NovelToon NovelToon

Satukan Dunia Kembali

1. Sebuah Mimpi (Arc 1. Awal mula is started)

Terjadi kekacauan di sekte bulan perak. Seseorang pemuda membawa lari seorang bayi berusia 3 bulan dan dikejar musuh. Tubuhnya sudah penuh luka dan sudah dirasa sulit untuk menyelamatkan dirinya. Akhirnya, dia menemukan jalan buntu.

"Kau mau kabur kemana?" Teriak si pengejar. Mereka berjumlah lebih dari 20 orang dengan rata-rata tingkat kultivasi alam Nascent soul tingkat akhir, sementara dia hanyalah seorang diri dengan kultivasi alam Foundation tingkat akhir. Tentu saja terlampau jauh

"Cih, kau pikir aku takut pada kalian?" Pemuda itu berteriak.

"Apa gunanya berteriak seperti itu? Serahkan saja bayi itu pada kami!" Sang pemimpin buka suara.

"Mimpi saja sana!" bentak pemuda itu.

"Semuanya, rebut bayi itu dan bunuh pemuda itu!"

Tiba-tiba terlihat seorang lelaki berusia 14 tahunan langsung terbangun dari tidurnya. Lalu menatap di sekelilingnya. Nafasnya tidak beraturan, namun sejenak dia mencoba menstabilkan nafasnya itu setelah menyadari bahwa dia tengah berada di kamarnya.

"Huh, cuma mimpi"

Mendadak pintu terbuka, dan seseorang dengan umur yang sepertinya sepantaran dengannya tampak berkacak pinggang. "Micah, ini sudah pagi, ayo bangun!"

Lelaki yang bernama Micah itu itu mendadak menggeram kesal. "Aku sudah tahu!"

"Cepatlah mandi! Kau tidak kasihan dengan Alicia yang sudah begitu rapi sejak jam empat pagi?"

"Iya-iya. Sana pergi! Aku hanya butuh sepuluh menit saja untuk mandi dan berganti baju!"

"Cepatlah, Micah. Aku akan segera menunggu di depan sana."

"Iya, kak Jack bawel!"

 

Di pagi yang cerah ini, Micah tengah bersama orang yang membangunkannya tadi yang bernama Jack dan juga gadis yang setahun lebih muda darinua yang bernama Alicia, adiknya tengah berjalan beriringan menuju ke Academy wilayah Kardia.

Terlihat Jack yang memiliki senyum yang mengembang, kemudian Ali ia yang sangat cemberut dan Micah sendiri memandang muka tertunduk. Sangat jarang sekali melihat mereka jalan bersama, karena pada dasarnya, Alicia selalu suka bersosialita dengan Sahabat sebayanya sementara Micah selalu suka menyendiri entah karena apa. Padahal, sesungguhnya sifat Micah yang sebenarnya begitu ramah, murah senyum, ceria, perhatian, dan bahkan suka membual.

Namun segalanya berubah ketika Micah ternyata memiliki pergerakan yang sangat kaku sehingga dirinya dianggap tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang petarung, yang kemudian dijauhi teman-temannya dan juga adiknya.

Micah merasa sangat kesepian, namun dirinya masih terus berusaha mencoba berkali-kali, namun hasil pada Laporan penilaian per musim selalu hanya mencapai angka D di bagian kemampuan bertarung. Bukankah itu sangat buruk?

Sementara itu, Alicia membenci Micah, bukan hanya karena tidak berkualifikasi menjadi seorang petarung, melainkan ada alasan khusus.

"Jack, Micah, Alicia!"

Mereka bertiga secara bersamaan menoleh, mendapati dua gadis cantik yang datang menghadap kepada mereka. Mereka berdua bernama Shara, putri kepala daerah Kardia dan Raven, Gadis yang hanya setahun lebih tua daripada Micah, yang berarti Seumuran dengan Jack.

"Tidak seperti biasanya kalian berjalan bersama seperti ini."

Mereka semua mulai terdiam saat Alicia berucap, "Ini karena kak Jack yang memaksa. Padahal, aku sama sekali tidak ingin jalan seperti ini."

Micah mulai merasa semakin murung, karena tahu benar maksud utama dari ucapan adiknya itu. Seketika dirinya mulai berjalan kembali mendahului kedua saudaranya.

"Micah, tunggu!"

"Tidak usah dikejar, kak."

Jack menghela nafas pelan, merasa bahwa Micah sudah berjalan cukup jauh dan dengan perasaannya yang sedikit tertekan, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk tidak mendengarkan ucapannya.

 

 

Micah terus berjalan sembari murung, karena merasa bahwa dirinya memang bisa dibilang tidak berguna. Itu miris, pikirnya.

Semua orang mulai berbisik-bisik mengenai Micah yang dianggap tidak berguna oleh mereka. Jika dilihat dari kerja keras, seharusnya Micah berhak untuk memiliki kualifikasi Pertarungan, namun rasa kaku pada tubuhnya sangat sulit untuk dihilangkan.

Micah akhirnya memasuki kelasnya yang sudah begitu ramai dengan murid sekelasnya. Tidak lama berselang, seorang guru datang dan membagikan laporan hasil pembelajaran di musim Spring ini. Micah mendapatkan Rapor A+ di hampir semua pembelajaran, kecuali di bagian kemampuan bertarung beserta kelompok di dalamnya.

Seolah-olah memang sudah merupakan kebiasaan, Angka D selalu bertengger di sana. Itu membuat Micah semakin murung saat melihatnya.

Murid lain dengan bangganya menunjukkan Rapor yang menunjukkan Angka B atau A dalam bidang pertarungan , padahal kebanyakan tertulis angka C pada bidang lainnya. Sementara itu, dirinya yang hanya memiliki nilai jelek di budang itu pun hanya bisa meremas Rapor miliknya itu dan membuangnya di tong sampah.

Micah menendang batu di hadapannya untuk menunjukkan rasa kekesalannya. Tidak berselang lama, mendadak Jack datang sembari menanyakan Rapor nya. Namun hanya satu jawaban yang jeluar dari bocah yang dulunya ceria itu. Ya, hanya jatu jawaban namun itu cukup untuk mengejutkan kakaknya.

"Sudah di tong sampah."

Jack mengerutkan keningnya, kemudian menggelengkan kepalanya. "Micah, aku tahu bahwa kau tidak akan mungkin menjadi petarung, namun kemampuan IQ mu begitu tinggi sampai di angka A+! Seharusnya kau merasa bangga dengan dirimu sendiri!"

"Yah, jika aku terlahir di golongan ilmuwan atau biasa, itu bagus. Tetapi, aku terlahir di keluarga petarung terkenal, kak! Apakah pantas untuk memiliki kemampuan IQ tinggi tapi kemampuan bertarung nol besar? Jawab aku, kak!"

Seketika Jack terdiam, namun memeluk Micah sebagai gantinya. Ucapan Micah saat ini telah menunjukkan seberapa besar rasa kecewanya terhadap dirinya. Bukankah itu miris? Di dalam perasaan prihatin yang dia rasakan, mendadak dia teringat sesuatu.

"Sudahlah, Micah. Oh, ya! Kakak bersama Alicia dan juga teman-temanku akan ikut ke Hutan Privera untuk berkemah selama semusim Summer ini. (Musim Summer\=97 hari.) Aku rasa sebaiknya kau ikut juga."

"Tidak. Aku lebih baik tidur saja daripada keluar."

"Micah, kau harus tahu bahwa refreshing dapat meningkatkan senyuman. Sementara kau selalu murung. Jadi-"

Micah segera memotong ucapan Jack. Dirinya memang tidak menyukai Refreshing pada saat ini. "Aku tidak ingin ikut."

"Astaga, Micah. Kau ini begitu keras kepala sekali! Padahal kau harus punya Have Fun agar dapat Refresh pikiranmu."

"Sekali aku bilang tidak, ya berarti Tidak, Kak. Titik!"

Micah langsung berlalu begitu saja melewati Jack yang merasa begitu menghela nafas pelan. Tidak lama berselang, terlihat Raven dari arah lain mendatangi Jack setelah mendengar perseteruan mereka berdua dengan rapot yang telah lecet, dimana itu adalah rapot yang Micah buang sebelumnya. "Aku mengerti perasaannya."

Jack segera menoleh, mendapati Raven tengah menatap Micah dengan tatapan sedikit sendu, sembari berucap, "Sebaiknya kau biarkan saja Micah menyendiri."

 

Micah kemudian meninggalkan Academy Daerah Kardia, kemudian ke pantai untuk mendengar deru ombak. Dirinya memandangi ombak tersebut yang terus menghantam tanah tidak henti-henti. Itu persis seperti dirinya berusaha untuk melawan takdir.

"Apakah memang aku ditakdirkan untuk menjadi melemah ini? Lalu mengapa aku dilahirkan di keluarga Handerson?"

Micah kemudian pergi dari sana begitu mulai melihat beberapa orang tengah beriringan, tengah membicarakan seseorang yang tidak lain adalah dirinya sendiri.

"Kasihan sekali, ya! Jack itu sangat hebat, tetapi punya adik tidak berguna. Hahaha!"

"Sudahlah, jangan pedulikan adiknya itu. Yang terpenting, kita harus Fokus dengan perkembangan kita terlebih dahulu. Benar, bukan?"

 

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

2. Mimpi aneh lagi

Malam hari telah tiba, Micah telah berada di tempat yang sebenarnya di dalam kekuasaan Monster tingkat Epical. Itu sangat buruk, mengingat betapa kuatnya makhluk tingkat Epical itu.

Micah bertemu dengan Raven yang dari tempat tersebut, berlalu begitu saja melewati Micah. Micah menatap Raven yang pergi menjauh, yang rupanya sangat Micah cintai.

"Aku begitu lemah. Bagaimana mungkin aku dapat memilikinya?"

Micah kemudian kembali ke sana, hanya untuk merenung. Mendadak, matanya melirik ke kedua tangannya sendiri, lalu mendongak ke atas sembari meneteskan air matanya.

Micah kemudian mulai berjalan semakin jauh memasuki hutan itu, tidak peduli bahwa semakin ke dalam hutan, semakin berbahaya. Namun Micah sama sekali Tidak peduli. Namun, sesungguhnya dari sinilah Nasibnya telah berubah.

Terlihat Para monster tengah celingak celinguk karena merasakan ada aura manusia di sekitarnya, namun Micah tidak terlihat di matanya. Meskipun dia memiliki keterbatasan, namun bukan berarti dia tidak memiliki kelebihan. Dia sangat ahli dalam menyusup sehingga tidak mudah untuk mengetahui keberadaannya.

Micah ternyata telah berdiri di atas pohon dengan hidung yang dia tutup dengan kedua jarinya itu. pohon itu begitu tinggi namun Micah dapat memanjatnya tanpa ketahuan Monster itu, walaupun begitu sampai di atas, tubuhnya langsung terasa kram karena penyakitnya

Perut Micah mendadak mulai berbunyi keroncongan sehingga kembuat Micah mulai celingak celinguk karena kelaparan. Tidak butuh waktu lama, matanya langsung tertuju pada buah yang berwarna merah yang ada di hadapannya, kemudian tanpa merasa ragu, dia petik buah itu lalu dimakan tanpa peduli apakah itu beracun atau tidak.

Mendadak perutnya mulai terasa sedikit panas, lalu rasa panas itu mulai menjalar ke seluruh tubuh Micah yang membuat dia mulai terbelalak kaget lalu mulai menyesali tindakannya tadi.

Namun, tidak butuh waktu lama, tubuhnya mendadak mengeluarkan kotoran yang bau nya sangat tidak sedap, bersamaan dengan Suhu tubuhnya mulai menurun ke tingkat normal. Micah mulai merasa kebingungan sejenak lalu merasa Risih dengan kotoran itu, perlahan mulai turun dari pohon tersebut, dan segera menjauhi Monster yang masih kebingungan itu.

"Dasar monster bodoh."

Micah mulai menceburkan diri ke sebuah Danau yang ada si hadapannya, kemudian air itu seketika dikotori oleh kotoran menjijikkan itu dari dlam tubuhnya. Setelah itu, dia menyadari ada sedikit kejanggalan, namun Dia sendiri juga kerasa kebingungan, perasaan janggal macam apa itu tadi? Bagaimana bisa tubuhnya memengeluarkan kotoran gelap yang sama sekali berbau tidak sedap seperti itu?

Tidak mau terlalu lama di dalam hutan itu, Micah mulai bergerak untuk menyelinap menghindari pantauan monster itu layaknya ahli infiltran, namun Dia sama sekali tidak menyadari ada kejanggalan pada dirinya, yaitu perasaan kaku ototnya telah hilang sehingga Micah mampu bergerak leluasa kali ini.

Dengan lari kecil yang tanpa disadari bisa dia lakukan, Micah akhirnya sampai di Rumahnya. Dia kemudian mulai berjalan ke arah pintu dan hendak meraih Gagang pintu, namun Dia mulai merasa ragu. Dia pernah beberapa kali melakukan hal ini dan pernah kali kakaknya itu memarahinya sampai membuat Micah tertunduk.

"Aku berharap kakak tidak marah hari ini, ucapnya di dalam hati lalu memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di dalam rumah,Micah terkejut ketika Kakak dan Adiknya sudah terlihat bersiap-siap dengan Ranselnya. Itu membuat Micah merasa bingung.

"Kakak mau ke mana?"

"Kakak hendak pergi ke perkemahan besok bersama adik Alicia. Ekhem! Kau harus ikut juga," ucap Jack sambil menunjuknya

"Aku? Tidak-Tidak. Aku tidak ikut," ucap Micah sambil menggelengkan kepalanya.

Jack terlihat menghela nafasnya pelan, membujuk Micah itu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan, namun bukan berarti Hack harus menyerah. "Kau keras segala sekali, Micah. Ini untuk menjernihkan pikiranmu sejenak."

Ali ia memutar bola matanya malas, lalu berucap, "sudahlah kak, kita tidak butuh si penakut sepertinya."

"Alicia! Jaga ucapanmu! Bagaimanapun juga, dia adalah kakakku!"

"Tch! Aku duluan, selamat tinggal!"

Alicia mulai pergi meninggalkan Micah dan Jack menuju ke kamar nya, yang kemudian mereka berdua pun saling berpandangan.

"Maaf, Micah. Jangan terlalu memperdulikan ucapan Alicia, ya!"

"Jangan khawatir. Aku tidak akan ambil hati dengan ucapannya," ucap Micah dengan pikirannya penuh tanda tanya, namun Dia juga pergi ke kamarnya.

"Hufft, sepertinya aku harus merepotkan Raven Kame lagi."

Micah kemudian menutup pintu kamarnya, lalu merebahkan dirinya ke kasur. Tidak berselang lama kemudian dia mendadak terserang rasa kantuk berat yang kemudian tertidur pulas.

 

Terlihat Sosok gadis yang memiliki telinga Kucing tengah berjalan di sebuah hutan. Tampak dia tengah menatap ke arah batang kayu yang terdapat bayi manusia, lalu dia berbalik dan hendak menjauhi tempat itu. Bayi itu mulai menangis, membuat Wanita bertelinga kucing itu kembali menatap bayi itu. Dengan perlahan dia mendekati bayi manusia yang tergeletak di tengah hutan itu. Dengan lembut, dia meraih bayi itu dalam pelukannya.

Begitu menatap Bayi itu, mendadak air mata menetes di wajahnya. Dia mulai mengusap nya dengan satu tangannya, sembari merasa terkejut. ini sudah ribuan tahun yang lalu dia tidak pernah menangis begini. Dia mulai menatap bayi itu dan mulai mengasuhnya, dan sejak saat itu dia merawat bayi itu seperti anaknya sendiri.

Scene mendadak berubah, dimana Bayi itu tengah tergeletak seperti hampir mati, kemudian Gadis Bertelinga kucing itu segera datang dengan tubuhnya yang luka luka untuk membawakan obat untuknya. Tanpa memperdulikan luka yang dua derita, Gadis itu langsung saja meminumkan obat yang dia dapat ke bayi itu sehingga tidak berselang lama, Cahaya mulai timbul dan Bayi itu terlihat mulai membaik, membuat Gadis itu merasa senang, lalu segera mendekatkan dirinya ke arah bayibitu sambil berkata, "Akhirnya kau sudah sembuh, putraku. Kerja bagus."

Scene kembali berubah lagi, dimana Saat Gadis itu terlihat sekarat, kebetulan dua pasutri asing mulai datang hendak menolongnya. Gadis bertelinga kucing itu terlihat sakit keras dan kondisi tubuhnya menunjukkan cedera yang sangat serius.

"Jangan pedulikan aku. Tetapi, aku mohon pada kalian untuk merawat Micah," ucapnya sambil menunjuk ke arah bayi yang kini tertidur pulas itu.

"Bagaimana dengan kau sendiri? Kau mengalami luka yang terlalu serius. Apakah kau terkena dampak Radiasi Crystal Core yang melegenda itu?"

"Tidak perlu pikirkan aku. Aku hanya ingin putraku itu tetap dalam keadaan baik-baik saja."

Mendadak, Mata Micah terbuka dan kini dia langsung berdiri dari tempat tidur nya. Dia kembali menghela nafasnya sambil berkata, "Mimpi tadi terasa nyata."

Mendadak Jack yang telah masuk ke kamarnya sebelumnya segera mengerutkan keningnya"Micah, Kau tidak tidur?"

Micah mulai menatap Kakaknya yang bernama Jack itu lalu menghela nafasnya, lalu menceritakan semua hal di mimpinya, yang malah membuat rawut wajah Jack memucat entah karena apa.

3.pertemuan tidak terduga

Pagi hari telah tiba, Micah bersama yang lainnya tengah bersiap-siap menuju hutan Privera. Dalam hati dia menghela nafasnya, tidak menyangka Raven datang dan memintanya untuk ikut serta. Sulit untuk menolak permintaan Raven karena pada dasarnya, Micah sesungguhnya mencintai gadis yang setahun lebih tua darinya itu.

Di sisi lain, Micah sedikit kebingungan juga terhadap reaksi kakaknya kemarin, seolah olah ada yang disembunyikan darinya. Micah hanya bisa menghela nafas pelan saat ini, karena tidak mungkin bertanya lebih jauh karena ujung, mereka pasti akan mengarang jawaban. Lebih baik, menunggu waktu yang tepat untuk membongkarnya.

"Jack, aku merasa kita tengah diawasi," ucap Raven pada Jack dengan matanya yang tidak henti hentinya celingak celingkuk ke berbagai arah. Posisi mereka yang berdekatan membuat Micah terasa terbakar oleh api cemburu, namun Dia tahu, mustahil untuk mendapatkan gadis berambut merah itu.

"Aku juga kerasa begitu. Sepertinya kita harus berwaspada," jawab Shara

"Aku lihat di sekeliling tidak ada apapun. Apakah kalian bercanda?" tanya Collete

"Shirt! Kau sama sekaligus merasakannya?" tanya Risk sambil memukul pelan kepala Collete.

Mendadak Micah menyadari sesuatu. di seberang sana terlihat seekor kucing yang tengah terduduk, menurutnya sangat aneh. Seekor kucing hitam yang memiliki lonceng layaknya genta tengah asyik tengah menatapnya. Entah kenapa Micah merasa Kucing itu sangat Familiar.

Kucing itu kemudian mulai bangkit dari pose duduknya, lalu segera meninggalkan tempat itu. Itu seperti magnet yang membuat Micah mulai mengikuti kucing aneh itu sejenak, melupakan bahwa dia telah terpisah dari rombongan karena memang dia berjalan di urutan paling belakang.

Micah mulai tersadar setelah mengikuti Kucing itu begitu jauh, dimana dia telah pergi begitu jauh meninggalkan kelompoknya. Perasaan gundah mulai menghantui dirinya. Namun mendadak Kucing itu mengeong, yang membuat Micah kembali menatap kucing itu yang terus berjalan pelan semakin ke dalam hutan.

Micah mulai mengikutinya lagi, sampai mereka tiba di sebuah desa yang telah hancur. Sekali pagi, Micah seolah mengingat desa ini. "Kenapa desa ini terasa familiar? Eh, tunggu.Desa ini sama persis seperti di mimpiku.

Mendadak, hujan mulai turun dengan lebat, membuat Micah dan Kucing itu berlarian menuju seb8uah rumah yang sebagian telah hancur untuk berteduh. Kini Kucing itu terlihat menggigil, Membuat Micah merasa tidak tega lalu segera mengambil handuk di ransel kulitnya, lalu mengelap seluruh tubuh kucing itu yang kini berada di pangkuannya.

Dia mulai merasa cemas, berharap semua rombongan tadi baik baik saja. Seketika rasa kantuk menyerangnya, yang membuat Micah segera tertidur dengan posisi bersandar di Pilar rumah.

Setelah beberapa waktu berlalu, hujan telah reda. Micah terbangun dengan perasaan pusing. Matanya terasa berat, dan dia merasakan bahwa dia telah tertidur cukup lama. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Kucing hitam, desa hancur, dan rombongan temannya. Micah merasa khawatir tentang nasib mereka.

Saat dia mencoba bangkit, dia menyadari bahwa kucing hitam yang dia temui tadi kini berada di hadapannya, lalu mengeong sekali lalu segera pergi. Entah kenapa Micah merasa ingin selalu mengikuti kucing itu kemana pun itu pergi.

Micah mulai bangkit dari tempat duduknya lalu mengikutinya. Begitu sampai di suatu tempat dengan danau kecil di hadapannya, Kucing itu telah tidak kelihatan dari tempatnya. Itu membuat Micah mendadak kebingungan kembali, lalu dia celingak celingus sambil mendekati danau itu. Namun mendadak terdengar suara perempuan yang tertawa.

"Kau mencari seseorang? Aku ada di sini."

Micah mulai terkaget, lalu menatap danau itu yang ternyata ditemukan Kristal raksasa, begitu menatap sampai ke atasnya, dia menemukan Sosok gadis Bertelinga kucing yang sama persis di mimpinya, hampir tiada bedanya.

"Bagus, nak. Akhirnya kau pulang juga, apakah kau kau datang sambil membawa Stuff, seperti Firework dan Dancing Bear, huh? Tetapi aku ucapkan selamat datang kembali padamu."

Dia melompat turun dari atas Crystal itu lalu menunjukkan kemampuan akhirnya yang luar biasa, dimana kakinya mampu melayang di atas air dengan begitu menakjubkan. Kemudian, dia mulai mendekati Micah, lantas segera memeluknya erat.

"Aku telah menunggu lama disini untuk menunggu kepulanganmu, Putraku."

Micah merasa campur aduk oleh semua yang terjadi. Gadis bertelinga kucing itu tampak sangat mirip dengan sosok yang pernah muncul dalam mimpinya. Dia merasa seperti dalam cerita dongeng yang sangat nyata.

"Dia berbicara seperti mengenaliku dan bahkan menyebut aku putranya," gumam Micah dalam hati.

Gadis bertelinga kucing itu kemudian melepaskan pelukannya, lalu tersenyum, namun terlihat air mata di sudut matanya, dengan tatapan penuh kerinduan yang menumpuk di benaknya. Seketika Micah mulai tersadar, sebelumnya makanya telah menyembunyikan sesuatu saat menceritakan soal mimpi itu, dan sekarang gadis ini telah muncul di hadapannya. Apakah ini pertanda semua rahasia akan terbongkar di sini?

"Ayo pulang, Putraku. Akan aku masukkan masakan yang lezat untukmu, pasti kau merasa lapar."

Micah mulai mengikutinya kemana gadis itu pergi. Entah mengapa, hati ini juga terasa terisak dengan penuh kerinduan. Micah mulai memahami, pasti Semuanya akan terungkap di sini.

Micah mulai mengerutkan kening saat Gadis ini memasuki perkampungan yang sudah runtuh ini, namun Micah juga tidak mau bertanya cukup banyak. Terlihat, gadis itu memasuki rumah yang tadi dia tempati untuk berteduh. Jadi ini rumahnya?

"Maaf, putraku. Disinilah rumah kita, memang sedikit hancur."

Micah menatap rumah itu dan entah mengapa dia kembali bernostalgia, merasa dejavu. Micah mulai kembali teringat di mimpinya bahwa dia memang di rawat di rumah yang setengah hancur ini.

"Anu ... ibu. Sebenarnya apa yang terjadi di sini?"

Gadis itu terdiam deh, mendengar kata 'ibu membuat hati gadis bertelinga kucing itu terasa sangat terharu. bagaimanapun, dia telah membesarkan bayi itu selama 3 tahunan, belum sekalipun dia mendengar kata itu karena masih kecil. Namun sekarang telah berbeda.

Dia telah terpisah selama sebelas tahun lamanya dan begitu bertemu kembali dan sudah dipanggil ibu, itu membuatnya pengorbanan selama ini tidak sia sia. Micah sendiri juga agak kebingungan, mengapa mulutnya begitu spontan memanggilnya ibu.

"Apakah kedua pasutri itu menceritakan tentangku padamu?"

"Pasutri?"

Melihat rawut wajah Micah yang terlihat tidak berbohong membuatnya sedikit menghela nafas pelan. Dia langsung paham bahwa kedua pasutri itu telah menyembunyikannya dari bocah ini. Tetapi, jika itu benar, bagaimana putranya ini bisa memanggil nya ibu jika tidak seorang pun yang memberitahu soal itu?

"Bagaimana kau tahu aku ibumu?"

Micah terdiam sejenak, kemudian mulai menceritakan mimpinya. Dia kerasa bahwa itu bukan mimpi belaka, melainkan masa lalunya sehingga Gadis bertelinga kucing itu merasa bersyukur karena dia tahu bahwa itu karena takdir yang melakukannya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!