingin mengatakan apa. Baginya memikirkan bagaimana perasaan kakaknya jika tahu dirinya telah menikah dengan suami sang Kaka saja sudah membuat otak Ranti menjadi panas.

"Tidak ada kata Tapi ! , Apa kau ingin kejadian yang menimpa Dewi terulang lagi pada Ranti ! " ucap Bu Sinta kemudian dengan meninggikan suaranya satu oktaf.

Abimana hanya tertunduk lesu dengan ucapan sang mama. Sejujurnya benar ucapan mamanya.

"Tapi Abi bisa menjaga Ranti ma !, tidak harus tinggal di rumah" Sanggah Abi.

"Mama tidak ingin kalian tinggal di apartemen, Titik ! , kau itu sangat sibuk Abi, bagaimana kau bisa menjaga Ranti jika mengantar berbelanja saja kau tidak bisa lakukan" Ucap Bu Sinta bernada sindiran.

Abi tampak terlihat tengah menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan, menyadari setiap perkataan mamanya benar adanya.

Sejenak Abi berfikir bagaiman kejadian naas bisa menimpa Dewi , Hal itu terjadi karena Abi yang sangat sibuk hingga dirinya tidak bisa mengantar Dewi berbelanja untuk kebutuhan kelahiran bayinya.

Hingga Dewi harus sendirian menyetir dengan kondisi perut buncitnya.

***

Bersambung

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!