NovelToon NovelToon

Diakah Jodohku (Revisi)

CHAPTER 1 tahap awal revisi

Novita Anggarini, seorang siswa sekolah tingkat akhir kelas XII di SMA hiden Pw. Parasnya yang cantik tinggi badannya sekitar seratus enam puluh tuju cm, memilik corak mata coklat madu yang menambah pesonanya di SMA hiden Pw. Tapi sayang sikapnya yang dingin dan cuek membuat para kaum adam gagal dalam menahlukan hati seorang Vita, dengan alasan sudah tak sanggup menghadapi sikap cuek Vita dan galaknya Mira.

Kini Vita tengah berjalan menuju kantin bersama sahabatnya Miranda Anjani yang tak kalah cantik, namun memiliki sifat yang galak sehingga kaum adam takut dengannya.

"Tumben lo ngajak ke kantin Vit?" tanya Mira yang terfokus pada benda pipih di tanganya sehingga Ia tak melihat jalan, alhasil Ia bertabrakan dengan orang lain

Brukkkk......

"Aduh! heh kalau jalan tu liat-liat dong." Ketus Mira bangkin dari jatuhnya.

"Kamu yang tidak melihat-lihat saat berjalan, kenapa malah menyalahkan saya." Bantahnya, sebenarnya mereka berdua ini sama-sama tidak fokus ke depan melainkan pada ponsel masing-masing.

"Hih kau ini, kalau saja lo bukan ketua osis sudah gua gibeng lo!" Geram Mira pada ketua osis yang sok kegantengan.

Abdullah Hanif, kerap di sapa Hanif adalah ketua osis di SMA Hiden. Badanya yang tinggi dan berkulit putih membuat Ia banyak di sukai para siswi SMA Hiden. Tapi mereka tidak tahu menahau tentang wanita di masa lalu Hanif yang katanya tidak ada tandingannya dengan mereka, sehingga mereka sedikit kecewa karna tak dapat menggantikan posisi wanita itu di hati ketua osis mereka.

"Sudah Mir, ayo ke kanti!" ucap Vita yang sudah muak dengan pertengkara kecil antara ketua osis dan sekretaris sekolah ini yang tak bisa kompak dab berujung berdebatan.

"Baiklah!" Ucapnya kembali berjalan bersama sahabatnya.

...----------------...

Suasana kantin begitu ramai, Vita dan Mira sudah nangkring di kantin menunggu pesanan mereka di selangi obrolan kecil.

"Vit, lo yakin gak mau buka hati lo lagi buat orang lain?" tanya Mira secara tiba-tiba.

"Gak!" singkat padat dan jelas, itulah Vita cuek tak suka menanggapi omingan seseorang dengan panjangnya kalimat, kecuali memang dia harus berbicara panjang.

Tak selang lama pun pegawai kantin mengantarkan pesanan mereka, jus alpukat, soto Ayam, dan beberapa cemilan untuk teman ngobrol jika soto ayamnya sudah habis.

"Hmmm, gua ngerti posisi lo tapi setidaknya lo harus bisa lupain masalalu lo." Nasihat Mira, Vita hanya menggut-manggut tanda Iya membenarkan ucapan Mira tapi sebenarnya Ia malas jika harus berdebat dengan Mira tentang masalalunya.

"Gua pikir lagi," Ucap Vita meminum jus Alpukat.

Semakin siang semakin ramai pula suasana kantin, Vita sudah bosan memandang pemandangan seperti ini setiap hari sehingga Ia memutuskan untuk meninggalkan kantin dan memilih untuk ke tempat uang lebih sunyi dan sepi.

"Vit lo mau kemana?" tanya Mira saat mereka sudah berada di mobil dan melaju untuk keluar area SMA.

"Pulang," jawab Vita singkat Ia kembali fokus pada jalanan.

Sesudah mengantar sahabatnya pulang, Vita berputar balik ke arah yang berlawanan dengan arah rumahnya. Ia melanjukan mobilnya dengan kecepatan yang lumanyan tinggi, sehingga di sebuah pertigaan ada sebuah mobil yang hendak berbelok ke kiri, karna posisi Vita berada di kanan dari bertigaan tersebut sehingga Ia malah menabrak mobil tersebut.

Mobil yang Vita tabrak lepas kendali dan menabrak sebuah pohon besar, keadaan depan mobil sudah remuk sedangkan satu orang yang berada di dalam mengalamin benturan di kepala yang cukup keras dan tidak sadarkan diri.

Beberapa warga langsung mengerumuninnya dan Vita segera turun dari mobilnya dan mendekat ke arah korban yang sudah di keluarkan oleh warga.

"Pak tolong masukan ke mobil saya saja, saya akan segera membawanya ke rumah sakit." Ucap Vita tenang, tapi hatinya berkata lain Ia panik karna melihat darah yang keluar begitu banyak.

Para waega menurut saja, nyawa orang itu lebih penting dari pada menghakimi Vita yang menabraknya.

"Cepat ya dek, laki-laki ini darahnya tidak mau berhenti." Ucap seorang wanita dan laki-laki yang ikut salam mobil Vita.

"Baik," Vita kembali menambahkan kecepan mobilnya tapi masih tahap yang aman.

Sesampainya di rumah sakit laki-laki itu di larikan langsung ke UGD, Vita merasa cemas Ia takut terjadi hal buruk yang menimpa orang yang sudah di tabraknya.

"Keluarga pasien?" tanya Dokter yang keluar dari UGD setelah beberapa menit yang lalu menanganinya.

"Saya," sahut pita.

"Maaf dek tidak adakah keluarga korban selain kamu?" tanya Dokter tersebut merasa Vita tak akan mampu menampung apa yang Ia sampaikan.

"Tidak ada hanya saya, katakan apa yang terjadi pada orang yang di dalam?" tanya Vita pada dokter tersebut.

"Begini kondisi korban saat ini sangat krisi, dia mengalami pendarahan yang cuku serius sehingga harus di operasi." Ucap dokter itu.

"Lakukan segerah dok, untuk biayanya saya akan segera melunasinya!" Ucap Vita langsung.

"Dan kemungkinan besar dia akan mengalami lupa ingatan." Lanjut dokter tersebut.

Tubuh Vita abruk Ia memikirkan nasib dirinya dan laki-laki yang di tabraknya.

"Ya tuhan cobaan apa lagi ini," batinya.

"Saya terima semua resiko, yang terpenting lakukan penangan terbaik untuknya."

Hai gaes maaf untuk novel ini aku mau ubah isi cerita alur dan semuanya, mohon dukungannya untuk agar author semangat dan cepat menyelesaikan dan ceritanya bakal nyambung

CHAPTER 2 Nama

Vita duduk dengan cemas di depan ruang operasi, tiba-tiba dua petugas kepolisian datang ke hadapan Vita.

"Apakah anda keluarga korban?" tanya polisi tersebut.

"Bukan, saya orang yang telah menabrak mobilnya." Jawab Vita, Ia takut tapi ini sudah frekuensi berani berbuat berani pula bertanggung jawab.

"Apakah anda bisa menjelaskan detail kejadian dengan sebenar-benarnya?" tanya Polisi itu lagi, Vita menganggung Ia pun mulai menceritakan awal mula kejadiannya.

Flash back on

Vita yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan tersebut bermula, saat kejadian itu mobil yang Ia tabarak juga seperti dalam keadaan tak baik juga. Mobil yang di tumpangi sebenarnya tidak menyalahkan lampu send, dan juga sepertinya mobil yang di tumpangi korban juga melaju dengan cepat sehingga untuk menghindari pun juga sulit dan pada akhirnya mobil tersebut tertabrak olehnya dan oleng menabrak pohon besar yang ada di pinggir jalan.

Flash back off

Polisi mencatat semuanya, mereka juga tak bisa menahan Vita karna bagaimanapun mobil yang di tabrak Vita juga melaju kencang, mereka harus bertindak lebih lanjut setelah korban sadar dan bisa untuk di mintai keterangan.

"Baiklah, untuk saat ini pihat kepolisian belum bisa memutuskan ketapan kasus ini. kalau begitu kami permisi, selamat sore." Ucap polisi itu lalu pergi meninggalkan Vita di depan ruang operasi.

ting.... lampu operasi mati itu artinya operasi telah selesai. Dokter pun keluar dan mengucapkan operasi berjalan dengan lancar hanya menunggu korban melewati masa kritisnya.

Vita sedikit lega mendengarnya, Ia pun duduk untuk menghubungi orang tuanya agar tak hawatir terhadapnya, hanya saja Ia tak mengatakan kalau Ia menabrak sesorang hingga berada di meja operasi.

Setelah korban (laki-laki) itu di pindahkan ke ruang rawat, Vita mengikutinya dari belakang. Untunglah hari ini Ia memakai pakaian olahraga sehingga tak banyak kelihatan jika Ia anak sekolah.

"Tuhan jangan biarkan orang yang di dalam mengalami hal buruk, cepatkanlah Ia sadar dan jangan buat dia amesia jika itu terjadi maka bisa mati aku harus mencari ke sana kemari alamat dan keluarganya." Ucap Vita dalam hati sambil berjalan mengikutin para suster yang menuju ruang rawat inap.

"Mbak?" panggil seorang suster.

"Ah! iya ada apa?" tanya Vita begitu tersadar dari lamunanya.

"Ini ponsel miliknya," ucap suster tersebut menyerahkan ponsel android milik orang yang Ia tabrak, Vita pun segera menyautnya setelah itu suster itu keluar.

Vita membolak balik ponsel tersebut mencari sesuatu petunjuk yang dapat Ia lakukan, tapi sayang satupun tak ada ponsel tersebut mati mungkin lowbat karna kehabisan baterai atau karna terkena benturan.

"Ya tuhan sanggupkan saya menghadapi ini sendiri atau saya harus meminta bantuan orang lain?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri, namun dengan cepat Ia menggeleng Ia tak mau merepotkan orang lain.

Tepat pukul dua dini mata seorang laki-laki mengerjap tak sengaja Ia menangkap sosok wanita cantik sedang tidur di sofa, laki-laki itu turun dari ranjangnya Ia berjalan ke arah sofa hendak mendekati Vita.

"Cantik!" kata-kata itulah yang berhasil lolos dari bibirnya.

Ia pun kembali ke tempat tidur untuk tidur, namun rasa kantuknya seakan hilang begitu saja Ia terus memandangi Vita yang nampak polos menggunakan kaos olahraga.

"Dia masih sekolah?" gumanya.

...----------------...

Pagi hari tepat pukul tuju Vita mengerjabkan, tidurnya terganggu karna deringan ponselnya yang terus berbunyi.

"Halo Vit lo di mana!!!" teriakan di sebrang sana begitu nyaring sehingga Ia menjauhkan ponselnya dari telingannya, lalu mendekatkan kembali setelah orang si sebrang sana berhenti mengomel.

"Hari ini gua gak berangkat dulu," jawabnya.

Vita langsung mematikan ponsel lalu berjalan menuju ranjang melihat sekilas orang yang Ia tabrak, Ia pun memtuskan untuk keluar membeli pakaian ganti untuk dirinya.

Kembali dengan keadaan fress Ia di kejutkan dengan penampakan seorang laki-laki yang duduk ranjang memakan sebuah apel yang di potongkan oleh suster, Vita pun berjalan menuji ranjang.

"Kau sudah sadar?" tanya Vita.

"Hmmm, ya tapi kau siapa?" tanya laki-laki tersebut, pura-pura tidak tau padahal Ia sudah banyak bertanya pada suster di depannya.

"Saya orang yang sudah menyebabkan anda mengalami ini, maafkan saya." Jawab Vita sekaligus meminta maaf pada laki-laki itu.

"Tidak masalah saya juga salah karna tak fokus pada jalan dan malah sibuk pada hp saya," balas laki-laki itu sambil tersenyum.

"Baiklah, siapa namamu dan di mana keluargamu?" tanya Vita lagi.

"Aku Ariza Mahendra Eridra," jawabnya.

"Hmmm," Vita berlalu berjalan menuju pintu, Ia ingin mencari sarapan dan membiarkan Ariza di layani dan di periksa oleh suster.

Di kantin rumah sakit, Vita melamun memikirkan nasibnya kedepanya kelulusannya sebentar lagi dan tabungannya untuk membeli apartemen sudah habis untuk Ariza yang telah Ia tabrak.

"Seperti aku harus mencari tambahan uang tak mungkin kan aku meminta pada Ayah dan apa yang harus aku jawab jika mereka bertanya tentang uang itu?" gumamnya, sungguh musibah besar sekali baginya sebelumnya Ia sangat berhati-hati dalam melakukan apapun tapi entah kali ini sepertinya Ia sangat ceroboh.

Setelah sarapan selesai Ia kembali ke kamar ina Ariza, di lihat laki-laki itu tengah memainkan ponselnya atau lebih tepatnya mengotak atik. Pita yang cuek hanya berjalan menuju sofa lalu duduk dan mengeluarkan ponselnya.

"Hmmm, kau pinjamkan aku aku ponsel mu." Pinta Ariza tanpa menunggu lama Vita menyerahkan ponselnya pada Ariza, Ia kembali duduk melamu merenungi nasibnya.

Rencana yang sudah di persiapkan matang-matang harus mengulur karna ekonomi yang tiba-tiba sulit, entahlah Ia harus mendapatkan Uang itu dari mana.

"Akhrrrr....." Teriaknya tanpa sadar, Ariza yang melihat menjadi bingung ada apa dengan gadis itu.

"Kau kenapa?" tanya Ariza, namun Vita seperti tak perduli dengan pertanyaan Ariza lebih tepatnya tak mendengar karna terlalu fokus merenungi nasibnya.

Ariza turun dari ranjangnya berjalan menuju Vita yang masih melalum, melambaikan tangannya ke depan wajah Vita tapi tetap saja wanita di depannya tak bergeming.

"Hoeee!" serunya, salah satu cara agar gadis di depannya sadar dan benar saja gadis di depanya langsung tersadar dan menatapnya dengan tajam.

"Kenapa lo berdiri cepat balik ke tempat tidur lo!" bentaknya tanpa sadar, Ariza menurut saja mungkin mood gadis di depannya sedang tidak baik.

Vita kembali keluar dari ruang rawat Ariza, Ia ingin mencari udara segar pukirannya saat ini sedang tidak baik setidaknya Ia dapat mengindar untuk tidak mengamuk pada Ariza yang tak bersalah.

Ariza pov

Hai, Gua Ariza Mahendra Eridra putra sulung Eridra yang sedang mengalami kecelakaan karna kesalahan bersama.

Jadi pada saat kejadian itu saya dalam keadaan genting, saya mendapatkan kabar dari kantor pusat untuk segera kembali ke pusat saya saat itu sedang berbicara serius dengan seketaris saya sehingga tidak memperhatikan bahwa di depan ada pertigaan. Saat itu saya juga buru-buru dan menambah kecepatan kendaraan yang saya tumpangi dan saya baru menyadari ketika sudah sampai di hujung jalan dan saya juga lupa menyalan lampun send mobil saya.

Tapi naas dari belakang saya juga ada seorang pengendara yang melaju kencang dan menabrak mobil saya dari belakang, saya sudah berusaha untuk menyeimbangkan mobil saya tapi nasib tetap nasib mobil saya tetap oleng dan dengan terpaksa saya harus membanting stir alhasil saya menabrak pohon.

Sebelum saya benar-benar kehilangan kesadaran saya melihat mobil di belakang saya sudah dalam keadaan berhenti dan baik-baik saja, hanya saja kap mobilnya sedikit penyok akibat benturan.

"Alhamdulillah...." gleb.....

Makasih yang sudah mendukung saya😍

CHAPTER 3

Seharian ini gadis itu tak ada kabar dan tak menampak kan batang hidungnya, ponselnya pun di tinggal bersama Ariza di rumah sakit dan banyak sekali panggilan telepon dari Mira. Ariza tak berani mengangkatnya karna itu privasi seseorang lebih baik mengabaikan, itulah di pikiran Ariza.

Tepat pukul 20.00 WIB, Vita kembali dengan muka tak berseri seperti menahan sesuatu tapi tak di ungkapkan. Vita merebahkan tubuhnya di sofa, sejenak memejamkan matanya munkin efek lelah Ia tertidur.

"Apa dia begitu lelah?" gumam Ariza namun tak berani mendekat karna takut jika Vita mengamuk lagi dan pergi tengah malam.

Ia hanya asik memandangi wajah Vita yang lelah polos tapi membuat hati tenang jika di pandang, Ariza sedikit menarik sudut bibirnya Ia tak menyangka akan terjadi kecelakaan seperti ini dan malah di pertemukan dengan gadis SMA yang cantik dan lugu.

"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Vita saat merasa Ariza terus memandanginya, namun yang ditanya menggeleng dan malah fokus pada benda pipihnya.

Vita bangun dari tidurnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tak lupa Ia juga membawa baju gantinya ke dalam kamar mandi karna ada laki-laki di ruangan tersebut.

Selesai sudah membersihkan diri Vita keluar dengan handuk di kepalanya, Ia berjalan ke sofa yang sudah terdapat makanan.

"Apa dia yang memesankan?" batinnya bertanya.

Tak ambil pusing lagi Ia menyantap makanan yang tersedia dengan lahap, sayur hijau dan lauk pauk nya, ah sebenarnya Vita itu lelah dan selera makan pun tak ada jadi apapun makananya Ia akan makan.

"Apa kau begitu lapar?" tanya Ariza yang melihat Vita sudah menghabiskan makananya dengan waktu yang cukup singkat.

"Mungkin," jawab Vita singkat.

"Cepat habiskan makanan mu juga setelah itu kau istirahat," imbuh Vita lagi, memaksakan makan membuatny sulit sekali mencerna rasanya dia ingin muntah perutnya serasa bergejolak meminta sesuatu di dalamnya minta di keluarkan.

"Aku tak selera makan," sahut Ariza Ia sangat jenuh dengan makana rumah sakit, apalagi bubur sudahlah Ia sangat tak suka sekali dengan bubur.

"Kau pikir aku berselera makan begitu?" tanya Vita kesal kenapa laki-laki ini sangat sulit sekali untuk makan, apakah dia tidak ingin sembuh tak ingin bertemu keluarganya kembali.

"Cepat habiskan makananmu!" singkat tapi terlihat tegas.

"Apa begini cara mu merawat orang yang sakit?" tanya Ariza, tak habis vikir dengan Vita yang sama sekali tak peduli dengannya seperti tak merawat orang sakit.

"Lalu aku harus bagaimana? menimang mu? menyuapi mu seperti bayi? mendongengkan mu?" Cerocosnya, tidak tau apa hari ini tenaganya harus terkuras habis untuk menghindari pertanyaan dari orang tuanya karna tak pulang semalam.

Flash back on

Vita mengendarai mobil menuju rumah, untunglah mobilnya cepat jadi di bengkel dekat rumah sakit sehingga Ia tak perlu lagi menggunakan kendaraan umum.

Sesampainya di rumah Ia merasakan perasaan tak karuan, Vita pun melangkah masuk ke dalamnya.

"Dari mana saja kamu?" tanya seorang laki-laki yang sedang menikmati kopi serta membaca koran di ruang tamu.

"Eh! ayah? ak.. aku habis dari apartemen." Jawabnya sedikit kiku, pasalnya Ia sama sekali tak pernah tinggal di apartemen setelah kejadian waktu itu.

"Hmmm, tumben apa kamu sedang menyembunyikan masalahmu dari kami?" tanya sang Ayah lagi membuat Vita kaget, apakah Ayahnya mengetahui.

"Tidak Yah, aku berfikir untuk belajar mandiri. Ayah tau kan aku mau kuliah di luar kota jadi aku harus bisa mandiri maka dari itu aku mau belajar hidup mendiri satu bulan ini di Apartemen, dan lagian ujian ku telah usai jadi tak akan menggangguku sama sekali." Alasan Vita, Ayah hanya mengangguk dan Vita bernafas lega Ia pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Karna efek lelah Ia pun tertidur pulas hingga pukul delapan belas empat puluh tujuh Vita terbangun, Ia terperanjat kaget lalu segera bangun mengambil koper mengemasi beberapa lembar baju dan seragamnya karna Ia masih harus sekolah walaupun tak ada mata pelajaran sama sekali.

"Ayah Bunda, Vita pamit mau pulang ke Apartemen." Ucap Vita bersaliman dengan orang tuanya.

"Loh! menginaplah untuk semalam," ucap Bunda Vita, Vita menggeleng dengan senyum terbaiknya tak mungkin kan Ia harus meninggalkan laki-laki itu sendiri yang sedang sakit dan Ia malah berenak-enakan di rumah.

"Assalamualaikum," pamitnya Ia segera memasukan koper itu ke bagasi mobil, Ia juga sudah menyiapkan baju ganti di paper bag untuk nanti di rumah sakit.

"Maaf ayah, Bunda Vita sudah berbohong untuk masalah sebesar ini pada kalian." batin Vita sakit hatinya, sebelumnya Ia tak pernah berbohong pada orang tuanya apa yang terjadi pada dirinya tapi untuk kali ini ia akan mencobanya dan tak akan membuat kedua orang tua hawatir.

Flash back off

Bagitulah ceritanya, Vita berusaha sabar Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. Ia berdiri berjalan mendekati ranjang Ariza, Ia mengambil alih mangkuk yang semula ada pada Aeiza kini berada di tangannya.

"Cepat buka mulutmu," ucap Vita tanpa basa basi Ia segera menyuapi Ariza yang menjengkelkan ini.

Vita menyuapinya dengan sangat sabar karna beberapa kali Ariza menolaknya, tapi Vita selalu menatap tajam Ariza seperti memarahi anak kecil.

"Selesai cepat istirahat setelah meminum obat mu!" perintah Vita, Ariza langsung menurut saja dari pada Ia merusak mood gadis ini.

"Siapa namamu? selama ini kau tak pernah menyebutnya," Ariza memberanikan diri untuk bertanya pada Vita yang masih duduk di bangku samping ranjangnya.

"Vita," singkat padat dan jelas.

"Hmmm, hanya Vita saja?" tanya lagi Ariza.

"Novita Anggraini," seperlunya lagi.

"Aa...."

"Sudah cepat istirahat!" ucap Vita sebelum manusia di depannya bertanya lagi, Vita mengambil ponselnya di atas meja dekat ranjang Ariza.

Ia sudah duduk manis di sofa dengan fokusnya pada ponsel, tiba-tiba ponselnya berbunyi panggilan dari Mira pun masuk.

"Halo, Assalamualaikum Mir." Salamnya Setelah menggeser icon hijau ke atas.

"Vit lo di mana? kata orang tua lo di apartemen tapi setelah gua ke sini lo tetep gak ada, sebenarnya lo di mana?" tanya Mira hawatir pada sahabat sudah dua hari ini Ia tak bertemu dengan sahabat dan tanpa kabar mula.

"Aku..." glep ponsel Vita mati karena kehabisan baterai, Ia lupa tidak mengisi daya ponselnya selama dua hari ini.

Vita pun berjalan ke stop kontak yang berada di samping ranjang Ariza, Ia dengan cepat mengisi daya pada ponselnya.

"Vita.." Ucap Ariza memegang tangan Vita, Vita melirik ke tanganya dengan tatapan sulit di artikan.

Dengan cepat Ia menghempaskan tanganya, berjalan menuju sofa tanpa peduli Ariza yang sedang menahan sakit.

"Vita.. a tolong..."

Jangan lupa berikan jempol mu dan ketikan tangan mu di kolom komentar😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!