NovelToon NovelToon

Me And Mr.Billionaire

Alexander Werison

"Cukup Mom, Alex bukan anak kecil lagi," ucap seorang pria yang memiliki rahang tegas dan hidung mancung ke depan, Alexander Werison. Pria tersebut tengah berdebat dengan Mommy nya, Clara. Yang berniat menjodohkan putra kesayangan nya itu dengan seorang gadis.

"Tapi Mommy mau kamu menikah satu minggu lagi sayang," ucap Clara tegas dan tidak ingin mendengar bantahan lagi dari bibir Alex. Setiap kali Clara meminta Alex untuk segera menikah, ada saja alasan yang diberikan oleh nya.

Alexander adalah seorang pria berusia 30 tahun dengan wajah tampan bak dewa yunani, tubuh tinggi dan atletis. Dia belum ingin menikah meski usia nya sudah menginjak kepala tiga. Dengan alasan dia ingin fokus pada bisnis dan mengembangkan lagi perusahaan nya.

Meski kesuksesan sudah berada di genggaman tangan, tidak dengan kisah cinta nya. Pria berkumis tipis itu tidak pernah ingin jatuh cinta lagi setelah apa yang dilakukan mantan kekasihnya yang meninggalkan nya dan menikah dengan sahabat nya sendiri.

"Biarkan saja sayang, Alex sudah dewasa. Tinggal kita tunggu saja kedatangan seorang gadis yang akan membawa cucu untuk kita" sahut Bobby Werison yang tak lain adalah Daddy Alex.

"Akhirnya ada juga yang setuju denganku," ucap Alex dengan bangga dan memperlihatkan sedikit senyuman meski wajah nya nampak datar dan dingin.

Selama ini Alex dan Bobby tidak pernah akur. Kecuali untuk hal-hal tertentu saja.

"Nggak usah ge'er! Daddy melakukan ini karena ada sesuatu yang harus kamu kerjakan besok putraku," bisik Bobby tepat di telinga putranya di iringi seringaian tipis.

"Ck! Sudah kuduga, dasar orang tua sialan." batin Alex mengumpat kesal.

Hampir satu jam mereka berdebat dan dengan terpaksa Alex mengiyakan keinginan Clara, karena wanita itu mengancam akan bunuh diri jika dirinya menolak untuk di jodohkan dengan gadis pilihan nya.

Bahkan yang paling membuat Alex kesal, Clara menyuruh nya untuk meninggalkan bisnis nya dan fokus pada bisnis keluarga di bidang pertambangan dan perkebunan sawit. Alex juga dipaksa untuk memberikan seorang cucu dalam waktu enam bulan.

"Mom jangan bercanda! Mana mungkin aku bisa mendapatkan cucu dalam waktu enam bulan. Ini gila Mom." Alex memekik dengan mata melotot tajam ke arah Clara.

Berbeda dengan Clara dan Bobby, mereka berdua terlihat santai menanggapi raut wajah Alex yang sejak tadi terbakar emosi. "Jadi kamu mau Mom cepat mati iya?" ancam Clara dan melipat kedua tangan nya di bawah dada.

"Bukan begitu maksud ku Mom,tapi--"

"Turuti saja, daripada ucapan Mommy kamu jadi kenyataan. Terus Daddy beneran di tinggal mati gimana? Kamu mau Daddy nyari Mommy baru?" celetuk Bobby tanpa filter membuat Clara yang mendengar nya semakin bertambah panas.

Plakk!

Satu pukulan keras mendarat di lengan Bobby, siapa lagi pelakunya kalau bukan Clara, istrinya. Wanita itu tengah menatap Bobby dengan tatapan seakan ingin menelan suaminya hidup-hidup. "Oh jadi mau kawin lagi, nunggu aku mati dulu? Sekarang juga tidak apa-apa. Tapi setelah itu ku potong burung emprit mu itu,"

Bobby hanya menggeleng takut dan diam. Membayangkan bagaimana jika burung kesayangan nya benar² di potong oleh Clara. Sedangkan Alex segera melangkah kan kaki dan pergi dari sana sebelum Clara menceramahi nya panjang kali lebar lagi.

.

.

.

.

.

.

Kini Alex sudah berada di sebuah cafe terkenal yang tidak jauh dari pusat kota dan duduk di meja VVIP yang sengaja sudah di pesan Clara khusus olehnya jauh-jauh hari sebelumnya.

"Kuharap wanita itu tidak datang." Alex terus melihat jam di tangan kiri nya yang sudah menunjukan hampir pukul delapan malam, meleset dari waktu yang di tentukan. Tapi gadis itu belum terlihat sama sekali.

"Permisi, maaf saya datang terlambat," ucap seorang gadis yang menarik kursi dan duduk di hadapan Alexander.

Wajah gadis itu terlihat berkeringat, nafas nya naik turun karena mungkin ia berlari dan tergesa-gesa. Rambut nya sedikit berantakan dan make up nya juga sedikit luntur tapi tidak mengurangi kecantikan paras wajah nya.

"Aku benci seseorang yang tidak tepat waktu." ucap Alexander ketus lalu mendongak ke atas dan tanpa sengaja mata mereka bertemu untuk sesaat.

𝘋𝘦𝘨!

"Saya Alana tuan," Alana tersenyum dan mengulurkan tangan, berharap Alex segera membalas nya. Terlihat sekali di mata Alex kalau gadis yang berada di depan nya ini sangat gugup dan sedikit ketakutan.

"Tidak usah basa basi! Langsung ke inti nya saja," jawab Alex dengan tatapan dingin dan datar.

"Maksud tuan apa ya saya tidak mengerti," Alana mengerutkan kening bingung dengan ucapan Alex. Karena sejujurnya gadis itu tidak tau kenapa tiba-tiba ibu nya menyuruh nya datang ke sana dan berdandan cantik.

"Berapa bayaran yang kau minta agar menolak perjodohan ini, karena aku tahu gadis seperti mu rela melakukan hal rendahan demi mendapatkan uang," lagi-lagi ucapan Alex membuat Alana bingung dan itu semakin membuat Alex emosi.

"Perjodohan?"

''Jangan memasang wajah sok polos!'' bentak Alex membuat Alana tersentak kaget.

''S,saya benar-benar tidak tahu maksud anda tuan. Saya kemari karena ibu bilang kalau--'' Belum selesai Alana bicara, Alex sudah menyeret tangan nya dan mengajak nya ke sebuah ruangan yang tidak jauh dari sana.

Dengan kuat, Alex menghempaskan tubuh Alana ke atas ranjang. ''Tuan apa yang mau anda lakukan,'' teriak Alana pada Alex dan mencoba untuk berdiri dari sana.

''Diam atau aku tidak akan segan-segan kasar padamu,'' Alex melepas jas yang dia kenakan kemudian melemparnya ke sembarang arah. Bahkan sekarang kemeja nya entah sudah berada dimana, pria itu kini bertelanjang dada di depan Alana.

''Sekarang lakukan tugasmu dan bayaran akan ku transfer ke rekening mu malam ini juga.''

Alana mengepalkan tangan nya erat. Jika tidak ingat pesan dari ibu nya, mungkin dia sudah menampar wajah Alex yang sangat menyebalkan di mata nya. ''Saya mau pulang. Jadi tolong menyingkir lah tuan.''

Ucapan Alana sama sekali tidak membuat Alex goyah dan semakin mengungkung tubuh mungil nya. Meski Alana berusaha memberontak, tenaga Alex lebih besar dua kali lipat dari tenaga nya. Kedua bola mata Alana mulai berair saat merasakan cekalan tangan Alex di kedua lengan nya.

''Air mata palsu mu tidak akan menyelamatkanmu malam ini. Jangan memberontak dan rasakan saja setiap sentuhan yang akan kuberikan,'' tangan kekar Alex mulai bergerak menyentuh paha mulus Aluna.

''Erghh kumohon lepaskan tuan...,''

Dari paha, sentuhan itu naik ke perut. Membuat tubuh Alana semakin bergetar hebat. ''Cih, menyebalkan! Aku benar-benar benci ini.'' Alex menjauh dari Alana dan memakai kembali pakaian nya.

''Keluarlah sebelum aku berubah pikiran.''

Tanpa menunggu lama, Alana segera berlari keluar dan meninggalkan Alexander yang duduk di tepi ranjang seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Aku harus mencari cara untuk menggagalkan pernikahan ini. Tapi Mommy pasti akan menggunakan jurus andalan nya lagi," Alex meraih ponsel nya dan menghubungi seseorang.

"Segera siapkan semua nya tanpa ada yang terlewat."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hai kakak² dan bunda² cantik.

Semoga suka ya dengan karya baruku.

Maaf banyak typo karena masih belajar nulis novel.

Jangan lupa dukungan nya😘

Alana Alexis

Sesampai nya Alana di rumah dia sudah di sambut oleh seorang wanita yang menatap nya dengan penuh amarah. Ya wanita itu adalah Maya, ibu kandung Alana yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan nya. Maya terlihat kesal seakan ingin memakan habis gadis itu.

Alana selama ini tinggal di rumah yang sederhana bersama ibu dan ayahnya yang lumpuh. Dia memiliki satu orang adik perempuan berusia enam belas tahun. Ayah Alana di nyatakan lumpuh dan tidak bisa berjalan lagi setelah kecelakaan yang terjadi dua tahun lalu.

Selain kuliah, Alana juga bekerja sebagai seorang waiters di sebuah bar terkenal di kota. Dia melakukan pekerjaan nya malam hari dan pulang pagi hari. Semua di lakukan agar bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Meskipun banyak tetangga yang mencibir apa yang dia lakukan, Alana tidak memperdulikan nya sedikitpun.

"Kenapa cepat sekali kau pulang!" ucap Maya berkacak pinggang. "Apa kau sudah bertemu dengan pria yang aku katakan!" imbuh Maya berjalan mendekat ke arah Alana.

Alana hanya mengangguk dan diam di tempat tidak berani menatap mata sang Ibu. Saat ini pasti Maya sedang memasang wajah marah dan mata melotot seakan ingin keluar dari tempat nya. Terlihat dari nafas Maya yang tersengal dan memburu.

"Bagaimana hasilnya, apa dia setuju menikah denganmu."

Alana terdiam sesaat "Maaf Bu, aku menolak. Tolong jangan paksa aku menikah dengan nya," jawab Alana mendongak memberanikan diri menatap Maya

Plaakk!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Alana, membuat wajah gadis itu memerah karena ulah nya dan meninggalkan jejak di sana. "Aku tidak mau tau Alana, kau harus menikah dengan nya."

"Sampai kapan pun aku tidak mau menikah dengan pria itu Bu!" bantah Alana dan hendak berlari ke kamar nya, namun langkah nya terhenti mendengar ucapan Maya.

"Oh jadi kau mau ayahmu mati karena dihabisi oleh keluarga Alexander?" sahut Maya dengan nada mengancam.

"Apa maksud Ibu, aku tidak mengerti."

"Jika kau menolak menikah dengan nya, maka terpaksa aku menyerahkan ayahmu pada polisi karena hutang yang tidak sanggup dia bayar," setelah mengucapkan itu Maya pergi meninggalkan Alana yang masih terdiam mematung.

Alana hanya bisa meneteskan air mata dan berjalan masuk ke kamar. Gadis itu menutup pintu dan menguncinya rapat, merebahkan tubuh nya di atas ranjang sederhana tempat ternyaman bagi nya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang. kenapa ibu tega menjual ku pada pria yang bahkan tidak aku cintai sama sekali," gumam Alana dengan butiran bening yang terus menetes.

Terlalu lama menangis membuat mata Alana sembab dan lelah, ia pun tanpa sadar memejamkan mata nya erat dan tertidur lelap. Berharap kalau semua ini hanya lah mimpi lalu kembali normal seperti hari hari nya yang telah berlalu.

.

.

.

.

Keesokan pagi nya, Alana dikagetkan dengan air yang tiba tiba membasahi wajah nya. Ya, dengan begitu tega Maya menumpahkan satu gayung air ke arah nya. Setiap hari itulah yang dia lakukan pada Alana saat dia bangun kesiangan karena lembur bekerja.

"Mau sampai kapan kau enak enakan tidur disitu hah! Aku, Keysa dan ayahmu yang cacat itu belum sarapan sama sekali." bentak Maya dengan suara teriakan yang menggema di seluruh ruangan kamar Alana.

"Astaga Bu, kenapa harus membasahi kasur ku. Bahkan ini baru saja kering kemarin karena hujan yang tidak berhenti," jawab Alana dengan nada lemas. Bibir gadis itu terlihat pucat dan mengering karena kedinginan.

"Memang nya aku peduli dengan kasur mu. Cepat bangun dan masaklah untuk kami," ucap Maya berlalu dari sana meninggalkan Alana.

Sejak kecil Maya selalu memperlakukan Alana seperti bukan anak kandung nya. Entah kenapa wanita itu sangat membenci Alana. Apapun yang gadis itu lakukan tidak pernah terlihat baik di mata Maya

Keysa adiknya, selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Berbeda dengan diri nya yang selalu di nomor duakan. Tapi meskipun begitu Alana tidak pernah membenci Maya sama sekali.

Setelah selesai mandi dan bersiap, Alana turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan pagi seadanya. Karena stok bahan makanan di kulkas kosong, Alana terpaksa hanya memasak ceplok telor dan tempe goreng.

"Kenapa hanya ini Kak, aku mau makan ayam goreng. Bosen telur ceplok sama tempe goreng terus," celetuk Keysa dengan bibir yang mengerucut ke depan.

"Lain kali, kakak akan masak ayam goreng kesukaan kamu ya. Bulan ini Kakak belum gajian." jawab Alana sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.

"Halah alasan! Bilang saja kalau kau itu pelit Alana," sinis Maya yang sejak tadi duduk di samping Keysa.

"Sudahlah, kita makan yang ada dulu saja. Kasihan Alana sudah capek memasak. Malah di protes," ucap pria paruh baya yang duduk di kursi roda nya yang tak lain adalah Bagas, ayah Alana.

Maya dan Keysa pun langsung terdiam dan menikmati hidangan yang sudah tersedia di atas meja. "Ayah makan ya, biar Alana suapi," Bagas mengangguk dan membuka mulut nya sampai nasi yang berada di piring nya habis tak tersisa.

"Kalau gitu Alana berangkat kuliah dulu," ucap Alana meraih tangan Bagas kemudian Maya namun di tolak oleh Nya.

"Hati hati dan cepatlah kembali." jawab Bagas tersenyum sambil mengusap kepala Alana.

"Ayah juga baik baik ya di rumah. Alana pergi dulu." ucapnya meraih tas dan beberapa buku tebal milik nya.

"Key juga berangkat dulu." ketus Keysa berlalu dari hadapan kedua orang tua nya.

"Lihat kau terlalu memanjakan Keysa sampai dia tidak sopan sama sekali pada kita sekarang," ucap Bagas berlalu dari meja makan dan di susul oleh Maya.

Saat sampai di depan pintu keluar, Alana sudah di hadang oleh beberapa orang dengan pakaian serba hitam dan berkacamata. "Selamat pagi Nona Alana. Silahkan ikut dengan saya," ucap salah satu pria yang yang tak lain adalah Sky, asisten pribadi Alex.

"Kau siapa! Aku tidak mau ikut denganmu," tolak Alana bermaksud kabur dari sana. Tapi sayang, Sky berhasil menarik tangan nya dan membawa gadis itu masuk secara paksa ke dalam mobil.

"Lepas! Aku tidak mau ikut," teriak Alana terus memberontak dan terdiam saat melihat pria yang berada di samping nya dengan wajah datar menatap lurus ke depan. "Kau! Apa yang kau lakukan disini."

Alex tidak menghiraukan ucapan Alana sama sekali dan memerintahkan supir untuk membawa mereka ke tempat tujuan. "Kau mau membawa ku kemana! Kumohon turunkan aku."

"Kau mau turun disini saat mobil sedang berjalan. Ku pastikan kau akan tewas dengan mengenaskan," jawab Alex tanpa menatap Alana sedikitpun.

"Tidak, maksud ku--"

"Kalau begitu diam lah, suara berisik mu membuat gendang telinga ku ingin pecah rasanya," Alex mengambil Earphone dan memakai nya.

"Dasar pria dingin menyebalkan!" gerutu Alana lalu diam dan menuruti kemana Alex membawa nya pergi.

...----------------...

Kontrak pernikahan

Alex membawa Alana ke suatu tempat yang begitu familiar di mata nya. Tempat dimana mereka berdua akan saling mengikat dan mengucapkan janji suci sehidup semati.

''Kenapa kau membawa ku kemari. Aku mau pulang!'' pekik Alana hendak keluar dari mobil tapi ditahan oleh Alex.

''Satu langkah saja kau keluar dari mobil ini, ku pastikan kaki mu tidak akan bisa berjalan lagi!'' Alex mengancam Alana tanpa menoleh sedikit pun ke arah nya. Raut dingin dan datar kembali terlihat di wajah pria itu.

Bagaimana bisa dia akan di jodohkan dengan manusia yang dingin seperti kulkas?Sanggupkah dia bertahan bersama nya nanti pikir alana.

Tanpa Alana sadari, Alex sudah keluar dari mobil dan masuk lebih dahulu ke dalam dan meninggalkan nya.

''Silahkan turun nona, tuan sudah menunggu anda di dalam.'' ucap Sky asisten pribadi Alexander.

''Dasar pria menyebalkan, tidak ada romantis nya sama sekali,'' umpat Alana dalam hati.

''Nona Alana, apa anda mendengar saya?''

''Iya aku mendengarkan mu tuan.''

Sky tersenyum melihat raut kesal di wajah Alana dan menggeleng pelan ''Panggil saja Sky nona karena saya adalah bawahan anda mulai sekarang,''

''Dan kau juga panggil saja aku Alana, karena aku tidak suka dipanggil Nona!'' ketusnya turun dari mobil dan mengabaikan Sky yang mengulurkan tangan pada nya.

Sky hanya terkekeh kecil mendengar semua yang keluar dari bibir Alana. Entah kenapa dia terlihat begitu menggemaskan. ''Oh shiit! dia calon istri majikan mu Sky. Jangan coba macam macam!''

Mereka sudah sampai di hadapan pemuka agama, ya dengan hikmat mereka berdua mengucapkan janji suci pernikahan tanpa di dampingi wali. Dan mulai hari ini kedua nya sudah sah menjadi sepasang suami istri.

''Selamat, kalian sudah resmi menikah. Silahkan bertukar cincin,'' ucap pemuka agama pada Alexander dan Alana.

Alana hanya terdiam dan menahan butiran bering yang sejak tadi ingin keluar dari mata nya. Pernikahan yang dia impikan adalah bersama seorang lelaki yang mencintai nya, begitu sebaliknya. Tapi kenyataan nya berbeda, dia harus menikah karena hutang. Bayangan pesta mewah, kehadiran kedua orang tua di sisi nya pun sirna sudah. Entah akan seperti apa nanti kehidupan nya setelah ini.

Alex yang melihat Alana melamun menekan jari tangan wanita nya sedikit keras ''Apa bertukar cincin membutuhkan waktu satu jam,'' bisik nya lirih.

''Lagipula siapa yang memintamu untuk melakukan ini,'' jawab Alana kesal.

''Ck! kau terlalu percaya diri. Bukan aku yang menginginkan pernikahan ini tapi ibumu yang mata duitan itu,'' sahut Alex memasangkan cincin di jari manis Alana dan kemudian pergi meninggalkan nya.

''Lagi? Ya! kenapa bisa aku bisa menikah dengan pria menyebalkan dan tidak peka seperti dia," Alana berjalan menyusul Alex yang sudah masuk ke dalam mobil meninggalkan nya.

''Baca baik baik dan tanda tangani tanpa protes!'' Alex memberikan sebuah kertas pada Alana yang di dalam nya sudah tertulis beberapa poin perjanjian pernikahan mereka. ''Kita akan melangsungkan pesta pernikahan besok. Dan malam ini kau harus tinggal di mansion pribadi ku.''

Alana tersenyum kecut membaca semua poin yang tertulis di kertas itu. Semua isi nya benar benar merugikannya. ''Tinggal satu atap tapi tidak tidur satu ranjang, membersihkan rumah dan menyiapkan keperluan mu setiap hari lalu ini--"

Alana shock membaca poin yang terakhir. ''Memberikan seorang anak dalam waktu enam bulan? Ini gila'' pekik nya tidak percaya. ''Kau saja menolak untuk tidur bersama ku bagaimana bisa? Kita juga tidak saling mencintai.''

''Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun. Setelah anak kita lahir kita akan bercerai." Alex kembali fokus pada ponsel dan mengirim pesan pada seseorang. ''Aku akan pergi ke kamar mu jika aku ingin meminta hak ku sebagai suami mu,''

Deg!

Hati Alana terasa sakit mendengar apa yang baru saja Alex ucapkan. Baru kali ini dia bertemu dengan pria yang tidak punya perasaan sama sekali. ''Kau pikir aku mesin pencetak anak,''

''Bisa jadi,karena aku tau apa pekerjaan mu. Jadi tidak usah sok suci di hadapanku.''

''Pekerjaan ku memang di tempat itu tapi bukan berarti kalau aku juga sama seperti mereka.'' Alana mencoba meyakinkan Alex yang terus menuduh nya tanpa bukti.

''Aku tidak peduli dan cepat tanda tangani. Waktuku tidak banyak. Aku harus mempersiapkan pesta pernikahan yang memuakkan ini,'' potong Alex kemudian menyuruh supir untuk menjalankan mobil. Membawa mereka pulang ke mansion milik nya.

''Selamat datang tuan muda,'' ucap salah satu pelayan rumah milik Alexander.

''Dia istriku dan mulai besok dia yang akan mengerjakan semua pekerjaan kalian,''

''Baik tuan muda.''

''Tunggu Alex! kau pikir aku menikah denganmu untuk menjadi pelayan. Aku istrimu.''

''Istri pelunas hutang. Jangan lupakan itu Alana. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memiliki perasaan apapun padamu,'' ucap Alex berlalu dari sana.

''Silahkan ikut saya Nona menuju ke kamar anda."

Dan si sebuah kamar dengan nuansa pink kini Alana berada. Kamar yang terlihat mewah karena berada tepat di samping kamar milik Alexander.

''Tuan berpesan agar anda segera tidur, supaya besok wajah anda terlihat fresh dan segar. Tuan juga sudah memberitahu keluarga anda jadi Nona tidak perlu khawatir,''

Alana hanya mengangguk pasrah lalu masuk, merebahkan diri nya ke atas ranjang empuk yang sudah di siapkan dengan begitu rapi. ''Alex menganggap ku sebagai pelayan, tapi kenapa dia memberiku kamar semewah ini?''

''Ah sudahlah lebih baik aku tidur dan memikirkan apa yang akan terjadi besok. Rasa nya aku tidak percaya kalau sekarang aku sudah menikah dan jadi nyonya Werison,'' gumam Alana sambil melihat cincin yang tersemat di jari manis nya.

Rasa kantuk mulai menghampiri Alana dan tak lama ia pun memejamkan mata dan tertidur lelap. Sedangkan di ruangan lain, seorang pria sedang melihat apa yang dilakukan oleh nya dari layar tipis yang ada di depan nya. Atau lebih tepat nya Cctv.

''Berikan aku informasi lengkap tentang Alana tanpa terlewat sedikitpun,'' ucapnya pada seseorang yang berada di sebrang sana.

''Anda yakin ingin mengetahui tentang Alana tuan?''

''Tentu saja bodoh! Untuk apa aku menghubungimu kalau bukan untuk itu.''

''Baiklah tuan, satu hari. Saya akan memberikan nya dalam waktu satu hari.'' jawab seseorang meyakinkan Alex.

"Bagus, bayaran mu akan ku kirim besok," Alex memutuskan sambungan ponsel nya dan kembali melihat Alana yang sudah masuk ke alam mimpi.

''Kau pasti sama sepertinya, yang suatu saat akan pergi meninggalkan ku.''

Prang!

Alex melempar ponsel nya dan tepat mengenai cermin yang berada tidak jauh dari hadapan nya. Entah apa yang membuat pria itu marah dan kesal saat ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!