Wanita pengganti bagian 1
Oleh Sept
Oleh Sept
"Lahirkan anak untuk suami saya, kamu tidak perlu khawatir. Bayaran yang saya berikan, saya rasa cukup untuk kamu bertahan hidup beberapa tahun ke depan. Jika sampai anak itu lahir, saya siapkan rumah layak untuk kamu," ucap Nita.
Nita Gunawan, seorang model tanah air yang enggan hamil meskipun sudah menikah lima tahun lamanya. Wanita yang genap berusia 30 tahun tersebut, ingin menyewa seorang gadis untuk melahirkan anak dari Farel, suaminya sendiri. Hanya sampai gadis itu melahirkan anak. Maka sang gadis harus diceraikan. Pilihan Nita jatuh para seorang gadis dari kampung yang terkenal dengan sewa rahim tersebut. Tidak sulit bagi Nita mencari informasi seperti itu, karena sudah menyebar luas, meskipun di kalangan yang cukup terbatas.
Nita kemudian memperhatikan Aira secara intens. Ia yakin, pilihannya sudah tepat. Hanya ini jalan satu-satunya agar dia bisa menapak karir dengan tanpa ganguan. Bisa eksis di dunia model, tanpa takut tubuhnya akan rusak. Gendut dan berteman dengan lemak di mana-mana. No! Nita ini sangat cinta pada tubuhnya yang langsing dan idaman semua kaum Adam. Kalau dia hamil? Bisa-bisa tubuhnya rusak. Belom lagi ada bayi yang pasti akan merepotkan. Memikirkan saja kepala langsung pusing.
Nita lantas menunjukkan berkas yang harus ditandatangani oleh Aira, sebagai perjanjian.
"Tanda tangan di sini, tanda tangan di setiap lembarnya." Nita menunjukkan di mana gadis itu harus membubuhi tanda tangan sebagai bentuk persetujuan.
Dengan tangan yang sudah terasa dingin dan gemetar, gadis itu membuka tutup bolpoin. Antara ragu, tapi tidak punya pilihan. Aira, gadis belia yang baru lulus SMA tersebut akhirnya menuliskan tanda tangan di atas namanya. Dengan ini, dia telah menyatakan perjanjian sewa rahim selama satu tahun, atau selama dia melahirkan anak untuk suami Nita. Wanita yang sekarang ada di depannya.
Dengan ini pula, ia bersedia menjadi istri kedua sementara. Karena begitu ia hamil dan melahirkan, ia harus bercerai. Aira yang berusia 18 tahun itu, harus mau jadi janda setelah melahirkan anak untuk pasangan yang sudah membayar sejumlah uang padanya. Tidak hanya itu, jika anaknya sudah lahir, ia bahkan akan mendapat sebuah rumah yang layak sebagai bayaran yang sudah ia kerjakan.
Bukan tanpa alasan Aira mau menjadi ibu pengganti untuk Nita dengan melahirkan anak untuk mereka, ini semata-mata karena ia terdesak. Ayah Aira sudah beberapa bulan dipenjara karena terlilit hutang rentenir yang sangat besar. Ibunya hanya buruh cuci di kampung, sedangkan sejak lulus sekolah beberapa bulan lalu, Aira masih mencari pekerjaan.
Hari itu, rumahnya kedatangan seorang tamu. Wanita cantik dengan balutan pakaian mahal dan branded. Wanita itu turun dari mobil mewah sambil menenteng tas croco mahal. Wajahnya terasa enggan untuk menginjakkan kaki di rumah kumuh dan beralas tanah tersebut. Demi misinya, seorang model harus blusukan di perkampungan yang terkenal dengan istri kontrak tersebut. Nita namanya, model 30 tahun itu memasuki salah satu rumah warga yang memiliki anak gadis.
Gadis yang ia maksud, yang kini duduk setelah membawakan segelas air putih untuknya. Hingga sampailah keduanya menyepakati sebuah perjanjian hitam di atas putih, dengan saksi ibu Aira sendiri.
Mendapat janji uang yang banyak, dijanjikan suaminya bisa keluar dari penjara, jelas ibu Yunita merasa sedikit lega, meskipun harus rela anaknya jadi istri kedua dari pasangan kaya raya yang tinggal di kota besar. Yang paling penting, keluarga mereka akan keluar dari garis kemiskinan ini.
"Ini uang 300 juta, hanya sebagai DP. Sekarang kamu kemasi barang-barangmu. Kamu ikut sama saya, malam nanti kita langsung ke Jakarta," Nita mengeluarkan segebok uang yang ia masukkan dalam amplop coklat.
Mata Yunita tampak berbinar, merasa sebentar lagi ia akan mendapat banyak uang. Kalau dilihat betapa tebalnya uang itu, pasti lebih dari 10 juta. Seperti nuraninya mulai mati, saat kemiskinan menjadi temannya selama ini. Wanita tersebut sepertinya tidak keberatan, menukar sang putri dengan segebok rupiah.
"Aira ... cepat kemasi barangmu!" bisik Yunita yang matanya sudah hijau karena melihat uang. Wanita itu seperti tidak masalah menjual putrinya untuk kawin kontrak.
Kemiskinan sudah membuat hati wanita itu tertutup, sampai tidak peduli dengan ekspresi kesedihan di wajah putrinya. Sepertinya, uang bisa merubah segalanya. Mematikan nurani, menutup hati.
'Mengapa ibu sepertinya tidak sedih sama sekali?' batin Aira. Ia bertanya dalam hati, apakah dia anak ibunya? Lalu kenapa ibunya sama sekali tidak khawatir? Ia sudah dijual, dia akan menikah hanya karena uang. Apakah ibunya baik-baik saja? Sedangkan dia saat ini sangat dillema dan ketakutan, atas apa yang akan terjadi esok hari.
Bersambung
IG Sept_September2020
Fb Sept September
KLIK profile Sept, ada 23 judul yang tersedia. Mungkin salah satu ada yang kalian suka. Atau ketik Sept di kolom pencarian. Dan temukan banyak judul coretan sept. Semoga suka ya. Terima kasih banyak supportnya. Jangan lupa, komen, jempol, dan thanks pokoknya.
"Ayo ... kemasi barangmu," titah Yunita pada sang putri tanpa rasa iba. Mungkin karena hal itu sudah biasa di kampung mereka. Malah banyak yang pulang-pulang jadi sukses. Setelah melakukan perkawinan kontrak dengan orang kaya, kebanyakan mereka dapat pundi-pundi yang melimpah.
Tidak jauh dari rumah mereka, bahkan beberapa tahun lalu, tetangga mereka bisa membeli banyak sawah dan rumah bagus, setelah kawin kontrak dengan pria asing. Siapa tahu, nasib keluarga itu akan mujur lewat Aira. Ya, harapan besar kini ada di pundak sang putri satu-satunya itu.
"Sebenarnya tidak usah membawa banyak barang, kamu bawa barang yang penting saja."
Aira mengangguk, ia kemudian masuk ke dalam kamar, kamar yang bahkan hanya ditutup dengan kain lusuh, kamar yang tidak ada pintunya. Kemudian Yunita menyusul ke kamar itu.
Saya permisi, Non." Pamitnya pada Nita kemudian menemui Aira. Dilihatnya Aira malah duduk di tepi ranjang besi yang reot dengan seprai sobek di sana sini.
"Loh, cepet masukin barang-barangmu, Lan. Nona dari kota itu sudah menunggu." Yunita langsung mengambil tas ransel yang biasanya dipakai Aira sekolah. Dengan cepat-cepat ia memasukkan beberapa lembar baju milik putrinya.
"Bu," panggil Aira. Dalam suaranya tergambar rasa takut campur gelisah.
"Sudah, kamu jangan begitu. Itu si Wati setelah nikah kontrak dapat sawah. Bisa umrohkan bapak ibunya. Kamu jangan begini! Kamu gak mau nolong Bapakmu? Rumah ini juga kalau hujan pasti bocor, bantu keluarga keluar dari masalah ini Lan, dari pada jadi TKW, ibu gak mau, kamu pulang-pulang mati kaya anaknya bu Idris," tutur Yunita panjang lebar sembari menarik resleting tas milik Aira.
Aira yang masih belum mau menikah, apalagi tujuan menikah hanya jadi pencetak anak lalu diceraikan, tanpa ia sadari bulir bening menetes dan menyeberangi pipinya yang bersih. Meskipun orang tak punya, dan hidup dalam keterbatasan, hanya karena rajin mandi, cuci muka dengan sabun beli di warung, kulit Aira putih bersih. Boleh dibilang dia ini salah satu kembang desa.
Makanya, setelah melihat foto Aira, Nita langsung datang jauh-jauh dari kota. Kalau tidak bagus rupanya, pasti suaminya tidak mau. Dan ditambah lagi mertuanya selalu minta dia hamil, akhir-akhir ia pun memilih jalan pintas. Membayar seseorang untuk melahirkan anak untuknya.
"Apa kalian masih lama? Saya tidak bisa lama-lama di sini." Nita melirik ke kamar dengan tirai yang buluk tersebut, ia yang haus, lebih memilih menahan minum, karena takut tidak higienis.
Tap tap tap
Dua wanita keluar dari kamar, satu membawa tas, satu pagi menggandeng tangannya.
"Sudah siap?"
Yunita yang menjawab, "Sudah, Non."
"Ya sudah, ayo Aira ... masuk mobil."
Aira menatap wajah ibunya, mungkin hari ini adalah hari yang berat, ia harus meninggalkan kampung halaman, menuju kota besar untuk menjadi istri kontrak.
Yunita hanya diam, ia menepis nuraninya. Apalagi saat melirik amplop yang masih di atas meja. Itu pasti banyak sekali. Dan benar saja, setelah Aira dan orang kaya itu masuk mobil, kemudian meninggalkan rumahnya, Yunita langsung membuka isi amplop. Matanya terbelalak, melihat uang sebanyak itu.
Seketika ia berlari ke luar, melihat mobil yang sudah jauh. Kemudian menatap sekeliling, setelah itu langsung masuk rumah dan mengunci semua pintu. Yunita yang lelah dengan kemiskinan, memeluk yang itu seperti anaknya sendiri. Terlihat sekali, ia tidak memikirkan nasib putrinya.
***
Jakarta
Di sebuah rumah mewah, besar dan megah, seorang pria baru saja pulang dari kantor. Hari ini ia pulang telat karena ada beberapa dokumen penting yang harus ia periksa. Farel Harzan, pria berusia 35 tahun. Ia melonggarkan dasi, kemudian melepaskan jas yang ia kenakan. Ia berikan pada art yang berdiri sejak tadi di sebelahnya.
"Nita belum pulang?" tanya pria pemilik alis rapi dan tebal tersebut.
"Belum, Tuan."
Farel kemudian mengangguk, lalu pergi ke kamarnya. Bukannya langsung mandi, ia malah melempar tubuhnya ke atas ranjang, kemudian memejamkan mata.
Ia masih ingat, hari di mana, di kamar itu terjadi keributan besar antara dia dan Nita. Apalagi kalau bukan masalah anak. Farel anak satu-satunya dalam keluarga. Tuntutan keturunan jelas mendesak dari mama dan papanya.
Pria itu kemudian mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, terlihat menyesal karena hal gila yang ia sepakati dengan sang istri. Menyewa rahim lain, dan selama 9 bulan, Nita akan pura-pura hamil di depan keluarga besar mereka.
Mbremmm ... Terdengar deru mobil, dari suaranya Farel yakin itu istrinya. Ia pun memilih mandi, dari pada menyambut kedatangan sang istri.
Di luar rumah, Nita berjalan masuk diikuti oleh Aira di belakangnya.
"Ayo, masuk!"
Aira masuk dengan menundukkan wajah. Ada ketakutan masuk ke dalam rumah yang sangat besar itu.
"Bikkk ... Bibik."
Tap tap tap
Bibi berlari menghampiri.
"Mas Farel sudah datang?"
"Sudah, Non."
"Hemm ... siapkan kamar tamu untuk gadis ini," titahnya.
"Baik, Non."
"Aira, kamu duduk di sini. Saya temui suami saya dulu."
Aira pun mengangguk.
"Mas ... Mas ..."
Sesaat kemudian, Farel muncul dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Farel habis mandi, terlihat segar, seketika lelahnya tadi menghilang.
“Mas, aku sudah membawa gadis itu ke rumah ini," ucap Nita antusias. Suaminya menatap dengan datar. Tidak ada wanita yang terlihat senang membawa wanita lain ke rumahnya. Nita benar-benar membuatnya tidak habis pikir.
"Mas cepet pakai pakaian, temui dia. Dia ada di depan. Aku keluar dulu."
Farel yang masih pusing melihat kelakuan istrinya, memilih diam.
Beberapa saat kemudian.
Tap tap tap
"Nah, itu suami saya," seru Nita sambil menatap pria berbaju kota-kota yang melangkah ke arah mereka.
Farel balik menatap, kemudian melirik pada sosok gadis yang duduk tidak jauh dari istrinya. Kebetulan, Aira juga sempat mendongak, membuat mata mereka saling bertemu untuk sesaat. Ada rasa tidak suka saat pertama kali Farel menatap calon istri keduanya. Wanita yang disipakan oleh Nita untuk hamil anaknya. BERSAMBUNG
IG Sept_September2020
Fb Sept September
Wanita Pengganti Bagian 3
Oleh Sept
"Mas, kenalin ini Aira. Dia yang aku ceritakan waktu itu." Nita memperkenalkan wanita yang akan menggantikan dia hamil.
Sementara itu, Aira tertunduk tidak berani menatap lagi. Sedangkan Farel, pria itu langsung duduk di di salah satu kursi yang ada di sana.
"Aku sudah ceritakan semua syarat yang harus ia lakukan. Dia juga sudah menandatangani persetujuan untuk kontak pernikahan ini. Untuk mempersingkat waktu, semuanya akan segera aku atur."
Farel menatap tidak suka, ia ingin menolak seperti sebelumnya. Tapi Nita sangat gigih, baginya tubuh sempurna jauh lebih penting dari pada punya anak.
"Sudah? Aku lelah, aku mau istirahat!" ucap Farel ketus. Kemudinya meninggalkan dua wanita beda status tersebut. Istri sah dan calon istri kontrak yang hanya digunakan untuk ibu pengganti saja.
Setelah Farel pergi, Nita kemudian bicara pada Aira.
"Itu tadi suamiku, ganteng kan ... tapi ingat. Jangan pernah jatuh cinta. Jangan pernah ada rasa sama suamiku itu. Kalau tidak, aku tuntut kamu!" ancam Nita.
Aira yang lugu dan polos, hanya mengangguk. Ia paham, tidak boleh ada hati, meskipun akan hamil anak pria tersebut.
"Ya sudah, sekarang kamu ke kamar kamu. Pasti bibi sudah siapain. Istirahat yang cukup, besok jadwal kita padat," terang Nita kemudian beranjak meninggalkan Aira, ia pun masuk kamarnya. menyusul Farel yang sepertinya kesal dengan rencananya ini.
"Sayang," sapa Nita kemudian merangkul suaminya yang berdiri di balkon. Ia memeluk Farel dari belakang, mecoba merayu Farel agar melakukan apa yang ia mau.
"Bagaimana? Sekarang kamu puas membawa gadis itu ke rumah ini?" sindir Farel. Ia menyesap benda yang diapitnya dengan jari. Jelas sekali ia mempunyai beban pikiran yang berat saat ini.
"Ayolah Farel, jangan marah ... kemarin kamu sudah setuju. Lusa akan aku urus pernikahan siri kalian."
Farel langsung menepis lengan Nita yang melingkar di pinggangnya. Sepertinya dia benar-benar marah pada istrinya.
"Terserah, terserah kamu!" cetus Farel kemudian berbalik. Dengan gusar ia masuk kamar kemudian berbaring di atas ranjang.
"Kenapa dia sangat kesal sekali? Dia pikir hamil 9 bulan mudah, dengan segala gejala yang ada, ditambah lagi tidak bisa bebas ini itu, emang enak? Belum lagi sakitnya pas mau lahiran, hadeh ... mending sewa rahim." Dengan santai Nita berbalik, melepaskan semua pakaian dan pergi ke kamar mandi.
***
Di kamar tamu.
Malam ini Aira tidak bisa tidur di ruangan yang besar itu, apalagi hawa dingin karena AC. Mungkin besok pagi ia akan terserang flu karena kedinginan. Tidak biasa tidur di ruangan ber AC, ia pun mencari remote dari benda putih yang dipasang di atas pintu tersebut. Setelah mendapat remot, ia mencoba menekan tombol di sana.
Aira merasa lega, setelah bisa mematikan benda yang bisa mengontrol suhu ruangan tersebut. Namun, matanya masih belum bisa terpejam. Berkali-kali ia ganti posisi tidur. Miring kanan miring kiri, tapi matanya enggan diajak kompromi. Semakin mencoba untuk tidur, semakin ia terjaga. Sampai akhirnya hanya rebahan sambil menatap langit-langit kamar.
Beberapa jam kemudian, gadis itu akhirnya terlelap. Aira tidur sambil memeluk guling. Gadis itu tidur tidak nyenyak, terlihat dari wajahnya yang gelisah, dahinya mengkerut. Pasti dia kepikiran, karena sebentar lagi perjanjian akan dilaksanakan. Sesuai permintaan Nita, lusa ia akan dinikahi oleh suami dari model cantik tersebut.
***
Pagi hari, Nita menyuruh bibi membangunkan gadis yang kemarin dia bawa dari kampung.
"Bik, tolong bangunin si Aira."
"Aira sudah bangun, Non. Tadi bantu saya masak juga."
"Oh ... terus mana dia sekarang? Suruh ke sini."
"Baik, Non."
"Suruh cepat!" titah Nita Gunawan.
Tap tap tap
Bibi langsung bergegas, sebelum nonanya itu marah. Tidak mau dipanggil Nyonya, katanya terkesan tua, Nita lebih suka dipanggil Nona. Karena ia merasa masih muda, dan juga seorang model top.
Tok tok tok
'Siapa yang mengetuk pintu?' tanya Aira dalam hati. Ia yang baru masuk kamar karena bingung mau apa, lantas berjalan ke arah pintu.
KLIK
"Lan, sicari non Nita."
"Iya," Aira mengangguk kemudian keluar bersama bibi.
Gadis itu berjalan sangat hati-hati, banyak pernak-pernik mahal di rumah tersebut, guci besar setinggi badan, membuat Aira berjalan penuh waspada. Ia yakin, semuanya pasti harganya mahal. Sampai di meja makan, Nita langsung memberikan sebuah paper bag besar pada Aira, calon madunya.
"Pakai ini untuk pernikahan besok."
Gadis itu menelan ludah, kemudian mengulurkan tangan untuk meraih pemberian dari Nita.
"Terima kasih, Nyonya."
"No! Jangan panggil saya nyonya, saya tidak suka."
Nita bingung, terus harus memanggil dengan sebutan apa.
"Panggil saja Nona, seperti mereka," tambah Nita sembari melirik bibik yang masih di sana.
"Sekarang kamu coba baju itu, tapi sepertinya sih pas," kata Nita lagi sembari memperhatikan body Aira.
"Baik, Non. Permisi."
Tap tap tap
Dari belakang mereka, muncul sosok pria yang sudah memakai setelan jas yang rapi. Farel hendak sarapan bersama istrinya. Masih marah karena semalam, Farel makan tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Sayang, kamu masih marah?"
Farel tidak menggubris, tetap makan. Seolah istri di depannya tak kasat mata.
"Masss!!!" Panggil Nita yang kesal karena Farel yang cuek.
Melihat istrinya memanggil dengan nada keras, Farel langsung meletakkan sendok dan garbu yang tadi ia pegang.
PRANGGGGG. Dua benda itu sampai membentur piring.
Bersambung
IG Sept_September2020
Fb Sept September
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!