...Angel for the Devil...
...🍁🍁🍁...
Di dunia tengah, dunia manusia. Dunia antara neraka dan surga....
"Sudah ku katakan....api dan air seperti itulah kita... Lucifer, neraka dan surga itu bertentangan, bahkan Tuhan mengutuk perasaan kita..." seorang wanita cantik itu tersenyum kecut dengan bibir berlumuran darah, ia baru saja kehilangan sepasang sayapnya.
Dia berada di pelukan seorang pria yang memiliki sepasang sayap hitam dengan tanduk di kepalanya. "Tidak...kita pasti akan bersama Calista, kita pasti--" matanya menyiratkan kesedihan ketika melihat wanita itu terluka.
Calista membelai wajah Lucifer, mengusap air matanya dengan lembut. "Aku tidak percaya bahwa iblis sepertimu bisa menangis karena diriku..."
Lucifer tidak mampu berkata-kata, dia menangis terisak melihat Calista sekarat dan nafasnya tersengal-sengal. "Ingatlah ini Lucifer...aku tidak pernah menyesal dengan perasaan yang kumiliki padamu, walaupun cintamu seperti neraka bagiku, namun...hiduplah dengan baik karena aku mencintaimu."
Calista tersenyum, kemudian menutup mata untuk selamanya di dalam dekapan pria itu. Tangannya terkulai lemah. Air mata Lucifer semakin deras membasahi pipinya bahkan membasahi wajah Calista. Dia memeluk Calista semakin erat. "Tidak! Calista! Kau tidak boleh mati! Tidak! Kenapa kau yang dihukum seperti ini? Kenapa bukan aku saja? Calista maafkan aku....maafkan aku....aku mencintaimu Calista..."
Perlahan tubuh Calista mulai menghilang dia menjadi buih dan membuat Lucifer terkejut.
"CALISTA!" teriak Lucifer seraya memegang dadanya yang sesak. Ia menangis meraung-raung, melihat wanita pertama yang ia cintai menghilang dalam sekejap mata. "Arggggh.....!!!"
...Jika ada kehidupan selanjutnya, aku akan membuatmu bahagia Calista. Aku...tidak akan membuatku berada dalam bahaya, aku akan selalu melindungimu....
...*****...
Beberapa waktu sebelum Calista menghilang menjadi buih.
Di surga tempat para malaikat berkumpul....
"Lucifer, lagi-lagi dia membuat ulah!" celetuk seorang wanita cantik berambut merah dengan sayap putihnya, dia memakai pakaian serba putih dan ditangannya memegang sebuah tombak besar.
"Bukan Lucifer namanya bila dia tidak membuat ulah," timpal seorang wanita cantik berkepang dengan tampilan serupa dengan lawan bicaranya itu.
Mereka sedang membicarakan Lucifer yang selalu membuat kerusakan di bumi, menjerumuskan bangsa manusia untuk menemaninya di neraka. Dan mereka adalah malaikat yang memiliki tugasnya masing-masing, malaikat itu berada di sebuah tempat di langit, tempat yang penuh cahaya terang. Tempat itu bernama surga, disanalah mereka tinggal bersama dengan para ahli surga lainnya. Bersama manusia-manusia yang taat kepada Tuhan.
Malaikat itu sendiri makhluk supranatural yang sering digambarkan sebagai mahluk surgawi yang baik hati yang berperan sebagai perantara antara Tuhan, atau surga dan manusia. Setiap malaikat memiliki tugas yang berbeda-beda.
"Jadi siapa yang akan turun ke bumi untuk membereskan kekacauan yang akan disebabkannya?" tanya Yuriel salah satu malaikat yang memilik raut wajah yang selalu datar dan menyeramkan.
"Aku tidak mau." jawab ketiga malaikat berwujud wanita cantik itu sambil menggelengkan kepala mereka.
"Siapapun yang turun ke bumi, bukankah sudah tugas kita sebagai malaikat untuk menyelamatkan bangsa manusia dari angkara murka. Sudahlah, jangan saling menuduh seperti itu... lebih baik kita semua pergi ke sana agar adil." saran Callista, dia adalah malaikat yang memiliki rupa cantik, rambut panjangnya berwarna putih, bola matanya berwarna hijau seperti batu emerald, membuat Calista semakin menawan. Ya, dia adalah malaikat bak Dewi kayangan.
Memiliki kebijaksanaan dan kesabaran, juga kelembutan hati dibandingkan Malaikat yang lainnya. Dia adalah malaikat yang bertugas mensucikan manusia dari dosa.
"Ya, mungkin saja dengan kehadiranmu disana...si Lucifer tidak akan sombong lagi dan menurut kepadamu Callista." celetuk Arcana. Salah satu malaikat juga.
"Aku tidak pergi ke bumi untuk menemuinya, aku hanya akan membantu para manusia itu agar menyadari dosa-dosa mereka." ucap Callista dengan bibir yang tak lepas dari senyuman manisnya.
"Sekalian saja kau bersihkan dosa si Lucifer, padahal awalnya dia taat kepada Tuhan dan dia adalah bagian dari kita. Tapi--dia membangkang dan ingin menjadi Tuhan," kata Sahara pada Calista seraya tersenyum.
🔥🔥🔥
Akhirnya para malaikat pun turun ke bumi, mengepakkan sayap mereka yang indah. Namun pemandangan di bumi tidak indah seperti di surga dan tidak seindah sayap mereka yang melebar.
Saat itu bumi berada dalam kehancuran karena Lucifer mengadu domba bangsa manusia untuk berperang. Banyak korban berjatuhan karena fitnah dan adu domba yang dilakukan oleh Lucifer, membuat Tuhan mengutus para malaikat ke bumi untuk menumpas kekacauan di sana.
Kali ini Calista yang selalu berdiam diri di dalam surga, menampakkan dirinya ke bumi bersama malaikat yang lainnya. "Callista, ingatlah! Jangan terlalu lembut pada mereka, kau tau kan manusia itu tidak semuanya bersikap baik?"
"Baiklah," jawab Calista dengan dengan wajah polosnya seraya menganggukkan kepala, ia patuh pada Arcana. Salah satu malaikat yang dekat dengannya dan terkenal dengan sifat garangnya.
Ketika malaikat sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, Callista yang menyembunyikan sayapnya dan menyerupai manusia, kini seorang diri berjalan ditengah-tengah banyaknya orang yang terluka. Dia menolong beberapa anak kecil dan wanita yang terluka.
"Terimakasih sudah membantu kami, nona." ucap seorang wanita tua itu pada Callista. Dia membawa seorang anak kecil yang terluka dalam gendongannya.
"Sama-sama wanita tua."
Senangnya bisa turun ke bumi membantu manusia.
"Nona...nona tolong aku, aku juga terluka!" seru seorang pria dibelakang Calista meminta pertolongan.
Calista menghampiri pria itu, kemudian pria itu menarik tangan Calista dengan kasar lalu memeluknya. "A-apa yang kau lakukan? LEPASKAN!"
Manusia ini benar-benar kurang ajar dan memiliki otak kotor. Aku harus membersihkannya.
Pria itu menatap Calista dengan penuh nafsu yang menggebu. Entah apa yang akan dia lakukan pada Calista dalam keadaan seperti ini.
Ketika akan mengeluarkan kekuatan pemurniannya, tiba-tiba saja sebuah cahaya hitam berhembus ke arah pria itu dan membuat pria itu menjadi abu.
Wush~
"Kekuatan iblis, apa--" gumam Calista seraya menatap ke arah orang yang tengah duduk santai di sebuah kursi tak jauh darinya.
"Sangat naif, hahaha...inilah kenapa aku tidak suka kalian yang tidak satu pemikiran denganku. Apa kau Malaikat baru? Bodoh...kau sangat bodoh...ckckck..." Lucifer tertawa mengejek pada Calista. Ia berwujud sebagai pria tampan dengan kulit putih dan memiliki tubuh tinggi.
"Kau siapa?" tanya Calista pada Lucifer dengan kening yang berkerut. Merasa ada bahaya, ia mengubah dirinya dalam wujud malaikat bersayap.
Siapa pria tampan rupawan ini? Aku bisa merasakan bahwa ada energi iblis dalam dirinya.
"Rupanya kau baru turun ke bumi ya? Kau tidak tau siapa aku? Akulah Tuhan yang baru, aku LUCIFER... hahaha." Pria itu tertawa-tawa memperkenalkan dirinya sebagai Tuhan yang menguasai semesta alam, dengan percaya diri dan penuh kesombongan.
Calista tersenyum tipis, rupanya dia bertemu dengan iblis menyebalkan yang selalu diceritakan oleh malaikat lainnya di surga. "Jadi kau si pembangkang itu? Si pembuat rusuh warga bumi? Membawa bumi pada kehancuran? Kau yang membawa manusia baik itu masuk ke dalam neraka? " tanyanya sarkas.
"Hey jaga bicaramu itu nona malaikat! Jangan menyalahkan semuanya padaku, manusia itu tidak semuanya baik dan mereka memiliki nafsu. Mereka yang salah tergoda pada rayuan iblis sepertiku.
"Manusia itu pada dasarnya baik karena Tuhan menciptakannya begitu. Tapi karena ada dirimu, mereka jadi terjerumus!" Calista menunjuk ke arah Lucifer dengan kesal.
"Sudahlah aku tak mau mendengarkan ceramahmu. Tapi...siapakah kau wahai nona Malaikat? Aku baru pertama kali melihatmu, rupanya kau sangat cantik dibandingkan Malaikat yang lain." ucap Lucifer seraya menggoda wanita itu dengan rayuan maut iblisnya.
"Kau tidak perlu siapa namaku karena kau pasti akan musnah dari muka bumi ini, cepat atau lambat. Jadi lebih baik kau diam saja di neraka sendirian dan jangan menganggu manusia," dengus Calista marah.
"Hahaha...kau berani menantangku Malaikat baru? Baiklah...kalau maumu begitu, coba sucikan diriku dengan kekuatanmu itu! Aku tantang kau..." tantang Lucifer pada Calista yang memiliki kekuatan pemurnian. Tatapannya begitu meremehkan.
Tanpa rasa takut Calista mendekat pada Lucifer, tangannya mengeluarkan cahaya pemurnian dan mengarahkan cahaya itu pada kepala Lucifer.
Sesaat Lucifer terdiam, kemudian dia tersenyum menyeringai dan tanpa di duga dia malah membenamkan bibirnya pada Calista. Calista mencoba untuk menghindar dari Lucifer, namun si Raja iblis itu semakin memeluknya dengan erat dan memperdalam ciuman mereka.
Apa yang iblis ini lakukan?
...****...
...🍀🍀🍀...
Di ruangan yang terlihat seperti ruangan kelas, terlihat beberapa mahasiswa tengah duduk memperhatikan kelas mereka. Namun salah seorang diantara mereka tertidur dan kepalanya bersandar diatas meja.
"Lepaskan aku Lucifer! Lepaskan!" teriak seorang gadis berkacamata bulat dengan mata terpejam. Dia duduk di sebuah kursi berwarna putih, disana tak hanya ada dia saja, tapi juga ada beberapa orang berpakaian casual duduk di kursi mereka masing-masing.
Mereka menatap gadis berkacamata bulat dengan tajam, tampaknya gadis itu sedang mengigau didalam tidurnya.
"Aurora Lisbell Alden!" teriak seorang wanita yang berdiri didepan kelas dengan suara lantangnya dan membangunkan gadis bernama Aurora itu.
Aurora membuka matanya lebar-lebar saat mendengar suara yang bisa merusak gendang telinganya. Ya itu adalah suara dosennya di kelas. Aurora Lisbell Alden, adalah seorang mahasiswi tingkat akhir, penampilannya culun, selalu sederhana, tapi dia adalah mahasiswi yang cerdas terbukti karena dia adalah mahasiswi yang masuk ke universitas mahal tersebut dengan beasiswa tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, kecuali uang untuk mengerjakan tugas.
"Lagi-lagi kau tidur di dalam kelas!" tegur dosen wanita berwajah garang itu kepadanya. Disertai dengan atensi tajam pada Aurora.
Beberapa mahasiswa disana menatap Aurora dengan tatapan sinis dan tajam. Sebagian dari mereka juga terlihat meremehkan gadis itu, ya mungkin karena penampilannya yang terbilang kampungan.
Tapi ada satu orang menatapnya dengan iba dan terlihat akrab dengannya. Orang itu duduk tepat disampingnya, ia adalah Gweny sahabat baik Aurora.
"Maafkan saya Miss Maria, saya tidak bermaksud untuk--" Aurora memperbaiki kacamatanya, ia menundukkan kepalanya dan terlihat bingung bagaimana menjelaskannya.
"Sudahlah! Kau perhatikan saja pelajarannya, saya tidak mau kau menganggu mahasiswa yang lain. Hem...jangan mentang-mentang karena kau adalah anak kesayangan Mr. Chris, kau jadi sombong dan seenaknya begini, saya tidak suka."
Seketika darah Gwen mendidih mendengar ucapan dosennya itu. "Maaf ya Miss Maria, Aurora itu--"
Aurora memegang tangan Gwen dan mengisyaratkan kepada sahabatnya untuk diam saja. "Gwen...jangan."
"Haaahh..." Gwen menghembuskan nafasnya dengan kasar dan dia kesal sekali pada dosen nya yang bernama Maria itu.
Usai mata kuliah interior desain program berakhir, semua mahasiswa mulai bubaran dan keluar dari kelas itu. Kecuali Gwen dan Aurora, mereka berdua masih berada di dalam kelas.
Aurora merenung sambil memegang dadanya, raut wajahnya tidak dapat di gambarkan oleh kata-kata. Bingung, sedih, hampa menjadi campur aduk dan hatinya berkecamuk.
Setiap aku memimpikannya, aku selalu saja menangis. Aku selalu saja merasa rindu, kadang aku bahagia dan kadang aku merasa sedih, aku merasa seperti ada yang hilang didalam hidupku. Tapi apa?
Gwen memberikan tisu kering pada sahabatnya karena ia melihat ada pipi Aurora yang basah. "Kau selalu saja menangis ketika bermimpi. Apa kau memimpikan Calista dan Lucifer lagi?" tanya Gwen cemas, temannya itu sering bercerita bahwa dia selalu memimpikan sepasang kekasih yang salah satunya mati karena di hukum oleh sang penguasa bumi.
"Iya Gwen, entah kenapa aku merasa bahwa mimpi itu adalah potongan-potongan kisah antara Calista dan Lucifer. Entah kenapa Aku merasa bahwa aku seperti Calista. Sungguh mimpi yang aneh karena pria bernama Lucifer itu sangatlah tampan!" Aurora tersenyum manakala dia melihat bagaimana tampannya pria bernama Lucifer itu didalam mimpinya.
Plakk!
Sebuah buku melayang ke kepala Aurora dari tangan Gwen. "Aduh....sakit..." rengek Aurora kesal pada temannya, sambil memegang kepalanya.
"Sudah jangan membahas mimpimu dulu, lebih baik sekarang kita pergi ke perusahaan Maxton desain. Hari ini kita harus menyerahkan formulir magang kita ke perusahaan itu sebelum jam kerjanya habis." tutur Gwen mengingatkan sahabatnya tenang
"Ah ya! Kau benar juga Gwen, aku hampir saja lupa...ini sudah pukul 3 sore. Sebaiknya kita bergerak sekarang!" Aurora segera merapikan rambut lalu memakai kacamatanya kembali. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya bersamaan dengan Gwen.
Mereka membawa tas gendong lalu bergegas pergi meninggalkan kelas itu. Berbeda dengan Aurora yang berasal dari kalangan bawah, sedangkan Gwen, dari penampilannya saja semua orang sudah tau bahwa gadis itu berasal dari kalangan atas. Dia berteman dengan Aurora dari sekolah dasar karena hanya Aurora yang berteman tulus dengannya tanpa memandang harta.
Aurora dan Gwen masuk ke dalam mobil mewah milik Gwen, mobil sedan berwarna merah. Mereka pun pergi ke perusahaan Maxton desain yang akan menjadi tempat magang mereka dan menyelesaikan tugas akhir alias skripsi.
"Gwen! Apa kau mau membunuhku? Kenapa jalannya kencang sekali?" tanya Aurora sambil berpegangan pada jok mobil dengan panik. Gwen melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Tadi kau bilang kita tidak boleh terlambat! Jadi aku ngebut saja!" kata Gwen yang masih memakai kacamata hitamnya, dia terlihat sangat keren dan berbeda dengan temannya yang sederhana itu.
"Ya...tapi tidak usah begini juga, utamakan keselamatan...oke?" kata Aurora dengan suara yang gemetar.
"Haha...kau tenang saja dan tidak usah takut, bersama Gweny penguasa jalanan...semua aman!"
Tiba-tiba saja Aurora berteriak dan membuat Gweny mengerem mendadak. "Aurora ada apa?" tanya Gweny.
"Apa kau tidak lihat lampu merah untuk pengendara dan hijau untuk pengguna jalan?" tunjuk Aurora pada lampu rambu-rambu lalu lintas di atas sana. Gweny pun langsung meminta maaf karena keasyikan ngebut dan tak melihat rambu-rambu itu. Dia berterima kasih pada Aurora karena sudah mengingatkannya.
Terlihat seorang nenek-nenek berjalan memakai tongkat ditengah jalan dan nenek yang buta itu terjatuh. "Aduh!"
Aurora yang baik hati segera turun dari mobil mumpung lampu masih merah. Gweny hanya tersenyum melihat sahabatnya yang begitu lembut dan baik hati.
Gadis itu menghampiri si nenek dan menolongnya, membantu nenek itu untuk menyebrang jalan.
"Nenek tidak apa-apa? Apa nenek terluka?"
"Saya baik-baik saja, terima kasih nona." ucap si nenek itu sambil tersenyum.
"Ya, kalau begitu saya kembali dulu ya nek. Nenek hati-hati di jalan ya."
"Iya...anak yang baik. Nenek doakan supaya kau mendapatkan kebahagiaanmu di kehidupan kali ini." kata nenek itu sambil mengulas senyum di wajah keriputnya.
"Terima kasih doanya nek." sahut Aurora seraya tersenyum manis. Kemudian dia kembali berjalan menuju ke mobil Gwen. Ia melewati beberapa mobil mewah yang masih menunggu lampu hijau disana.
Seseorang yang berada di dalam mobil berwarna hitam, melihat Aurora dengan atensi tajam. Matanya yang berwarna hitam itu melebar manakala ia melihat Aurora.
"Calista! Apa itu kau? Calista!"
...****...
...🍀🍀🍀...
Pria itu keluar dari dalam mobil lalu berlari untuk mengejar Aurora yang dipanggilnya sebagai Calista. Parasnya begitu tampan, tubuhnya tinggi, dia memakai jas rapi, rambutnya berwarna coklat, hidungnya mancung, bak artis Hollywood. Dia adalah Jeffryco Maxton, Presdir Maxton desain. Pria nomor 1 di negeri itu yang terkenal dengan ketampanannya dan menjadi idola para wanita.
Kaya, tampan, mapan adalah definisi dari Jeffry. Namun sayang karakternya yang dingin dan dia jarang muncul membuat semua orang penasaran dengannya. Kali ini dia baru kembali dari perjalanan bisnisnya dan akan pergi ke gedung pusat Maxton desain.
Calista....ya, walaupun penampilan dan wajahnya berbeda, tapi aku bisa merasakan dari aromanya bahwa dia adalah Calista. Jadi dia telah terlahir kembali?
Jeff berlari mengejar Aurora, namun saat dia akan mencapai mobil Gwen. Tiba-tiba saja terdengar bunyi klakson bersahutan dan beberapa mobil di sana sudah melaju kencang karena lampu sudah hijau.
Seorang pria menarik tangan Jeff dan kembali membawanya masuk ke dalam mobil. Pria berkacamata itu adalah supir Jeff, dia adalah William.
"Erden, aku yakin bahwa wanita itu adalah reinkarnasi dari Calista!" ucap Jeff tiba-tiba, terlihat pria tampan itu mengusap wajahnya dengan kasar. "Kenapa kau menghentikanku untuk mengejarnya?!" tanyanya pada William.
Sebenarnya William adalah nama samaran, nama asli pria berkacamata itu adalah Erden. Dia adalah ajudan raja Iblis, Lucifer. Penampilan Erden juga tampak seperti manusia pada umumnya.Tidak ada yang menunjukkan jati dirinya bahwa ia adalah iblis.
"Bagaimana Anda bisa yakin Yang Mulia? Bukankah si malaikat bodoh itu mengatakan bahwa nona Calista akan terlahir seribu tahun setelah kejadian itu?" tanya William dengan tangan yang sibuk memegang setir kemudi dan mata yang fokus pada jalanan.
"Kau tau Erden, dia bisa saja berbohong. Aku yakin wanita itu adalah Calista, aku bisa merasakan aromanya." ucap Jeff sambil memegang dadanya, dia sangat yakin bahwa Aurora si wanita dengan rambut kuncir dua dan kacamata bulat itu adalah Calista.
William terdiam sejenak, kemudian dia kembali berbicara. "Yang Mulia anda tenang saja, aku sudah memasang sihirku pada mobil merah itu. Lalu kita akan melihat wanita yang anda panggil sebagai nona Calista itu."
"Terima kasih Erden, kau memang bawahanku yang paling setia. Hanya kau yang mau mengikutiku ke dunia manusia dan selalu bersamaku." kata Jeff seraya tersenyum tipis. Erden adalah bawahannya yang paling setia dan selalu ikut kemana pun dia pergi, rela melakukan perintah Lucifer tanpa membantah seperti setan dan iblis lainnya.
"Yang Mulia, sudah saya katakan bahwa saya akan selalu setia pada anda sampai akhir hayat. Dan saya juga senang bisa mengembara di dunia manusia, saya ingin dunia iblis kembali tentram bila Yang Mulia menemukan kembali nona Calista." jawab William seraya tersenyum tulus pada Jeff.
Ya, Erden yang paling tau betapa hancurnya Lucifer saat Rajanya itu kehilangan Calista. Dunia iblis, bahkan 7 lapisan neraka sampai terguncang karena dirinya. Disamping rasa bersalah, cinta untuk Calista masih ada di dalam hatinya. Dia amat mencintai Calista, bahkan ia telah hidup di dunia manusia dan menjadi manusia hanya demi menunggu Calista terlahir kembali.
Dan disinilah Jeff sekarang, di dunia manusia menanti kehadiran Calista. Dia berharap didalam kehidupan kali ini, Calista akan hidup bahagia bersamanya dengan identitas yang baru.
Dikatakan setelah Calista meninggal, dia akan bereinkarnasi menjadi manusia karena masih ada kasih sayang Tuhan kepadanya, meski dia telah melakukan dosa dengan mencintai iblis. Tapi Calista tidak akan ingat dengan masa lalunya.
*****
Di depan kantor Maxton desain.
Aurora dan Gweny turun dari mobil dengan buru-buru, bahkan Gweny tidak memarkirkan mobilnya dengan benar dan ditempat yang tidak seharusnya.
"Gweny! Ayo cepat! Ayo!" ujar Aurora pada sahabatnya itu yang lambat.
"Oh my God Aurora, aku lupa bekas magang kita masih di mobilku." Gweny menepuk jidatnya, dia lupa bahwa berkas magang mereka berada di mobil dan lupa dimasukkan ke dalam tas.
"Ya ampun Gweny! Ya sudah biar aku saja yang ambil, kau masuk saja duluan ke dalam" kata Aurora buru-buru, ia merasa kasihan juga kalau Gweny harus kembali ke mobilnya didepan kantor dengan memakai sepatu heels itu, pasti akan menyiksa.
"Terimakasih Aurora!" ucap Gweny sambil melempar kunci mobil itu pada Aurora dan dengan cepat gadis itu menangkapnya.
Aurora berlari menuju ke mobil Gweny, dia mengambil map yang berisi dokumen magang mereka di jok belakang mobil. Kemudian dia pun berlari pergi setelah mengambil map berisi kertas-kertas itu. Tanpa melihat jalanan dan berlari terburu-buru membuatnya tak sengaja menabrak seseorang.
"Akhh! Keras sekali tembok ini." gumam Aurora sambil memegang kepalanya yang terasa sakit dan satu tangannya masih memegang map dokumen magangnya.
"Apa kau bilang? Aku tembok?!"
Mendengar suara Bariton rendah dan tegas itu membuat Aurora mendongakkan kepalanya, akhirnya ia melihat wajah seorang pria tampan didepannya.
Sepasang netra mereka pun bertemu dan bertatapan dengan cukup lama. "Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja...saya pikir Anda tembok hehe." Aurora terkekeh sambil tersenyum lebar menunjukkan satu lesung di pipinya dan gigi gingsulnya yang imut.
Pria itu terdiam begitu melihat sepasang mata berwarna hijau milik Aurora bertemu pandang dengannya. Mata hijau emerald yang selalu dia rindukan, mata dari Calista wanita yang ia cintai.
Calista...kita bertemu lagi.
Aurora melihat pria itu terdiam menatapnya dengan dalam. Dan tiba-tiba saja pria itu memeluknya dengan erat, hingga membuat map yang dibawa Aurora jatuh ke lantai.
...****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!