"Awh, jalan lihat lihat dong!" keluh seseorang. Dirinya yang menabrak, dirinya juga yang mengeluh. Sedangkan orang yang di tabrak hanya diam dan menatapnya dengan tatapan datar.
Korban mengulurkan tangannya membantu pelaku. Setelahnya ia beranjak meninggalkan orang itu tanpa sepatah kata pun.
Si pelaku yang menggunakan masker membuat sang korban berambut panjang ini tidak mengenalinya. Itu sebabnya ia cuek.
Melihat korban hendak pergi, pelaku penabrakan tadi menahan tangan korban berambut panjang yang di tabraknya dengan sangat sengaja.
"What's wrong?" Ia menunjuk ke belakang korban. Korban itu berbalik dan melihat dua orang yang sebenarnya memang ingin di datangi.
Ia kembali menatap ke depan, pelaku tadi membuka maskernya dan terlihat jelas ia merupakan salah satu temannya juga. "Dipsii kampret!!" ujar gadis ini kesal.
Si pelaku yang di panggil Dipsi itu hanya tertawa melihat korbannya kesal, mereka bertiga berjalan ke arah korban itu lalu memeluknya.
"Welcome back, Ayesss!" ujar salah satu dari mereka, yang bernama Alika. Pelukan hangat bak teletubbies pun terjadi.
"Maacii, guyss! Tapi agak lain kalau lo pada panggil gue Ayesss. Btw, ayok kesono," ajaknya sambil menunjuk kafe. Mereka berempat pun berjalan bersama menuju kafe.
"Cutee tauu, Ayess."
"Geli."
"Hahaha! Lo belum berubah ya, Chaa, tetap aja dingin bangeettt," sahut salah satu temannya, Nara. "Iya nih, udah dingin cuek lagi. Gemetaran gue tadi pas mau nabrak."
"Jangan bacot dah lo, Dip!"
"Ini realll."
"Mau pesen apaann? Baik kita pesan duluuu," tanya Alika tak sabar. "Lo mau bayarin kita bertiga nih?"
Alika menatapnya jengah. "Pengen gue tabok sih, kok bisa gue punya temen modelan lo begini, Naa? Gratisan mulu anjaayyy," balas Alika. "Yaelah, Cii, sensi amat lu sama gue. Tapi kali-kali bolehlah, free."
"Gak gakkk, lagi miskin guee!" jawab Alika tegas. "Gue aminin gimanaaa?" tantang Nara julid.
"Iyakk, adu mulut teross sampe besok! Suntuk banget gue dengernyaaaaa." Nara dan Alika cengengesan. "Ampun, Dip, ampunnn."
"Hahaha. Apa gerangan pulak ni, mak sama kakak takut ke bungsuu?" tanya Ayesha, korban tabrak pundak. "Gak takut cok, gak takoott. Mengalah be, bungsu nanti stress."
"Prettt!!"
"Skip, skipp! Akhirnya kita jumpa yaa, gak nyangka sih gue lo balik lagi ke sini, Chaa." Alika mengalihkan topik. "Gue juga gak nyangka bangett, " balas Diva.
"Halahh! Gak usah alay deh pada, sok dramatis banget," sahut Nara songong. "Ni orang dari tadi kenapaaa seehh? Lo mau gue tabok beneran?" tanya Alika.
"Ihh, pms. Santuyy, bang, santuyy! Tapi emang alay sih kalian," kata Nara cengengesan. "Sabar sabar gue liat lo ya, Naraaa!"
Nara dan Alika memang selalu begituu. Mereka berdua jarang akur, Ayesha dan Diva saja sampai pusing melihat pertikaian mereka berdua.
"Gak penting dah. Cha, lo masuk di SMA kita, kan??" tanya Diva. "Iyapp, kalau gak di situ juga ogah gue balik."
"Berarti lo balik juga demi kami dong ini?"
"Nggak. Pede banget buset."
Seketika tatapan mereka datar. "Ini jawabnya gak nyantuy banget cokk, pengen gue geplak!" balas Diva.
Alika menghela nafas. "Sabar sabar aja gue punya temen sumbu pendek kayak kalian. Panjangkan umur Alika, Ya Allah."
"HAHAHAA!!"
...●●●...
Ayesha POV
Hollaa! Nama gue Ayesha Fianabelle. Untuk panggilan gue punya banyak. Temen-temen gue manggil Echa. Tapi kalau orang rumah panggil gue Fiana.
Banyak yang bilang gue punya sifat dingin dan cuek. Yaa sebenarnya gue cuma cuek sama orang baru. Kalau sama temen gue? Enggaklah anjay.
Fun fact, gue itu sangat amat tidak suka jika sesuatu milik gue direbut ataupun diganggu, jika itu terjadi gue pasti gak bakal diem aja.
For you information, gue jago main basket, juga jago bela diri sama seperti ke-tiga teman gue yang lain. Yepp, gue punya tiga temen yang deket banget kek saudara. Gue bakal kenalin satu persatu.
Yang pertama Ludiva Farasia. Biasa di panggil Diva atau Fara, tapi gue sama yang lain manggilnya Dipsi atau kadang-kadang Dipo, ya sesuai mood aja sih. Diva baik, bisa jadi penengah antara kami. Mukanya kalem tapi tingkahnya gak pernah kalem. Sama aja kek ke-tiga teman gue yang lain. Oh iya, dia yang paling muda.
Teman gue yang kedua itu Narade Asassya. Biasa di panggil Nara tapi itu versi orang lain. Kalau kita panggil Nara dengan sebutan Nana atau kadang Emak, terserah kita pokoknya, hehe. Nara tu periang, super ceria. Punya suara yang bagus apalagi buat ngebacot. Dia tertua.
Yang terakhir ada Alika Flowrencia. Si Alika ini sering kita panggil Cia atau Bunga. Kenapa kita panggil dia Bunga? Karena kata Florwencia. Cuma kita yang panggil dia kayak gitu, kalau orang lain lebih sering manggil Alika.
Alika tu yang paling sering ngebacot sama si emak, kalau ketemu berantem mulu kagak ada habis-habisnya. Tapi mereka yang menghidupkan suasana tongkrongan. Alika punya sikap dewasa, kadang suka ngalah, tapi itu kadang-kadang doang sih.
Kita berempat udah berteman sejak Junior High School. Bukan karena satu sekolah gitu sih kenalnya, tapi kenal virtual. Itu juga kenal karena gabut. Gabut yang berfaedah.
Ceritanya gini, waktu itu gue lagi buka aplikasi buat ngilangin gabutnya gue, nah di aplikasi itu bisa nemu teman. Teman pertama gue di situ si Diva, di susul Nara, baru yang terakhir Alika. Alika sama Diva itu satu provinsi, tapi mereka gak sadar. Kalau gue sama Nara tu jaaauh banget sama mereka.
First meet gue sama Alika. Itu juga karena gue pindah ke provinsinya si Alika dan gak sengaja ketemu si Alika di bandara, setelahnya kita deket gitu, akrab banget. Beberapa minggu kemudian, gue ajak si Alika buat keliling kota, waktu kita berdua haus terus mampirlah kita ke kafe. Suatu kebetulan yang sangat kebetulan, di situ kita ketemu sama Diva, jadi kita bertiga pun lebih akrab lagi.
Nah, kalau ketemu si Nara, kita hasut dia buat ke sini. Awalnya sih kagak mau, tapi plot twistnya, dia di suruh tinggal tempat neneknya di provinsi yang sama kayak gue, Diva dan Alika.
And yeahh, we finally met. Sewaktu dia sampe di provinsi ini, kita bertiga yang jemput. Terus setelahnya kita temenan akrab banget sampe sekarang.
Gue sama ke-tiga teman gue sempat terpisah karena papa gue suruh untuk SMA di kota lain dan tinggal sama paman gue. Gue turutin kemauannya papa waktu itu, terus karena gue ngerengek di sana minta pindah. Akhirnya gue pindah, balik lagi ke sini.
Sifat gue yang cuek dan bodoamat itu, bikin gue gak punya teman seorang pun. Ada yang deket sih, tapi gue nya malah ngejauh.
Pertemanan kami tu gak pernah jaga image, dan kita selalu menunjukkan bagaimana sikap asli kita. Anti munafik clublah. Kita bertiga sama-sama gak suka di bohongi. Traumatik?
...●●●...
Author POV
"Cha, lo kok bisa pindah lagi?" tanya Alika membuka topik baru. Mereka masih di kafe yang sama. "Gue paksa bokap gue biar bisa pindah, pake jurus ngerengek tiap call."
"Bungsu pridee emang sejahtera."
"Di sana pasti banyak cogan kan, Cha? Bagi dong gue," kata Diva merayu. "Teman sekelas gue aja gak ada yang gue kenal ntah cewek ataupun cowok, apalagi cowok kelas lain. Jadi gue gak bisa bagi lo cowok."
"Seriouslyy? Wah parah, penyakit lo aneh sih," sahut Nara geleng-geleng. "Eh, gue tabok juga lo lama-lama. Bukan penyakit ini, namanya tu mengantisipasi dari yang aneh-aneh."
"Bacott pake pelangii!"
"Kalau beneran ada cogan di sono gue pindah sekolah dehh," sahut Nara. "Gue ke sini lo malah ke sono gimana sih maunyaa?" tanya Ayesha kesal.
"Harap maklum, isi otaknya Nana kan cowok mulu," balas Alika. "Namanya gue normal."
"Wait, wait, maksud lo apa nih? Jadi lo kira kita kagak normal begituuu?" tanya Alika sinis. "Gue gak bilang begituu, tapi gue rasa sih kagak."
"Kampret lo ya! Bener-bener lo Nana dalemm!" balas mereka bertiga bersamaan. Nara cengengesan, "Ampun ndoroo!"
Mereka lanjut berbincang, tepat di saat seru-serunya, tiba-tiba ponsel Ayesha berbunyi. Ada panggilan masuk dari mamanya.
...Momm...
📞 ; Fiana, kamu di mana?
^^^Di kafe. Kenapa, Ma?^^^
📞 ; Ada yang cariin kamu, balik gih.
^^^Widih dicariin. Siapa ma? Betina jantan?^^^
📞 ; Kamu kira hewan betina jantan?
^^^Lah, maksudnya Fiana kan perempuan atau laki-laki gituuu^^^
📞 ; Rahasia.
^^^Mama gak jelas, aneh. Yang bener dehh, Mamm?^^^
📞 ; Udah buruan pulang aja duluu.
^^^Setengah jam lagi, Mam. Wa'alaikumsalam.^^^
Ayesha langsung mematikan panggilan. Memang akhlaknya sangat minus, jangan ditiru.
"Kenapa, Chaa?" tanya Alika. "Kagakk, kata nyokap gue ada yang cariin. Lah gue kan kagak punya teman lain selain kalian. Ada sih ya tapikan kagak deket, jadi rada bingung aja siapa yang nyariin."
"Lo sih anti sosial, sok-sok misterius."
"Anti sosial pale lo ungu, kalau gue anti sosial kita gak bakal kenal ya cokk!" jawab Ayesha. "Si Nana tu emang beneran pengen gue geplak tau, emang pengen gue geplak, kann?" sahut Diva.
Nara nyengir. "Gak gitu, Diponegoro."
"Nah, kan kampret! Sini lo biar gue pukull!" kata Diva bak preman. "Kejar gua duluu, hwahahaa!"
Terjadilah kejar-kejaran antara Diva dan Nara, mereka sudah keluar dari kafe itu, sekarang sedang berjalan ntah menuju ke mana. Di tengah sedang lari-larian, dengan tidak sengaja Diva menabrak seseorang.
"Sorry, sorry. Sorry ya, gue gak sengaja," kata Diva panik. Yaa bagaimana tidak, orang yang tanpa sengaja di tabraknya itu anggota geng populer yang ada di sekolahnya.
"Yailah, bocah. Jalan lihat-lihat dong! Udah besarkan? Jangan kayak bocah deh!!" kata pria itu ngegas.
Ayesha dan Alika memantau dari kejauhan, merasa tidak suka temannya di perlakuan seperti itu, Ayesha datang mendekat. "Mau lo apa deh? Dia udah minta maaf sama lo, kenapa jadi ribet? Rempong amat lo jadi laki!" cibir Ayesha.
Nara, Diva, dan Alika meremang mendengar penuturan Ayesha barusan. Sedikit ketar-ketir, tapi gakpapa.
"Hah? Apa? Gak lo liat itu bawaan gue jatuh terus kotor kayak gitu? Lo kira maaf aja cukup gitu?" sahut pria itu tak kalah ngegas. Ayesha mengambil beberapa lembar uang dari tasnya.
"Ambil tuh, lo ganti bawaan lo yang kotor dan berhenti marahin temen gue! Rempong amat." Ayesha langsung beranjak pergi, tapi tiba-tiba tangan pria itu menahan tangannya.
Aneh, seketika kepalanya pusing. Ia memegangi kepalanya sambil menghempas kasar tangan pria itu.
"Chaa? Cha, lo kenapa? Chaa?!!" panggil Nara panik.
"Echaa? Anjirr, lo kenapa cokk?" tanya Diva ikutan panik. Ayesha geleng-geleng. "Gue gakpapa, aman kok."
"Drama ya lo?"
Brukk!!! Nara auto menjotos pria itu sampai jatuh tersungkur. Jotosannya meninggalkan bekas yang membiru di pipi si pria. Sudut bibirnya sedikit lecet.
"Berani-beraninya lo ya! Gue tau lo anggota geng hebat di sekolah gue. Tapi bukan berarti lo bisa ngomong seenaknya!" ujar Nara emosi. "Anjrott, kepancing."
"Udah, udah. Gak usah ribut! Ayok cabut!" ajak Alika menengah. Mereka memilih pergi daripada jadi pusat perhatian banyak orang.
"Eh, woi! woii!"
"Apalagi sih?" tanya Alika berbalik. "Ahh gue tau!" sahut Ayesha, ia kembali mengambil lembaran uang di tasnya.
"Itukan? Tuhh, buat biaya sakit lo!!" ujar Ayesha sambil meletakkan uang di saku baju pria itu. "Dahlah, ayok cabut." Mereka berempat pun pergi menuju mobil.
"Agak laen juga orang ini ku tengok...."
...___________...
...Hai readers!! 🙌🏻...
...Ini novel ke dua aku, semoga kalian sukaa....
...Selamat membaca ya semuaaa...
..._______________...
...Revisi, Maret 2023...
Di tempat lainnya, suatu basecamp.
"Hwahahahaha!! Pipi lo ngapa biru gitu, Ryann?" tanya seorang pria tampan bergingsul, Branden.
"Di hajar betina gila gue," jawab pria berlesung pipi yang cukup dalam, Bryant.
"Lah gimana bisa seorang Bryant di hajar sama cewe? Mustahil, Iyann," sahut pria berkumis tipis bernama Khansa.
"Serah lo, Sa. Gak boong gue. Asli beneran gak nyangka sih gue," jawab Bryant mengeluh. "Lo apain emang? Betina biasanya gak ngamuk kalau gak di gangguin," kata Frans, pria tampan beralis tebal yang cukup kalem.
"Temennya tu nabrak gue, dia udah minta maaf emang, tapi gue emosi ya gue marahin. Temannya gak terima, lah gue dijotos cokkk, langsung dijotosss."
"Pftt. Mampus lo, ahahhahahaha!!" ledek Khansa dan Branden bersamaan. "Tapi gak masalah si, Yann. Lo tetep ganteng kok begituu, nambah malah."
"Bacott! Yang buat gue agak kaget tadi tu betina kenal sama gue, tadi setelah ninju gue dia bilang 'gue tau lo anggota geng hebat di sekolah gue, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya' kata dia kurang lebih gitu. Saha deehh?"
"Lah yaa siapa coba? Mana ada siswi SMA kita yang berani sama lo. Natap aja takut anjayy apalagi mukul," sambung Naufal, si pria berhidung mancung ke dalam. Ya pesek maksudnya.
"Nah itu dia gue gak tau. Tapi nih ya, jotosan dia sakit bener sumpahh. Kek bukan cewekk!" keluh Bryant. "Lagian macem-macem sih lo jadi orang, kan kena batunya."
"Kata gue minimal obatin deh anjirrr."
"Ogahh. Alay lo, luka kecil doang."
"Ingin ku memukul mulutmu."
"Wess, besokkan senin tuh, kita cari aja orangnya. Gini-gini penasaran juga gue, yakali Bryant dijotos. Siapaa gitu yang beranii," sahut Khansa.
"Ciri-cirinya gimana, Yann? Siapa tau gue tau atau mungkin dia mantan gue gitukann," kata Naufal pede. "Emm, lo pengen gue jotos juga, Fall?"
Naufal menggeleng dengan senyuman. "Selo mamennn! Santaii. Tapi siapa tau aja beneram mantan guee."
"Yang nabrak gue itu putih terus bulu matanya lentik. Yang ngasih uang ke gue itu putih juga sih, tatapannya tajam terus keliatan banget aura horornya gitu, matanya warna coklat. Yang ngejotos gue itu rambutnya sebahu. Yang ngelerai dan nenangin mereka itu alisnya tipis, kagak punya alis pun gue rasa," kata Bryant mengingat-ingat.
"Ooohhh anjayy... yang ituu...." sahut Naufal menggantung. "Siapaa? Lo kenal, Fal?" tanya Khansa.
"Nggak."
"Asuu. Mau gue tenggelemin lagi hidung lo??" tanya Bryant dengan muka datar menahan emosi. "Ampun, bang, ampun!" kata Naufal nyengir.
"Satu keanehan lagi, cewek yang ngasih uang ke gue itu waktu tangannya gue pegang, kepalanya mendadak pusing," ujar Bryant melanjutkan keluhan. "Kok bisa?" tanya Frans bingung.
"Ya gue kagak tauu, makanya gue bilang aneh."
"Setelah gue pikir-pikir, ciri-ciri mereka tu familiar. Keknya gue tau," sahut Khansa. Branden menatap Khansa, "Satu pemikiran gak kita?"
"Sepertinya."
"Eh, btw, besok bos besar udah masuk lagii," ujar Branden mengalihkan pembicaraan. "Tau dari mana lo bos masuk?"
"Gue di call sama bang Revin tadii, makanya tau," jawab Branden. Mereka membulatkan mulutnya, "Ooo..."
"Gue balik dulu dah kalau gituu," kata Bryant beranjak dari tempat duduknya. "Tumben cepet?"
"Ada bisnis," jawab Bryant lalu pergi meninggalkan temannya. "Macamkan betul ajalah manusia satu itu."
...●●...
"Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumsalam. Fianaaaaaa. Kamu tu ya mama belum siap bicara udah kamu putus aja panggilannya. Mama suruh pulang sekarang malah tiga puluh menit kemudian baru sampe!" protes mamanya. Sudah di prediksi, Ayesha pasti akan dimarahin.
"Fiana kan baru balik ke sini ma, ya wajar dong main dulu bentarr," jawab Ayesha ngeles. "Oh iya, yang katanya nyariin Fiana mana, Mam?"
"Itu di dalam." Ayesha mendelik. Begitu melihat siapa orangnya ia langsung berlari dan memeluk orang itu erat. Pelukannya juga terbalas. "Aaaaa, bang kudaniiill!" ujarnya gemas masih sambil memeluk.
"Ganti nama guee aja lo ya. Kebiasaan. Nama gue Danial Febrian Anggara btw, bukan kudanil," balas Danial. "Fia tidak perduli, bodoamat, bang. Oleh-oleh gue mana?"
"Dih, gue baru balik malah tanyain oleh-oleh. Minimal tanya kabar dulu, dekk. Parah banget lo yaa!" Ayesha nyengir. "Ohh, hampir kelupaan! Papa mana?"
"Papa kira kamu lupa sama papa, nakk?" sambar Deokhwa Anggara, papa mereka. Ayesha beralih memeluk sang papa, dan tentunya di balas. "Pa, oleh-oleh."
"Astaghfirullah. Punya anak cewek satu kok gini amat sih?" tanya Deokhwa. Ayesha tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya. "Dah, dah. Fiana mandi sana," suruh Yeira, mamanya.
"Siapp, bukboss!" jawab Ayesha sambil hormat lalu pergi ke kamarnya untuk mandi. Keluarganya menggelengkan kepala melihat tingkah Ayesha.
Too much information, Deokhwa Anggara adalah papa Ayesha, beliau baru saja pulang dari Kanada karena urusan bisnis yang mendesak. Deokhwa sangat menyayangi anak-anaknya begitu juga dengan istrinya, Yeira.
Sedangkan Danial Febrian Anggara abang kandungnya. Di luar Danial biasa di panggil Febri, di keluarganya di panggil Al, di gengnya di panggil Danial. Kalau Ayesha sendiri manggilnya bang kudanil. Danial merupakan ketua geng di sekolahnya, tapi yaa jarang ada di sekolah. Danial dan Ayesha hanya selisih satu tahun. Ayesha kelas XI, dan Danial kelas XII. Oww, iyaa, Danial tidak tau jika Ayesha akan masuk ke sekolahnya.
Kembali ke Ayesha. Selesai mandi dan mengenakan baju rumahan, ia keluar kamarnya dan ikut bergabung dengan yang lain.
"Bang kudaa, coba lo pegang pergelangan tangan gue dehh," kata Ayesha sembari menjulurkan tangannya. Danial menatap heran, "Buat apa?"
"Pegang aja buruan." Danial pun memegang tangan adiknya, tidak terjadi apa-apa. Ayesha biasa saja. Tidak pusing seperti tadi waktu Bryant memegang tangannya tadi.
"Coba papa deh gantian."
"Buat apa sih, Fii?" tanya mamanya heran. "Eksperimen," jawabnya asal. Tanpa dimintai dua kali, Deokhwa pun memegang tangan anaknya. Dan hasilnya sama saja, tidak terjadi apapun.
"Kok aneh ya?"
"Anehnya?" tanya Danial heran. "Ginii, jadi tadi tu kan, si Diva lagi jalan tapi habis tu gak sengaja nabrak orang. Orangnya marah-marah padahal Diva udah minta maaf, Fia marahin balik tu orang. Setelah itu Fia mau pergi tapi dia malah pegang tangannya Fia. Terus tiba-tiba kepala Fia pusing. Aneh gak sih?"
"Kok bisa gitu?"
"Ya mana gue tau, bang. Makanya gue suruh lo sama papa pegang tangan gue, tapi gak ada apa-apa ternyataa," jawabnya santai. "Orangnya kamu tau siapa? Atau ciri-cirinya?"
"Emmm.. dia cowok, kulitnya putih, tinggi, rambutnya warna hitam kecoklatan, punya lesung pipi," jelas Ayesha sambil mengingat.
'Gak iya dah, yakali mirip Bryant? Tapi cowok model gituan banyak sihh,' batin Danial. "Itu mungkin kamu emang kecapean makanya pusing," sahut mamanya.
"Bisa jadi sih, Mamm."
"Ya sudah, biarkan itu. Mari kita makan sekarang." Mereka pun menuju meja makan bersama dan mulai makan dengan tenang.
Tidak lama untuk jam makan, hanya beberapa menit. Di saat sedang membantu mamanya meletakkan piring ke wastafel, ponsel Ayesha berbunyi.
...Dipsilalapoo...
^^^Wa'alaikumsalam, ada apa Dipo?^^^
📞 ; Besok lo sekolah, kan?
^^^Iya egee, kenapaa?^^^
📞 ; Pala lo masih pusing kagak?
^^^Kagakk lagii^^^
📞 ; Ohh yaudah assalamualaikum.
^^^Lahhh anying, gile lo ya? Gitu doang?^^^
📞 ; Jadi? Gue cuma make sure aja siee. Lagian besok ketemu, gue males basa-basi sama lo
^^^Serah lo deh, Dippp, bocil gabut. Dah byee, wa'alaikumsalam^^^
...●●...
Di keesokan harinya, Ayesha sekeluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi ini. Bahkan mereka sudah selesai sarapan sekarang.
"Ehm, papa Deokhwa yang ganteng..."
"Ada maunya nih, yakin gue, yakin!" sambar Danial yang hafal dengan tingkah adiknya. "Diem kamu, kudanil!"
"Tchh!"
"Kenapa kamu rayu papa gitu?" tanya papanya penasaran. "Mahu tanya sahajaa, Fia ke sekolah naik apa?"
"Motor mau?"
Ayesha pura-pura berfikir. "Apapun boleh dehh."
"Di garasi udah ada satu kendaraan buat kamu," sahut si mama. "Beneran?" Mama-papanya berdehem.
"Hangjaayyy!"
"Ini untuk Al gak ada?" tanya Danial. "Kamu punya dua mobil sama dua motor, kurang apa lagi?" Danial tersenyum malu-malu. "Kali aja mau ditambah..."
"Jijik gue, geli liat komuk lo, bang."
"Adek kampret!" Ayesha tertawa cengengesan.
"Maaf nyonya ganggu waktunya, itu di depan ada teman-teman nona Fia, saya suruh masuk mereka gak mau," ujar pembantu menghentikan percakapan. "Oh iyaaa. Biarin aja mereka, Bi."
Ayesha langsung memakai tasnya. "Fia dah di jemput, Fia berangkat duluan." Ia enyalimi tangan orang tuanya lalu pergi.
"Itu adek sekolah di mana sih?" tanya Danial kepo. "Ntar kamu tau sendiri, Al."
"Dih gitu si papa? Yaudahlahhh, Al pergi dulu ya, Ma, Pa," pamit Danial sambil menyalimi tangan orang tuanya.
Danial ke luar rumah dan berjalan santai menuju garasi mobil. Ia terkejut ada mobil sport warna abu-abu, warna kesukaan adiknya.
"Busett. Bagus amat mobilnya si adekk. Tapi bagusan mobil gue sih," ujar Danial bermonolog. Setelahnya ia masuk ke mobil dan pergi menuju sekolahnya.
..._______________...
...Revisi, Maret 2023...
Ayesha menuju mobilnya Diva dan langsung masuk ke mobilnya. Di dalam sudah ada Nara dan juga Alika.
Sesuai kesepakatan memang selalu begitu, setiap hari Senin dan Sabtu mereka pergi ke sekolah bersamaan dengan satu mobil. Sekarang gilirannya Diva, sabtu mungkin Ayesha, Senin depannya Nara atau Alika begitu seterusnya.
"Anjayyy, Echa masuk sekolah baruu," goda Alika setibanya Ayesha di mobil. "Gue harap gue betah aja deh, kalau gak betah ya kali gue pindah sekolah lagii."
"Kata gue mah pasti betah, yakin gue nih. Lagian kan ada gue, Dipa sama Ciaa, dijamin betah," jawab Nara bersemangat. "Ceileehhh, gaya lo, Naa."
"Tapi jujurly gue khawatir nih sumpah," sahut Diva menggantung perkataannya. "Khawatir kenapa pulaa??"
"Masalah kemarin? Yang lo gak sengaja nabrak ituu?" tanya Alika. Diva mengangguk, "Iya ituu. Takut ajaa cokk."
"Gue yang jotos malah biasa aja. Calm down mamen! Ada bunda Echa di sinii," sahut Nara tersenyum lebar. "Lah? Gue jugaa. Gue masih muda nyett, gak cocok di panggil bundaa."
"Muda nyalinya. Kita udah sampeee," ujar Diva menyadarkan temannya. "Cepat amat busett?"
"Dipsi kalau naik mobil kagak bisa pelan, Chaa. Mentang-mentang punya SIM hasil nembak," sahut Nara blak-blakan. "Diem tohh, mak. Jangan di bilang hasil nembakk." Nara cengengesan.
"Btw, tenang aja, Na, Dip. Kita gak bakal kenapa-napa kok, santai bee," kata Ayesha menenangkan. 'Yeeu, kagak tau aje lo yang kemaren siapa, Chaa. Kagak bisa tenang ini gue,' batin Diva ketar-ketir.
Diva menghela nafas panjang. "Yaudahlah, ayok." Mereka berempat pun turun, terlihat seperti anak kembar yang berasal dari pabrik yang sama.
"Cakep jugaa sekolahnyaa. Salah satu dari korang, anterin gue ke ruangan kepsek dongg," pinta Ayesha lembut. "Ya ayok barengan ajaa semuaa."
"Gue minta salah satu malah mau semua kalian, jadi sayaangg dehh." Mereka menatap julid komuk Ayesha barusan, "Agak laen."
"Kepentok pintu mobil atau abis kerasukan ni anak?" tanya Nara bingung. "Yang iyanya abis di ruqiyah."
"Kamprett lo padaa!"
"Awokawok. Jadi kagak ke ruang kepseknya? Adu bacot muluu gue liatt," kata Alika gak sabar. "Jadi dongg. Ayokk," ajak Nara, mereka pun melangkahkan kaki bersamaan menuju ruangan kepsek.
Mereka berjalan dengan santai, tapi lain halnya dengan Diva. Mukanya terlihat sedikit panik dan tidak tenang. "Lo kenapa deh, Dip? Tenang aja tenang, santai."
"Maunya gitu, tapi gak bisaa."
"Memang siapa sih cowok yang semalam?" tanya Ayesha penasaran. "Semacam salah satu anggota rombongan geng gitu di SMA. Mereka itu, ada tujuh ntah delapan orang. Empat di antaranya ada di kelas gue, Nana, sama Dipsi," jelas Alika.
"Jahat gitu?"
"Di bilang jahat enggak, baik juga enggak. Yang penting jangan nyenggol duluan sama merekaa," sahut Nara. Ayesha berohria. "Pantesan pucet muka ibukni. Tenang be, Dipp."
"Hadehh, kagak bisa. Tetep gak tenang gue, soalnya yang mulai gue. Gue ga—"
"Udah sampe, Cha," kata Alika memotong perkataan Diva. Ayesha mendekati Diva, menepuk pundaknya. "Jangan nyalahin diri lo sendiri. Bukan salah lo, lo juga gak sengaja nabrak dan lo udah minta maaf. Udah, gak usah dipikirin. Ada mak Nana yang siap berantem."
"Siiipp, gue juga tumbalnyaa," Ayesha nyengir. "Kalian nunggu atau duluan ini? Kalau mau duluan, duluan aja gak masalah."
"Duluan aja deh, nanti itungan telat pula gara-gara kelamaan nunggu lo." Ayesha mengangguk, "Yaudah tiatii. Kalau ada apa-apa, call gue!!" ujar Ayesha, mereka mengacungkan jempol lalu pergi. Ayesha pun masuk ke ruangan kepala sekolah sendirian.
Diva, Alika dan Nara itu satu kelas. Kini mereka berjalan bersama menuju kelas. "Dip, muka lo kusut banget serius. Tenang dongg tenang! Kan gue yang ngejotos," kata Nara gregetan.
"Iya tapi gara-gara gue, Naaa."
"Yaelah, Dip, gak perlu gak enakan gitu kali. Woles aja woles, kan ada gue, Nara, sama satu lagi ada si Echa sekarang. You knowlah Echa gimana, gak bakal diem aja dia kalau kita di apa-apain. Lagian, Bryant kan susah inget muka orang," sahut Alika. Diva menghela nafas lagi.
Mereka pun terus berjalan sampai tiba di kelas. Tepat beberapa menit kemudian bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran akan segera dimulai. Pak Erik, selaku wali kelas XI IPS 4 masuk bersamaan dengan seorang siswi baru.
"Silakan, perkenalkan diri kamu," suruh Pak Erik.
"Halo semua. Gue Ayesha Fianabelle, kalian bisa panggil gue Yesha atau panggil apapun terserah," ujar Ayesha terkesan tak ikhlas.
"Panggil sayang boleh?"
"Arsyad, kamu ini. Pantang liat cewek cantik yaa?" tegur Pak Erik meledek. "Ya siapa tau dia mau, pak?" Erik menggelengkan kepalanya.
"Sudah. Kamu bisa duduk di samping Bryant," titah Pak Erik. Bryant yang sedang main game tembak-tembakan dan mabar bersama Branden dan Khansa tidak mendengarkan sama sekali.
For you information, Bryant, Khansa, Branden, dan Frans satu kelas di XI IPS 4. Sedangkan Naufal tidak bergabung dengan mereka, dia berada di kelas XI IPS 2.
Mereka semua adalah berandalan yang berprestasi, mereka tau mana yang perlu di jotos dan mana yang tidak, mereka hanya menjotos orang yang suka cari masalah. Contohnya berandalan lain di dalam sekolah itu. Para berandalan yang bisanya menindas kaum serba kekurangan.
Bryant dan temannya biasanya sering ikut turnamen, turnamen apapun itu. Termasuk turnamen game. Yaa intinya mereka pandai memanfaatkan yang bisa dimanfaatkan.
"Bryant! Branden! Khansa!! Saya sudah di kelas kenapa kamu masih main game?!" tanya Pak Erik kesal. Inilah mengapa kepala sekolah menyuruh guru pria menjadi wali kelas di XI IPS 4, karena kebanyakan murid laki-laki dari pada murid perempuan.
"Bryant Narendra!" teriak Pak Erik sambil menjewer telinga Bryant. "Aduhh... paakkk!!"
Ayesha yang kebetulan sudah duduk di samping Bryant menggelengkan kepala. Meja mereka itu berada di tengah, tidak terlalu di depan tidak terlalu di belakang.
Selisih dua meja di sebelah kanannya, ada Nara dan Alika yang duduk bersamaan. Dan selisih dua meja sebelah kiri Ayesha, ada Diva yang duduk dengan Branden. Selebihnya Ayesha belum kenal.
"Pak ampun, pak, sakit ini telinga saya! Saya laporkan kasus KDK ya bapak!" ancam Bryant. "KDK apa, Ryan?!"
"Kekerasan dalam kelas."
"Ngaco bangett. Hukuman buat kamu, lari lapangan lima puluh kali sekarang!" perintah Pak Erik tegas. "Sendiri, pak?"
"Waduh,jangan gila gitu dong, pak. Lapangan kan gede ituu, masa iya lima puluh kali? Khansa sama Branden gak di suruh juga, pak?" Kedua siswa yang merupakan temannya menatap tajam, "Kagak usah ngajak lo!"
"Ya biar adill."
"Kamu dalangnya ya, Ryan. Udah gak usah banyak alasan, mau lari atau saya sita ponsel kamu sekarang?" tawar Pak Erik. "Gak ada pilihan lain, pak?"
"Ada. Traktirin teman sekelas kamu makan selama seminggu," jawab Pak Erik tanpa pikir panjang. "Ya Allah si bapak mah. Masa hukuman saya ngasih mereka makan, gak ada korelasinya, pakk. Tapi gak masalah deh, saya ambil hukuman yang terakhir ya, pak."
"Oke di mulai hari ini traktirannya."
"Alhamdulillah! Makan gratis seminggu!!" sorak teman-temannya senang. "Semoga berkah ya anak-anak. Oh iya, Panji, kalau dia tidak menjalankan tugasnya, lapor ke saya."
"Oke siap, pak!" Pak Erik melepas jeweran Bryant dan kembali ke meja guru. Telinga Bryant memerah akibat jeweran Pak Erik.
Bryant mengusap usap telinganya sembari menoleh ke samping, betapa terkejutnya Bryant saat melihat Ayesha duduk di sana. "Astaghfirullahalazim.. Eh, lo?!"
'Anjirrr, cokkk? Aduh kasian si Echaa,' batin Alika.
'Ini apa responnya si Echa ya?' tanya Nara sedikit panik.
'Duh, kan, udah gue duga Bryant pasti kenal sama Echa. Bola mata Echa ada ciri khasnya,' pikir Diva dalam hati.
Ayesha sendiri melihat sekilas ke arah Bryant, setelah itu tidak memperdulikannya lagi.
"Pak, bentar, ini dia salah kelas apa gimana, pak? Nyasar kahh?" tanya Bryant sebelum pelajaran di mulai.
"Tidak, dia siswi baru pindahan." Bryant sedikit terkejut mendengarnya namun berusaha biasa aja agar tidak membuat heboh yang lain.
"Baiklah. Mari kita mulai pelajaran sekarang."
...●●...
Jam istirahat pertama telah tiba, rombongan sirkus —Bryant, dan kawan-kawannya— sudah berada di kantin tempat biasa mereka makan. Dari posisinya, ia terus memperhatikan Ayesha yang tertawa ria bersama dengan temannya yang lain.
'Perasaan gue tadi di kelas cuek banget, kenapa sama temannya beda ya?' tanya Bryant dalam hati.
"Bryant? Woi, Ryan!!" panggil Branden ngegas. Bryant tersadar dari lamunannya. "Eh? Apaan?"
"Lo budek banget, setan!" Bryant nyengir, "Maaf maaf, gue pesennya samain ajaa." Branden pun pergi memesan makanan.
"Lihatin apaan lo daritadi?" tanya Khansa kepo. Tidak mendapatkan jawaban, Khansa mengikuti pandangan Bryant sebelumnya. "Siswi baru yang tadi? Lo demen?"
"Ngaco anjayy."
"Eh, tunggu, gue heran nih, kok lo bisa kenal itu orang?" tanya Frans ikutan kepo. "Itu yang gue ceritain kemaren, lihatin aja ciri-cirinya."
"Ohh, jadi yang ngejotos lo si Nara, yang nabrak lo si Diva? Yang misahin Alika? Gitu? Kenapa lo kagak kenal mereka Bryant Narendraaaa?" tanya Frans gemas. "Kagak tau juga gue, susah ingetnya."
"Terus kenapa lo bisa ingat itu cewek yang siswu baru?" tanya Branden sudah selesai memesan. "Matanya coklat, ada ciri khasnya sendiri. Jadi gue inget," jawab Bryant.
"Oalaaahh..."
"Lagian lo tu sakit apaan dah? Aneh, masa iya gak bisa ingat muka orang lain selain kita?" sahut Khansa. "Tau dah, gue juga bingung kenapa jadi gini. Nyokap gue bilang ini bukan bawaan lahir, bukan penyakit juga btw."
"Biarin aja dah, skip. Yang penting gak lupain kita aja dah gak masalah tuu," kata Frans menengah. "Pinter, Frans!"
"Woiit!" Mereka berempat serentak menoleh. 'Bos besar' mereka datang bersama dua temannya yang lain. "Anjayy, welcome back, bos besarr!"
"Hahaha. Thank you, thank you." Mereka bertosria ala-ala pria gentle. "Pesan makanlah, bang. Makanan hari ini di traktir Bryant, makan aja sepuasnya," kata Naufal dengan senyuman.
"Lo nambah beban otak gue ya, Nopalll?!" Naufal tersenyum menampakkan deretan giginya, "Berbagi itu indah, Ryann."
"Bacottt!"
"Dah udah, gak usah ribut. Gue yang traktir nanti. Gue denger ada siswi baru di kelas kalian, mana orangnya?" tanya Danial sambil membuka botol minuman.
"Itu."
Danial yang tadinya sedang meneguk air malah tersedak karena terkejut. Seketika ia berdiri dari kursinya lalu menghampiri arah yang di tunjuk Bryant.
"Adek, lo ngapain?"
"Adekk??" beo siswa-siswi yang mendengar. Bryant beserta temannya ikut terkejut, namun mereka masih diam.
"Bang kudanil ngapain di sini?" tanya Ayesha linglung. Alika, Diva dan Nara yang berada di sana pun ikutan kebingungan. "Ini... siapa lo, Chaa?" tanya Diva.
"Ini abang gue coy, Bang Danial."
"Hahh? Abang??!"
"Jadii... Bang Danial yang sering lo ceritain ke kita itu Bang Febri?" tanya Nara terkejut.
Yaa, meskipun mereka sudah berteman lama, mereka belum pernah melihat Danial. Danial itu pria yang sibuk ngurusin kerjaan, jadi mereka hanya tau wajah papa-mamanya Ayesha.
"Gimanaa?" tanya Ayesha bingung. Detik berikutnya Ayesha baru tersadar, di tengah nama abangnya ada nama Febrian. "Iyaa dia, emang kenapa?"
"Wahh... Anjirr..."
"Ini lo ngapain di sini, dekk?" tanya Danial lagi. "Numpang makan! Ya gue sekolah di sini, bangg."
"Jadi lo sekolah di sini?" Ayesha mengangguk. "Emang kenapa? Lo ngapain di sini?" tanya Ayesha gantian.
"Gue sekolah di sini juga egee, liat nih seragam guee," jawab Danial gak nyantai. "Oooh.. lah kok? Kok kita satu sekolah malah gak tau?!"
"Nah ituuu! Mama papa gak ada bilang ke gue kalau lo sekolah di sini jugaa." Ayesha menggaruk jidatnya, "Gak tau dah gue bingung. Sana pergi, hushh. Jadi pusat perhatian gue gara-gara lo."
"Sangat tidak sopan ya kamu ini, ngusir abangnya sembarangan!" dumel Danial. "Lagian lo—" mulut Ayesha langsung ditutup tangan Danial.
Ayesha memberontak, ia menggigit telapak tangan Danial. "Aduhh, Fiaaaa...." Danial menjauhkan tangannya dan merengek kesakitan. "Mau bunuh gue kan lo? Gue bilang papa lo, bang, ntar liat aja."
"Eh kamprett, lo yang gigit tangan gue ya. Ya walaupun gue duluan yang mulai. Yaudah gini aja, lo mau beli apaan? Gue bayarin," bujuk Danial. "Gak mood lagi gue."
"Jangan ngelunjakk. Woii, sinii! Duduk di sini aja," teriak Danial pada ke tujuh temannya. Bryant, Branden, Khansa, Naufal, Frans, dan dua sisanya teman sekelas Danial, Ikhsan dan Revin, datang menghampiri.
"Ngapain lo panggil temen lo ke sinii, abaanggg? Goblokk banget abang gue, gak liat noh rame yang ngelihatt, gue risihhhh," keluh Ayesha berbisik. "Udah diem lo."
"Dip, Naa, Ciii. Cabut yok, anti gue. Ini banyak banget cowoknya anjirr," ajak Ayesha. "Gak ada cabut cabut, diem di situ, ntar gue beliin apapun yang lo mau."
"Apapun ya? Janjii?" Danial berdehem. "Oke, deal!"
"Disogok begituan baru anteng ya, Cha?"
..._______________...
...Revisi, Maret 2023...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!