NovelToon NovelToon

PESONA SINGLE DADDY (Derita Istri Ketiga 2)

BAB 1 PESONA ARYA

Arya tengah sibuk kembali bekerja dan untuk urusan anak ia serahkan dengan baby sisternya. Akan tetapi ia juga selalu menyempatkan waktu untuk bersama sang Anak. perlahan ia melupakan Bella dan fokus dengan kehidupannya bersama anak kembarnya.

Arya juga tidak mau ikut campur dengan urusan rumah tangga orang tuanya, biarlah Abi sendiri yang menyelesaikan permasalahannya jika suatu saat nanti sang Mama mengetahui, jika Abi menikahi sekertaris yang sudah berlangsung 11 tahun dan memiliki anak perempuan berusia 10 tahun.

“Permisi, tuan.” salam seorang gadis di ambang pintu ruangan Arya.

“Masuk!”

Gadis tersebut masuk lalu meletakkan minuman yang di minta Arya.“ Maaf tuan, ini minumannya,” ucap gadis tersebut.

Arya melihat sekilas gadis tersebut lalu mengerutkan keningnya, karena baru pertama kali melihat gadis tersebut bekerja di kantornya.

“Kamu OG baru?” tanya Arya datar.

“Maaf tuan, Iya! Saya OG baru. Baru dua hari bekerja disini.”

“Oh! Ya sudah. Terima kasih.” Arya sekilas melihat wajah dan nama gadis tersebut di kartu pengenalnya lalu melanjutkan pekerjaannya.

“Permisi tuan,” pamit Gadis itu lalu ia keluar dari ruangan Arya.

“Kemala,” gumam Arya menyebut nama OG baru tersebut lalu tersenyum tipis.

“Arya!” Suara sang Papa tiba-tiba mengangetkan dirinya.

“Apa Pa? Bisa, kan sebelum masuk ketuk pintu dulu. Aku kaget!”

“Halah, tumben kaget. Kayak Mak-mak! Oh iya ini. tanda tangan dulu. Berkasnya mau papa bawa ke paman kamu.”

Arya menarik berkas tersebut lalu menandatanganinya.“ Sudah, Oh iya Pa. Mama sakit, tolong papa pulang dulu.” Arya sekilas melihat Abi yang duduk santai di kursi di seberang mejanya.

“Iya, Papa nanti pulang. Kebetulan adik kamu juga sudah sembuh dari sakitnya, kalina juga sudah masuk bekerja.”

“Dia sekertaris papa. Tidak dak ada urusan dengan pekerjaanku,” balas Arya datar.

“Papa bingung, Arya. Kalina hamil lagi!”

Sontak Arya tertawa melihat sang Papa.“ masih produksi itu burung?” Abi masih tertawa sampai terpingkal-pingkal. pasalnya sang Papa sudah 60 tahun lebih masih bisa membuat Kalina hamil lagi.

“Brengsek! Itu adik kamu!”

“Aku tidak meminta adik. Papa pusing? Tapi begitu, gak buat pusing, kan. Sudah Pa. Aku tidak mau terlibat dengan urusan Papa. Papa berdoa saja semoga Mama tidak tahu dan berdoa agar tidak kena karma. Dan jika suatu saat Mama tahu, dan terjadi sesuatu pada Mama. Aku orang yang pertama menghajar Papa.”

"Dasar Anak durhaka. Bukannya memberikan solusi malah ngeledek dan mengancam!” Abi menepuk kepala Arya dengan Map.

“Terserah Papa! Aku tidak ikutan. Yang jelas Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Mama?” Arya kemudian berdiri sambil membawa berkas yang akan ia serahkan pada Pamannya, yang notabene pemilik perusahaan sekaligus CEO Wijaya Grup.

Abi pun keluar dari ruangan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan ia melihat Kalina sedang mengerjakan pekerjaannya. Abi memandangi wajahnya. ia sendiri tidak tahu kenapa bisa jatuh hati dengan wanita yang seharusnya pantas menjadi adik bahkan anaknya. Usia Kalina yang baru memasuki 45 tahun, di mata Abi begitu cantik dan menggoda. Walau tidak bisa di pungkiri sang istri waktu muda jauh lebih cantik.

Ada terbesit untuk mengakhiri hubungannya dengan Kalina. Akan tetapi, Abi memikirkan anaknya bersama istri mudanya itu, ditambah saat ini Kalina mengandung anaknya yang kedua.

“Kalina!” panggil Abi sembari menghampiri dan duduk di ujung mejanya.

“Ya, tuan.”

“Jangan formal, Aku ingin berbicara sesuatun padamu.”

Kalina tersenyum lalu melihat sang suami.“ Ada apa Mas. Sepertinya penting?” tanya Kalina lalu meraih tangan Abi.

Abi menatap Kalina dan tersenyum. “Aku semakin tua, Jika terjadi sesuatu denganku. Misal sakit atau sejenisnya, apa kamu masih mau denganku atau sebaliknya malah meninggalkanku!”

Kalina tertawa kecil lalu mengusap rahang Abi yang di tumbuhi bulu-bulu halus dan terlihat sedikit ada yang putih, tetapi tidak mengurangi sisa ketampanan waktu muda.

“Mas, pernikahan kita sudah 11 tahun. Aku rela pernikahan kita hanya sebatas di atas surat selembar kertas. Tidak di akui negara, sampai aku membuat identitas anak kita saja kesulitan. Tapi tidak masalah, asalkan kamu menyayangi aku dan Nasya,anak kita. Sebentar lagi ini juga akan lahir.”

“Kamu yakin!”

“Mas....” Kalina menutup bibir Abi dengan telapak tangannya dan tersenyum.

“Jangan bicarakan itu lagi. Sekarang aku mau kembali bekerja, Hm!”

“Ok, baiklah.” Abi kemudian kembali ke kursinya dan mengerjakan pekerjaannya.

Di sisi lain Arya keluar dari ruangan putra. Ia begitu senang, sebab proyek yang ia pegang bersama sang Papa berhasil ia kuasai dan menang tender besar.

“Akhirnya aku bisa mengalahkan perusahaan tuan Brata.” Ia tersenyum dalam hati.

Saat ia hendak masuk kedalam ruangan tiba-tiba ada suara yang setiap hari ia rindukan. Siapa lagi kalau bukan sang anak, Zea dan Zidan. Mereka datang bersama Utari dan baby sitternya.

“Papa!” panggil keduanya dan berlari menuju Arya.

"Hai sayang! Sudah pulang sekolah?”

“Sudah, Pa!” Arya menggendong Keduanya.

“Papamu ada di ruangannya?” tanya Utari.

“Ada!”

“Ya sudah. Itu anak kamu. Mama mau lihat Papa dulu!” Utari berjalan ke ruangan Abi.

“Papa!" panggil Utari saat sudah membuka pintu.

Abi terkejut saat Utari masuk kedalam ruangannya, Beruntung posisinya tidak sedang bermesraan dengan sekertarisnya.

“Mama kalau datang itu Yo mbok kabari dulu!” ujar Abi sambil merapikan berkasnya lalu melihat Kalina yang tersenyum saat melihat Utari.

“Ngopo kabari! Iki kantor bojoku, dudu kantore selingkuhanku.” Utari tertawa lalu mencium pipi Abi. Kalina membuang wajahnya saat melihat sang suami di cium istri pertamanya.

“Kalina, tolong Ambilkan saya minum!” perintah Utari seenaknya.

“Baik, Nyonya.”

"He... tidak perlu. Kamu lagi hamil, biar office boy saja. Mama itu tidak boleh menyuruh sembarangan orang di kantor. Itu bukan tugasnya.”

“Papa itu kan cuma minuman.”

“Tidak apa-apa, tuan. kebetulan saya juga mau ambil minum. Sebentar saya ambilkan ke pantry.” Kalina bangkit lalu keluar dari ruangan. Ia juga tidak ingin terlalu lama melihat Utari Sedang bermanja dengan Abi.

Saat di pantry Kalina melihat Arya sedang membuatkan susu untuk kedua anaknya dan dengan patuhnya Zea dan Zidan duduk manis di kursi.

“Siang, Arya!” salam Kalina.

“Siang. Tidak ada keributan?”

“Aman, selagi kamu masih diam dan aku diam,” balas Kalina sambil mengusap rambut Zea dan Zidan.

“Kemala, tolong buatkan jus jeruk 3 gelas ya. Bawa ke ruangan tuan Abi.”

“Baik, Bu.” Kemala pun melakukan apa perintah Kalina.

“Saya juga mau.” Arya pun meminta dibuatkan jusnya.

“Baik tuan.” Kemala membuat jusnya sesekali melirik Arya. Tidak di pungkiri Kemala terpesona dengan bosnya. Apalagi sudah banyak yang tahu jika Arya berstatus duda.

BAB 2 KEMALA

Arya bergegas pulang setelah pekerjaannya selesai. Ia keluar dari ruangannya dengan terburu-buru, sehingga menabrak Kemala yang sedang melintas di depan ruangannya. Nampan yang di bawa Kemala pun jatuh dan gelasnya pun pecah berserakan di lantai.

“Maaf, tuan. Maafkan saya.”Kemala segera memunguti pecahan kacanya dan Arya pun reflek membantunya.

“Saya yang minta maaf, saya terburu-buru.”

“Tuan, biar saya saja.” Mala terus mengambil pecahan gelas tersebut dan akhirnya jarinya terkena pecahan.

“Aduh!” darah pun menetes. Arya melihat darah pun langsung reflek mengabil sapu tangannya lalu membalut jari Kemala.

“Hati-hati.” Arya melihat salah satu Office boy. melintas. “ Hai Kamu!”

Office boy melihat ke arah Arya lalu menghampirinya.“ Ya tuan, bisa saya bantu?”

“Tolong kamu bereskan pecahan gelas ini. Jari dia terkena pecahannya, dan Kamu obati dulu luka di pantry.” Arya bangkit begitu juga Kemala. Kemala sekilas melirik Arya begitu juga Arya. Kemudian Arya berjalan menuju lift.

Saat berada di lift, Arya tersenyum mengingat Kemala. Wajahnya polos, manis sopan mengingatkan akan Bella, mantan istrinya. Namun cepat-cepat ia tepis ingatan itu, sebab ia ingin melupakan masa lalu dan belum siap untuk membuka hatinya kembali.

Arya meraba saku jasnya, rupanya kunci mobilnya tertinggal di laci meja kerjanya. “Sial ...! Kenapa harus lupa sih.” Arya kembali menekan tombol lift dan naik ke lantai atas.

Sesampainya di lantai atas, Arya melihat Kemala sedang berada di tempat fotocopy. Sepertinya ia sedang memfotokopi berkas dan itu pasti suruhan staf karyawan. Arya berjalan menghampiri Kemala.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Arya. Kemala terkejut melihat Arya berdiri di depannya. Semua staf yang masih di tempat kerja melihat ke arah Arya dan Kemala.

“Ini tuan, Bu Alya meminta tolong untuk memfoto copy berkas ini.”

Arya memijit pangkal hidungnya. Ia begitu geram dengan beberapa sikap staf di bagian devisinya yang seenaknya menyuruh official girl atau office boy untuk mengerjakan yang bukan pekerjaannya.

“Alya!” panggil Arya dengan lantang. Sebagaian staf bisik-bisik, sudah tau pasti Bosnya itu sangat marah.

Alya yang terkejut mendengar suara Bosnya pun bergegas menghampiri Arya.“ Maaf tuan, Anda memanggil saya?”

Arya mengambil berkas yang ada di tangan Kemala lalu memberikannya secara kasar pada Alya.“Ini pekerjaanmu, kan. Kenapa Kemala yang mengerjakan? Kau tau, Aku paling tidak menyukai ada yang semena-mena di bagian devisiku. kerjakan pekerjaan sesuai bagian masing-masing.”

“Tapi, tuan. Saya hanya meminta tolong, karena saya harus membalas email yang masuk.”

“Saya tidak mau mendengar alasan apapun! Apa kau mau mengambilkan minum dan membersihkan lantai disini, menolong pekerjaannya? Kau bisa membalas pesan email itu baru memfoto copy berkasnya. Simpel, kan! Tidak merepotkan orang lain dan menambah pekerjaan orang lain. Paham!”

“Paham, tuan!”

“Ini peringatan untuk semuanya! Heran saya melihat kalian. Tuan Putra saja yang pemilik perusahaan tidak pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan hal sepele seperti ini. Kerjakan sendiri. Dan kamu kembali bekerja sesuai bagianmu!” Arya menyuruh Kemala untuk kembali mengerjakan pekerjaannya.

Alya akhirnya mengerjakan tugas sendiri sambil menggerutu dan mengumpat dalam hati. Arya kembali ke ruangannya untuk mengambil kuci mobilnya. Arya duduk sejenak dan memijit kepalanya. Kepalanya rasanya hampir pecah memikirkan pekerjaan setelah menang tender, banyak yang harus ia persiapkan sebelum memerintahkan anak buahnya terjun ke lapangan.

“Andai di rumah masih ada Bella. Mungkin kepalaku tidak akan sesakit ini dan badanku tidak akan sekaku ini. Ah ... sial! Kenapa harus tegang!” Arya merasakan bagian intinya mengeras saat mengingat senyum Bella. Bagaimanapun ia masih lelaki normal dan sudah lama tidak menyalurkan hasratnya. Ya begitulah lelaki.

Arya mengurungkan niatnya untuk pulang lebih awal, ia ingin meredam keinginanya lebih dulu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Arya melepas jasnya kemudian menghubungi bagian pantry untuk memesan kopi.

“Halo dengan Kemala disini, bisa saya bantu?” Kemala menjawab panggilan Arya.

“Ini tuan Arya, tolong buatkan kopi hitam dan antarkan ke ruangku!”

“Baik, tuan. Segera saya buatkan.” Sambungan teleponnys pun berakhir.

Arya berdiri berjalan menuju jendela besar, ia berdiri menatap pemandangan di luar jendela. Disaat sendiri Pikirannya selalu tertuju pada Bella.

“Bella aku sudah berusaha melupakannu tapi kenapa justru aku mengingat kenangan kita dulu.” Arya kemudian melangkah menuju rak lemari dan melihat beberapa berkas untuk mengalihkan pikirannya.

“Permisi, tuan!” salam Kemala mengantarkan kopi.

“Ya, masuk!” Arya melihat sekilas lalu meletakkan map tersebut ke dalam rak lemarinya.

“Maaf tuan, ini kopinya.” Kemala meletakkan kopinya di atas meja.

“Terima kasih,” ucap Arya lalu ia duduk di kursinya.

“Saya permisi tuan,” pamit Kemala sedikit menunduk sopan

“Tunggu.”

“Ya tuan.”

“Nama lengkap kamu siapa?” tanya Arya melihat Kemala dari atas sampai bawah. Penampilan begitu sederhana.

“Kemala saja tuan tidak ada nama panjang.” Kemala masih menunduk.

“Usia kamu berapa? Sudah menikah? Kenapa bekerja jadi office girl?”

“Saya 25 tuan, saya masih lajang. Maaf tuan saya bekerja untuk membantu keluarga, karena tidak semua anak gadis dari seorang Ayah semua beruntung.”

Arya tersenyum jijik pada dirinya sendiri, mengapa ia baru sadar bertanya tentang hal pribadi orang lain. “Ok, baiklah. Maaf sudah lancang menanyakan hal pribadi. Kau boleh keluar.” Arya sekilas melihat Kemala yang sedari tadi seperti tidak nyaman, sebab Kemala sedari tadi terus menarik lengan kemejanya seperti berusaha ada yang ia sembunyikan di pergelangan tangannya. Kemala menunduk hormat lalu ia keluar dari ruangan Arya.

“Aku pikir sudah menikah,” pekik Arya tertawa kecil pada diri sendiri.

Arya akhirnya menyibukkan diri dengan pekerjaannya hingga hampir gelap. Ia sadar saat melihat jam tangannya sudah menunjukkan jam 6 sore, banyak karyawan staf yang sudah pulang. Arya bergegas membereskan mejanya lalu ia juga bergegas pulang.

Saat berjalan menuju lift ia melihat Kemala dan dua temennya yang sedang berdiri di depan pintu masuk lift. ia pun bergegas mempercepat langkahnya.

“Tahan!“ seru Arya saat ketiga karyawannya itu masuk kedalam lift. Salah satu OG menahan pintnya.

“Saya pikir sudah tidak ada orang di kantor,” ucap Arya tertawa kecil.

“Kami masih ada, Pak!” sambung OG satunya.

“Kalian baru pulang?” tanya Arya melihat satu persatu karyawannya.

“Kami ini datang paling awal pulang paling akhir, pak!” ketiganya tertawa hanya Kemala yang tersenyum tipis.

“Tetap semangat, ya. Kalian termasuk beruntung masih bisa bekerja untuk menyambung hidup.”

“Iya, Pak. Alhamdulillah.”

Arya melirik Kemala yang tampak diam. Arya melihat ditail wajah Kemala yang manis dan polos tanpa polesan makeup. bibirnya yang merah alami ingin rasanya Arya mengecupnya. entah kenapa Wajah Kemala begitu menarik di matanya.

BAB 3 KEPUASAN SATU MALAM

Arya tidak langsung pulang ke rumah, bukannya ia tidak ingat anak-anaknya melainkan ingin meredakan hasrat dalam dirinya. Ia datang ke club milik temennya dan bersenang-senang disana. Saat salah satu penyanyi naik panggung dan duduk di tempatnya. Arya mengeryitkan dahinya. Rupanya penyanyi tersebut sangat ia kenal.

“Kemala," batinnya melihat Kemala yang sedang menyanyikan sebuh lagu. Suaranya cukup merdu dan menghibur untuk di dengar banyak orang .

“Haris! Itu penyanyi kamu, namanya siapa?” tanya Arya pada temannya yang juga pemilik club

“Namanya Kemala, tapi namanya panggungnya Melia. Dia wanita pekerja keras untuk membantu ekonomi keluarganya. Dia penyanyi favorit di club. Kenapa kamu tertarik?”

“Tidak!” balas Arya lalu meminum winenya.

“Ya...kin...?” selidik temannya.

“Dia juga kerja di kantorku, jadi office girl!”

Haris tersenyum lalu melihat Arya yang terus menatap Kemala. Di mata Haris Arya begitu tertarik dengan kemala.“ Kalau kau tertarik boking saja. Asal bayarannya sesuai!” ucap Haris lalu tertawa.

“Gendeng! Aku iseh waras!”

“Halah! Tapi barangmu wes ora waras iki loh! Wes pirang ulan puasa, tahan Tah? Hajar wae bro, dosa belakangan. Hidup sekali harus di nikmati. Suruh Nikah kue ora gelem. Nek gelem duwur Ono kamar, Ojo lali nganggo pengaman.”

“Sudah pernah dengan orang lain?” tanya Arya. Sontak Haris tertawa, rupanya Sohibnya itu tertarik juga.

“Tidak tahu! Kau tanya saja sendiri. Kalau kau mau aku akan antarkan dia ke kamu!”

“Dia mau?”

“Pasti, dia sedang membutuhkan uang!”

Arya menenggak Winenya sekali lagi lalu bangkit dari duduknya.“Antarkan dia ke hotelku.” Arya meletakkan segepok uang di meja di depan Haris.

“Itu untuk uang mukanya, nanti jika dia bisa memuaskanku akan aku tambah berapapun dia mau. Untuk dirimu nanti aku tranfer, dan ini kunci card kamar hotel.” Arya kemudian pergi dari club menuju hotel. Ia benar-benar sudah tidak tahan membendung hasratnya. Arya mengendarai mobilnya menuju hotelnya.

Haris kemudian menghampiri Kemala saat Kemala selesai bernyanyi.“Melia, ikut saya sebentar. Ada pekerjaan untuk kamu!”

“Kerjaan apa, Bos?” tanya melia alias Kemala.

“Kerjaan dari bos besar, Ayo ikut denganku, bawa tasmu.”

Kemala sedikit bingung kenapa Bosnya itu meminta agar tasnya di bawa. Mereka menuju parkiran dan menaiki mobil.

“Tapi kamu mau tidak?” tanya Haris saat di dalam mobil untuk memastikan Kemala mau atau tidaknya.

“Apa dulu pekerjaannya, Bos?”

“Muasin Bos di ranjang.”

“What!?” teriaknya.

“Mau tidak? Ini bayaran uang mukanya. Kalau kamu bisa puaskan dirinya kau akan mendapatkan uang lebih darinya. Kau butuh uangkan untuk biaya pengobatan Ibu kamu!”

“Iya sih, Bos. tapi ....” Kemala ragu, apa ia harus mengambil pekerjaan kotor itu untuk biaya pengobatan Ibunya. Tetapi jika tidak darimana lagi ia akan mendapatkan uang sebanyak itu.

“Mau tidak?”

“Baik bos, saya coba.”

Haris tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju hotel milik Arya. Haris mengantarkan Kemala sampai pintu kamar Arya.

“Masuklah, dia sudah menunggumu” ucap Haris saat sampai di depan kamar Arya.

“Gak jadi deh, Bos. Takut!”

“Bagaimana sih. Mau tidak! Kalau gak mau sini uangnya kembalikan.”

Kemala terdiam sejenak, mengingat sang Ibu.“ Baiklah,” lirih Kemala. Haris kemudian membuktikan pintunya lalu menyerahkan kunci cardnya ke tangan Kemala.

“Masuk, nanti kartu ini berikan padanya.”

Kemala mengangguk dan dengan ragu melangkah masuk ke dalam kamar . Haris kemudian menutup pintunya membuat Kemala terkejut.

Kemala melangkahkan kakinya dengan keraguan, Ia melihat sekeliling kamar yang begitu besar dan mewah. Saat sampai di dekat tempat tidur ia terbelalak melihat seorang pria berdiri membelakangi dirinya dan menghadap ke jendela besar.

Arya lalu mematikan lampu utamanya dan menggunakan lampu temaram. Otomatis wajah Arya tidak begitu terlihat jelas di tambah ia menggunakan topeng seperti Zero.

“Kau sudah datang?” suara Arya mengagetkan Kemala, pasalnya suara tersebut tidak asing, Namun ia juga tidak yakin dengan pemilik suara tersebut adalah bosnya di kantor.

“Iya, tuan. Maaf, apa yang harus saya kerjakan?” tanya Kemala.

“Bersihkan badanmu! kenakan lingerie itu dan parfum itu.”

"Memangnya aku sebauk itu apa?” batin Kemala mencium aroma ketiaknya sendiri. Namun ia hanya menuruti apa permintaan Arya.

Kemala mengambil lingerie dari atas tempat tidur lalu bergegas ke kamar mandi. Kemala mengguyur Tubuhnya dibawah shower dengan menggunakan air hangat. Ia menggunakan sampo dan sabun.

“Wah, sampo dan sabun hotelnya bintang lima wanginya kalahin minyak wangiku yang harganya di bawah seratus ribu.” Kemala tertawa kecil sambil bermain-main busa. Kemala membersihkan tubuhnya dan menggosok giginya, sudah pasti pria yang akan menjamahnya itu sangat perfeksionis.

Kemala menggunakan lingerie tersebut lalu sedikit menghias wajahnya setelah itu ia keluar dari kamar mandi dengan sedikit canggung. Ia berjalan menghampiri Arya yang kini duduk di sofa besar sambil memegang gelas minuman.

Arya tersenyum melihat Kemala, rupanya ia begitu seksi, lekuk tubuhnya begitu menggoda. Arya menggerakkan telunjuknya untuk memanggilnya. Dengan canggung Kemala berjalan ke arah Arya.

“Sebelumnya kau sudah pernah melakukannya?” tanya Arya sedikit merubah suaranya, agar Kemala juga tidak tahu siapa ia sebenarnya.

Kemala menggeleng.“ Ini pertama kalinya, tuan!”

Arya menepuk pahanya agar Kemala duduk di di pahanya. Kemala menurut saja. Arya melihat ditail wajah Kemala lalu tersenyum. Arya mengambil tas kecilnya a kemudian mengambil beberapa kepok uang lalu ia serahkan kepangkuan Kemala.

“Itu seratus juta. Jika nanti selesai, aku akan menambahnya.”

Kemala melihat uang tersebut dan langsung memikirkan Ibunya."Maaf Ibu, Mala mengambil jalan pintas.”

“Saya setuju, tuan.” Mala tersenyum lalu merubah posisi duduknya.

Kini mereka berhadapan, Arya pun tidak menyiakan kesempatan dan kesepakatan yang sudah ia buat. Arya mulai melancarkan aksinya menciumi setiap inci tubuh Mala. Aroma parfum yang dulu Bella kenakan menambah hasratnya semakin menggebu. Sesekali ia menyebut nama Bella.

Arya yang kini berusia 40 tahun dan sudah lama tidak menyalurkan hasratnya. Tidak menunggu waktu lama. Ia langsung membawa Kemala, gadis 25 tahun itu di atas tempat tidur. Tidak lupa ia juga menggunakan pengaman karena ia tidak ingin suatu hari nanti terjadi sesuatu padanya.

Saat Mala merintih kesakitan dan meneteskan air mata karena menahan sakit, Arya semakin bersemangat. Lambat laut Mala merasakan sensasi nikmat. Mala mencengkeram pundak Arya saat Arya akan menuju puncaknya.

Cukup lama Arya bermain sampai Mala tak berdaya. Arya juga langsung berbaring di samping Mala, tanpa menghiraukan tangisan Mala. Mala menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya.

“Tuan, Apa sudah selesai?”

“Hm. Malam ini selesai. Tidur lah, mungkin aku akan melancarkan serangan fajar. Untuk bayaranmu nanti aku tambhkan.” Arya memeluk Mala sambil memainkan dadanya. Sedangkan Mala, ia menangis tanpa suara.

Arya sudah puas dengan apa yang sudah lalui bersama mala malam ini. Sedangkan Mala mungkin akan menyesali perbuatannya seumur hidup. Tetapi ini pilihannya dan pilihan Arya dan mereka sudah sepakat dengan harga yang hanya untuk sebuah kepuasan satu malam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!