~Status Baru~
"Mas, bangun Mas." Cyra mengguncang-guncang tubuh Ryan yang tidak merespon.
"Maaf Bu, suami anda telah tiada," kata seorang perawat pada Cyra sambil menguatkannya.
Cyra sangat tidak percaya dengan apa yang dia dengar, suami yang satu tahun lebih menemani hari-hari nya, telah dipanggil oleh yang maha kuasa.
"Mas ...," teriak Cyra ketika ia harus menerima kenyataan suaminya telah tiada.
Ambulan mengantar jenazah kerumah duka dan sudah ditunggu oleh keluarga serta sanak saudara.
"Yang kuat ya Cyra," kata salah satu sanak saudara.
Selesai pemakaman Cyra mengurung diri didalam kamarnya berhari-hari, pernikahan nya yang sudah berjalan selama satu tahun lebih, sudah pasti banyak menyimpan kenangan indah dan kini dia harus kehilangan suaminya.
"Mas ... kenapa kamu begitu cepat pergi." Isak tangis Cyra sambil memandangi foto pernikahan mereka.
"Mas, apa aku harus mengikhlaskan ke pergianmu?" Cyra bertanya kepada Ryan yang ada di dalam bingkai foto.
Cyra memeluk erat bingkai foto sambil terus menangis dan terlelap.
******
"Cyra." panggil seseorang dari balik pintu kamarnya, saat pagi menjelang.
"Cyra ... buka pintunya!" teriak wanita itu lagi sambil menggedor-gedor pintu.
Cyra akhirnya membukakan pintu.
"Cyra, jangan seperti ini!" kata Lasmi.
Lasmi adalah ibu mertua Cyra, wanita paruh baya itu terkenal sebagai ibu yang tegas, penyayang dan sangat mematuhi tradisi.
"Cyra, aku tidak suka melihatmu mengurung diri terus didalam kamar, kamu pikir, hanya kamu yang kehilangan Ryan?!" tanya Lasmi dengan logat Jawa yang sangat kental.
"Aku juga kehilangan ... lebih darimu!" tegas Lasmi sambil menepuk dadanya sendiri.
"Maafkan Cyra Bu." Cyra membuka suara.
"Sudah, kita sarapan dulu, setelah itu Ibu dan Bapak akan pergi ke bandara untuk menjemput Mas Pras"
Cyra mengikuti langkah Lasmi menuju meja makan, disana sudah ada mertua laki-lakinya dan adik iparnya.
"Duduk Mba." Jasmin mempersilahkan Cyra untuk duduk disebelahnya.
"Makanlah, nanti kalau sakit akan merepotkan." sindir Bayu pria berusia lima puluh lima tahun yang Cyra panggil dengan sebutan bapak, karena memang dia adalah bapak mertuanya.
Cyra makan dengan sangat tidak berselera, dia teringat saat dimeja makan seringkali bercanda tawa dengan Ryan, meski mereka berdua menikah atas paksaan orang tua, tapi Ryan dan Cyra berusaha menumbuhkan rasa cinta itu dan mereka berhasil jatuh cinta.
"Jangan hanya dipandangi, makanlah dan habiskan." Lasmi melihat kearah Cyra dan kembali mengkritiknya.
Cyra menikah dengan Ryan saat usianya dua puluh lima tahun, awalnya menikah tanpa cinta adalah hal yang sulit namun ternyata Cyra salah, bertahan hidup saat kehilangan orang yang kita cintai jauh lebih sulit.
******
Bandara Soekarno Hatta, pukul 12.00 AM.
"Pras." peluk Lasmi saat putra sulungnya menghampiri.
"Apa kabar Ibu dan Bapak?" tanya Pras saat Lasmi melepas pelukannya.
"Kabar Ibu dan Bapak baik, Nak" jawab Bayu.
"Ayo kita pulang sekarang, Ibu sudah menyiapkan masakan kesukaanmu," ujar Lasmi sambil menggandeng tangan anaknya.
******
Tin Tin
Mobil bercat putih dengan tampilan yang gagah memasuki rumah besar dengan warna cat cream dan abu-abu, rumah yang khas Jogja ini sangat asri dan sejuk meski berada di kota Jakarta.
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah dan disambut beberapa pelayan yang bekerja di rumah Bayu dan Lasmi.
Rumah ini ditinggali oleh beberapa anggota keluarga, Lasmi Angelica dan Bayu Prawiro sepasang suami istri yang memiliki tiga orang anak yaitu Prasetyo Aji Bayu, Ryan Aji Bayu dan Jasmin Putri Bayu, ditambah menantu mereka, Cyra Kusuma anak seorang kawan lama yang diminta untuk menikahi putra mereka Ryan yang sakit-sakitan.
"Selamat datang den Pras" sambut beberapa pelayan sambil membungkuk.
"Terima kasih," jawab Pras yang logat jawanya hampir hilang karena terlalu lama di Australia, Pras memiliki usaha Design disana.
"Duduklah Nak, makan dulu baru kamu istirahat," kata Lasmi yang dituruti oleh Pras.
Pras sangat tahu watak ibunya jika tidak dituruti maka akan merajuk.
"Ibu dan Bapak makan bersama ku juga kan?" tanya Pras.
"Tentu Nak, Ibu sudah sangat merindukan momen ini," ujar Lasmi.
"Dimana Jasmin?" tanya Pras.
"Dia pergi kuliah, ada kuliah pagi sampai sore hari ini," kata Bayu menjawab pertanyaan Pras.
"Apa dijemput oleh sopir?"
"Iya, sopir akan menjemput Jasmin setelah kuliahnya selesai dan kamu tahu, kan adikmu pasti akan selalu mencari cara agar bisa pulang terlambat, jika tidak dijemput oleh sopir!" Tawa Lasmi
"Anak itu tidak pernah berubah," ujar Pras.
Cyra keluar dari dapur setelah selesai membuat mie rebus kesukaannya, melewati depan ruang makan yang memang bersebelahan dengan dapur.
Pras melihat kearah Cyra yang melewati ruang makan, wajah yang cukup familiar di ingatannya meski baru satu kali mereka bertemu saat pernikahan Ryan dan Cyra.
"Wanita itu tidak berubah sama sekali, masih sama persis saat pertama kali bertemu di pernikahannya," ujar Pras didalam hatinya.
"Kamu lagi liatin apa Pras?" tanya Lasmi.
"Tidak Bu." Pras melanjutkan makan siangnya.
Pras masih terbayang Cyra wanita yang seharusnya akan dinikahkan dengannya.
Pras dulu sering mendengar cerita tentang Cyra dari adiknya setiap kali mereka sedang berkomunikasi jarak jauh.
Pras memiliki perasaan yang tersimpan terhadap Cyra hanya dari cerita adikknya. Ryan selalu menyanjung dan bilang bahwa Cyra wanita yang sangat mandiri.
*****
Malam hari
Lasmi, Bayu, Pras, Jasmin dan Cyra duduk dalam satu meja makan yang sama.
"Pras ini Cyra, ibu yakin kamu sudah mendengar tentangnya dari adikmu." Lasmi memperkenalkan Cyra kepada Pras.
"Iyah Bu, aku sudah mendengar tentangnya dari Ryan" jawab Pras.
"Silahkan makan" kata asisten rumah tangga mereka yang sudah selesai menghidangkan menu makan malam.
"Kita makan dulu, setelah itu kamu istirahat lah Pras, besok kita akan adakan rapat keluarga" ujar Bayu.
Pras seperti sudah tau apa yang akan bapaknya bicarakan dalam rapat keluarga besok, Pras merasa takut jika nanti Cyra tau tradisi keluarganya dia akan menolak.
Setahu Pras, Cyra dan Ryan selama satu tahun ini saling mencintai, mereka saling berbagi hal apapun, meski setahu Pras adiknya tidak bisa berhubungan suami istri tapi setidaknya mungkin mereka saling bercumbu.
"Cyra, besok kamu jadi ke makam Ryan?" Tanya Lasmi setelah makan malam usai.
"Jadi Bu, sudah satu Minggu Cyra tidak mengurus makam Ryan" jawab Cyra sambil membantu asisten rumah tangga merapihkan piring kosong bekas makan mereka.
"Sudah Non, biar Mbok saja yang bawa piring-piring nya" kata Mbok Tar asisten rumah tangga.
Cyra melepaskan piring-piring itu dan dia kembali duduk di kursi makan.
"Jangan terlalu lama di makam, ada beberapa hal yang akan kita bicarakan nanti denganmu" kata Lasmi sambil menepuk pundak Cyra dan meninggalkannya.
Mereka semua meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamar masing-masing.
Pras masih memperhatikan Cyra, dia sangat yakin bahwa Cyra memang benar-benar mencintai adiknya.
"Jika dia tahu, akan menikah denganku, apa dia akan menolaknya?" Batin Pras
~Tradisi Keluarga~
Jam menunjukkan pukul 04.30. Cyra langsung bangun Cyra dan membersihkan diri, setelah itu dia membantu menyiapkan menu sarapan untuk keluarganya.
"Non, masih memikirkan den Ryan ya?"
"Iyah Mbok, aku terkadang masih berasa ini semua hanya mimpi" ujar Cyra dengan pandangan yang kosong.
"Yang sabar ya Non" ujarnya sambil mengelus pundak Cyra.
Cyra kembali berkaca-kaca ketika Mbok Tar memperhatikannya, Cyra kini hidup sebatang kara, tidak ada lagi orang tua di sisinya merasa sangat berat menghadapi kenyataan pria yang sangat berharga baginya telah tiada, Ryan selama ini menjadi penguatnya, menjadi tempat bersandarnya, Ryan adalah segalanya untuk Cyra.
Di kejauhan Pras melihat Cyra dengan Mbok Tar yang sedang menguatkan adik iparnya.
"Kamu sangat beruntung Ryan, memiliki seorang wanita yang begitu mencintaimu." Pras tersenyum dan dia kembali kekamarnya.
"Ayo non semua sudah siap, kita bawa saja ke meja makan." Mbok Tar membawa sarapan diatas nampan.
Cyra dan Mbok Tar merapihkan meja makan dan menyusun piring untuk sarapan pagi.
"Sudah siap sarapannya?" tanya Lasmi sambil menggulung rambutnya keatas.
Lasmi menang perempuan Jawa yang kental dengan adat dan tradisi Jawa, tapi dia tidak memakai sanggul seperti wanita Jawa lainnya.
"Cyra, ingat nanti jangan terlalu lama, dan kamu diantar sama sopir saja" kata Lasmi.
"Tidak usah Bu, Cyra bisa sendiri pergi ke makam Ryan" tolak Cyra.
Lasmi tidak bisa memaksa menantunya yang memang memiliki sikap keras kepala.
"Pagi Bu" Pras tiba di ruang makan.
"Pagi sayang, kita sarapan dulu, setelah itu baru kita rapat keluarga" Lasmi menyendok nasi goreng yang menjadi menu sarapan pagi ini.
Jasmin mendengar percakapan antara Ibu dan kakaknya.
"Jasmin" panggil Bayu saat melihat putrinya sedang menguping.
"I-iyah, Pak" Jasmin berkata gugup.
"Ayo sarapan, buat apa kamu berdiri di sini"
Jasmin melangkah mengikuti langkah kaki bapaknya menuju ruang makan.
"Jasmin, hari ini kamu tidak pergi kuliah, kan?" Bayu bertanya kepada Jasmin.
Jasmin yang sedang meneguk air putih tiba-tiba tersedak karena dia tahu kedua orang tuanya akan membahas pernikahan.
"Hari ini aku libur," sahutnya.
Cyra tak menghiraukan percakapan antara orang tua dan anak, dia hanya fokus makan saja seakan dimeja makan tidak ada orang lain selain dirinya.
"Cyra ... Cyra" panggil Pras yang melihat Cyra makan tanpa ekspresi.
Cyra menoleh kearah kakak iparnya.
"Ehem ... Ehem" Bayu berdeham.
Cyra tidak menjawab pertanyaan Pras karena dia tahu mertuanya melarangnya dengan sebuah kode.
Pras tersenyum kecil karena ternyata bapaknya tidak berubah sedikitpun kepada Cyra.
*****
"Mas, maafkan aku yang baru bisa mengunjungi rumah baru mu hari ini" Cyra menaburkan bunga ke makam suaminya.
"Sudah satu Minggu, sejak terakhir aku kemari, aku baru mengunjungimu lagi, oh iya, kakakmu sudah sampai dirumah kemarin siang"
Cyra berbicara seakan-akan suaminya berada dihadapannya, Cyra sangat merindukan Ryan yang setiap hari selalu berada disisinya selama ini.
Wanita yang kini hidup sebatang kara itu tak lagi punya tempat bersandar, masa iddahnya akan segera selesai beberapa hari lagi.
"Mas, setelah masa iddahku selesai, aku berencana untuk meminta izin kepada kedua orang tuamu, aku ingin meninggalkan rumahmu dan belajar hidup mandiri diluar sana" ujar Cyra.
Cyra menyapu papan nisan suaminya dan menitikkan air mata kerinduan yang teramat dalam, sambil menaburkan bunga di makam air matanya terus berderai.
"Cyra" panggil seseorang dengan menyebut namanya.
~Menabur Bunga~
Cyra menoleh kearah suara yang memanggil namanya.
"Mas Pras?!"
"Kamu masih di sini Ra?" tanya Pras dengan mendekat ke makam.
"Iyah, ini baru mau pulang" jawab Cyra.
"Tunggulah sebentar, aku mau ziarah dulu, aku baru pertama kali ini ke makan adikku, bahkan saat terakhir nya, aku tidak berada di sisi Ryan" Pras menaburkan. bunga diatas makam Ryan.
"Maaf Mas, Cyra duluan pulang, takut ibu dan bapak mencariku" Cyra berjalan menjauh dari makam.
Pras hanya melihat Cyra pergi meninggalkannya sendirian di makam.
"Lihat Ryan, istrimu bahkan tidak melirik sedikitpun! entah bagaimana jika dia tahu, kalau dia akan kembali dijodohkan oleh seseorang yang asing baginya" ujar Pras.
******
Cyra sampai di rumah mertuanya, dia langsung masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri setelah dari makam
"Huft ... rumah ini bahkan terasa asing tanpa kehadiran mu" kata Cyra sambil menatap cermin di dalam kamar mandinya.
Cyra berdiri di bawah guyuran air shower, dia membersihkan tubuhnya, menurut orang tua dulu, setelah dari makam harus mengganti pakaian dan mandi.
*****
"Mbok aku lapar" keluh Cyra
"Ini Non, Mbok tadi bikin risol" Mbok Tar menyodorkan piring berisi risol.
Cyra kembali teringat kalau risol ini adalah kesukaan mendiang suaminya.
"Noon kenapa lagi?" tanya Mbok Tar ya g kembali melihat mata Cyra berkaca-kaca.
"Risol ini, salah satu makanan kesukaan Ryan, Mbok" Cyra menghapus air matanya dan memakan satu risol.
Memang dirumah ini sangat memanjakan Ryan, sehingga Mbok Tar juga jadi terbiasa membuat makanan cemilan kesukaan Ryan, dia tidak menyangka Cyra sangat memperhatikan anak majikannya.
"Mbak Cyra udah pulang?" tanya Jasmin
"Sudah" sahut Cyra.
"Cobalah risol buatan Mbok Tar" sambung Cyra dengan menawarkan risol kepada adik iparnya.
"Hmmm ... risol ini kan kesukaan mas Ryan, aku enggak suka, buat Mbak Cyra saja" Jasmin keluar dari dapur.
****
"Pras, dari mana kamu?" tanya Bayu yang melihat anak sulungnya baru pulang dengan mobil.
"habis pergi ke makam Ryan, Pras bersih-bersih dulu" Pras pergi meninggalkan bapaknya yang sudah pasti punya segudang pertanyaan untuknya.
Bayu memang menikahkan Cyra dengan Ryan, namun dia tidak begitu menyukai Cyra, orang tua Cyra memiliki hutang kepada keluarga Prawiro karena usahanya yang bangkrut.
Bayu tidak suka dengan keluarga Cyra namun, dia harus menikahkan salah satu putranya saat itu karena sebuah tradisi, namun seharusnya Pras yang menikah dengan Cyra, tapi karena Pras memiliki usaha di luar negeri, maka mau tak mau dia menikahkan Ryan putranya dengan Cyra.
Tradisi keluarga yang mengharuskan salah satu putra mereka menikah saat usianya menginjak dua puluh lima tahun, jika tidak akan mendapatkan warisan dengan jumlah yang paling sedikit.
Meski keluarga mereka masing-masing sudah kaya raya tapi tetap warisan keluarga harus di bagikan sesuai wasiat prawiro bapak dari Bayu Prawiro.
Prasetyo putra sulung mereka sudah lama tinggal di Australia, Pras menimba ilmu di sana dan memulai bisnisnya di sana juga, hal itu yang membuat Pras sulit untuk pulang ke Indonesia, karena memang jadwal kuliahnya yang sangat padat.
******
"Bu, panggil Pras dan Jasmin, kita harus segera membicarakannya" kata Bayu.
Lasmi menuruti perintah suaminya, dia memanggil kedua anaknya untuk berkumpul di ruangan khusus, ruangan yang memang dibuat untuk dapat keluarga agar tidak ada seorangpun yang mendengar pembicaraan mereka.
Pras, Lasmi dan Jasmin sudah duduk dihadapan Bayu saat ini.
"Pras, bapak tau, kamu sudah tau tentang tradisi keluarga kita, sebenarnya bapak tidak mau kamu menikahi Cyra, tapi bapak juga tidak bisa melanggar tradisi turun-temurun keluarga Prawiro!"papar Bayu.
"Tapi Pak, kalau Cyra menolak bagaimana?" tanya Pras
"Tidak ada kata menolak!" tandasnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!