NovelToon NovelToon

Anak Jenius Mom Sita

1. Kisah Kita Berakhir

Hai readers… ini karya baruku.

Semoga kalian suka ya.

Dukung author dengan berikan like komen dan vote ya. Masukkan ke favorit agar selalu tahu jika author update bab baru.

Maaf kalau masih banyak typo.

Terima Kasih.

Matursuwun.

*

*

*

Rona bahagia tampak di wajah perempuan muda itu. Arsita Ayuningrum perempuan berusia 23 tahun itu baru saja keluar dari ruang Dokter OBGYN.

"Selamat bu Arsita, anda hamil 8 minggu. Coba anda lihat di monitor. Itu kantung kehamilan dan itu sudah tampak janin mulai terbentuk. Jaga pola makan, istirahat yang cukup dan jangan banyak beban pikiran ya ."

Sita mengingat perkataan dokter tadi. Sungguh sangat bahagia dia hari ini. Bertepatan dengan ulang tahun pernikahannya yang ke 2 dia dinyatakan hamil. Hal yang begitu ia dan suaminya tunggu. Sebenarnya dari minggu kemarin dia merasakan mual muntah, namun ia pikir hanya masuk angin biasa saja sampai ia ingat bahwa ia terlambat datang bulan sudah 2 periode. Akhirnya dia memberanikan diri untuk membeli tespek dan benar saja nampak dua garis merah yang sangat jelas disana.

Sita sengaja tidak mengajak Dani suaminya untuk ke dokter kandungan karena Sita ingin memberikan kejutan di anniversary ke 2 pernikahannya. Tapi siapa sangka dia yang akan terkejut.

"Ah…. Ah… Honey faster."

"Ash you wish Baby.. Ah… ah…"

"Argh…….."

Suara erangan dua orang tengah memadu kasih itu menggema di ruangan kantor tersebut.

Sita, yang berdiri di depan pintu ruangan milik suami nya begitu terkejut mendengar suara ******* dan erangan dua orang yang pasti tengah bercinta. Dia berharap itu bukan suaminya. Namun dadanya begitu sesak, air matanya tak dapat lagi ia bendung, Sita membalikkan badannya dan hendak berlari namun ia urung. Ia menghapus air mata yang sudah terlanjur luruh di pipinya, ia kemudian membalikkan badannya kembali ke arah pintu, memegang handle pintu dan membukanya dengan kasar.

Brak…..

"Anton, sudah ku bilang ketuk dulu kalau mau masuk. Dasar brengsek." Teriak Dani suami Sita tanpa melihat ke arah pintu dibuka. Keduanya masih asik berpelukan di atas sofa tanpa sehelai benang pun.

Sita yang melihat suami nya yang tengah berdua dengan perempuan lain itu tak bisa lagi membendung air matanya lagi, meski tadi dia sudah siap dengan keadaan tersebut tapi tetap tidak bisa menutupi perasaannya. Sita tahu betul siapa perempuan itu. Dia adalah Mauren Anastasia. Sekretaris Dani, bahkan Mauren sering datang kerumah mereka dengan alasan pekerjaan.

"Mas… beginikah kelakuanmu di belakangku." Ucap Sita sambil menyeka air matanya.

"Si-sita. Kenapa kamu disini?" Dani menoleh saat mendengar suara istrinya. Sedangkan perempuan yang berada di pelukan Dani bangkit sambil memunguti bajunya dan memakainya namun perempuan itu tersenyum devil ke arah Sita tanpa rasa bersalah.

"Apakah mas Dani mau menjelaskan apa yang baru saja aku lihat?"

Dani terdiam sejenak sambil memakai pakaiannya kembali. Ia kemudian duduk di kursi kebesarannya. Ya Dani Atmaja adalah seorang CEO perusahaan Maja Elektronik. Sebuah perusahaan elektronik terbesar di kota B dan termasuk CEO muda yang sukses.

"Hah… baiklah aku akan menjelaskan. Aku dan Mauren memang punya hubungan sejak 6 bulan ini. Kamu sudah lihat sendiri bukan, jadi aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar." Ucap Dani tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pasangan zina itu malah memperlihatkan kemesraan mereka di depan Sita.

"Tapi kenapa mas.. Kenapa mas Dani lakuin ini ke aku. Kau Mauren bangkit dari pangkuan suamiku dasar perempuan hina."

"Sita stop, aku bosan denganmu. Kamu sudah tidak seperti dulu lagi. Kamu sudah tidak menarik. Kamu lihat Mauren, dia cantik segar, dan bekerja aktif bisa menghasilkan uang sendiri."

"Cukup mas… mas sendiri yang memintaku di rumah. Mas yang memintaku untuk tidak bekerja. Mas yang memintaku untuk jadi istri dan ibu rumah tangga." Perempuan berusia 23 tahun itu sungguh sangat sakit hati dengan perkataan suaminya teganya Dani membandingkannya dengan wanita lain. Sungguh hati Sita bagai ditusuk ribuan pisau.

"Sudahlah Sita, aku sudah muak denganmu. Sebaiknya kita sudahi saja."

"Semudah itu mas. Apakah 4 tahun kita bersama semuanya hanya semu. 2 tahun pacaran 2 tahun pernikahan kita tidak ada artinya bagimu? Apakah selama menjadi istrimu aku sangat tidak berguna."

Dani bergeming, diam sesaat namun tatapan Mauren menyadarkannya.

"Sudahlah Sita aku benar-benar sudah bosan denganmu."

"Baiklah ceraikan aku." Ucap Sita sambil melempar foto USG yang baru saja ia dapatkan tadi. Ia pun berlari keluar dari ruangan Dani, air matanya kembali bercucuran sungguh dadanya begitu sesak. Ternyata semua ini hanya semu. Apakah kisah kita benar akan berakhir seperti ini mas, batin Sita.

"Sepertinya kita akan berdua saja sayang, tapi mommy akan selalu menyayangimu. Kita berjuang sama-sama ya nak, mommy sangat mencintaimu." Ucap Sita sambil mengelus perutnya yang masih rata.

🍀🍀🍀

Di ruangannya Dani masih mencoba mencerna perasaannya menatap foto USG istrinya.

"Sita hamil?" Ia mengusap wajahnya kasar. Mauren mendekat memeluk Dani dari belakang dan mencium pipi Dani. "Terus kalau Sita hamil kamu mau apa. Apa kamu mau memutuskanku dan kembali dengan istri bodoh mu itu" Ucap Mauren.

Dani masih diam dia tidak bisa berpikir saat ini.

"Ayolah Dan, apa yang kau harap dari istri bodohmu itu."

"Tenanglah baby aku tetap akan menceraikannya. Tapi tidak sekarang. Paling tidak sampai dia melahirkan."

"Baiklah aku akan menunggu tapi aku mau kamu tidak lagi serumah dengannya."

"Baiklah sayang sesuai keinginanmu." Ucap Dani. Ia pun kembali mencium bibir Mauren, mereka saling membelit lidah dan bertukar saliva sampai suara ketukan pintu menghentikan aktifitas mereka.

"Masuk" Ucap Dani

"Maaf tuan tadi anda memanggil saya ada apa ya." Tanya Anton.

"Aku ingin kamu mencarikan rumah untuk Sita. Aku tidak akan lagi tinggal serumah dengannya. Aku akan bercerai saat Sita melahirkan nanti."

Anton yang mendengar penuturan sang bos pun tercengang namun ia mengangguk patuh dan lekas pergi dari ruangan itu. Sungguh ia tak mau berlama-lama di ruangan itu karena mauren masih di sana bahkan duduk dipangkuan Dani.

"Sungguh pasangan menjijikan, suami bedebah, istri sedang hamil bukannya sadar malah mau diceraikan, kasihan nyonya Sita. Kurang apa coba nyonya." Umpat Anton.

Sebenarnya Anton sudah tau hubungan Dani dan Mauren dari lama, tapi karena dia hanya bawahan dia pun merasa tidak berhak untuk mencampuri urusan mereka.

Saat hendak pergi ke agen properti seperti yang diperintahkan Dani, Anton melihat ada kerumunan orang di samping jalan, ia pun mendekat dan betapa terkejutnya ia melihat Sita di sana tidak sadarkan diri.

"Nyonya…. Nyonya Sita.!!"

TBC

2. Tak Seindah Cinta Yang Lalu

"Nyonya… nyonya Sita."

Suara Anton menggema di telinga Sita. Namun Sita tidak dapat membuka matanya. Rasanya sangat lelah.

Anton membawa Sita ke RS Mitra Harapan dan langsung ditangani oleh dokter Anton menatap nyonya itu dengan iba. "Sungguh kasihan nyonya Sita, Tuan Dani  benar-benar tidak peduli. Pasti itu gara-gara pelakor Mauren, huh dasar." Ucap Anton pelan.

Tadi setelah sampai rumah sakit Anton langsung menghubungi Dani, dan betapa terkejutnya Anton saat Dani benar-benar tidak peduli dengan keadaan Sita dan bayi yang dikandungnya. Sebenarnya Anton sangat geram tapi di tidak bisa berbuat apa-apa.

"Mulai sekarang apapun yang terjadi dengan Sita aku tidak mau tahu.  Jadi kau tidak usah lapor apa-apa mengenai Sita. Selesaikan administrasi rumah sakit dan antar pulang ke rumah barunya. Jangan ke rumah utama." Sungguh Dani tidak peduli lagi.

Flashback on

Saat itu Sita masih duduk di bangku kuliah. Sesuai dengan namanya Arsita Ayuningrum, Sita mempunyai paras yang cantik. Hidungnya kecil dengan pipi yang sedikit chubby, bulu mata yang lentik, mata berwarna hazel dan rambut ikal membuatnya begitu menarik perhatian.  Banyak mahasiswa  yang menyukai nya. Namun hati Sita sudah dimenangkan Dani kakak kelas satu tahun di atasnya. Dani menembak Sita di tengah lapangan kampus.

Dengan membawa seikat bunga mawar putih Dani mengutarakan hatinya. Sita yang memang memiliki perasaan terhadap Dani pun langsung menerima. Bak gayung bersambut mereka pun jadi sepasang kekasih.

Dani dan  Sita menjadi pasangan yang paling serasi di kampus. Banyak yang iri dengan mereka namun banyak juga yang mendukung dengan mereka. Hingga puncaknya saat Dani lulus. Ketika wisuda usai didepan kedua orang tuanya Dani melamar Sita. Dengan seikat bunga dan sebuah cincin bertahtakan berlian Dani mengungkapkan maksudnya mempersunting Sita. 

" Will you marry me?" Ucap Dani.

" ya ... aku mau" Jawab Sita terharu. 

Dani pun menyematkan cincin di jari manis Sita.kedua orang tua Dani juga memeluk Sita dengan sayang. Mereka tidak mempermasalahkan status sita yang hanya anak yatim piatu. Tak lama mereka pun menikah. Walaupun belum selesai kuliah Dani tidak mempermasalahkannya. Dani pun membiarkan Sita kuliah sampai selesai. Namun Dani menginginkan Sita dirumah saja ketika nanti sudah lulus. Sita menyetujui, ia juga sudah berencana jika sudah menikah ia akan mencurahkan kasih sayang nya untuk suami dan anak-anaknya kelak. Terlebih dia besar di panti asuhan, dia ingin anak-anaknya nanti tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sita tidak merasa menyesal walaupun dia harus menjadi ibu rumah tangga setelah menyandang gelar S1 nya.

Dani begitu menyayangi dan mencintai Sita. Selama hidup berumah tangga Dani adalah suami yang baik, romantis dan bertanggung jawab. Dani sering memberikan hadiah-hadiah kecil untuk Sita, seperti bunga dan perhiasan. Sungguh Sita merasa di ratu kan  oleh suaminya. 

Sita sangat bersyukur, sebagai anak yatim piatu dia diperlakukan sangat istimewa. Dia pun berjanji akan selalu berbakti dan menjadi istri yang baik.

Flashback off

Namun ternyata semua itu hanya semu. Kisahnya sekarang tak lebih tragis dari masa kecilnya yang tak punya siapa-siapa. Dicampakkan oleh orang tuanya sendiri dan sekarang dibuang oleh suaminya dalam kondisi berbadan dua. Angannya mendapat perhatian saat hamil, meminta suaminya untuk menuruti ngidamnya yang ini itu, mengelus perutnya yang membuncit, melihat perkembangan janinnya dari bulan ke bulan, semua hanya sebatas angan. Kini ia sendiri bahkan suaminya pun tak lagi peduli dengannya dan anak dalam kandungannya.

Benar-benar kisahnya tidak seindah cintanya yang lalu. Cinta suaminya telah pudar, perhatian yang diberikan beberapa bulan ini hanya semu semata untuk menutupi perselingkuhannya. Sita Kembali menangis tersedu. Anton yang melihat nyonya nya itu sungguh tidak tega.

"Nyonya apakah sudah merasa lebih baik. Jika sudah saya akan mengantar nyonya kembali ke rumah." Ucap Anton.

"Baiklah An. Antar aku pulang. Oh ya mulai sekarang tidak usah memanggilku nyonya karena mulai sekarang aku bukan nyonyamu lagi." Jawab Sita sambil tersenyum simpul.

"Baik. Saya akan berusaha."

Anton pun membantu Sita turun dari brankar dan memapahnya menuju mobil. Anton mulia mengendarai mobilnya menuju rumah yang telah ia beli tadi melalui orang suruhannya karena dia sibuk menunggu Sita di Rumah Sakit. 

"An… kita mau ke mana. Ini bukan arah pulang ke rumah." Tanya Sita karena ia merasa memang jalan yang dilalui nya memang bukan jalan menuju rumahnya. 

"Ma-maaf nyonya. Tuan memerintahkan saya mengantar nyonya ke rumah yang lain. Kata tuan mulai malam ini nyonya tidak akan tinggal bersama tuan lagi." Jelas Anton.

"Huft… baiklah. Terus barang-barangku bagaimana An?" Tanya Sita lagi.

"Sudah dibereskan dan sudah diantar ke rumah baru anda nyonya." Jawab Anton cepat.

Sita pun terdiam mendengar penjelasan Anton. Pandangannya beralih ke luar jendela. Memandang jalanan yang mulia gelap dan hanya disinari oleh lampu-lampu jalan. Begitu inginnya kamu mengusirku mas, apakah begitu memalukannya aku di depan matamu, apakah kamu tak sabar membawa selingkuhannya ke rumah. Tes… air mata Sita kembali luruh di tengah hatinya yang hancur. Ia cepat-cepat menyekanya.

Tak berselang lama akhirnya mereka sampai juga. Sebuah rumah yang minimalis tidak kecil namun juga tidak terlalu besar. Sangat cukup untuk hidup sendiri. 

"Mari masuk nyonya." Ajak Anton.

Sita pun masuk. Benar saja barang-barangnya sudah ada di dalam. Pelayan rumah utama yang bernama Bi Sarti ada di sana. Melihat Sita masuk ke rumah bi Sarti pun menghambur memeluk Sita. Buncah lagi air mata Sita. Bi sarti hanya bisa mengeratkan pelukan Sita, mengelus punggung majikannya itu. Tidak ada kata yang terucap hanya menyisakan isakan. Bi Sarti memang sengaja diberikan Dani untuk Sita karena Bi sarti sangat dekat dengan Sita.

15 menit berlalu Sita akhirnya tenang, ia dibawa duduk di sofa diikuti oleh Anton. Anton menyerahkan beberapa kertas yang ternyata adalah sertifikat rumah.

"Nyonya, ini sertifikat rumah sudah atas nama nyonya. Tuan memberikan ini untuk nyonya..Tapi…" Kalimat Anton menggantung.

"Tapi… Dani tidak akan memberikan aku nafkah bukan begitu." Sita sudah bisa menebaknya.

"Be-betul nyonya. Dan nyonya juga dilarang menemui Tuan. Ini ada surat hitam diatas putihnya." Anton melanjutkan.

"Baik, tapi kuharap tuan mu itu segera memberikan surat cerai kepadaku." 

"Maaf nyonya tidak bisa secepat itu. Kata tuan, Tuan akan mengirimkan surat cerai saat nyonya sudah melahirkan."

Deg… jantung Sita serasa mau lepas. Pikiran buruk menghantuinya. Jangan-jangan Dani mau mengambil anaknya.

Sita diam sejenak, tidak mau jatuh dalam jebakan Dani ia pun meminta surat perjanjian yang tadi dia tandatangani. Sita menambahkan poin yang bunyi nya, anak yang dikandung Sita adalah anak Sita dan Dani tidak berhak atas anak Sita. 

Anton mengambil surat perjanjian yang Sita berikan, membacanya dan tersenyum, dalam hati Anton memuji kecerdasan Nyonya nya itu.

Semuanya telah selesai. Anton sudah pulang tinggal Sita dan Bi Surti. 

"Baiklah Bi, mari kita memulai hidup yang baru. Mari membuat sebuah kisah yang indah untuk kehidupan mendatang bersama calon buah hatiku." Ucap Sita sambil menatap Bi Surti.

"Iya non. Bibi akan selalu disamping non." Ucap Bi Surti haru kembali memeluk Sita dan mengelus perut Sita yang masih rata.  

TBC

Happy reading readers. karya baru nih. Jangan lupa like dan komen ya.

Terimakasih

Matursuwun

3. Bukan Untukku

Bukan Untukku

Halo readers… happy reading. Maaf kalau masih banyak typo ya. Jangan lupa untuk like, komen, dan vote nya ya. Terimakasih.

Matursuwun.

*

*

*

Hari baru bagi Sita, dan lembaran baru untuknya menulis kisah. Setelah perselingkuhan Dani dan Mauren terbongkar ia sama sekali tidak pernah muncul di kehidupan mereka. Meskipun secara negara Sita dan Dani belum berpisah namun secara agama mereka bukan lagi suami istri. 

Sesuai dengan kesepakatan yang dibuat, Sita diberikan sebuah rumah oleh Dani namun Sita tidak akan pernah mendapatkan nafkah dari mantan suaminya itu meski sekarang ia mengandung anak mereka.

Sita pun merasa dirinya harus bangkit, walaupun belum punya pengalaman namun ia termasuk fresh graduate karena baru setahun yang lalu ia diwisuda apalagi ia  lulus dengan predikat cumlaude. Sita pun mencoba mencari pekerjaan  di firma hukum atau perusahaan yang membutuhkan staf legal. Ya Sita adalah lulusan S1 hukum. Meski belum pernah bekerja namun Sita pernah magang di sebuah perusahaan jadi sedikit ia paham mengenai jobdesk dari seorang staff legal perusahaan.

Di ruang tamu sita sibuk dengan laptopnya membuat surat lamaran dan CV. Bi Surti yang melihat Sita merasa haru, kasian, dan bangga Sita bisa bangkit dari keterpurukan secepat itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena anak yang dikandungnya. Beruntung kandungan Sita termasuk kandungan yang tidak rewel. Memasuki minggu ke 10, sita sudah tidak merasakan morning sickness. Dia juga tidak pernah pilih-pilih makanan. Bahkan jarang sekali Sita ngidam menginginkan suatu makanan.

"Non, mau makan apa  siang ini?" Tanya Bi Surti.

"Ehmmm apa aja Bi. Bi jangan panggil Non ya. Sita sudah menganggap bibi orang tua Sita sendiri." 

"Baik.. Bibi panggil neng aja ya. Terus neng Sita mau makan apa?"

"Apa saja bi, si utun juga ga rewel kok. Apa aja masuk nggak nolak heheh"

"Oke deh, masak sop ayam, ayam dan tempe goreng sama sambal tomat aja gimana?"

"Waah boleh tuh… uuh jadi lapar. Lapar ya nak.. Tunggu nenek masak ya." Ucap Sita sambil mengelus perutnya. Bi surti tersenyum bahagia, ia membalikkan badannya lalu berjalan ke arah dapur, air mata bi Surti luruh. Ia pun terisak menahan suara tangisnya agar tidak terdengar oleh Sita. 

"Ya Allaah kasian kamu nak, semoga kamu mendapatkan kebahagiaan nantinya, aamiin." Doa Bi Surti untuk Sita tulus. 

Selagi Bi surti masak, Sita terus memasukkan lamaran dan cv nya di berbagai perusahaan yang sedang mencari pekerja. 

"Bismillah, semoga ada yang nyangkut deh. Semoga jadi rezekimu ya nak. Kita memang harus mandiri dari sekarang. Tidak boleh bergantung kepada siapapun selain kepada sang pencipta."

Semua yang dimiliki Sita selama menjadi suami Dani tidak ada yang dibawa, karena memang bukan Sita yang membereskan barang-barangnya. Perhiasan yang ia punya  pun tidak ada yang menjadi miliknya. Hanya cincin pernikahan dan kalung yang menjadi maharnya waktu janji pernikahan yang tersisa, yang kebetulan saat menemui Dani terakhir kali ia pakai karena akan merayakan anniversary. Jika tidak, mungkin kalung itu pun tidak akan pernah menjadi miliknya. Cincin dan kalung inilah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebelum diterima bekerja.

Sita pasrah, mungkin memang semuanya yang diberikan Dani bukan untuknya. Sita hanya dipinjamkan lalu suatu hari nanti akan diminta kembali jika waktunya tiba. Dan benar saja waktu itu ternyata telah tiba, semua yang dipinjamkan diminta kembali oleh sang empunya, yang tersisa hanyalah barang yang benar benar diberikan. "Sungguh semuanya bukan untukku bahkan cintamu juga bukan untukku", gumam Sita sendu.

🍀🍀🍀

" Honey, kapan kamu akan menikahiku hmm?" Tanya Mauren kepada Dani.

"Tunggu baby, aku akan segera menikahimu jika sita sudah melahirkan." Jawab Dani sambil menyeka peluh di kening mauren sisa sisa kegiatan panas mereka.

"Oh shitt. Itu lama sekali Dan." Mauren melepaskan pelukan Dani.

"Sabar sayang, semuanya tidak mudah. Aku tidak bisa menceraikan Sita saat dia hamil. Tapi secara agama kita sudah bukan suami istri. Aku juga sudah menyetujui mu untuk tidak memberikan nafkah untuknya."

"Tapi Dan, aku mau status yang jelas aku tidak mau seperti ini terus. Bagaimana kalau kita menikah secara agama dulu."

"Ehmmm, nanti coba aku pikirkan." 

Mauren pun tersenyum senang, ia kembali meraup bibir Dani dan ciuman itu semakin dalam mereka mengulang kegiatan panas itu lagi dan lagi hingga mereka kelelahan dan tertidur.

Semenjak Dani mengeluarkan Sita dari rumahnya Mauren memang dibawa ke rumah oleh Dani. Namun semua art di kediaman Dani tidak suka dengan gaya Mauren yang seolah-olah dia adalah nyonya rumah. Mauren selalu berkata kasar kepada para art. Ia meminta membuang bahkan membakar semua barang-barang yang berhubungan dengan Sita. Namun untuk perhiasan tentu tidak dibuang, ia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Sungguh wanita yang licik.

Saat Mauren dan Dani tengah kelelahan akibat aktivitas panasnya di kamar lantai atas. Di lantai bawah ada seseorang yang dengan keras mendobrak pintu.

Brak…..

"Mana tuan kalian?" Seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih namun tenaganya masih kuat menendang pintu rumah Dani. Siapa lagi kalau bukan Wira Atmaja ,ayah dari Dani Atmaja.

"Tu-tuan Da-dani di atas tuan besar." Jawab seorang art gagap.

Dengan langkah tegas dan tegap Wira menaiki tangga dan kemudian menendang pintu kamar Dani dengan sangat keras. Tidak ada yang berani menahan, semua art di kediaman Dani diam seribu bahasa melihat Wira yang sudah siap mengamuk. Meski usianya sudah lebih dari 55 tahun namun tenaganya masih sangat kuat.

Brak….

"Brengsek. Siapa yang membuka pintu kamarku." Ucap Dani masih dengan mata terpejam dibalik selimut 

"Bocah sialan dasar badjingan. Bangun kau, atau aku hancurkan rumahmu ini. Dan kau wanita ****** pergi dari rumah anakku." Ucap Wira kasar.

Dani yang melihat ayahnya datang sangat terkejut begitu juga Mauren. Dengan wajah pucat Mauren berlari ke kamar mandi membawa bajunya. Sedangkan Dani bergegas memakai bajunya di situ juga.

"Dasar suami bangsat  istri sedang hamil kau malah berbuat zina dengan wanita ******. Bahkan kau menceraikan istrimu saat dia sedang hamil cucuku. Mau jadi apa kau Dan, kau telah dibutakan oleh wanita penggoda ini." Wira benar-benar murka dia sudah kebingungan harus berbicara apa dengan putranya itu. Wira sudah mengetahui  semuanya. Ia begitu merasa bersalah dan malu kepada Sita, bahkan saking malunya ia belum berani menemui menantunya itu. 

Dani yang melihat kemurkaan ayahnya hanya diam saja tidak berani berkata apapun. Sedangkan mauren ia sangat kesal dikatai wanita ****** dan penggoda.

"Asal kau tahu Dan, kau sudah kehilangan berlian hanya demi batu kerikil. Suatu hari nanti kau akan menyesal ingat kata-kataku.'

Wira pun pergi meninggalkan rumah itu, amarah dalam dadanya masih berkobar, entah apa yang ia akan lakukan terhadap anak semata wayangnya itu. Dia sangat kecewa kepada Dani. Wira bahkan bingung harus bagaimana berhadapan dengan Sita menantunya. Namun hati kecilnya menyuruhnya segera menemui Sita. 

"Wid, kita ke rumah sita sekarang." wira memerintahkan asprinya Widi untuk berkendara ke arah rumah Sita.

"Siap tuan." Widi mengangguk patuh.

Tak berselang lama Wira sudah sampai di rumah Sita. Wira termenung sejenak. Ia meyakinkan diri untuk mengetuk rumah mantan menantunya itu.

Tok… tok… tok…

"Ya tunggu sebentar" Suara Sita melengking, Wira memegang dadanya sakit mendengar suara mantan menantunya itu.

Sita pun membuka pintu rumahnya, ia begitu kaget melihat seseorang yang amat ia kenal ada di depan rumahnya. 

"Papa……"

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!