Rendra arkana, pria dewasa
yang berusia sekitar tiga puluh dua tahun terpaksa harus menikahi seorang gadis berpenampilan aneh atas desakan dan permintaan orang tuanya. Awalnya Rendra menolak dengan begitu tegas, tapi karena sang Mama yang tengah sakit keras terus memohon agar Rendra menikahi gadis itu akhirnya Rendra hanya mampu menurut saja. Padahal sebenarnya Rendra sudah mempunyai wanita impian lain, atau kekasih hati yang sudah begitu lama ia idam-idamkan untuk menjadi istrinya. Tapi semua impian nya itu hancur sudah karena kehadiran seorang Anjani.
Setelah seminggu sang Mama keluar dari rumah sakit, dan kondisinya sudah benar-benar pulih, akhirnya pernikahan Rendra dan Anjani dilaksanakan. Pernikahan yang penuh dengan drama, karena Rendra kesulitan untuk membaca ijabnya. Yang pastinya karena Rendra tidak mencintai Anjani.
***
''Tidur di bawah kamu, tidak sudi rasanya aku tidur seranjang dengan mu!'' bentak Rendra sambil melemparkan bantal dan selimut ke lantai. Wajahnya terlihat bengis, ia menatap Anjani dengan tatapan remeh dan jijik.
''Ba-baik, Mas.'' sahut Anjani sedikit gugup. Setelah selesai dengan semua proses resepsi pernikahan. Anjani dan Rendra masuk ke kamar pengantin untuk beristirahat.
''Jangan panggil aku dengan sebutan, Mas. Ingat itu! Panggil aku dengan sebutan Tuan!'' lontar Rendra lagi. Ia berdiri di sisi tempat tidur dengan tangan yang satunya berkacak pinggang dan tangan yang satu menunjuk-nunjuk wajah Anjani.
''Ta-tapi, kamu 'kan sekarang sudah jadi suami aku, kata Mama, aku harus panggil kamu dengan sebutan, Mas.'' balas Anjani polos, jari-jari tangannya saling bersahutan. Mengait satu sama lain.
''Wanita bodoh, sekali lagi aku katakan, saat sedang berdua begini, kamu harus panggil aku dengan sebutan Tuan. Tapi saat lagi ada Mama kamu baru boleh panggil aku dengan sebutan Mas.'' ucap Rendra penuh penekanan dengan gigi terdengar bergemeletuk.
''Baiklah.'' jawab Anjani menurut. Ia menunduk takut. Ia tidak menyangka ternyata ia menikah dengan pria yang galak dan tegaan.
Rendra memiliki wajah yang amat tampan dan dia juga merupakan seorang CEO di suatu perusahaan. Ia begitu di kagumi oleh banyak kaum hawa. Anjani merasa sangat beruntung bisa mendapatkan Rendra. Tapi saat ia mengetahui Rendra tidak menginginkan nya, Anjani merasa begitu sedih.
''Ya sudah, sana tidur.'' ucap Rendra seraya berjalan melewati tubuh Anjani.
''Ingat, tempat tidur mu di lantai! Jangan coba-coba tidur di ranjang!'' tambahnya lagi.
''Mas mau ke mana?'' tanya Anjani. Ia menatap punggung Rendra yang perlahan semakin menjauh darinya.
''Jangan banyak tanya kamu!'' sahut Rendra berdecih kesal.
Anjani hanya mampu menggeleng kepala dengan dada terasa sesak mendapatkan perlakuan yang tidak ada manis-manisnya dari pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.
Anjani lalu berjalan ke kamar mandi, ia akan mandi. Ia akan menghapus sisa-sisa make up di wajahnya. Make up tipis yang di poles oleh MUA biasa saja.
''Kalau di lihat-lihat padahal aku ini cantik, tapi dasar Rendra aja yang munafik, yang tidak bisa melihat kecantikan seorang wanita dari hatinya.'' gumam Anjani tersenyum getir sambil menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Ia sudah membersihkan wajahnya dengan sabun.
''Tapi aku 'kan memang cantik, bahkan sangat cantik.''
''Aku akan terus berpura-pura menjadi wanita kampung nan lugu, culun dan berpenampilan aneh sampai aku yakin kalau Rendra memang lelaki yang baik. Pria yang tidak hanya melihat kecantikan fisik ku saja, tapi juga mampu menerima semua kekurangan aku dan mampu menyelami kebaikan dan ketulusan seorang wanita yang benar-benar mencintainya.'' gumam Anjani lagi.
Iya, sebenarnya Anjani adalah seorang wanita yang berasal dari keturunan kaya raya. Anjani memiliki paras yang amat cantik. Tapi, saat sedang bersama Rendra maupun Mama Rendra, Anjani menyamar menjadi wanita buruk rupa. Ia sengaja mengucir dua rambutnya yang panjang sepunggung, memakai kacamata bewarna merah muda, dan mengolesi wajahnya dengan cairan bewarna hitam agar terlihat jelek. Tidak hanya itu, ia juga memakai behel dan membuat bintik-bintik hitam di wajahnya agar terlihat semakin jelek. Ia hanya ingin bermain-main sebentar dengan seorang Rendra. Rendra, pria yang berhasil membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan untuk MUA yang meriasnya tadi, MUA itu juga sudah bekerjasama dengannya untuk menutupi jati dirinya.
***
Di tempat berbeda, Rendra membuka pintu apartemen dengan wajah tersenyum sumringah. Begitu pintu sudah terbuka, ia masuk, berjalan dengan langkah kaki lebar, ia sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan wanita pujaannya.
"Sayang ....''
''Sayang, di mana kamu?'' panggil Rendra berteriak. Ia berjalan melewati beberapa ruang, lalu yang terakhir ia memasuki kamar. Karena ia tak kunjung mendapat jawaban dari wanita yang ia panggil sayang itu.
Saat sudah berada di dalam kamar, Rendra berjalan menghampiri tempat tidur, di atas tempat tidur, nampak seorang wanita berbaring memunggungi Rendra. Isakan kecil yang berasal dari wanita itu terdengar begitu menyakiti hati Rendra. Rendra menarik nafas dalam, ia merasa begitu bersalah sama wanita yang di cintainya.
''Sayang ...'' Rendra berucap lirih. Sekarang dirinya telah berbaring di atas tempat tidur. Ia memeluk tubuh sang kekasih dari belakang. Ia menciumi leher sang kekasih dengan penuh cinta.
''Ngapain kamu ke sini, Mas.'' tanya Risa, kekasihnya dengan suara serak.
''Mas sangat merindukan mu.''
''Tidak seharusnya kamu berada di sini, Mas. Bukankah malam ini merupakan malam pertama mu dengan wanita itu!''
''Sayang, jangan bahas itu lagi. Hanya kamu, hanya kamu satu-satunya wanita yang Mas cintai. Hanya kamu yang Mas inginkan. Kamu 'kan tahu sendiri, Mas menikahi wanita itu karena terpaksa. Karena permintaan Mama. Jadi jangan bersedih lagi. Hapus air matamu yang berharga itu. Karena Mas akan selalu ada di sisi mu.''
''Aku tahu Mas memang mencintai aku, tapi Mama, Mas? Mama Mas tidak menginginkan aku untuk menjadi istri, Mas. Dia lebih memilih wanita jelek itu.'' kini, Risa telah membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Rendra.
''Sudah, sudah ... Diamlah, Sayang.'' Rendra menyentuh bibir sang kekasih dengan jari telunjuknya.
''Baiklah aku akan diam, aku tidak akan menangis lagi asalkan Mas menuruti apa yang aku mau.''
''Emang kamu mau apa Sayang? Katakan, Mas akan mengabulkan nya asalkan kamu tidak bersedih lagi.''
''Aku mau kamu memberikan aku rumah, Mas. Aku tidak ingin lagi tinggal di apartemen ini.''
''Hanya itu?''
''Em, tidak. Aku juga ingin sebuah mobil keluaran terbaru dan yang termahal pastinya.''
''Oke, oke. Mas akan membelikan dan memberikan itu semua untukmu Sayang. Terus lah tersenyum, teruslah bermanja dengan Mas, karena Mas sangat menyukai itu.'' Rendra berucap dengan begitu yakin dan lembut. Ia lalu mengecup kening sang kekasih dengan penuh cinta.
''Terimakasih Sayang.''
''Malam ini, Mas ingin menghabiskan malam dengan mu Sayang. Seperti malam-malam kemarin.''
''Baiklah, Mas. Aku akan melayani mu dengan sepenuh hatiku.'' balas Risa sambil menyingkirkan tali piyama nya yang melekat di bahu.
Bersambung.
Setelah selesai mandi, Anjani keluar dari kamar mandi. Ia duduk di kursi di depan cermin meja rias untuk menata penampilan dan wajahnya agar terlihat jelek dan aneh. Sebelum ia melakukan itu, ia mengunci pintu kamar terlebih dahulu, karena ia tidak ingin sampai ketahuan oleh siapapun, terutama oleh Rendra dan Mama nya.
Anjani memang masih tinggal di rumah orang tua Rendra, besok rencananya mereka akan pindah ke rumah pribadi milik Rendra.
Setelah beberapa menit ia duduk di kursi di depan cermin meja rias, akhirnya ia selesai membaluri wajahnya dengan skincare yang bewarna kehitaman, skincare yang tidak mempunyai efek samping untuk kesehatan kulitnya. Skincare yang mampu menyamari wajahnya agar terlihat hitam dan jelek. Tapi kalau skincare itu iya basuh dengan air, maka kulit wajahnya akan semakin bening dan tambah cantik tentunya.
''Hahaha, ternyata aku memang sangat jelek kalau di dandani seperti itu. Wajar saja kalau Mas Rendra sangat tidak suka melihat ku.'' gumam Anjani terkekeh kecil sambil geleng-geleng kepala melihat pantulan dirinya di cermin. Setelah itu Anjani membentang kasur lantai, setelah selesai ia bersiap untuk tidur. Anjani sudah menutup matanya, tapi ia tak kunjung bisa masuk ke alam mimpi karena pikirannya yang selalu tertuju kepada sang suami yang tak kunjung pulang. Ia menatap ponselnya, melihat jam. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi Rendra masih belum pulang juga. Membuat Anjani bertanya-tanya di manakah sang suami singgah? Seharusnya sang suami berada satu kamar dengannya, seharusnya sang suami berada di sisi nya di malam pertama mereka. Tapi kenyataannya sang suami pergi tidak tahu ke mana untuk menghindari dirinya.
''Mama ...'' gumam Anjani seraya menatap layar ponselnya. Di layar depan ponselnya foto sang Mama terpampang di sana.
''Aku sangat merindukan Mama dan Papa. Aku akan segera pulang setelah semua urusan dan penyamaran ku selesai.'' gumam Anjani lagi.
***
Di tempat berbeda, sepasang kekasih tanpa adanya ikatan suci di antara mereka sedang menikmati malam-malam panjang, malam-malam yang penuh gairah dan kenikmatan terlarang. Mereka saling memadu kasih dengan begitu bersemangat dan bergelora. Seakan dunia milik mereka berdua. Tubuh keduanya telah di penuhi oleh keringat.
''Ah ...'' Rendra menjatuhkan dirinya di samping tubuh sang kekasih.
''Terimakasih Sayang, kamu memang yang terbaik.'' ujarnya lagi seraya membalikkan tubuhnya ke arah sang kekasih yang juga telah terkapar di kasur.
''Sama-sama Sayang.'' balas Lisa, ia merebahkan kepalanya di lengan Rendra.
''Apa kamu tidak akan pulang malam ini, Mas?''
''Mas akan pulang Sayang. Mas takut Mama mencari Mas.''
''Baiklah. Tapi kamu janji sama aku, ya, Mas. Jangan pernah kamu sentuh wanita jelek itu. Aku nggak rela orang yang aku sayang menyentuh wanita lain.''
''Kamu tenang saja Sayang. Mas tidak akan melakukan itu. Besok Mas akan membawa wanita jelek itu pindah ke rumah yang berbeda dengan Mama. Dan apakah kamu tahu apa yang akan Mas lakukan kepada nya saat kami sudah pindah?''
''Apa yang akan kamu lakukan kepada nya, Mas?'' tanya Lisa penasaran. Ia takut sang kekasih tergoda dengan Anjani.
''Mas sudah menyusun rencana. Saat kami sudah pindah, Mas akan menyiksanya habis-habisan, membuat diri nya tak betah hidup bersama, Mas. Dan Mas yakin, setelah mendapatkan siksaan dari, Mas, dia pasti akan menyerah lalu pergi dari hidup Mas. Dan kita bisa hidup bersama setelah itu.'' jelas Rendra tersenyum penuh arti, sambil membayangkan rencananya berhasil.
''Ooouuhh ... ternyata kekasihku pintar dan licik sekali.'' Lisa memeluk erat tubuh Rendra. Ia merasa sangat senang mendengar perkataan Rendra.
''Apapun akan Mas lakukan supaya kita bisa bersatu.''
''Tadi 'kan kita sudah bersatu, Mas.'' goda Lisa.
''Kamu membuat Mas gemes aja, pengen nambah lagi jadinya.'' ucap Rendra sambil menjawil dagu Lisa.
''Ya udah, ayo kita lakukan lagi.'' ucap Lisa bersemangat.
''Mas nyerah deh. Mas akan segera pulang.'' ucap Rendra. Ia lalu duduk dan mengambil pakaiannya.
''Baiklah.'' balas Lisa.
Setelah pakaiannya terpakai sempurna, Rendra pamit, lalu ia melangkah kakinya meninggalkan Apartemen milik Lisa.
***
Rendra tiba di kediaman orang tuanya. Ia memarkirkan mobilnya di garasi, lalu setelah itu ia berjalan sedikit hati-hati dan pelan ke dalam rumah. Ia takut Mamanya bangun lalu banyak bertanya kepadanya.
Di kamar sang Mama, nampak Mama Rendra tidur sangat lelap. Wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu sepertinya sedang dalam pengaruh obat-obatan. Karena sebelum tidur, ia harus mengkonsumsi beberapa obat-obatan untuk menunjang kesembuhan nya.
''Syukurlah.'' gumam Rendra. Setelah selesai melihat sang Mama, Rendra lalu berjalan ke kamar nya. Kamar yang kini di dalamnya sedang di huni oleh manusia jadi-jadian. Begitulah anggapannya.
Rendra membuka pintu kamar dengan begitu pelan, begitu pintu sudah terbuka, ia berjalan pelan ke tempat tidurnya. Tatapan matanya tertuju ke arah Anjani. Anjani nampak telah terlelap. Anjani menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Hanya bagian kepala dan wajahnya saja yang ia keluarkan.
''Huh, jelek sekali.'' ucap Rendra lirih.
''Bagus, akhirnya dia nurut juga. Wanita kampung dan jelek memang seharusnya nurut. Sepertinya tidak sulit bagiku untuk menyingkirkan nya dari hidup ku.'' ucap Rendra dalam hati. Lalu Rendra membersihkan dirinya di kamar mandi. Dan setelah itu ia tidur.
Bersambung.
''Ma, kami pamit, ya." ucap ku seraya membelai punggung wanita yang telah melahirkan aku. Aku dan Mama saling berpelukan. Aku sangat-sangat menyayangi Mama, makanya aku mau menikahi Anjani, semua demi Mama.
"Iya, jaga istri mu baik-baik, ya, Rendra. Mama titip Anjani. Sesekali Mama akan berkunjung ke rumah kalian. Sebenarnya Mama ingin ikut mengantar kalian ke rumah baru kalian. Tapi kondisi Mama hari ini kurang memungkinkan. Mama merasa sedikit pusing." balas Mama dengan wajah tersirat rasa bersalah.
"Iya, nggak apa-apa, Ma. Mama hari ini di rumah saja, beristirahatlah."
"Baiklah."
"Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku, ya, Ma." timpal Anjani lagi.
"Iya, Sayang." Mama menatap lekat wajah Anjani seraya membelai pipi nya. Setelah itu Mama dan Anjani berpelukan lagi. Mama sepertinya sangat menyayangi Anjani, aku penasaran, sebenarnya apa yang telah Anjani perbuat dan berikan kepada Mama sampai-sampai Mama sangat menyayangi Anjani. Apa yang spesial dari wanita buruk rupa dan berpenampilan culun seperti Anjani. Sementara kalau dengan Lisa Mama selalu bersikap ketus.
Setelah itu aku dan Anjani masuk ke dalam mobil, mobil meluncur meninggalkan halaman rumah Mama. Mama melambaikan tangan nya melepaskan kepergian kami. Begitu juga Anjani, ia juga melambaikan tangan dengan wajah terlihat sedih. Aku yakin, dia pasti hanya pura-pura sedih. Dasar wanita aneh.
"Heh, nggak usah sok lugu dan sedih gitu."
"Apaan sih, Mas. Aku memang sedih tauukk. Aku sedih karena harus berpisah sama Mama." balas Anjani seraya menghapus ujung matanya dengan tangan, ia juga menghapus ingusnya yang terjulur dari tadi. Aku menatap wajahnya yang buruk rupa dari samping, kalau di lihat-lihat dengan seksama, Anjani memiliki hidung kecil nan mancung, bibirnya juga bisa di bilang cukup seksi. Hanya saja wajahnya yang hitam dan kusam di penuhi bintik-bintik, membuat siapa saja tidak akan tahan menatap nya lama-lama.
"Sedih apa takut?" tanyaku mencebik.
"Aku nggak ngerti sama omongan mu Mas."
"Ah sudah lupakan."
Setelah itu Anjani tak menjawab lagi. Selama dalam perjalanan hanya suara bising kendaraan yang terdengar. Aku dan Anjani hanya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
***
"Waw, bagus sekali rumah ini, Mas.'' Anjani berdecak kagum sembari menatap bangunan mewah dan megah yang ada di hadapan kami. Aku menggeleng melihat nya. Dasar wanita norak.
"Ya iyalah. Kamu lupa, ya, kalau aku ini adalah seorang CEO." ucapku membanggakan diri.
"Oh, iya, ya." jawabnya lagi dengan wajah nyengir.
"Tapi ingat, kamu jangan pernah bermimpi bisa mendampingi aku ke mana saja, dan jangan pernah bermimpi kalau aku akan mengenalkan kamu ke semua rekan dan karyawan perusahaan ku. Karena aku tidak akan pernah melakukan itu. Tugas mu hanya di rumah. Dan yang pasti nya karena aku sudah punya kekasih yang lebih pantas untuk aku kenalkan ke semua orang sebagai pendamping ku.'' bisikku tepat di telinga Anjani. Sekarang aku dan dia sedang berdiri di depan pintu utama. Setelah aku mengatakan itu, Anjani terlihat menegang sambil mengelus dadanya.
"Ternyata kamu sama saja, Mas. Kamu sama saja dengan kebanyakan pria lain. Yang hanya menilai seseorang dari penampilan dan rupanya saja." ucap Anjani lirih yang masih bisa aku dengar kan. Aku terkekeh kecil mendengar apa yang ia katakan.
"Heh Anjani, aku ini bukanlah pria munafik dan bodoh. Aku pria normal. Sebagai pria normal yang memiliki wajah tampan dan jabatan, kamu bukanlah level ku. Yang selevel dengan ku adalah wanita cantik, seksi, cerdas dan tentunya keturunan dari keluarga terpandang. Keluarga yang jelas bebet bobot nya. Tidak seperti kamu!" ucapku penuh penekanan. Setelah itu aku masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Meninggalkan Anjani yang terus menunduk setelah aku mengatakan kata-kata yang mungkin menyakiti hatinya. Biarlah, biar dia tahu kalau aku tidak pernah menginginkan nya dan biar dia sadar, antara aku dan dia sangatlah jauh perbandingan nya. Bagaikan langit dan bumi.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!