Gelapnya langit tidak menghentikan niat gadis ini. Jika ia berhenti maka apa yang telah ia lakukan hari ini akan sia-sia saja. Mulai dari kemarin ia sudah merencanakan untuk kabur dari rumah. Hanya karna orang tuanya tak mengizinkan ia kuliah di universitas yang di inginkannya. Gadis itu memilih minggat dari rumahnya yang megah.
Sejak kecil memang gadis ini selalu terkekang oleh sifat posesif orang tuanya terutama papanya. Ia tidak di perbolehkan untuk kembali sekolah seperti anak-anak pada umumnya sejak ia duduk di kelas 2 SMP. Entah mengapa sikap orang tuanya berubah dan menyuruhnya untuk Home Schooling.
Seperti burung dalam sangkar, gadis ini di perbolehkan beraktivitas hanya di dalam rumahnya saja. Jika sedikit saja ia melangkah ke luar rumah! Entah hukuman apa yang akan dia terima. Ia terkurung tanpa teman. Kesepian dan hampa yang ia rasakan setiap harinya. Orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan mengurungnya di rumah yang ia anggap seperti penjara ini.
Kini ia tak sanggup lagi untuk menjalani hidup seperti itu. Apalagi setelah ia mendapat ajakan teman SDnya dulu melalui sosmed untuk melamar kuliah di universitas favorite. Nilai yang ia punya juga cukup bagus bahkan sangat bagus, jadi tidak ada halangan lagi untuk ia masuk ke universitas yang sangat ia impikan hanya kedua orang tuanya lah halangan terbesar hidupnya. Sampai keinginan kabur terlintas di benaknya. Gadis ini benar-benar nekat, ia pergi tanpa tujuan dan tanpa membawa apapun karna suruhan orang tuanya telah waspada terlebih dahulu.
Sekarang ia bingung mau kemana dan harus apa ?
'Dunia memang tidak adil dan selalu aja aku orang yang menderita'—pikirnya begitu. Well, ia hanya bisa berjalan dan terus berjalan karena tak sepeser pun uang yang ia bawa seperti yang sudah di katakan tadi.
Gadis itu terlihat jenuh, kaleng yang menyampah di jalan ia tendang dengan keras sebagai pelampiasan kekesalannya pada hidupnya.
Ciiiiiiiiiiiiiiiiitttt
BRAKS
Wowwww... terdengar decitan ban mobil yang di rem mendadak dan akhirnya menabrak pohon besar di pinggir jalan. Gadis itu melihat si pengemudi yang keluar dari mobilnya dengan raut wajah marah. Namun gadis itu tidak terlalu peduli karena hidupnya pun kini di landa musibah dahsyat, menurutnya.
"Woi!!!" si pengemudi memanggil gadis itu namun ia tak menghiraukannya.
"WOI! YANG PAKE BAJU BIRU! BERHENTI!!" Ujar si pengemudi itu yang berwujud pria tampan dengan stylenya yang keren.
Gadis itu berbalik dan menatap pria itu dengan wajah yang tak kalah kesal.
"Saya?" ketusnya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya! Lo kan yang nendang nih kaleng??" Pria itu sangat marah tapi ia mampu menetralisirkan amarahnya saat melihat rupa yang cantik itu menatapnya.
"Ee... kaleng ? kaleng itu... itu hanya ketidak sengajaan kaki saya. Terus hubungannya dengan anda apa???" Cara gadis itu berbicara seakan menantang pria di hadapannya.
"Karna kaki lo! Gue hampir aja mati nabrak pohon...!!!" Amarah pria itu kembali memuncak.
"Kalau emang gak bisa bawa mobil, gak usah di bawa sekalian daripada nyalahin orang lain karena kesalahan sendiri! Jadi orang punya malu dikit dong!" gadis itu terlihat lebih marah dari pada pria yang menjadi korban kakinya itu.
"Sadar gak sih kalau lo salah? woi?!? cewek sinting!" umpat pria itu yang tak di gubris sama sekali.
Gadis itu melanjutkan langkahnya tanpa tujuan dan tanpa menghiraukan panggilan dari pria yang menyebalkan. Pria itu tentu tidak terima dan ia segera mengejar gadis itu yang mempercepat langkahnya.
Namun saat ia hampir meraih tangan gadis itu, sekelompok orang membawa secara paksa gadis itu ke dalam sebuah mobil. Pria itu bingung tak tau apa yang harus ia lakukan. Sampai ia memilih membiarkan gadis yang telah membuat rusak mobilnya itu pergi di culik, mungkin ?
'bukan urusan gue juga' pikir pria itu
.
.
.
TBC
HAPPY
READING :D
****
Suara tawa yang menyebalkan mendengung di telinganya usai ia menceritakan kesialannya di jalan tadi. Ia hanya bisa menghela nafas dan bersabar membiarkan teman-temannya terus mengejeknya.
"Hahahaha sekarang mobil lo udah rusak ! terus lo mau jemput adek gemes lo pakai apaan ?" Bukannya ngasih solusi malah nambah beban. Itulah pengertian dari teman lucknat pemirsa.
"Diem lo!!!" bentak nya yang sangat kesal.
"Opsss sorry teman, lagian kenapa bisa sampai kayak gini sih ???" Tanya salah satu di antara mereka yang tertawa.
"Gara-gara anak labil, udah tau dia salah eeeh malah gue yang disalahin bray, di bilang gue gak bisa bawa mobil, ****** gak tuh?" curhatnya dengan segala kekesalannya.
"Hahahahaha baru kali ini gue liat seorang Jevano Sebastian kalah sama cewek ! Apa lagi yang masih labih hahahaha Jevan~~Jevan... ada-ada aja loh..." Ujar temannya seraya menggelengkan kepalanya.
Pria yang di panggil Jevan itu tersenyum licik saat mengingat lagi kejadian tadi meski membuat amarahnya kembali memuncak.
"Gue emang gak bales dia tapi sebelum gue mau minta ganti rugi ... dia udah di culik sama sekelompok orang yang berpakaian sama dan gue biarin aja karna gue kesel ngeliat dia..." Ujar Jevan yang meraih ponselnya di atas meja.
Jevan dan ketiga temannya sedang asik berbagi cerita di rumahnya yang tampak sepi jika mereka tidak ada. Orang tua Jevan yang selalu saja meninggalkan rumah karena jangkauan bisnisnya yang sampai keluar negri membuat dirinya merasa kesepian. Keseharian Jevan hanya di temani para pelayan yang bekerja di rumahnya. Tio, Aksa dan juga Rama adalah teman Jevan sejak kecil. Mereka berempat selalu bertemu saat acara perkumpulan para kolega bisnis dalam suatu pesta. Mereka kuliah di universitas yang sama yaitu Universitas Green KM milik keluarga Jevan.
"Siapa tau itu suruhan orang tuanya! terus lo gak bisa bales dia..." ejek Aksa seraya menertawakan Jevan.
"Selow cuy. Kalau emang itu bener, bukan berarti gue gak bisa bales. Ada waktunya untuk itu dan gue pastiin kalau gue emang bisa bales dia, paham?!?" Jevan menunjuk temannya satu persatu setelah itu iya seperti membuat janji pada temannya.
"buktikan teman..." Ujar Tio menantang Jevan.
Jevan memang seorang cowok yang pantang menyerah, apapun yang di inginkannya pasti dia dapatkan. Hal itu telah terbukti kalau Jevan adalah orang yang sangat terpengaruh di kampus dan di sekitar pergaulannya. Well, sekarang Jevan terbayang-bayang dengan cewek pada malam itu. Entah mengapa ia merasa itu akan jadi permainan yang menarik.
"Sekarang yang gue perlu cuma dimana keberadaan gadis itu dan setelah itu START. Pembalasan di mulai. " Jevan tersenyum evil membayangi permainan apa yang akan di lakukan pada cewek itu.
.
.
.
.
"Huuufffttt~~~" dia menghela nafas beratnya dengan seluruh kekesalannya.
Perjalanannya yang penuh rintangan tadi itu hanya sia-sia. Orang tuanya berhasil membawanya kembali ke rumah oleh suruhannya. Hal itu membuat gadis ini terus menggerutu di dalam kamarnya yang terkunci. Sudah 2 hari ia mengurung dirinya di kamar. Bukan karna orang tunya mengunci pintu kamarnya dari luar tapi saat makan tiba ia juga tidak pernah keluar dari kamarnya. Mungkin dengan ia seperti ini orang tuanya akan mempertimbangkan keinginannya, fikirnya.
Tok... Tok... Tok...
Ketukan pintu itu selalu berbunyi dan kali ini ketukan-ketukannya terus berbunyi dengan suara lembut yang menyapa telinganya.
"Sayang... buka pintunya nak... ini mama sayang..." Ujar wanita paruh baya yang berstatus ibu kandungnya.
"Mama...? mama udah pulang..." gumamnya namun masih di tempatnya.
"Nak mama ingin kita membicarakan tentang keinginan mu nak... ayo keluar sayang..." suara lembut itu memang tidak bisa terabaikan dengan semua rayuannya akhirnya gadis ini pun memilih keluar.
"What,mom ?" dengan wajahnya yang gusar dan berantakan karna akhir-akhir ini ia kurang tidur. Ia terus memikirkan keinginannya yang belum juga terwujud.
"Hai princess sayangku .. kenapa kamu nak ? kenapa kamu bisa seperti ini? ESMERALDA!!" mamanya bertanya tentang keadaan gadis kesayangannya ini lalu memanggil nama pelayan yang bertugas mengurus gadisnya ini.
"Saya datang nyonya" Ujar wanita paruh baya itu yang baru saja datang karena panggilan yang tidak biasa untuknya.
"Kenapa kau membiarkan princess ku menjadi seperti ini? huh?" Nyonya Aulia terlihat sangat kesal dengan Esmeralda –pelayannya– tidak melakukan tugasnya dengan baik.
"Maaf nyonya tapi nona Maura mengurung dirinya saat nyonya dan tuan pergi untuk-"
"Jangan banyak alasan !! sekarang karena mu anak ku seperti ini !!" amarah Nyonya Aulia belum juga reda dan saat itu juga gadis cantik yang di panggil Maura ini mulai jengkel.
"STOP mom! You really make me crazy mom ! aku bisa gila kalau kayak gini terus, asal mama tau kalian yang udah buat aku seperti ini bukan karna Esmeralda atau siapapun tapi ini semua karna mama dan papa yang tidak mengacuhkan ku dan juga tidak menanggapi keinginan ku..."
BRAKS
Setelah mengungkapkan kekesalannya Maura kembali ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya. Mamanya hanya terpaku mendengar penuturan putrinya yang sangat ia sayangi. Rasanya ia ingin menangis jika putrinya ini merasa tersiksa atas perlakuan yang ia berikan.
"maafin mama nak..." lirih Nyonya Aulia dan bulir-bulir air matanya jatuh begitu saja.
.
.
.
.
TBC
H A P P Y R E A D I N G
****
Maura terbangung sangat pagi hari ini karena suara getaran terdengar di telinganya. Segera ia membuka matanya dan mencari keberadaan ponselnya. Saat melihat ponselnya terletak di meja belajar ia segera meraihnya.
Kryuuukk ... Kryuuuuk...
"Aku kira ponsel ku bunyi gak tau nya perut aku yang bunyi" tawanya saat menyadari kebodohannya.
"Baru jam 04.00 lagi! Kalau aku makan nanti sia-sia lagi dong usaha ku..." pikirnya.
"Tapi nih perut udah laper banget... gak kompak banget sih nih cacing sama tuannya..." dumalnya dengan perut yang terus berbunyi.
Maura keluar sambil mengendap-endap bagai seorang pencuri. Ia tersenyum saat menyadari itu –mengendap~endap di rumah sendiri–. Ah bodo amat yang penting aku kenyang, pikirnya saat kulkas sudah di depan matanya.
"Wuidiiihh tau aja kalau aku laper" tangannya langsung mengambil beberapa helai roti dan selai kacang kesukaannya dan juga susu yang sengaja di stok untuk dirinya oleh Nyonya Aulia.
Saat perutnya sudah terasa kenyang ia kembali ke kamarnya dengan cara yang sama. Ia berlari kecil agar cepat sampai ke kamarnya. Sampai ia menyadari seseorang sedang memperhatikannya.
"Maura..."suara berat milik papanya terdengar memanggil namanya.
"PAPA!..." Maura kaget dan ia sudah merasa perjuangan nya itu kembali sia-sia.
"Ada apa pa?" Tanya Maura yang sudah menyerah.
"Kamu yang seharusnya papa tanya.. Kamu lagi ngapain?" Tanya papa yang curiga kepada Maura. Saat menyadari papanya tidak tahu ia kembali merasa lega.
"Nothing. . ." Maura terlihat mencari alasan yang tidak di curigai papanya.
"Nanti papa tunggu kamu di bawah, papa perlu bicara sama kamu" Ujar papa dengan ekspresi yang serius.
"Okey.." Maura terlihat lesu dan kembali ke kamarnya.
*****
"Woi!!! Bangun! Bangun!" Yuza membangunkan Jevan, Tio dan juga Aksa yang masih tertidur.
"Masih pagi ini mah za. Gue mau tidur lagi, masih ngantuk nih..." Ujar Tio setelah melihat jam tangannya yang terlingkar di pergelangannya.
"Ini udah jam 10 pagi dan kalian masih kayak gini ! Kalian gak ingat jam dua siang nanti kita ada janji sama nyokap Jevan untuk ngumpul di rumah Jevan?!" ucapan Yuza ini berhasil membuka mata mereka bertiga dengan cepat.
"Ya ampun gue lupa" Jevan menepuk kening nya pelan dan semua pun bergegas bangkit dari tidurnya. Sambil mengusap mata yang masih ingin terpejam, ia menguap.
"Lagian kalian balapan mulu sampai hal penting kalian lupain !!!" Yuza lah yang selama ini menceramah kan teman-temannya untuk berhenti balapan liar yang telah menjadi aktivitas harian atau bisa di sebut hobi Jevan dan yang lainnya.
"Duh kayak lo enggak aja !!"Gerutu Aksa yang baru bangun.
"hehe gue kan udah tobat..." Yuza memberi pandangan perdamaian atas kata-katanya yang menyinggung.
"Tau ah! Gue mandi dulu..." Ujar Jevan yang melangkah ke Kamar mandi.
"Ya udah sono buruan! Kalian juga !!" Yuza menatap tajam ke arah Tio dan Aksa yang masih malas untuk meninggalkan kasur posesifnya.
"iya za!! iya!!! BAWEL!" kesal Tio dan segera beranjak dari tempatnya.
"Bawel bawel gini kan demi kebaikan kalian !!" Ujar Yuza yang tidak terima.
"Terserah..." Ujar Aksa sebelum menghilang di balik dinding kamarnya.
****
Maura tersenyum bahagia saat Tuan Andre –papanya– mewujudkan apa yang ia ingin kan tapi ia harus melakukan satu hal. Maura bersiap saat Esmeralda mengetuk pintu kamarnya dan memberikan sebuah gaun berwarna coklat pastel yang sangat cocok untuk kulitnya yang putih bernutrisi. Syarat papa yaitu Maura harus datang ke pesta kolega bisnis papa bersama mereka pastinya, Maura langsung menyetujuinya walau ia tak tahu apa yang akan terjadi di sana.
"Nona ini gaun yang akan nona pakai, apa ada yang bisa saya bantu lagi nona...?" Ujar Esmeralda dengan hati-hati.
"Terima kasih, kamu hanya perlu memanggilkan Helena kesini..." Ujar Maura dan kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya karna jam 7 malam ini pestanya akan di mulai.
Kini arah jarum jam menunjukan pukul 16.45 dan Maura harus bergegas untuk merias dirinya agar terlihat tak mengecewakan orang tuanya. Helena datang dengan tas dan perlengkapannya karena Helena adalah perias terhandal yang di pekerjakan di rumah ini (Khusus untuk keluarga DALCON's).
"Hai Helena..." sapa Maura saat Helena sudah berada di dalam kamarnya.
"Hai cantik, aku mau bertanya apa gaun mu malam ini..." selalu saja Helena menanyakan pakaian sebelum ia merias. Katanya hanya untuk meserasikan pakaian dan make up saja. Maura menunjuk gaunnya yang tergeletak di atas ranjangnya.
"Tolong duduk di sini nona cantik agar aku bisa memulai pekerjaan ku dan menyelesaikannya dengan maksimal..." Ujar Helena dan membimbing Maura untuk duduk di depan meja rias.
Nyonya Aulia dari tadi hanya duduk di ruang tamu sambil memperhatikan suaminya mondar-mandir memikirkan sesuatu.
"Paa, ada apa ?" suara lembut Nyonya Aulia selalu membuat teduh hati suaminya ini.
"Iya maa... papa lagi mikirin kenapa Maura dari tadi belum turun, apa jangan-jangan dia bikin masalah lagi maa?!?" Ujar papa yang ternyata memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi.\#mungkinsih
"Kan kita belum panggil dia, Helena aja belum keluar dari kamarnya paa..." Nyonya Aulia selalu bisa menenangkan hati Tuan Andre jika sedang di landa kebingungan.
"Hmm iya juga ya maa, Kalau begitu mama tolong panggilin Maura ya ? sebentar lagi kita harus berangkat."Ujar Tuan Andre sangat lembut.
"Baik paa..."Ujar Nyonya Aulia sebelum pergi ke kamar Maura yang masih sibuk dengan riasannya.
"Nona aku sudah siap dengan pekerjaan ku, sekarang tinggal nona yang menilai pekerjaan ku itu..." Ujar Helena yang baru saja selesai merias Maura.
Maura memperhatikan sesosok bidadari cantik yang berada di kaca. Ia sangat terkejut dan kagum dengan seni dari tangan Helena yang merubah dirinya terlihat sangat cantik.
"WOW!! kamu sungguh sangat menakjubkan Helena! kamu bisa merubah diriku menjadi cantik seperti ini..." puji Maura yang memang benar-benar kagum dengan kerja keras Helena.
"Terima kasih nona... Aku sangat tersanjung dengan pujian mu..." Ujar Helena yang tersipu malu.
"Kalau begitu kamu akan mendapatnya 2 kali lipat bulan ini, sekarang kamu boleh pergi Helena..." Ujar Maura yang tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kaca.
Menatap dirinya sendiri secara terus menerus itulah yang di lakukan Maura setelah Helena pergi dari kamarnya.
Tok.... Tok.... Tok....
"Princess nya mama kamu udah siap sayang???" Untung saja mama tersayangnya datang kalau tidak Maura tidak akan tersadar dari khayalannya sambil memperhatikan dirinya sendiri di depan kaca.
"Eh iya maaaaaaaa..." Ujar Maura sambil membukakan pintu kamarnya.
Well, sekarang bukan hanya Maura yang terpana melihat dirinya sendiri tapi kini mamanya tak percaya jika bidadari di hadapannya adalah Maura –putrinya–.
"Kamu siapa ? Princess ku mana ?" Nyonya Aulia terlihat aneh saat melihat Maura yang tertawa kecil karena kekaguman mamanya secara tidak langsung.
"Aku Maura maa... Bagaimana ? Bagus sekali kan ? Ini adalah seni yang di buat dari tangan Helena Mom..." Ujar Maura yang tak henti memuji Helena periasnya.
"Kamu sangat cantik malam ini sayang! Ya sudah lebih baik kita langsung ke ruang tamu pasti papa mu juga akan satu pendapat dengan mama..." Ujar Nyonya Aulia yang sangat antusias.
"Baik maa..." Ujar Maura patuh.
Benar apa kata Nyonya Aulia malam ini Maura memang sangat cantik. Gaun cokelat pastelnya ini membuat nya terlihat elegan dan glamour. Graduasi warna gaun dengan kulitnya memang sangat cocok. Maura malam ini perdana memakai highheels yang cukup tinggi 8 cm. Tuan Andre kini hanya terpana melihat anaknya.
"Sayang ? dia Maura kan ?" Tanya papanya yang entah pura-pura lebay atau memang yang sebenarnya.
"Iya ini princess kita sayang..." Mamanya suka sekali menggoda Maura, putri kesayangannya yang terlihat malu sejak tadi.
"Maaa... paa... sekarang sudah jam setengah 7... jika tempatnya jauh kita akan terlambat..." Ujar Maura mengingatkan.
"Oh iya yaa ampun sampai lupa tapi sepertinya kita memang akan terlambat..." Ujar Tuan Andre yang segera masuk ke dalam mobil bersama istri dan anaknya.
.
.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!