...Happy Reading...
Gadis berperawakan imut itu menatap arloji cokelat di lengan kanannya, ia sudah terlambat hampir setengah jam dari jadwal yang ia janjikan. Seketika ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, berusaha untuk menenangkan dirinya walaupun ia tahu itu tidak akan mengubah apapun. Sedangkan jantungnya didalam sudah berdetak tidak karuan. Apa yang akan ia hadapi sekarang?
“Dijemput Jack, Clara?”
Clara menoleh dan mendapati gadis berambut hitam legam sepinggang itu tengah tersenyum hangat padanya. Kathy, salah satu teman kerjanya yang sedikit dekat dengannya. Ya, karena ia memang tidak terlalu pandai bergaul seperti kebanyakan orang lainnya. Dan ia cukup beruntung beberapa orang bahkan bersedia menyapa atau bahkan mengajaknya makan siang disaat ia tidak pernah sekalipun menyapa mereka terlebih dahulu.
“Iya, kau pulang sendirian?” Clara kali ini bertanya, setidaknya berusaha memperpanjang percakapan ketika lift turun ke lantai satu. Kathy masih memandangnya dengan senyuman hangat.
“Siapa lagi yang akan menjemputku? Aku iri padamu karena mendapat kekasih seperti Jack.” Kathy terdiam sesaat dan menghadap kepintu lift, seolah ia benar-benar membayangkan berada di posisi Clara, memiliki kekasih yang begitu sempurna.
“Jack pria yang sangat tampan, pria temuda dengan aset yang luar biasa, memiliki kepribadian yang begitu baik. Apa lagi yang kurang dari dia? Clara kau gadis yang sangat beruntung!” Kathy menatapnya penuh semangat.
Beruntung? Clara hanya tersenyum tipis pada Kathy, melihat mata Kathy yang berbinar setidaknya membuatnya menghilangkan kegelisahannya selama beberapa menit. Iya, dialah gadis beruntung yang diidamkan semua wanita. Clara Villegas adalah gadis beruntung, itu yang mereka tahu.
Kini pintu lift terbuka, mereka berdua berjalan beriringan menuju pintu keluar kantor. Clara menatap sekeliling ruang parkir, berusaha menemukan sedan mewah yang terparkir seperti biasanya.
“Itu dia Jack!”
Clara menoleh kearah jari telunjuk Kathy, dan ia dapat melihat seorang pria tampan dengan memakai jas rapi sedang berdiri bersandar disebelah sedan mewah miliknya. Clara akui, Jack memang tampan dan memiliki tubuh yang sangat ideal. Terlebih yang Clara tahu Jack juga memiliki perut six pack. Ia begitu sempurna dimata semua wanita manapun. Sangat sempurna.
“Aku duluan Kathy, kau hati hati dijalan ya!”
Clara tersenyum tipis kearah Kathy dan berjalan menuju Jack yang tengah menunggunya. Clara dapat melihat senyuman hangat Jack padanya, dan pria itu terlihat melambaikan tangan sapaan kepada Kathy.
“Masuklah!”
Senyuman Jack seketika memudar, ia berbicara dengan dingin, seolah berubah drastis dalam sekejap. Clara merasakan tubuhnya kini mengalami kepanikan, bahkan kini lebih hebat dari sebelumnya. Clara menarik napas dalam dan memasuki mobil mewah itu. Bersiap dengan apa yang akan terjadi didalam.
“Kau sudah terlambat dari waktu yang dijanjikan!”
Jack kini berteriak kencang padanya, membuat tubuh Clara bergetar. Begitu sering ia mendengar teriakan itu, namun ketakutannya seolah tidak pernah hilang. Ketakutan itu kian bertambah, Clara menundukkan kepalanya dalam.
“Maaf, aku minta maaf Jack.”
“Apalagi yang membuatmu terlambat?! Kau sudah berani bermain api dibelakangku?!”
Clara menatap kearah Jack, namun dengan cepat ia kembali menunduk saat menatap mata Jack yang berapi-api karena amarahnya. Kini Clara kembali meringkuk ketakutan. Inilah Jack sebenarnya, ia emosional dan sangat kasar. Apa ini yang diidamkan semua wanita? Jika iya, dia bukan salah satunya.
“Tidak..tidak, pekerjaanku...pekerjaanku-“
Clara tersentak ketika Jack kini meraih kerah kemeja miliknya, pria itu mencengkeram kuat. Clara kini tidak bisa menahan ketakutannya lagi. Gadis itu menangis ketakutan, ia tidak tahu hal buruk apalagi yang akan Jack lakukan padanya. Kini wajahnya dengan wajah Jack hanya terpaut beberapa senti, bahkan ia dapat merasakan hembusan napas Jack yang menggebu.
Kaca mobil Jack gelap jika dilihat dari luar, ia tidak bisa meminta tolong kepada siapapun. Pernah ia berusaha untuk keluar dari mobil, tapi Jack malah semakin menyakitinya. Itu membuatnya jatuh sakit selama satu minggu.
“Maaf Jack, aku minta maaf, aku tidak akan melakukan hal yang sama lagi.”
Clara berbicara dengan terbata-bata karena rasa takutnya dan uraian air mata yang semakin deras. Jack kini mengangkat tangan kanannya, Clara hanya bisa memejamkan matanya kuat, bersiap menerima pukulan keras itu dari Jack.
Sepuluh detik telah berlalu, ia tidak merasakan pukulan itu. Clara membuka matanya, tangan Jack kini sudah ia turunkan. Jack hanya menatapnya nanar, dan dengan cukup kuat ia mendorong tubuh Clara menjauh darinya, membuat tubuhnya terbentur door pocket pintu mobil dengan kuat. Clara merasakan punggung bawahnya nyeri saat dengan kuat mengenai sandaran mobil, namun ia tidak bereaksi dan kembali menatap depan.
“Aku sudah bilang padamu untuk tidak usah lagi bekerja! Aku akan memberikanmu semuanya, bahkan jauh lebih banyak dari gaji yang kau dapatkan di kantor ini.”
‘Dengan bekerja setidaknya bisa menjaga kewarasanku.’ Batin Clara dengan senyuman kecut
.
“Aku takut merepotkanmu Jack, aku takut terlalu bergantung padamu.”
Clara menjawab dengan suara pelan, ia takut Jack akan kembali bersikap kasar karena ia salah menjawab. Namun, kini Jack hanya menatapnya dengan dingin dan tidak bereaksi apapun, Clara sedikit bernapas lega. Entah sampai kapan tubuh dan mentalnya dapat bertahan.
Clara menatap kearah luar jendela saat mobil itu mulai melaju perlahan. Clara merasakan air matanya kembali mengalir, namun dengan cepat ia menghapusnya, Jack mungkin akan kembali marah jika melihatnya menangis.
Dan inilah hubungan yang ia jalani hampir tiga tahun belakangan ini, Jack menyiksanya secara fisik maupun psikisnya. Dan setelah ia merasa cukup membuatnya tersiksa, Jack akan bersikap normal dan seolah tidak terjadi apapun. Seolah pria itu lupa dengan apa yang telah ia lakukan padanya.
Hubungan ia dengan Jack sebenarnya sudah terjalin selama hampir lima tahun lamanya. Saat tiga tahun pertama hubungan mereka, Jack adalah pribadi yang lembut, pengertian, penyayang, pria itu benar-benar sempurna dimatanya. Namun saat memasuki empat tahun hubungan mereka seolah Jack berubah drastis, saat ibunya meninggalkannya secara tragis, ibunya membunuh dirinya sendiri, dan sampai saat ini Clara tidak tahu kenapa wanita paruh baya yang sangat cantik itu memilih kematian yang tragis, dan Jack selalu marah jika ada seseorang yang mengungkit ibunya, termasuk dirinya.
“Hapus air matamu, tutuplah dengan makeup. Kita akan pergi ke acara ulangtahun kakakku.”
Clara hanya mengangguk mengerti dan mengeluarkan alat makeup dari tasnya. Ia benar-benar tidak ingin membuat Jack kembali marah padanya, sedangkan punggungnya kembali nyeri ketika ia sedikit bergerak, punggungnya pasti membiru, ia akan mengompresnya saat dirumah.
Clara mulai memoles wajahnya itu dengan makeup secara perlahan, berusaha tampil cantik saat mentalmu sedang tidak baik-baik saja adalah kebiasaan yang selalu ia lakukan.
Entah sampai kapan ini semua akan berakhir, hidup yang didambakam semua wanita, menjadi kekasih Jack. Clara tersenyum tipis, jika ia bisa menyerahkan hidupnya ini, ia akan menyerahkannya, namun sayangnya itu semua mungkin tidak akan pernah terjadi. Dan bahkan ia sendiri penasaran, bagaimana kematiannya di tangan Jack. Cepat atau lambat itu bisa saja terjadi, dan ia harus siap.
To be continue..
...Happy Reading...
“Ayo, cepat! Kita terlambat karenamu!”
Clara merasakan tangannya nyeri saat Jack menariknya dengan paksa. Mungkin lebam ditangannya beberapa hari yang lalu belum benar-benar pulih, saat Jack memaksanya keluar dari restaurant ketika ia dan teman kantornya makan malam bersama. Jack pria yang sangat posesif, ia tidak boleh makan malam dengan pria manapun walaupun itu sekedar acara kantor.
Bahkan Jack membeli 75% saham di kantor tempat ia bekerja. Karena itulah ia selalu diisimewakan di kantornya, dan jujur saja itu membuatnya tidak nyaman.
“Jika kau lelah cukup tersenyum, tidak usah banyak bicara.”
Jack kini melembutkan genggamannya, wajah marahnya itu kini berubah lebih santai dan tenang. Clara menghembuskan napas pelan dan tersenyum tipis, berusaha menampilkan kesan baik untuk para tamu, ia disini adalah keluarga dari sang pemilik acara, kesan baik amat diperlukan.
“Jack! Challa!”
Challa, itu adalah panggilan sayang Jack untuk Clara, yang bahkan kini menjadi panggilan yang lebih sering ia dengar dari pada namanya sendiri. Dengan senyuman lebar sepasang kekasih itu berjalan berdampingan menuju seorang gadis cantik dengan balutan gaun biru laut miliknya, terlihat mewah dan anggun secara bersamaan.
“Kau terlihat begitu pucat Chal! Kutebak, pasti Jack memaksamu untuk datang kesini. Ya ampun gadis cantikku.”
Judy Hilton, kakak perempuan Jack yang terpaut empat tahun itu memeluk Clara dengan erat. Seolah gadis itu dapat melihat wajah lelah Clara dibalik makeupnya.
“Aku baik-baik saja Kak, aku yang memaksa Jack untuk ikut bersamanya. Aku ingin bertemu denganmu, i miss u~”
Clara kini membalas pelukan Judy. Hubungan enam tahun dengan Jack membuatnya sangat akrab dengan anggota keluarga Jack, terlebih dengan Judy. Clara sudah menganggapnya sebagai kakak kandungnya dan begitu juga sebaliknya.
“Aku pinjam dulu Challa Jack, aku ingin jalan-jalan dengannya."
Tanpa menunggu jawaban Jack, Judy menarik Clara menjauh. Sedangkan Jack hanya tersenyum tipis, melihat interaksi Clara dengan keluarganya selalu membuatnya senang. Clara hanya mengekor dibelakang Judy. Sebenarnya ia sedikit merasa insecure di acara kali ini, ayolah ia lelah karena pulang kantor, belum mandi dan tidak memakai baju bagus, bahkan Jack tidak bilang akan membawanya ke ulangtahun Judy, kehadirannya tanpa persiapan membuatnya memiliki kesan buruk.
“Kau sudah makan Chal? Makanlah, ini cookies kesukaanku.”
Judy kini memberikan Clara sebuah kue kering kecil dengan krim vanilla dan juga cherry kecil diatasnya, Clara hanya dapat menerimanya, sebenarnya ia juga cukup lapar, pekerjaannya cukup menguras energinya. Terlebih ia juga belum makan apapun setelah makan siang kantor.
“Apa hubunganmu dengan Jack baik-baik saja Chal?”
Clara yang sudah memakan setengah kue itu seketika menghentikan aktifitasnya. Apa Judy menyadarinya? Memang, Jack berusaha selalu terlihat sempurna, termasuk didepan keluarganya. Jack hanya bersikap kasar padanya, hanya kepadanya. Tapi kini Judy bertanya setelah dua tahun hubungan tidak sehat ini. Apa Judy menyadarinya?
“Ada apa kak?” Judy menatap Clara dengan khawatir. Bukannya menjawab kini Clara balik bertanya padanya. Judy tahu, ada yang mereka sembunyikan.
“Ah, tidak. Beberapa hari lalu aku melihat Jack memaki seseorang ditelepon, dan kutahu dia seorang perempuan.”
Judy menghentikan ucapannya sesaat dan menatap Clara, seolah ingin tahu bagaimana reaksi Clara dengan ucapannya. Clara hanya bersikap tenang, lebih tepatnya berusaha untuk tetap tenang. Clara kembali melahap cookies digengamannya, sedangkan perasaannya tidak karuan. Terlalu takut dengan ucapan Judy selanjutnya.
“Untuk pertama kalinya aku melihat adikku yang baik bersikap begitu kasar.” Kini Judy menatap intens kearah Clara, ia menghembuskan napas pelan sebelum melanjutkan ucapannya.
“Jack tidak menyakitimu kan, Chal?”
Clara menahan napasnya sesaat. Apa ini waktunya ia mengungkapkan semuanya, mengungkapkan betapa buruknya Jack memperlakukannya dua tahun belakangan ini. Apa dengan ini ia bisa terbebas dari Jack seumur hidupnya? Apa semuanya akan baik-baik saja? Apa Jack tidak akan membunuhnya jika ia mengungkapkan semua ini pada Judy?
“Apa Jack menyakitimu?”
Judy kembali mengulangi pertanyaannya, melihat wajah tegang dan gugup Clara membuat ia yakin jika panggilan yang tersambung dengan adiknya itu adalah Clara. Seorang gadis yang dipanggil ‘jalang’ dengan Jack di ponsel itu adalah Clara. Tapi, mengapa? Mengapa Jack berucap sekasar itu pada Clara? Apapun masalahnya, itu kata yang sangat tidak pantas diucapkan seorang pria pada wanita manapun.
Judy tahu Clara adalah gadis baik, dan adiknya adalah pria yang pengertian. Masalah apa yang bisa membuat Jack berbuat seperti itu, yang paling Judy takutkan adalah, Jack bukan hanya menyakiti gadis depannya ini secara verbal, ia takut Jack juga menyakitinya secara fisik.
“Kak, aku-“
“Apa yang kalian bicarakan?”
Mereka berdua tersentak, beberapa meter dihadapan mereka terdapat Jack yang menatap dengan penasaran. Mereka terlihat begitu serius, dan Jack cukup penasaran.
“Kak, aku tidak tahu Jack bicara dengan siapa. Mungkin ia sedang berada dimasa yang sulit dengan beberapa kliennya. Aku akan bertanya dengannya nanti.” Clara kini mulai berucap dengan wajah tenang.
Judy merasakan sedikit lega dengan ucapan Clara. Jika itu dengan klien atau orang lain mungkin Judy bisa lebih tenang. Mungkin Clara benar, Jack hanya sedang emosi dengan para kliennya. Terlebih ia juga tahu adiknya akhir-akhir ini begitu ambisius membuka cabang baru di luar negri. Seharusnya sebagai kakak yang baik ia membantunya, bukan malah berburuk sangka seperti ini. Judy berjalan mendekati Jack.
“Dasar anak manja, aku hanya meminjam Challa sebentar dan kau malah mencarinya. Ini aku balikkan kekasihmu!”
Judy tertawa dan menjauh dari mereka berdua, kembali menerima tamu dengan senyuman hangatnya. Clara yang melihatnya hanya menarik napas dalam, hampir saja ia menceritakan semuanya pada Judy, jika bukan karena Jack, mungkin ia sudah menceritakan ini semua.
“Apa yang kalian bicarakan?” Jack kini berjalan mendekat kearah Clara. Clara kini mulai merasa gugup.
“Judy hanya ingin tahu keadaan ibuku.” Clara tersenyum tipis, menutupi kegugupannya.
“Hanya itu?” Jack kini menginterogasi, ia menatap intens kearah Clara.
“Dan pernikahan, Judy membicarakan pernikahan.”
Jack terdiam mendengar jawaban Clara. Ia sendiri tahu, Judy begitu mendesaknya perihal pernikahan, namun ia tidak tahu jika Judy cukup berani membahas itu dengan Clara. Mata Jack kini beralih pada Judy yang masih menerima beberapa tamunya.
Judy, wanita itu sudah pernah gagal dalam pernikahan. Leo, mantan suaminya ketahuan selingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan Judy harus meminjam uang padanya untuk menghidupi seorang putri kecilnya yang spesial. Leo tidak ingin mengeluarkan uang sepeserpun untuk menghidupi putrinya.
Dan jujur saja itu adalah salah satu mengapa ia cukup enggan jika bicara mengenai pernikahan, ia sudah sangat bahagia dengan Clara yang selalu berdiri disampingnya. Walaupun ia sendiri sangat tahu jika ia adalah pria jahat yang sering menyakiti Clara. Namun Clara adalah segalanya, ia tidak bisa membiarkan siapapun menyentuh miliknya, Clara adalah miliknya.
“Ayo kita pulang, aku ingin istirahat.”
Jack kini berjalan menjauh, Clara hanya menatap Jack dengan bingung. Entah apa yang berada dipikiran Jack, tapi kata pernikahan terlihat jelas sekali membuatnya sedih dan kacau. Bahkan mereka baru sampai beberapa menit lalu. Clara hanya mengekor pada Jack menuju pintu keluar.
To be continue...
...Happy Reading ...
Clara memandang luar jendela mobil, hampir lima belas menit lamanya perjalanan mereka kini dipenuhi keheningan, seolah dirinya dan Jack sedang terbang kedalam pikirannya masing-masing.
Sebenarnya Clara masih begitu penasaran alasan mengapa Jack seolah begitu berubah sejak ia berbicara mengenai pernikahan. Walaupun sejujurnya ia juga belum memikirkan sejauh itu, namun hubungannya dengan Jack sudah berjalan hampir enam tahun, seharusnya sudah tidak ada keraguan dari mereka. Toh, memang itulah niat awal mereka menjalin hubungan.
“Bagaimana menurutmu mengenai pernikahan Chall?”
Clara tersentak, ia kini menoleh kearah Jack yang masih dengan datar menatap kemudinya. Clara kini berusaha berpikir keras, ia takut akan membuat Jack tersinggung dan kembali marah padanya.
Jika sifat Jack selalu seperti ini, mungkin saja ia tidak akan pernah mau menikah dengan Jack. Jika menjadi sepasang kekasih Jack sudah sering memukulnya, maka kemungkinan besar Jack akan membunuhnya jika mereka benar-benar menikah suatu saat nanti.
Seketika Clara tersenyum tipis, seolah mengenang bagaimana saat pertama kali ia dan Jack bertemu, berlanjut satu tahun hubungan mereka yang penuh cinta dan kasih sayang. Dimana saat Jack yang masih begitu lembut memperlakukannya dan membuatnya terbuai. Saat ia masih ragu menerima Jack yang notabene adalah pria terkaya kelima pada saat itu di negara ini. Sedangkan ia hanya seorang gadis karyawan yang memiliki banyak hutang.
Dulu ia merasa menjadi gadis paling beruntung didunia karena Jack begitu tergila-gila padanya, namun entah mengapa sekarang mulai timbul penyesalan. Sekarang ia terjebak, saat Jack terus menyakiti fisik dan psikisnya. Dan tentu saja, ia sudah mencoba beberapa kali untuk mengakhiri hubungannya dengan Jack, bahkan ia sempat melarikan diri ke luar kota secara diam-diam. Namun Jack adalah Tuan Muda GrantHill Company, pemilik perusahaan ekstraktif terkemuka di negara ini. Dan dengan bodohnya ia berpikir akan memperdayai Jack jika pindah ke luar kota. Namun tentu saja, Jack menemukannya dan menyeretnya kembali. Mengubahnya menjadi pria yang begitu protektif.
“Aku menunggu jawabanmu, apa yang kau pikirkan?”
Clara tersentak dari lamunannya, ia dapat mendengar nada tidak suka dari ucapan Jack. Jack selalu membenci jika ia mengabaikannya. Clara kini tersenyum tipis.
“Maaf, aku hanya mengingat bagaimana pertemuan pertama kita dulu.”
Clara berucap dan menatap kedepan dengan masih tersenyum, seolah membayangkan masa lalu yang begitu membahagiakan. Jack menatap Clara yang tersenyum, pria itu kini ikut tersenyum tipis.
“Kau merindukannya ya? Ingin ke Paris untuk mengobati rindumu?”
Clara tersentak, Paris adalah kencan pertamanya bersama Jack saat menjadi sepasang kekasih. Sebenarnya dari pada merindukan kenangannya, ia jauh merindukan pelakunya. Pelaku yang membuatnya jatuh cinta, siapa lagi jika bukan Jack Hilton. Ia sangat merindukan Jack yang dulu.
“Tidak, tidak. Aku tahu kau begitu sibuk belakangan ini. Itu bisa kita tunda.” Clara kembali menatap jendela mobil disebelahnya.
“Dan bagaimana menurutmu dengan pernikahan, Clara? Kau menginginkannya?” Jack kini kembali bertanya, namun kali ini dengan nada yang cukup tegas, seolah ia tidak ingin pertanyaannya kembali dialihkan, Jack sangat begitu menginginkan jawaban.
“Aku tahu sekarang kau begitu sibuk membuka cabang GrantHill di Itali, mengenai ucapan Judy kuharap jangan terlalu dipikirkan, aku bisa mengerti.”
Clara dapat melihat dengan jelas Jack tersenyum tipis, pria itu terlihat cukup puas dengan jawabannya. Clara sendiri merasa cukup lega, sejujurnya ia juga masih belum tahu mengenai hubungannya dengan Jack selanjutnya. Sebagai wanita awam, ia juga ingin menikah dan memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun ia juga begitu takut dengan sifat Jack jika masih terus seperti ini.
“Bagaimana denganmu?” Clara kini mulai bertanya lembut.
“Aku tidak memikirkan sejauh itu.”
Seketika Clara terdiam atas apa yang dilontarkan Jack padanya. Kata-kata ‘tidak memikirkan’ seolah-olah terus terngiang-ngiang di kepalanya. Itu benar-benar diluar ekspetasinya, ia tidak pungkiri, dadanya terasa sesak mendengar jawaban Jack. Dengan cepat Clara menatap jendela dan meremas dadanya kuat, mengapa ini begitu menyakitkan? Enam tahun yang ia jalani ini sebenarnya untuk apa? Kesabarannya yang ia lalui? Apa bagi Jack ia begitu mudah? Ini sangat menyakitinya.
“Kita sudah sampai."
Clara tersenyum tipis dan turun dari mobil, tanpa menunggu Jack membukakan pintu seperti biasa. Ia benar-benar ingin cepat cepat keluar dari mobil Jack. Fisik dan pikirannya begitu lelah, dan ia ingin istirahat.
“Boleh aku menemui Ibu sebentar Clara? Aku sudah cukup lama tidak menemuinya.” Jack menatap Clara yang sudah berada diluar mobil. Clara hanya menarik napas dalam.
“Baiklah.”
Jack tersenyum dan memakirkan mobil mewah miliknya, setelah turun dari mobil ia kini mengikuti Clara memasuki rumah yang cukup besar itu. Tentu saja ini adalah salah satu aset milik Jack, mungkin semua yang dipakai Clara adalah pemberian Jack. Sedangkan uang gajinya selama bekerja selalu Clara tabung. Mungkin jika ia benar-benar bisa terbebas dari Jack, ia bisa menggunakan tabungannya itu. Clara membuka pintu rumah.
“Ibu, Jack ingin menemuimu.”
“Jack, kau datang nak.”
Jack tersenyum dan berjalan menuju sofa panjang dengan televisi yang menyala. Ia dapat melihat seorang wanita paruh baya yang tampak pucat dan bingung, Jack kini mengambil posisi duduk disebelah wanita itu.
“Bagaimana kabarmu Bu?”
“Ibu baik-baik saja, ini semua berkat dirimu. Kau begitu baik dengan Clara dan Ibu.”
Clara dapat melihat kini Ibunya berlinang airmata, saat bertemu dengan Jack pasti sang Ibu selalu menangis, ia selalu mengingat wajah ayahnya pada diri Jack. Tidak ia pungkiri walaupun Jack memang suka menyakitinya, namun kebaikan Jack padanya dan Ibunya juga begitu banyak. Dan itulah mengapa ia begitu mencintai Jack dan bisa bertahan sejauh ini.
Clara kini terduduk di meja makan, sambil mendengarkan perbincangan Jack dan ibunya. Diam-diam Clara mengeluarkan airmata, mendengar isakan tangis sang Ibu membuatnya juga ikut hancur. Ia merasa tidak bisa menjadi anak yang baik setelah apa yang dilakukan ayah dan Ibu kepadanya. Jika tidak bertemu dengan Jack, ia sendiri tidak tahu bagaimana nasibnya dan Ibunya saat ini. Dulu semuanya begitu buruk, dan Jack seolah menjadi pahlawan yang menyelamatkannya dari semua kejadian buruk itu.
“Saya izin pamit ya Bu, saya senang melihat Ibu sehat.” Nyonya Villegas menghapus airmatanya dan mengangguk, sekali lagi ia memeluk Jack sebelum pria itu berpamitan dan berjalan menuju pintu keluar.
“Aku pamit.”
Clara mengangguk dan Jack kini keluar pintu. Clara langsung mendekati sang Ibu yang bahkan masih terisak. Jujur saja, kesedihan Ibunya membuat Clara khawatir, ia takut sang Ibu akan seperti dulu lagi.
“Cukup Bu, jangan menangis.” Clara menghapus air mata ibunya dan mengambilkan segelas air putih untuk membuatnya tenang kembali.
“Clara, menikahlah dengan Jack. Kau butuh malaikat pelindung honey. Kau tahu, Ibu tidak bisa selamanya bersamamu.”
Seketika Clara memeluk sang Ibu dan mulai menangis. Jika Ibunya tahu apa yang sering dilakukan Jack pada dirinya, mungkinkah Ibunya akan bicara seperti ini? Sebenarnya ia lelah seolah menjadi wanita paling beruntung, seolah hubungannya dengan Jack baik-baik saja. Ia sangat lelah.
To be continue...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!