Di sebuah kamar minimalis seorang wanita cantik sedang berdiri di wastafel, wanita tersebut merasa cemas karena sudah satu bulan dirinya tidak kunjung menstruasi.
Wanita tersebut kini bolak-balik ke arah kini dan kanan menanti hasil testpack.
'Semoga saja apa yang ada di dalam pikiranku tidak benar. Akan tetapi, bila benar gimana? Masa aku harus melahirkan tanpa seorang suami?' gumam Angel, merasa cemas.
20 menit kemudian ...
Angel, dengan segera mengambil testpack yang ada di dalam mangkuk kecil. Betapa terkejutnya Angel, saat melihat dua garis merah yang terpampang di testpack tersebut.
Angel, menggelengkan kepala karena merasa tidak percaya ,' ini tidak mungkin, tidak mungkin.' gumam Angel, berbicara pada diri sendiri dan sulit untuk dipercaya.
'Gimana ini? Kenapa bisa sampai Aku hamil? Padahal baru sekali aku melakukannya. Kalau kak aleena, tau kalau aku hamil pasti akan marah besar.' Angel, merasa panik.
Seseorang masuk ke dalam kamar Angel begitu saja.
"Angel, kamu lagi ngapain?" tanya Aleena, tiba-tiba memasuki wastafel.
"Kak A-aleena?" ucap Angel, dengan gugup. Kemudian dengan segera menyembunyikan tespecknya kebelakang.
"Kalau Kakak, nanya, jawab bukannya begong begitu. Lagian, kamu lagi ngapain sih disini?" Aleena mengulangi pertanyaanya lagi.
"A-aku lagi bercermin di wastafel Kak, lihat mukaku ada jerawat nyebelin deh Kak," jawab Angel, dengan menujuk jerawatnya.
"Oh gitu ya. Lagian aneh sekali dirimu, di dalam kan, ada cermin ngapain juga harus di wastafel?" Aleena, merasa sesuatu yang disembunyikan oleh adiknya.
"Emm ... biar segar saja Kak, kalau di wastafel. Apalagi ada air jadi sekalian dibasuh mukanya," lirih Angel.
"Tapi mukamu kering ya, enggak basah tuh?" Aleena, dengan mengusap wajah adiknya.
"Emm ... kan, tadi cuci mukanya Kak, bukan barusan!" elak Angel.
"Oh gitu ya." Aleena, menganggukan kepala.
Tiba-tiba Aleena, langsung berjalan ke belakang Angel untuk mengambil sesuatu.
"Kak Aleena, mau ngapain?" Angel, merasa terkejut.
"Kakak, mau ngambil sesuatu yang ada ditanganmu! Kakak, tau, kalau kamu menyembunyikan sesuatu kan?" Aleena, menatap intens adiknya, lalu mengambil barang yang ada di tangan Angel.
"Jangan Kak, jangan!" Angel, mencoba menghindar dari Aleena.
"Kenapa tidak boleh? Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan?" Aleena, mencoba terus mengambil barang yang ada di tangan adiknya.
"Pokoknya tidak boleh Kak!" Angel, terus mencoba menghindar.
Tiba-tiba Angel terjatuh saat menabrak tong sampah yang di wastafel dan barang yang ada di tangan Angel, ikut terjatuh ke bawah.
Aleena dengan segera mengambil barang tersebut. Betapa terkejutnya Aleena, saat mengetahui barang tersebut.
Aleena mengelengkan kepala dan merasa tidak percaya. Kemudian Aleena menatap adiknya dengan tatapan susah di artikan.
"Kak ...," panggil Angel.
"Coba katakan dengan jujur sama Kakak, apa maksudnya ini?!" tanya Aleena, sambil menatap tajam Angel.
"Itu alat untuk mengecek kehamilan Kak," jawab Angel, lalu menundukan kepalanya.
"Kakak, tau, ini untuk mengecek kehamilan. Jangan-jangan kamu lagi hamil ya?" tanya Aleena.
"A-aku ...," ucapan Angel tergantung begitu saja, saat Angel berjalan menghampiri Aleena, kemudian memeluknya.
"Angel benar-benar minta maaf Kak, Angel, tidak bisa menjaga diri sendiri," Angel, merasa bersalah. Airmatanya kini terjatuh membasahi wajah cantiknya.
"Ja-jadi kamu hamil?" ucap Aleena, dengan gugup karena tidak percaya.
"Maafin Angel, Kak." Angel, terisak-isak karena terus menangis.
Aleena, kemudian menguraikan pelukannya lalu menatap adiknya.
"Kakak benar-benar kecewa sama kamu, Angel! Kenapa kamu tidak bisa menjaga harta yang sangat berharga bagimu, Angel?"
"Kak ...," Angel mencoba memeluk kembali Aleena, tapi dengan segera Aleena, menghempaskannya.
"Bagaimana kalau ibu sama ayah, tau? Dia pasti syok, apalagi bapak terserang penyakit jantung. Bapak sama Ibu, menitipkan kamu kepada Kakak dan meminta agar Kakak menjaga kamu dengan baik. Akan tetapi, Kakak gagal dan sudah membiarkan dirimu kehilangan mahkotamu." Aleena, tiba-tiba menetaskan air matanya membasahi wajah cantiknya.
"Kak, maafin Angel. Ini semua salah Angel, Kak."
"Macam Kakak, apaan aku ini yang telah membiarkan adiknya hamil diluar nikah? Aku memang Kakak tidak berguna, memang tidak berguna!" Aleena, menangis histeris dan merasa bersalah.
Kemudian Angel, memeluk erat Aleena ,"ini bukan salah Kakak, tapi Angel yang salah Kak, karena tidak bisa menjaga diri Kak. Stop, menyalahkan diri Kakak sendiri," Angel, masih terus menangis.
Adik-Kakak saling memeluk satu sama lain. Aleena, menangis karena merasa gagal menjadi seorang Kakak dan Angel, menangis karena menyesal telah membiarkan mahkotanya di renggut oleh orang yang bukan pasangan halalnya.
Seseorang masuk ke dalam kamar, dimana Aleena dan Angel, berada.
"Sayang, kamu kenapa menangis?" Juna, merasa khawatir kepada istrinya.
Aleena, tidak menjawab perkataan suaminya. Kemudian Aleena, berjalan memeluk suaminya.
"Kalian kenapa menangis? Apa yang terjadi sebenarnya?!" tanya Juna, sekali lagi.
"Angel, Mas," jawab Aleena.
"Angel, kenapa Sayang?" Juna benar-benar tidak mengerti.
"Angel ...," ucapan Aleena sengaja di gantung karena begitu berat untuk mengatakannya.
"Ada apa dengan Angel? Apakah ada sesuatu terjadi?" Juna, menguraikan pelukannya lalu menatap Angel.
"Tanya saja sama dia." Aleena, menatap adiknya.
Juna pun berjalan menghampiri adik iparnya, lalu menatap intens Angel.
"Angel, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa bisa, kalian menangis?" tanya Juna, kepada Angel.
"Sebenarnya ini semua salah Angel, karena telah membuat Kak Aleena menangis," jawab Angel, sambil menatap Juna.
"Emangnya apa yang sudah kamu lakukan kepada kakakmu?" tanya Juna, sekali lagi.
"Aku-" ucapan Angel, sengaja di gantung, lalu menudukan kepala.
"Kamu kenapa? Kalau aku nanya jawab yang benar!" Juna, merasa geram.
Juna kemudian melihat sesuatu dibawah lantai, lalu mengambilnya barang tersebut. Betapa terkejutnya Juna, saat tahu barang tersebut.
"Teskpeck? Siapa yang hamil?" tanya Juna, menatap Aleena dan Angel bergiliran.
Diantara mereka tidak ada yang menjawab, malah saling menatap satu sama lain.
"Aku tanya sekali lagi, ini teskpeck punya siapa?" Juna, mengulangi perkataannya.
Aleena berjalan menghampiri suaminya ," itu teskpeck punya Angel, Mas," jawab Aleena.
"A-apa? Angel, hamil?" tanya Juna, dengan gugup.
Aleena hanya menganggukan kepala. Juna pun merasa tidak percaya, bagaimana bisa, adik iparnya hamil padahal belum menikah.
"Apakah benar, apa yang dikatakan oleh Kakakmu?" Juna, menatap Angel.
"Iya benar Kak. Maafin Angel, telah membuat kecewa kalian. Angel, benar-benar minta maaf," Angel, menangis kembali.
"Aku sudah gagal menjadi seorang Kakak, Mas. Aku tidak bisa menjaga dia dengan baik," Aleena, terus meneteskan airmatanya.
"Kakak jangan bicara begitu. Kakak sudah melakukan yang terbaik buat Angel. Akan tetapi, maaf, Kak. Angel, tidak bisa membalas kebaikan Kakak," lirih Angel, sambil menatap Aleena.
"Sudahlah Sayang, lagian itu bukan salah kamu. Adikmu saja yang tidak bisa menjaga diri dan sangat murahan!" ledek Juna.
"Iya Kak, aku ini memang murahan! Makanya aku membiarkan mahkotaku begitu saja, puas!" Angel, menatap kesal Juna, kakak iparnya.
"Stop, hentikan! Sekarang Kakak, tanya sama kamu, Angel. Siapa yang telah menghamilimu?!" tanya Aleena, sambil menatap Angel.
Angel hanya diam saja, sambil menundukan kepalanya tanpa menjawab perkataan Aleena.
"Angel, kenapa diam saja? Kakak tanya sama kamu, siapa anak yang ada di dalam kandunganmu?!" tanya Aleena dengan menaikan nada suaranya.
"Jangan bilang, kalau anak yang ada dikandunganmu, anaknya Veri," lirih Juna, sambil menatap Angel.
Angel pun membulatkan matanya, saat Kakak ipar berkata seperti itu.
"Angel, apakah benar kalau anak yang ada dikandunganmu adalah anaknya Veri?" tanya Aleena.
"Kak," panggil Angel.
"Iya kenapa? Jangan mengalihkan pembicaraan! Kakak, tanya sekali lagi apakah yang ada di kandunganmu adalah anaknya, veri?" Aleena, menatap intens adiknya.
"I-iya, Kak," jawab Angel, dengan gugup kemudian menundukan kepalanya.
Aleena mengelengkan kepalanya karena merasa tidak percaya.
"Kakak sudah pernah katakan sama kamu, kalau dia bukanlah pria baik untukmu! Sekarang kamu lagi hamil, akankah dia bertanggung jawab?!" bentak Aleenaa.
"Entahlah Kak, aku juga tidak tahu," Angel, benar-benar pasrah.
"Kamu bilang tidak tahu? Emangnya kamu mau punya anak, tanpa seorang ayah? Apa kata orang-orang Angel!"Aleena, benar-benar marah.
"Sudahlah Sayang, kamu yang tenang. Kamu juga lagi hamil, enggak boleh strees," Juna mencoba menenangkan istrinya.
Aleena pun menarik napas lalu membuangnya dengan kasar.
"Mas, aku mau kita samperin veri, untuk meminta pertanggungjawaban," pinta Aleena, kepada suaminya.
"Oke, baiklah, Sayang," Juna, merangkul pundak istrinya.
"Ya sudah, ayo kita keluar dari sini, Mas. Oya, ganti bajumu, kita akan pergi menemui veri!" Aleena, menatap adiknya.
"Tapi kak-" ucapan Angel, harus terputus saat Aleena, menyela pembicaraannya.
"Jangan banyak protes! Karena dia harus bertanggung jawab apa yang telah diperbuatnya." Aleena, kemudian pergi meninggalkan adiknya sendirian di kamar.
Juna, dengan segera ikut pergi bersama istrinya.
Bersambung ...
Yuk simak terus perjalanan kisah Angel, akankah Veri bertanggung jawab? Sedangkan veri dulu sangat mencintai Aleena, kakaknya.
Angel, kini sudah berada di ruangan tamu. Perasaannya jadi tidak menentu karena harus bertemu dengan veri, orang yang telah menghamilinya.
'Gimana ini akankah veri, mempercayai kalau aku hamil anaknya? Lagian, aku bersumpah kalau anak yang ada dikandunganku anak dia.' gumam Angel, berbicara pada diri sendiri.
"Sudah siapkan, Angel?" tanya Aleena, yang kini sudah berada di ruang tamu.
"Sudah Kak. Oya Kak, nanti sajalah jangan sekarang ya Kak," pinta Angel, kepada Kakaknya.
"Tidak bisa! Sudah sekarang ayo kita berjalan menuju mobil, disana sudah ada Juna menunggu kita." Aleena, sambil berjalan keluar menuju mobilnya.
Angel, dengan segera berjalan mengikuti langkah kakaknya di belakang.
*
*
1 jam kemudian ...
Aleena, Juna dan Angel, kini sudah berada di kediaman rumah Veri. Mereka dengan segera keluar dari mobilnya dan berjalan menuju rumah yang begitu mewah.
Saat mereka sudah berada di depan pintu dengan segera Juna, mengetuk pintunya.
Tok ... tok ... tok ...
Tidak ada orang yang membukakan, pintunya. Juna, mencoba sekali lagi mengetuk pintu.
Tok ... tok ... tok ...
Lagi- lagi tidak ada orang yang membukakan, pintunya.
"Ini orang kemana sih? Sudah dua kali aku ketuk pintunya tidak ada yang buka juga," gerutu Juna, merasa kesal.
"Sabar, Sayang," Aleena, mencoba menenangkan suaminya.
"Tidak bisa sabar begitu saja Sayang, aku pingin tuh tonjok mukanya karena telah membuat adik iparku hamil," Andrew, dengan mengepalkan kedua tangannya.
Mobil mewah datang menghampiri rumah tersebut. Lalu, seseorang tersebut keluar dari mobilnya.
Seorang pria tampan dengan memakai jas kemeja dan celana katun khas orang kantoran keluar dari mobil. Pria tersebut tidak sendiri, akan tetapi ditemani oleh wanita cantik dengan memakai baju style korea dan rok sebawah lutut.
Angel, Aleena dan Juna pun terbengong melihat pria dan wanita tersebut sudah keluar dari mobilnya dan berjalan menuju rumah miliknya.
Saat Pria dan Wanita tersebut sudah berada di dekat Angel, Aleena dan Juna, dengan segera pria tersebut membuka kacamatanya, lalu menatap sinis.
"Kalian, mau ngapain kesini?!" tanya Veri, sambil menatap sinis.
"Jangan sok belagu deh Kamu! Mentang-mentang punya wanita baru, kamu seenaknya saja memperlakukan wanita dan pergi tanpa mau bertanggung jawab!" Juna, merasa geram lalu mencengkram kerah Veri.
Veri dengan segera mengempaskan tangan Juna, lalu menatap tajam
"Maksud kamu apa berbicara seperti itu?!" Veri, menatap tajam Juna.
"Ini orang malah balik bertanya dan malah pura-pura tidak tahu, terus tidak mau mengakui kesalahannya lagi," omel Juna, sambil menatap sinis Veri.
"Aku tuh benar-benar tidak mengerti dengan ucapanmu! Maksudnya apa berbicara seperti itu? Kamu bilang aku tidak tanggung jawab? Emangnya aku harus tanggung jawab apaan?!" Veri, mencengkram kerah Juna, lalu melepaskannya.
"Aku tahu, kamu itu cuma pura-pura bego dan tidak mau bertanggung jawab! Jadi laki tuh gentle dong," sindir Juna.
"Aku-" ucapan Veri, terputus saat Aleena, mencoba untuk menghentikan perdebatan diantara mereka.
"Stop, hentikan perdebatan kalian! Kalau gini terus kapan selesai masalahnya?!" Aleena, menatap suaminya lalu menatap Veri.
"Suami kamu yang duluan mulai dan berkata seenaknya! Mau dia apa sih, hem?!" Veri, menatap tajam Juna.
"Kamu benar-benar ya-"
"Stop, Mas! Biarkan aku menjelaskan semuanya," potong Aleena, sambil menatap suaminya.
Juna, memilih untuk diam dan menuruti perkataan Istrinya.
"Aku mau kamu bertanggung jawab atas perbuatanmu, yang telah membuat adikku hamil!" Aleena, sambil menatap Veri.
"A-apa, Angel, hamil?!" Veri, merasa terkejut mendengar perkataan Aleena.
"Iya, dia hamil anakkmu, jadi kamu harus tanggung jawab!" ucap Aleena, sekali lagi.
"Tidak, tidak mungkin! Aku tidak yakin, kalau anak yang ada dikandungan adikmu adalah anakku!" bentak Veri, sambil menatap Angel.
Angel, merasa emosi dan merasa kalau dirinya hina. Angel, dengan segera berjalan menghampiri Veri, lalu menampar pipi Veri, hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Kamu bilang kalau aku pelacur, begitu?! Enak banget ya kalau kamu berpikir seperti itu. Jelas-jelas kalau anak yang ada dikandunganmu adalah anakmu! Kamu masih ingat, saat di diskotik kamu mabuk, lalu menarik paksa aku ke dalam kamar. Niatnya aku pingin nolongin, tanpa di sangka kamu telah merengut kesucianku!"
Veri, tidak bisa berkata apa-apa. Veri, masih ingat betul apa yang dikatakan Angel.
"Jaga ngomonganmu! Jangan pernah menuduh kekasihku yang telah menghamilimu! Aku tahu, kamu cuma akting untuk mendapatkan Veri, karena dia kaya raya dan tampankan?!" bentak Via, sambil menatap tajam Angel.
Kini Angel dan Via saling menatap tajam. Suasana pun semakin mencengkram.
bersambung ...
Jangan lupa tinggalkan jejak dan kasih dukungannya ya😊.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!