#Sebelum membaca follow atau ikuti dan kasih bintang lima, Terimakasih#
Di dalam rumah mewah Susi sedang berkumpul bersama orang tuanya sambil menonton TV di ruang tengah, mereka adalah keluarga konglomerat yang hidup bergelimang harta benda, mempunyai perusahaan yang terkenal di wilayah tersebut.
"Mah, apakah kakak akan sanggup menjalani misi itu?" Susi bertanya kepada Mamah Ratna.
"Mamah percaya sama kakakmu, pasti dia akan berhasil nak" Mamah Ratna lalu tersenyum dan membelai rambut anaknya yang sudah menginjak dewasa.
"Iya nak pasti kakak kamu akan berhasil, do'akan saja supaya kakakmu berhasil" sahut dari Pak Bambang
---------
Keesokan harinya di rumah yang kecil seorang pemuda sedang menata bahan-bahan untuk jualannya, setelah semuanya selesai lalu berjalan sambil mendorong gerobak.
"Es dawet, es dawet" teriak Danang mengenalkan dagangannya kepada masyarakat sekitar, sambil terus mendorong gerobak es "semoga hari ini daganganku laris manis" gumam Danang dalam hatinya "es dawet, es dawet" Danang terus menerus mengucapkan kalimat tersebut, lalu Danang berhenti di sekitar kampus, dan mencari tempat yang teduh.
"Mang aku boleh kan dagang disini?" Danang bertanya kepada salah satu pedagang yang mangkal di sekitar kampus itu.
"Boleh mas, silahkan, kita sama-sama mencari rezeki harus saling berbagi" ucap Mang Asep yang memperbolehkan Danang untuk berjualan disamping dagangannya.
"Makasih Mang" ucap Danang berterima kasih kepada Mang Asep.
Mereka berdua mengobrol dan saling mengenal dengan baik, sedangkan dari dalam kampus keluar mahasiswa dan mahasiswi untuk istirahat, mereka banyak yang mengerumuni para pedagang tersebut.
"Ayo La kita beli cilok" Nana mengajak Lala untuk membeli cilok di salah satu pedagang yang mangkal di sekitar kampus, lalu mereka berdua berjalan dan melihat Putri yang sedang membeli es dawet, lalu mereka menyenggol lengan Putri "brugh" lalu Putri jatuh.
"Hahaha, orang miskin jatuh La" ucap Nana kepada Lala dan menghina Putri yang jatuh
"Kasian deh lu" sahut Nana meledek Putri yang masih tersungkur di tanah.
"Kenapa sih kalian selalu ganggu aku, apa salahku pada kalian" Putri berkata sambil meringis menahan rasa sakit di bagian lengannya.
"Salahmu? Karena kamu itu miskin ya gak Na?" ucap Lalu yang melototkan matanya ke arah Putri.
Danang yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka lalu menghampiri Putri yang masih duduk di tanah " kamu gak papa?" Danang lalu membantu Putri untuk bangkit dan berdiri.
"Apa kalian gak malu? Kalian berpendidikan tapi kelakuan kalian tak mencerminkan sikap orang yang berpendidikan" Danang berkata sambil memegang kedua lengan Putri, membantu untuk berdiri.
"Hei, lu gak usah ikut campur, lu jualan aja sana!! Jangan ikut campur lu!" Lala membentak Danang yang dirasa terlalu ikut campur urusan mereka.
"Ayo duduk di sini" Danang menyuruh Putri untuk duduk di kursi yang di bawa olehnya, biasanya kursi tersebut untuk duduk dirinya.
"Makasih, kamu sudah menolongku" Putri berterima kasih kepada Danang yang sudah membantunya.
Lalu Nana dan Lala pergi dari tempat tersebut, Danang lalu membuat es dawet untuk Putri.
"Ini dimakan dulu, biar tubuh kamu segar kembali" Danang menyodorkan es dawet itu kepada Putri.
"Makasih" lalu Putri memakan es dawet yang telah diberikan oleh Danang.
"Nama kamu siapa?" Danang menanyakan kepada Putri.
"Aku Putri dan kamu?" Putri lalu bertanya kepada Danang.
"Panggil saja aku Danang " lalu mereka bersalaman.
*Bersambung*
#Sebelum membaca follow dulu yah dan kasih bintang lima. Terimakasih#
Danang sangat prihatin melihat kondisi Putri yang selalu dihina oleh teman-temannya lantaran dia hanya orang miskin, Danang ingin mengenal lebih dekat dan mencari tahu kehidupan keluarganya Putri.
"Kalau uang saku kamu habis, kamu datang ke sini aja Put, bantuin aku jualan nanti kita bagi hasilnya" Danang menawarkan agar Putri membantu untuk berjualan, untuk menambah uang sakunya.
"Emang boleh Nang, apa nanti kamu gak rugi?" Ucapan Putri yang sedikit ragu, dirinya tak enak hati kalau seandainya dagangan Danang akan rugi.
"Boleh dong Put, kamu gak usah mikirin untung ruginya, yang penting kamu bersedia untuk membantuku berjualan" Danang menegaskan kepada Putri agar dirinya tidak memikirkan hasil jualannya.
"Hmm gimana yah, aku gak enak sama kamu seandainya dagangan kamu nanti rugi Nang" Putri masih ragu untuk menerima tawaran dari Danang.
"Udah gak usah dipikirin, mulai besok kamu bantuin aku jualan oke" sekali lagi Danang berusaha membujuk Putri supaya menerima tawarannya tersebut.
"Iya besok aku akan bantuin kamu untuk jualan, tapi kalau kamu rugi, kamu gak usah memberi upah kepadaku gimana?" Akhirnya Putri mau membantu Danang untuk berjualan.
"Oke, deal" lalu mereka berdua bersalaman, Putri melanjutkan untuk menghabiskan es dawet yang baru separuh dimakannya.
"Boleh minta no hp kamu Put?" Danang meminta nomor handphone milik Putri.
"Boleh Nang, ini di catat dan di simpan di handphone kamu" lalu Putri memberikan no handphonenya, Danang mencatat nomor handphone milik Putri di hp nya sendiri.
Setelah Fitri menghabiskan es dawet tersebut lalu Putri pamit untuk masuk ke kelas karena jam istirahat hampir habis.
"Aku masuk ke kelas dulu Nang, terimakasih esnya" Putri berpamitan kepada Danang.
"Iya kamu yang rajin belajarnya dan hati-hati terhadap mereka yang suka jahilin kamu" Danang memberikan nasehat kepada Putri.
"Oke bos, bye" Putri lalu berjalan menuju ke kelasnya.
Danang melambaikan tangannya kearah Putri yang masuk ke dalam kampusnya, lalu Danang kembali untuk berjualan.
Putri yang berjalan menuju ke kelasnya tiba-tiba didorong dari belakang oleh Lala dan Nana, Putri terhuyung ke depan dan jatuh "brugh, auwhhh".
Lala dan Nana tertawa terbahak-bahak melihat Putri jatuh kedepan "hahaha, makanya kalau jalan lihat-lihat dong biar gak jatuh".
"Bener banget La, hahaha" sahut Nana yang ikut menertawai Putri yang masih di lantai.
"Kenapa sih kalian selalu jahat sama aku?" Putri merasa tak pernah mengusik mereka berdua, tapi mereka selalu jahat kepadanya.
"Bodo amat, ayo Na" Lala berjalan dan menendang kaki milik Putri dan pergi meninggalkan Putri yang masih duduk di lantai.
Putri selalu sabar menghadapi mereka berdua, walaupun dirinya selalu dihina dan di bully, hanya tangisan dalam hatinya, merasa hidupnya selalu kesusahan, penuh dengan lika-liku kehidupan, entah sampai kapan dirinya akan terus bersabar sampai kebahagiaan akan menjemputnya.
Diluar kampus, Danang masih jualan es dawet, tak banyak masyarakat yang membelinya, tapi Danang selalu bersyukur dan semangat untuk berjualan.
"Tinggal sedikit lagi sisanya, mudah-mudahan bisa sampai habis" gumam Danang melihat dagangannya tinggal sedikit.
"Es dawet, es dawet" ucap Danang menjajakan dagangannya kepada masyarakat sekitar yang lewat lalu lalang di sekitar kampus tersebut.
Setelah mata kuliah selesai, banyak mahasiswa dan mahasiswi berjalan keluar hendak pulang ke rumah masing-masing.
*Bersambung*
#Sebelum membaca cerita ini, follow dulu dan kasih bintang lima, Terimakasih#
Putri yang baru keluar dari kampus lalu melihat Danang yang sedang melayani pembeli, lalu Putri berjalan mendekati Danang yang masih fokus melayani pembeli.
"Ini Bu esnya" Danang menyodorkan es dawet tersebut kepada Ibu yang membelinya, lalu si Ibu itu menerimanya "makasih nak" lalu Ibu itu pergi meninggalkan Danang.
"Mas Danang belum pulang?" Putri bertanya dari belakang Danang, lalu Danang menoleh kearah Putri yang sedang berdiri di belakangnya
"Eh Putri, bikin kaget aja kamu" balas Danang yang sedikit kaget karena kedatangan Putri tidak dia ketahui sebelumnya.
"Masih yah mas?" Putri bertanya apakah dagangannya belum habis
"Tinggal tiga mangkokkan Put, kamu mau?" Danang menawarkan kepada Putri apakah dirinya mau es dawet.
"Dijual aja mas, biar jadi uang, kan lumayan tiga mangkok?" Putri menolak secara halus dan menyarankan agar es dawet tersebut dijual.
"Gak papa Put, kalau kamu mau, aku juga mau pulang kok" ucap Danang sambil tersenyum kearah Putri.
"Kita sambil jalan aja, barang kali ada yang mau beli" Putri memberikan solusi supaya Danang berjualan sambil pulang
"Oh iya, setuju, ayo" lalu mereka berdua berjalan sambil mendorong gerobak es tersebut.
"Rumah kamu dimana Put?" Danang bertanya sambil mendorong gerobak es dawet miliknya.
"Dekat kok, tak jauh dari sini, setiap hari aja aku berangkat dan pulang ke kampus hanya jalan kaki" Putri menceritakan kalau rumahnya tak jauh dari kampus itu.
"Boleh aku main kerumah kamu?" Danang ingin melihat tempat tinggal orang tuanya Putri
"Boleh banget mas, ayo mampir dulu ke rumah" Putri lalu mengajak Danang kerumahnya.
Danang terus mendorong gerobaknya di bantu oleh Putri, sesampainya di rumah lalu Putri mengajak Danang untuk masuk.
"Ayo masuk mas" Putri mengetok pintu dan dibuka oleh Ibunya, lalu mereka berdua masuk dan duduk di ruang tamu, lalu Putri dan Ibunya berjalan menuju dapur membuat minuman untuk Danang,
"Siapa pemuda itu nak?" Bu Fatimah bertanya kepada Putri mengenai Danang.
"Temen Bu, dia jualan es di sekitar kampus" balas Putri dan menjelaskan kepada Ibunya.
"Kelihatannya dia bukan orang sembarangan nak, dari perawakan tubuhnya kelihatan kalau dia seorang bangsawan" Bu Fatimah mempunyai firasat kalau Danang bukan orang sembarangan.
"Ah Ibu apa'an sih, itukan menurut Ibu saja" Putri tidak percaya apa yang Ibunya katakan.
"Suatu saat kamu akan tau siapa dia nak" Bu Fatimah menasehati Putri.
"Sudah Bu jangan Ngada-ngada, aku bawa minuman ini dulu" lalu Putri berjalan menuju dimana Danang sedang menunggunya.
"Diminum dulu mas" Putri menyodorkan minuman tersebut kepada Danang.
"Makasih Put" lalu Danang meminumnya dengan pelan, Putri yang melihatnya hanya tersenyum saja.
"Kenapa senyum-senyum sendiri Put?" Danang bertanya kepada Putri yang sedang tersenyum sendiri, lalu Putri salah tingkah karena ketahuan.
"Gak kok, gak apa-apa" ucap Putri yang malu, lalu matanya mengalihkan pandangannya ke arah luar.
"Gak usah mengalihkan pandangan keluar, pandang saja aku biar kamu puas" ucap Danang yang menggoda Putri yang sedang malu.
"Gak, siapa yang memandangi kamu, jangan ge'er" ucap Putri yang masih malu untuk menatap wajah Danang, lalu Danang berjalan menuju ke gerobaknya dan membungkus es dawet yang tersisa lalu kembali menemui Putri.
"Dimana Ibu Put?" Danang menanyakan Bu Fatimah kepada Putri.
"Ada di dapur mas" ucap Putri yang masih malu menatap wajah Danang.
"Boleh aku kesana menemui Ibu kamu" Danang meminta agar dirinya di perbolehkan menemui Bu Fatimah.
*Bersambung*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!