NovelToon NovelToon

Aku Bukan Dia

01

...🌱Kau Tau Perbedaan Aku Dan Kamu?🌱...

...Kau Yg Selalu Di Sayangi Dan Aku Yang Selalu Di Benci...

...•~•...

Pemuda dengan kaos putih itu tengah memandang lenggangnya jalanan malam di depan rumahnya.

Beberapa lampu jalan yang menyinari jalanan masih menyisakan sedikit kegelapan yang tak tersentuh.

Sesekali ia menghela nafas malas, bahkan dinginnya udara malam hari tak membuatnya beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.

Ia mendongakkan kepalanya menghadap luasnya hamparan langit hitam diatas sana, tak terlihat cahaya dari bulan maupun bintang barang sedikitpun.

Selalu seperti itu bila ia sedang merasa murung atau sedih, seakan semesta tak ingin membuatnya tersenyum.

Ketukan pintu tak ia hiraukan sedari tadi dan tetap diam ditempatnya berdiri.

Hingga, tepukan pelan di bahunya mengalihkan pandangannya, menjadi menghadap seseorang di sampingnya.

"Masuk, lo mau masuk angin?"

"Udah selesai acaranya" bukannya menjawab pemuda itu malah balik bertannya.

"Gua yang pergi duluan buat nemenin lo, jadi nggak salah kan?" Jawab nya lalu ikut melihat hamparan langit hitam di atas sana.

Tak lama pemuda ber kaos putih itu beranjak masuk disusul pemuda di sebelahnya.

"Yan mending lo balik ke kamar lo sendiri"

"Gua masih mau disini, nanti aja" tolak pemuda itu dengan merebahkan tubuhnya di kasur.

Mereka adalah kembar bersaudara.

Alvino Dekta Adinata dan Alvian Desta Adinata, anak dari pasangan Raya Taramuny dan Adinata, seorang pemilik butik ternama.

"Balik ke kamar lo sebelum mama sama papa tau yan" perintah vino pada saudaranya yang masih rebahan di kasurnya.

"Males...lagian mereka juga masih sibuk di bawah" tolak vian dengan merubah posisinya menjadi duduk, menghadap vino yang berada di sofa.

Keheningan melanda kedua bersaudara itu.

Vino yang asik dengan ponselnya dan vian yang memandangi setiap inci kamar saudara kembarnya.

"Gua heran No, bisa bisanya lo punya kamar segelap dan sepolos ini" celetuk vian heran sambil tetap mengamati sekitar.

Bagaimana tidak, kamar yang cukup luas dan bernuansa gelap itu hanya berisi kasur, meja belajar, sofa dan 2 buah lemari saja, bahkan dindingnya hanya berhias 1 jam dinding.

"Hemmm" deheman itu lah yang membalas kata kata vian sebelumnya.

Saat asik memperhatikan, satu objek menarik perhatian vian, yaitu sebuah lemari kaca yang berisi beberapa piala dan mendali serta piagam yg di tumpuk.

Vian membuka lemari itu, lalu mengambil setumpuk piagam penghargaan yang kira kira berjumlah 10  lebih.

Ia membacanya satu persatu, dan seketika wajahnya berseri.

"No! Lo bisa jadiin piagam, piala, sama mendali ini buat buktiin ke mama sama papa kalo lo itu sebenernya bisa di banggain" semangat vian lalu duduk di sebelah vino.

Helaan nafas terdengar.

"Mereka mau gua pinter di pengetahuan yan, bukan olahraga jadi itu percuma"

"Tapi lo...."

"Udah lah yan, gua sama lo itu beda, lo yang selalu di sayangi sedangkan gua..dibenci"

Vian tertunduk mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut kembarannya itu, ya itu memang benar mereka kembar namun diperlakukan secara berbeda.

"Mending sekarang lo balik ke kamar" titah vino dan dengan berat hati vian melangkah keluar.

Namun sebelum menutup pintu ia sempat mendengar kalimat terakhir yang vino ucapkan.

"Jangan begadang, inget tubuh lo rentan sakit"

Vian menutup pintu kamar vino dan masuk ke dalam kamarnya yang tepat berada di samping kamar kembarannya.

Malam semakin larut

Semua anggota keluarga Adinata telah menyelam ke dunia mimpinya masing masing, kecuali seorang pemuda yang sedang berkutat serius di meja belajarnya.

Ia Alvino.

Vino bertekat mengerjakan PR matematikanya dengan sungguh sungguh.

Mungkin bagi vian ini bukan hal yang  sulit, namun tidak baginya, ini benar benar membuat kepalanya terasa panas.

Beberapa nomor telah ia pecahkan meski harus dengan melihat berbagai cara di internet.

Sekitar pukul 01:00 dini hari ia selesai, menutup bukunya dan pergi ke tempat tidur.

Matanya sudah benar benar ingin terpejam sekarang namun saat ia menutupnya, dunianya seakan berputar.

"Huuh Menyebalkan" gerutunya.

Ia pergi ke kamar mandi untuk membasuk mukannya dan mengambil teman kecilnya, teman yang selama ini telah menjadi penenangnya.

2 butir ia teguk tanpa air dan selalu seperti itu.

Setelah itu ia berbaring kembali dan menunggu temannya itu bekerja sesuai tugasnya.

...•~•...

Pagi harinya tepat pukul 05:40 gedoran pintu mengusik tidur vino, dengan langkah gontai dan perasaan kesal ia membuka pintunya.

Tampak vian yang sudah rapi dengan seragamnya, entah pukul berapa membarannya itu mandi hingga sudah serapi ini.

"Lo itu kebiasaan vin, kalo nggak gua bangunin pasti kesiangan, sekarang sekolah kalo lo lupa" omel vian seperti seorang ibu yang mengomeli anaknya.

"Cerewet" ucap vino lalu meraup wajah vian dengan tangan nya dan langsung masuk ke kamar mandi, meninggalkan vian yang menatap jengkel.

"Huft untung adik gua" gerutu vian lalu kembali ke kamarnya.

Sekitar 25 menit vino sudah siap dengan tas yang ia gendong, yaa meski jauh dari kata rapi lebih terlihat ke anak berandal. Tapi memang seperti itulah seorang Alvino

Vino turun dengan  santainya, hingga tepat di ruang makan dapat ia lihat papa dan mamanya yang sedang bercanda dengan  kembarannya, vian.

Mereka tampak bahagia tanpa dirinya, senyum kecut ia gambarkan.

Vian yang menyadari keberadaan vino pun lantas memanggilnya.

"No, sarapan" ajaknya dengan menepuk kursi kosong di sebelahnya.

"Kamu kenapa nawarin dia sih sayang" ucap raya dengan memandang vino sinis, sedangkan vino yg di tatap hanya menatap wanita yg telah melahirkannya itu dengan tatapan sendu.

"Kamu lihat dia, baju yang berantakan, tidak menggunakan dasi, pantaskah anak sekolah seperti itu" kata kata itu keluar dengan mulus dari sang papa yang menatapnya Vino tajam.

"Paaa" ucap vian kesal, sungguh ia tak suka bila vino di pojokkan seperti itu.

"Gua sarapan di sekolah yan" setelah mengatakan itu ia keluar tanpa berpamitan, toh meski ia berpamitan pasti tidak akan di pedulikan.

Vian menatap punggung vino yang menjauh hingga menghilang di balik pintu, setelahnya ia menatap kedua orang tuanya sebal.

"Kenapa kalian selalu bedain vian sama vino? kita berdua itu sama maa paa, kita kembar" Tanya nya pada kedua orang tuanya.

"Karna  kalian itu berbeda sayang" jawab raya dengan lembut.

"Tapi..."

"Sudah jangan membahas tentang anak berandal itu, habiskan sarapanmu lalu berangkat bersama papa" titah adi dengan nada  santai namun membuat vian kesal bukan main.

Dengan malas vian memakan sarapannya lalu berangkat bersama sang papa.

Terkadang Vian juga ingin bertukar posisi dengan adik beberapa menitnya itu, ia ingin Vino juga merasakan kasih sayang kedua orang tuanya, namun sepertinya itu hanya khayalan semata.

...•~•...

02

...🌱Aku itu seperti langkah tak berjejak🌱...

...Senja tak jingga dan ada tapi tak dianggap...

SMA Alaska

Sekolah menengah atas yang sudah menjadi tempat belajar si kembar kurang lebih 2 tahun.

SMA Alaska merupakan 1 dari 3 sekolah ternama di ibu kota yang menjadi favorit siswa dan sisiwi yang menempuh pendidikan lebih tinggi.

Vino dan vian memang berada di satu sekolah yang sama namun berada di kelas yang berbeda.

Vian yang berada di kelas XI Mipa 2 dan Vino yang masuk ke dalam kelas IPS 3.

Tak ayal vian selalu di banggakan orang tuanya karna masuk ke dalam jajaran murid berprestasi.

Berbeda dengan vino yang termasuk pintar di bidang non akademik yaitu olahraga.

Motor milik vino terparkir tepat di samping motor sahabatnya.

Seketika laki laki berambut sedikit kriting itu menyapanya "tumben berangkat pagi lo vin" ucapnya yang hanya di balas deheman.

"Nggak bareng vian lo?" Tanya seorang lagi yang tengah duduk manis di motornya, yang tepat berada di sampingnya.

"Bareng papa" jawab vino acuh tak acuh yang hanya di balas anggukan kepala.

Seketika ia ingat ucapannya di rumah bila akan sarapan di sekolah, "kantin" ajaknya pada kedua temannya itu.

"Lah rafa belum dateng woy"

"Dia nyusul" ucap vino lalu kembali berjalan.

Suasana kantin masih terbilang cukup sepi, hanya ada beberapa siswa yang sedang makan, setelah memesan mereka langsung duduk.

Dengan posisi vino menghadap kedua temannya yang sekarang sudah mulai adu mulut.

"Lama lama gua potong tu rambut nan, heran seneng banget jailin orang pake tu rambut" kesal laki laki di yang tepat duduk di hadapannya.

"Eitsss tidak semudah itu teman" ucap nanda dengan menyugar rambutnya ke belakang, berlagak sok keren.

Nanda septia naraja, laki laki yang sudah berteman dengan vino sejak kelas 1 smp itu memang suka berbuat ulah dengan rambutnya.

"Jijik gua sumpah" lawan bicaranya berlagak ingin muntah.

Danu Aji Saelendra, atau yang kerap di panggil danu itu adalah sahabat vino dan vian sejak kecil, sikapnya yang random terkadang membuat yang lain geleng geleng kepala.

Vino sendiri memilih tak peduli dan memakan makanannya yang sudah datang.

Tak lama setelah makanan itu habis, tampak remaja laki laki yang berjalan ke arah mereka.

"Sory gua telat" ucapnya dan langusung duduk di samping vino.

"Kenapa raf?" Tanya danu yang sudah menyudahi perdebatannya dengan nanda.

"Ada problem, tapi udah clear kok tenang" jawab rafa.

Rafa Bintang Natalino, salah satu kerabat jauh vino dan vian dari keluarga sang mama, dan ia jugalah yang selama ini sudah membantu dan mendukung vino sejak dulu.

"Gimana kemarin vin? Aman?" Tanya rafa pada vino yang sekarang sudah meletakkan hanphonnya.

"Hemmm aman" jawab vino

Tentang sikap vino mereka sudah terbiasa, karna memang seperti itulah sikap seorang Alvino Dekta Adinata yang mereka kenal, meski sikap itu kadang berubah tak menentu.

Tak terasa bel masuk berbunyi, mereka bergegas menuju kelas masing masing.

Walau sebenarnya hanya rafa yang berbeda kelas dengan mereka, karna ia berada di kelas Mipa 4 sendiri.

Pelajaran pertama kelas vino adalah "Matematika Ilmu Yang Menyenangkan" sebuah bencana memang bagi orang seperti vino dan kedua temannya, atau mungkin banyak murid lainnya.

Belum 5 menit mereka masuk, masuklah seorang guru dengan langkah tegasnya.

Kumis yang tebal, badan besar dan rambut yang tak banyak tumbuh itu merupakan ciri khas pak Nurhudin, atau yang biasa di panggil pak udin oleh anak didiknya.

Dengan tajam nya ia memperhatikan setiap deretan bangku di kelas.

Tatapan tajam itu membuat Ips 3 sunyi bukan main, bahkan sekarang suara jam dapat terdengar dengan jelas.

"Siapa yang tidak mengerjakan Pr angkat tangan!" Titahnya dengan suara yang tegas dan keras.

Beberapa murid mengangkat tangan, bukan hanya laki laki namun juga ada siswi perempuan.

"KALIAN INI!! PR ITU SUDAH SAYA BERIKAN 1 MINGGU YANG LALU!! SEKARANG KELUAR DAN KERJAKAN RANGKAP 5"

Dengan terburu buru anak yang tidak mengerjakan pr berlari keluar, melaksanakan perintah pak udin.

Sedangkan yang berada di kelas hanya di beri tugas dan di tinggalkan, karna ada kepentingan.

Selalu seperti itu memang bila pelajaran beliau, hanya tugas lalu keluar.

...•~•...

Tak terasa sekolah telah usai sejak 15 menit yang lalu, bahkan vian sudah di jemput supir keluarganya sejak 10 menit yang lalu.

Entah mengapa hari ini vino malas sekali untuk pulang, seperti sekarang ia masih duduk manis di atas motornya di parkiran sekolah.

Kedua temannya sudah pulang sedari beberapa menit yang lalu, hanya tersisa ia dan rafa.

"Lo nggak ada niatan mau pulang?" Tanya rafa yang sedari tadi hanya diam memperhatikan vino yang melamun.

"Gua males raf"

"Gua tau lo males ketemu mereka, tapi setidaknya ada vian sama bi ani yang nunggu lo balik" nasehat rafa.

"Gua balik" setelah mengucapkan itu vino langsung memakai helm nya dan menjalankan motornya.

Tersisa rafa yang hanya bisa menghela nafas dengan tingkah vino yang labil.

...•~•...

Perjalanan menuju kediaman adinata hanya memakan waktu 15 menit, sekarang ia sudah memarkirkan motornya di garasi.

Nampak mama dan kembarannya yang sedang asik mengobrol namun hanya ia lewati tanpa menyapa.

Tujuannya sekarang hanyalah kamar tidur nya, mungkin efek begadang tadi malam membuatnya lelah.

Tak terasa waktu makan malam tiba.

Ia dibuat jengkel dengan tingkah vian yang terus membujuknya makan malam bersama.

Namun akhirnya vino luluh dengan bujukan itu dan turun mengikuti langkah saudara kembarnya.

"Duduk sayang kita makan bersama" ucap raya yang pasti hanya ditujukan untuk vian.

"Duduk No, lo mau makan sambil berdiri" gurau vian.

Hidangan tersaji dengan menu olahan seafood, sesuatu yang membuat vino mengepalkan tangannya di bawah meja.

Karna merasa ini tidak benar vian membuka suaranya "ma vino alergi seafood, ada makanan lain?"

"Lho ini kan mama masakkan spesial buat kamu, kamu kan suka seafood sayang" ucap raya dengan santai

Sontak vino beranjak dari kursinya dan melangkah keluar rumah, ia butuh udara segar saat ini.

Sedangkan vian hanya bisa diam melihat vino meninggalkan meja makan, ia tau bahwa vino pasti sangat kecewa.

...•~•...

Vino mendongakkan kepalanya, menghadap hamparan langit hitam di atas sana, setidaknya malam ini ada sedikit bintang meski tiada bulan.

Tidak seharusnya ia menerima tawaran vian tadi yang berujung membuat dirinya sendiri sakit hati.

Asik melamun tiba tiba pintu gerbangnya terbuka, mobil hitam baru saja masuk ke garasi rumahnya.

Itu sang papa, ia tertegun melihat papanya seperti sangat lelah, dan berinisiatif membantu

"Pa biar vino bawakan tas nya" tawarnya dengan hati hati

"Pa papa pasti capek, biar vino saja yang bawa" tawarnya lagi

"CUKUP VINO!! APA KAMU TAU!? KAMU ITU TAK LEBIH DARI SEKEDAR PENGGANGGU DI RUMAH SAYA!!" setelah mengatakan itu adi pergi.

Meninggalkan vino yang terus meremas telapak tangannya hingga memutih

"Jadi selama ini vino cuma pengganggu ya pa?" Gumamnya lalu pergi keluar dari halaman rumah

Kejadian itu pun tak luput dari pandangan seseorang

"Maafin gua vin"

03

...🌱Setidaknya Aku Punya Tujuan🌱...

...Meski Nampaknya Mustahil Ku Lakukan...

...•~•...

Dengan pikiran yang entah bercabang kemana, vino terus melangkah, menjauh dari rumahnya, bahkan sekarang ia sudah berada di luar blok tempat tinggalnya.

Ia tak punya tujuan saat ini, entah mungkin mentalnya yang sudah melemah atau apalah, tak biasanya ia mengambil hati kata kata tak enak didengar dari kedua orang tuanya.

Sungguh ia merasa begitu lemah saat ini, dengan berlari menjauhi masalah bukannya di hadapi.

Di bawah redupnya lampu taman ia duduk, memperhatikan beberapa anggota keluarga yang nampak riang bercanda bersama.

Seketika ia tersenyum miris, bahkan sejak kecil ia sudah diberlakukan tak adil oleh kedua orang tuanya.

Entah berapa lama ia melamun tiba tiba sesosok gadis perempuan mengagetkannya.

"Vino itu lo kan?"

"Selin?"

"Ternyata bener, gua kira gua salah orang" kekeh gadis bernama selin itu di akhir kalimatnya, dengan santai ia duduk di kursi kosong sebelah vino.

"Ngapain lo malem-malem ngelamun, sendirian lagi, kesambet tau rasa lo"

Tak ada jawaban dari lawan bicaranya, namun selin tak menganggap serius.

Ia kenal vino, kenal sebatas teman sekelas, sekedar kenal dalam perkenalan di depan kelas tepatnya.

Menurutnya wajar ia tak di tanggapi vino, karna di kelas vino memang terkenal dengan kesan irit bicaranya.

"Lo ada masalah ya vin?" Tanya selin setelah beberapa saat diam

"Hemm"

"Gua kira cowok dingin kaya lo nggak punya masalah, eh taunya gua salah" kekeh nya di akhir kalimat.

"Semua punya masalah sel, termasuk lo" jawab vino, tak ayal ia melirik sekilas ke arah selin.

"Hemm lo bener" gumam selin namun masih bisa di dengar vino dengan jelas.

"Lo butuh bantuan?" Tanya selin tiba tiba sembari beranjak berdiri.

"Nggak"

"Ishh lo ma kalo di tanya kaya perempuan, bilangnya 'nggak' tapi di dalam hati 'iya' ngeselin" cibir selin

"Lo nggak akan paham sel" jawab vino jujur, yang sontak membuat selin diam, diam karna pasti ini bukan masalah yang sepele atau ringan.

"Emm gua emang nggak akan paham, tapi bunda gua kayaknya bakal paham" ucap selin yang berhasil membuat vino menoleh ke arahnya.

"Maksud lo?" Tanya vino kurang paham

"Iya bunda gua psikolog, paling nggak lo bisa percaya ke bunda buat temen lo cerita, karna gua yakin lo bukan tipe orang yang suka cerita tentang kehidupan lo ke orang lain, kecuali kembaran lo sama sahabat lo mungkin" jelas selin yang di tanggapi anggukan

Hening

"Kerumah gua yuk" ajak selin tiba tiba

"Emm maksud gua ke rumah gua buat ketemu bunda" jelas selin dengan wajah sedikit malu, pasti vino salah tangkap tadi.

"Nggak sekarang"

"Trus kapan? Atau lo emang nggak mau berbagi cerita biar beban lo berkurang?" Tanya selin heran.

"Udah malem, gak baik buat bertamu" kata vino yang di balas anggukan setuju selin.

"Bener juga, oh iya lo mau pulang?"

"Nggak, gua ke rumah rafa"

"Owhh ok kalau gitu, gua balik dulu ya, bisa kena omel bunda kalau martabak nya dingin" pamit selin dengan nada gusar.

Jujur ia lupa kalau sedang membawa martabak titipan sang bunda tadi.

"Hemm hati hati"

"Lo juga Vin, bay" dan setelah itu selin pergi menjauh.

Vino dengan sigap mengambil ponsel di saku celananya, udara lumayan dingin dan ia tak menggunakan jaket karna buru buru pergi tadi.

...Rafa...

^^^Raf^^^

^^^Gua k rmh lo^^^

Lo ada prblm?

Gua jmpt, lo dmn?

^^^Tmn xxxx^^^

Ok

Setelah menunggu kurang lebih 10 menit mobil rafa terlihat terparkir di pinggir taman, tak lama pengemudinya pun keluar.

Rafa menghampiri vino yang asik memandang hamparan langit malam yang luas itu, meski hanya terdapat sedikit bintang.

Rafa sendiri binggung alasan vino menyukai bintang menurutnya tak masuk akal, ia pernah bertanya langsung saat masih duduk di sekolah dasar dulu.

Kedatangan rafa nampaknya di sadari oleh vino, ia langsung berdiri dari duduknya.

"Pantes vian chat gua tadi, rupanya lo pergi dari rumah" ucap rafa setelah sampai di hadapan vino.

"Ada masalah apa lo sama mereka?" Tanya rafa lagi.

"Bukan masalah berat, gua lagi nggak mau berdebat jadi gua pergi" jawab vino santai, walau hatinya sangat sakit.

"Bunda nyuruh lo tinggal sementara sama gua, buat barang barang lo udah gua urus, balik" ajak rafa lalu melangkah di susul vino tak jauh di belakangnya.

Mobil rafa membelah jalanan ibu kota yang masih nampak ramai, padahal sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih.

Sekitar 10 menit mereka sampai di rumah kepunyaan ayah rafa, Natalino dan bundanya Anin, mobil itu langsung masuk mulus ke garasi rumah.

"Assalamualaikum Rafa pulang" salam rafa saat masuk rumah, sedangkan vino hanya berucap pelan, nyaris tak terdengar.

"Waalaikum Sallam, masuk bang, vino juga ayo cepat masuk di luar dinggin" ajak anin pada kedua remaja itu.

Mereka duduk di sofa ruang tamu, meski lebih tepatnya hanya vino dan anin saja, sedangkan rafa pergi kekamar.

Dengan tatapan sendu anin memandang manik hitam milik vino dengan lekat, ia tau betul perjalanan yang di lalui keponakan jauhnya itu.

Meski berhubungan jauh tapi ia sangat menyayangi si kembar, terutama vino.

"Kamu ada masalah sama mama papa?" Tanya anin dengan lembut.

"Sedikit bun"

"Sabar ya sayang, bunda akan selalu dukung kamu, kamu nggak boleh nyerah, kamu harus punya tujuan yang bisa bikin kamu semangat" nasehat anin sembari mengelus lembut rambut vino.

"Apa tujuan yang pinggin kamu capai vin? Bunda jadi penasaran"

"Bukan sesuatu yang susah buat orang lain bun, tapi hampir mustahil vino lakuin" jawab vino dengan senyum getir, meski ia menundukkan kepalanya anin masih bisa melihat ekspresinya.

Dengan perlahan anin memeluk tubuh pemuda itu dengan penuh kehangatan dan kasih sayang.

"Apapun tujuan kamu, bunda pasti dukung, dan kamu pasti bisa, di dunia ini nggak ada yang mustahil vin"

"Makasih bunda, bunda udah jadi pelindung vino dari kecil"

"Itu tugas bunda vino, itu tugas bunda"

Tak lama pelukan hangat itu terlepas, dengan memasang senyum manis nan lembut anin menyuruh vino untuk segera beristirahat.

Dan dengan patuh vino melakukan apa yang di perintahkan, ia menaiki tangga menuju kamar tempatnya bisa tidur bila di sini, hingga di ujung tangga.

"Apapun tujuan lo gua dukung vin, semangat"

Kalimat itu meluncur mulus dari mulut rafa yang tersenyum kepadanya.

"Thanks raf"

"Yoi bro, oh iya baju lo udah ada di kamar sekalian sama buku, seragam sama keperluan lainnya" pesan rafa lalu masuk ke kamarnya.

Dengan langkah tegapnya vino masuk dan merebahkan dirinya di kasur, berharap sekarang ia tak memerlukan teman kecilnya itu untuk membantunya tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!