NovelToon NovelToon

CINTA SETELAH LUPA

Bab 1 ARNETA

Arneta Priyadi anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Priyadi, yang akrab di panggil pak Ady, dan Nola adalah istri tercintanya. 

    Arneta gadis periang dan sangat supel kepada siapapun. Arneta bukan hanya berwajah cantik tapi juga memiliki hati yang mulia. Arneta memiliki nama panggilan Neta, semua sahabat nya memanggil Arneta dengan sebutan Neta.

    Keluarga Arneta bukanlah keluarga dari kalangan pengusaha, tapi kehidupan ekonomi mereka sangatlah baik. ayah Arneta bukan hanya bekerja sebagai pegawai negri sipil tapi juga memiliki bisnis kecil-kecilan berupa bisnis makanan yang berupa makanan ringan yang kelola oleh istrinya bu Nola.

  Kehidupan Arneta selalu berlimpah kan kasian sayang, bukan hanya dari kedua orangtuanya tetapi juga dari orang-orang yang mengenalnya. Kegiatan Arneta selain kuliah ada juga kegiatan lainnya yaitu membantu anak-anak jalanan. Kegiatan Arneta dan teman-temannya mengajar anak-anak jalanan. Arneta juga diam-diam memiliki bisnis online yang dia bangun dengan sahabatnya. Rika.

      Arneta juga memiliki seorang kekasih yang bernama Robby. Arneta belum pernah memperkenalkan Robby kepada orang tuanya dengan alasan tak ingin di suruh buru-buru menikah.

Arneta hanya mengatakan kepada orang tuanya jika Robby hanyalah sabat baiknya.  Begitulah juga dengan Robby, Robby tak pernah memperkenalkan Arneta kepada keluarganya dengan alasan yang sama dengan Arneta. Mereka berdua ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.

      Hari-hari Arneta di warnai dengan canda dan tawa, tak pernah sekalipun terlihat di wajah Arneta bahwa dirinya sedang bersedih.

     Pagi yang cerah, sayup-sayup terdengar bunyi gemerincing hiasan gantung yang terbuat dari bambu yang tertiup angin. Memangil untuk segera bangun dari tidurnya. 

    Arneta yang masih betah di bersembunyi di balik selimut, enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya yang empuk. Arneta meninta kepada sang waktu untuk berhenti sejenak agar dirinya bisa menikmatinya mimpinya yang semalam.

Tok..

Tok..

Terdengar suara ketukan pintu. Pintu kamar Arneta di ketuk dari luar oleh seorang.

"Neta sayang, bangun, ini sudah hampir jam enam," suara ibu Arneta manggil anak kesayangan untuk segera bangun.

"Iya bu, Neta sudah bangun," sahut Arneta dari dalam kamarnya.

Setelah mendapatkan jawaban dari anak gadisnya Nola ibu dari Arneta kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk keluar kecilnya.

    Arneta dengan berat hati berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya, dengan langkah setengah di seret Arneta menujuh ke arah kamar mandi yang berada dalam kamar miliknya. Arneta segera melakukan ritual paginya seperti biasa, yaitu gosok gigi dan mandi.

     Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Arneta segera merapikan tempat tidurnya yang berantakan karena ulahnya sendiri yang tidur seperti baling-baling helikopter. Berputar terus mengelilingi kasur berukuran besar.

    Selain sudah Arneta melakukan kegiatan rutinitas  pagi hari di dalam kamarnya. Arneta segera keluar kamar dan langsung menuju ke arah dapur. Niatnya untuk membantu sang ibu menyiapkan sarapan pagi untuk mereka bertiga. 

"Bu buat sarapan apa sekarang,? tanya Arneta.

"Mau nasih goreng atau sandwich,? tanya bu Nola kepada Arneta.

"Emm.. sandwich aja bu, biar Arneta yang buat sendiri aja," jawab Arneta sambil langsung menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sandwich miliknya.

"Bu ayah mana?" tanya Arneta tiba-tiba setelah menyadari bahwa sang ayah belum berada di ruang makan.

"Ayah sudah berangkat tadi," jawab ibu Arneta.

"Pagi sekali ayah berangkat bu, apa ada masalah dengan kerjaan ayah?" tanya Arneta pada ibunya.

"Bukan seperti itu, ayah mau mampir dulu ke toko buat ngecek stok barang," jawab bu Nola.

"Oh...tapi ayah sudah sarapan kan bu?" tanya Arneta sekali lagi. Arneta khawatir jika ayahnya belum sempat sarapan sudah berangkat kerja.

"Sudah sayang, ayah juga bawa bekal tadi," bu Nola memberikan penjelasan kepada putrinya yang cemas akan sang ayah.

    Sandwich buatan Arneta sudah selesai. Arneta menikmati sarapan buatannya dengan santai."Bu, apakah ibu juga akan ke toko,? tanya Arneta sambil terus mengunyah sarapan miliknya.

"Iya, nanti setelah kamu sudah berangkat ke kampus, ibu akan segera ke toko," jawab bu Nola.

" Kita berangkat bareng aja ya bu, biar Neta yang anterin ibu ke toko," tawar  Arneta pada pada ibunya.

"Nanti kamu telat ke kampusnya, ibu bisa naik ojek online aja," tolak bu Nola.

"Hari ini Neta santai kok bu, biar Neta yang nganterin ibu ya," Arneta mengucapkan kalimat itu sambil memeluk ibunya. Kebetulan Arneta sudah menyelesaikan sarapannya.

"Beneran nih lagi nggak buru-buru ke kampus,?" tanya bu Nola memastikan anak gadisnya benar-benar sedang tidak buru-buru berangkat ke kampus.

"Iya bu Neta hari ini cuman mau nganterin tugas di kampus, hari ini dosennya lagi ada rapat dengan dekan, jadi libur hary ini. Nanti habis dari kampus Neta mau ke toko Neta juga," ucap Arneta.

"Asyik, hari ini ibu diantar sama putri ibu yang cantik. Terimakasih ya sayang," ucap ibu Nola sambil mencium putri kesayangannya.

    Setelah selesai berbicara Arneta pun segera bersiap-siap untuk mengantarkan ibunya ke toko milik orang tuanya.Di dalam perjalanan menuju ke toko Arneta menanyakan tentang perkembangan usaha milik orang tuanya.

"Bu apa toko usaha ibu berjalan lancar,? tanya Arneta.

"Semuanya baik-baik saja, toko kita pelanggannya semakin bertambah," ucap ibu Nola. "Usaha kamu bagaimana Neta? apa semuanya baik-baik saja,?" bu Nola balik bertanya tentang usaha anaknya.

"Semuanya juga baik bu. Orderan semakin bertambah, berkat doa ayah sama ibu usaha Neta berjalan lancar," tutur Neta menjawab pertanyaan ibunya.

"Syukurlah, jangan lupa berbagi ya sama orang lain.Ingat sebagian dari rejekinya kita itu ada hak orang lain," ucap bu Nola mengingat anaknya agar tak lupa membagi rejekinya untuk orang-orang yang membutuhkan.

"Siap bu, kegiatan amal Neta dan teman-teman masih jalan kok bu," tutur Arneta.

"Nanti kalo ada kegiatan amal lagi jangan lupa kasih tau ibu ya, ibu juga ingin berbagi," ucap bu Nola.

"Ok...sip bu. Nanti Neta bilang ibu kalau ada kegiatan amal lagi," jawab Arneta sambil tetap fokus menyetir mobil kesayangannya.

     Mereka pun tiba di tempat yang di tujuh. Di sana pak Ady suami dari bu Nola,dan ayah Arneta tentunya, sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja setelah selesai mengecek stok barang di toko miliknya.

Setelah memarkirkan mobil Arneta segera menghampiri ayahnya.

"Ayah sudah selesai,? tanya Arneta.

"Sudah, nih ayah mau berangkat ke kantor," ucap pak Ady, sambil merangkul pundak Arneta.

Bu Nola pun menghampiri suaminya bersama putrinya samvil tersenyum bahagia melihat kedekatan antara putrinya dengan sang ayah.

"Ayah sudah selesai,? tanya bu Nola pada suaminya.

"Sudah, aku juga sudah buat catatan barang yang akan di beli. Catatannya ada di atas meja ya bu," ucap pak Ady.

     Setelah berbicara sebentar dengan istri dan Putrinya pak Ady pun pamit berangkat ke kantor, begitu pun pamit  kantor begitu pun dengan Arneta. Arneta pamit untu ke kampus.

Bersambung

     

Bab 2 Abby

Abby Jayadi seorang CEO mudah nan tampan. Anak tunggal dari pasangan Jayadi yang akrab di sapa pak Jaya dan Maya adalah wanita yang mampu membuat seorang Jayadi bertekuk lutut karena cinta.

    Abby adalah pewaris tunggal dari sebuah perusahaan bernama Tunggal Abadi. Di setiap pekerjaannya Abby di bantu oleh asisten pribadinya yang bernama Sarfa. Sarfa bukan hanya asisten pribadi untuk Abby tetapi juga sudah menjadi sahabat, Sarfa  mengenai Abby dengan sangat baik, mulai dari makanan kesukaannya sampai hal-hal apa saja yang Abby benci pun Sarfa sangat sangat mengetahuinya.

   Abby Jayadi atau lebih akrabnya di panggil dengan sebutan Bee. Sebuah panggilan yang memiliki makna yang sangat kontras. Bee bisa di artikan sebagai panggilan sayang, tapi juga Bee bisa di artikan sebagai seekor lebah. Lebah yang bisa memberikan rasa sakit karena sengatannya.

   Abby memiliki seorang kekasih yang bernama Gracia.Grasia adalah seorang model yang tengah naik daun. Hubungan percintaan antara Abby dan Gracia tak pernah mendapatkan restu dari orang tua Abby, terutama dari Mamanya. Maya tahu sepak terjang dari kekasih anaknya ini. Sikap Gracia yang angkuh dan sombong membuat Maya sama sekali tidak menyukai Gracia.

   Meskipun mendapatkan penolakan dari ibunya, Abby tetap menjalin cinta dengan Gracia. Bagi Abby hanya Gracia lah yang pantas menjadi pendampingnya. Selain cantik Gracia juga merupakan cinta pertama untuk Abby.

    Seperti biasa, hari ini Abby harus menghadapi tumpuk kertas di atas meja kerjanya. Abby sedang berkonsentrasi pada beberapa lembar kertas yang sedang di pegang ya, itu adalah laporan keuangan perusahaan bulan ini.

Dengan cermat Abby membaca dan mengecek setiap tulisan huruf dan angka yang tertera di lembaran-lembaran kertas tersebut. Konsentrasi buyar ketika benda berbentuk pipi miliknya mengeluarkan suara. Handphone milik Abby memberikan isyarat ada seseorang yang menghubunginya.

Abby langsung mengecek siapa yang menghubunginya. Setelah melihat nama yang tertera do layar handphone miliknya Abby segera memencet tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Iya Cia sayang," Abby menyapa Gracia. Orang yang menghubungi Abby adalah kekasihnya. Cia adalah nama panggilan sayang Abby untuk Gracia.

"Bee lagi sibuk ngga?" Gracia menanyakan aktifitas Abby saat ini.

"Lumayan. Ada apa Cia, mau ngajak makan siang bareng ya?" ucap Abby bersemangat.

"Bee, baru aja makan siang. Sekarang aku masih di mall. Bee aku liat ada tas bagus harganya murah lagi diskon lagi. Aku mau tapi uang aku ngga cukup." ucap Gracia tanpa ada rasa malu sedikitpun.

"Oh kamu uda makan," jawab Abby sedikit kecewa." Berapa harga tasnya?" sambung Abby.

"Cuma sepuluh juta Bee, tasnya bagus," ucap Gracia lagi tanpa  beban.

"Aku transfer ya uangnya sekarang," ucap Abby. 

"Makasih Bee, kamu memang yang terbaik," balas Gracia. Setelah itu Gracia langsung memutuskan panggilan tersebut. Sedangkan Abby hanya bisa menatap layar handphone miliknya dengan mimik wajah sedih. Abby berharap Gracia menghubunginya untuk mengajaknya bertemu meskipun itu hanya untuk sekedar makan siang,tapi itu hanyalah harapan Abby saja. Gracia menghubunginya hanya untuk meminta di belikan tas. Meskipun demikian Abby tetap mentransfer uang yang di minta Gracia. Setelahnya Abby kembali di sibukkan oleh lembaran kertas di atas meja kerjanya. Konsentrasi Abby kini teralihkan oleh angka dan huruf yang tertera di setiap lembaran kertas yang di pegang nya. Kepala Abby naik turun ke atas dan kebawah mengecek dengan detail bahwa angka dan tulisan di lembaran kertas yang di pegang nya sama dengan yang tertera di layar komputer miliknya.

    Tak terasa jam makan siang pun tiba. Tapi Abby masih saja sibuk dengan kegiatannya tadi, sampai pintu ruangannya di ketuk oleh seorang.

Tok

Tok

Konsentrasi Abby kini teralihkan karena suara ketukan pintu ruangannya.

"Masuk!" seru Abby dari balik meja kerjanya. 

Setelah mendengarkan suara pemilik ruangan memintanya masuk, orang itu pun segera membuka pintu dan langsung melangkah masuk keruangan kerja bosnya.

"Siang pak, ini sudah jam makan siang," ucap orang itu.

"Ha..emang iya?" ucap Abby. "Kamu sudah maka Fa?" Abby bertanya kepada orang yang baru saja masuk. Dia adalah Sarfa asisten pribadinya Abby yang juga memiliki nama panggilan Fa.

"Belum, ini mau ajak kamu makan siang bareng. Itu pun kalau kamu ngga ada janji makan siang sama Gracia," ucap Sarfa.

"Aku makan sian bareng kamu aja, Gracia uda makan siang katanya tadi," ucap Abby sambil menunjukkan wajah kecewanya pada Sarfa. 

Sarfa tahu perasaan Abby saat ini, untuk itu sarfa memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaan yang ada dalam hatinya.

"Ayo, mau makan siang dimana?" tanya Sarfa mencoba mengalihkan pikiran Abby."Terserah kamu aja,aku ikut aja," ucap Abby tak bersemangat.

"Kita restoran favorit kamu aja ya. Aku pingin makan sup iga yang ada di restoran itu," tutur Sarfa.

     Setelah mendapatkan persetujuan Abby, mereka pun segera menuju restoran yang di maksud. Setibanya di sana mereka pun mencari tempat duduk yang mereka anggap pas untuk suasana hati Abby yang galau. Abby dan Sarfa memilih tempat duduk yang berada di pojok restoran tersebut.  Mereka pun segera memesan makanan setelah salah satu pelayan restoran menghampiri mereka dan memberikan buku daftar menu.

      Sambil menunggu pesanan makanan mereka datang Sarfa memberanikan diri untuk bertanya kepada Abby.

"Bee maaf kali ini aku akan bicara sama kamu sebagai teman bukan sebagai asisten pribadi mu," ucap Sarfa sambil memandang Abby dengan tatapan serius.

"Ada apa Fa,apa ada masalah di kantor?" tanya Abby yang belum mengerti arah pembicaraan Sarfa."Urusan kerjaan semuanya baik-baik saja, disini aku mau bicara tetang kamu," ucap Sarfa. Sebenarnya Sarfa merasa kasian melihat bos sekaligus sahabat ini.

"Ada apa dengan ku?" tanya Abby binggung. Kini mata Abby menatap asisten pribadi dengan menautkan kedua alisnya.

"Bee maaf, sebasar apa cintamu kepada Gracia?" tanya Sarfa dengan wajah seriusnya.

"Kenapa kamu menanyakan ini lagi,? kamu tahu kan kalo aku sangat mencintai Gracia," ucap Abby.

"Apakah Gracia menelpon mu tadi dan meminta uang,? tanya Sarfa. Pasalnya Sarfa tahu kalau Gracia sering kali meninta uang kepada Abby.

"Fa dia itu pacarku, wajar kalau dia minta uang ke aku," jawab Abby.

"Bee sadar, kamu itu cuma di manfaatkan oleh Gracia," tutur Sarfa langsung mengatakan apa yang di lihatnya selama ini.

"Apa maksudmu,? kamu memang teman ku tapi bukan berarti kamu berhak menilai kekasih ku seperti itu!" Ucap Abby dengan nada sedikit meninggi.

Sarfa sadar Abby tersinggung dengan ucapannya bahkan Sarfa tahu Abby marah padanya karena ucapannya barusan.

"Sebagai teman aku sudah mengingatkan mu, selebihnya terserah kamu aja Bee. Aku minta maaf sudah menyinggung perasaan mu," ucap Sarfa. Sarfa memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraan mereka ini karena tak ingin ribut. Apa lagi mereka saat ini berada di dalam restoran.

     

   

Bab 3 NASEHAT SAHABAT

Pembicaraan mereka terhenti setelah pelayanan restoran mengantarkan makanan pesanan Abby dan Sarfa. Pelayanan restoran meletakan makanan Abby dan Sarfa  di atas meja dengan sangat hati-hati takut tumpah.

     Abby dan Sarfa segera menyantap makan siang mereka dalam diam. Jujur saja saat ini perasaan Abby benar-benar sedang tidak baik-baik saja dan Sarfa bisa merasakan hal  itu. Sarfa menjadi tidak enak hati, tapi Sarfa merasa bahwa dirinya harus menasehati sahabatnya ini sebelum terlambat.

Abby tidak dapat menikmati makan siangnya dengan nikmat, hatinya yang sedang sedih karena tidak bertemu dengan Gracia saat makan siang di tambah lagi baru saja Abby mendengarkan ucapan sahabatnya ini.

     Setelah selesai makan siang Abby dan asisten n kembali ke kantor. Sama seperti saat makan siang, Abby dan Sarfa saling diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abby sibuk dengan pikirannya sedang Sarfa sedang sibuk memikirkan bagaimana cara untuk menyadarkan Abby. Sarfa mencoba menyusun kata-kata dalam otaknya, sebuah kalimat yang di susun rapi dalam benaknya. Sarfa ingin supaya Abby bisa membuka matanya bahkan dirinya hanyalah di manfaatkan oleh Gracia kekasihnya.

     Setibanya di kantor Sarfa tak langsung menuju ke ruang kerjanya sendiri, melainkan ikut masuk ke ruang kerja bosnya.

"Fa, apa masih ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Abby setelah melihat asistennya ini ikut masuk ke ruang kerjanya.

"Bee, kita perlu bicara serius," balas Sarfa.

"Tentang kerajaan atau yang lainnya?" Abby kini balik bertanya. Abby ingin tahu kemana arah pembicaraan yang di maksudkan oleh Sarfa.

"Ini tentang hubungan mu dengan Gracia," ucap Sarfa santai.

Tanpa di suruh masuk Sarfa langsung masuk dan duduk di sofa yang ada di ruangan Abby.

Abby tak memperdulikan sikap Sarfa saat ini. Abby ingin mendengarkan bagaimana pandangan sahabat nya ini tentang hubungannya dengan Gracia.

Abby pun ikut duduk di sofa tempat Sarfa duduk.

"Bee, sebelumnya aku minta maaf jika aku lancang. Aku minta maaf jika aku terlalu ikut campur urusan mu dengan Gracia, aku lakukan ini karena kamu itu bukan hanya bos buat ku tapi juga sebagai sahabat mu," ucap Sarfa sebelum dirinya menyampaikan pendapatnya tentang Gracia.

"Langsung aja pada intinya, katakan apa yang sebenarnya pendapat mu tentang kekasih ku," ucap Abby.

"Bee sudah berapa lama kamu berpacaran dengan Gracia?" tanya Sarfa.

"Kamu kan tahu sendiri aku pacaran sama Gracia sudah dua tahun. Kenapa kamu tanyakan soal ini?" Jawab Abby bingung.

"Dua tahun sudah kamu jalan sama Gracia, pernah kah terbersit dalam hati mu jika Gracia tidak mencintaimu?" ucap Sarfa sambil menatap mata Abby.

"Apa maksudmu Fa? Kamu tahu kalau aku sangat mencintai Gracia!" balas Abby tegas.

"Kamu memang mencintai nya, tapi apakah Gracia juga mencintaimu sama seperti kamu mencintai nya?" ucap Sarfa.

"Apa sebenarnya yang kamu pikirkan tentang Gracia? katakan padaku apa maksud dari perkataan mu tadi," balas Abby.

"Pernahkah kamu memperhatikan sikap Gracia kepada mu selama setahun belakangan ini? apakah kamu tidak menyadari Gracia sudah berubah, bukan Gracia yang kamu kenal pertama kali?" Sarfa langsung mencecar pertanyaan beruntun kepada Abby. Dan Abby hanya bisa terdiam, Abby tidak bisa menjawab pertanyaan Sarfa.

    Pertanyaan Sarfa membuat Abby tak berkutik, Abby menyadari akan hal itu. Abby sadar jika Gracia kekasihnya kini sudah berubah berbeda saat pertama kali mereka jadian. Dulu Gracia selalu menyisihkan waktu untuk Abby di selah-selah kesibukannya tapi kini semua berbanding terbalik. Gracia hanya menghubungi Abby jika butuh transferan. Tapi semua perubahan Gracia tak di pikirkan Abby, bagi Abby asalkan Gracia tidak mengkhianatinya itu sudah cukup.

   Abby tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan Sarfa membuat Sarfa mengerti bahwa sesungguhnya Abby pun menyadari perubahan sikap Gracia.

"Bee sampai kapan kamu akan bertahan seperti ini?" tanya Sarfa lagi.

"Aku mencintainya Fa!" ucap Abby memelas.

"Jika hanya kamu yang mencintai nya itu tidak cukup. Apa kamu lupa bagaimana mana dulu aku mencintai seseorang sampai akhirnya aku di khianati? Aku tidak ingin kamu merasakan sakit yang pernah aku rasakan," tutur Sarfa.

"Cukup...aku tidak ingin membahas soal ini lagi. Jangan kamu samakan Gracia dengan perempuan itu, mereka berbeda. Gracia tidak mungkin mengkhianati ku!" balas Abby yang mulai tak suka dengan ucapan-ucapan Sarfa yang selalu memojokkan kekasihnya.

"Tapi Bee aku mengatakan ini untuk kebaikan mu. Aku hanya tidak ingin kamu di sakiti sama seperti aku dulu," Sarfa masih terus mengingatkan Abby meskipun Sarfa tahu Abby mulai merasa tak nyaman.

"Harus berapa kali aku mengatakan pada mu kalau aku mencintai Gracia?" ucap Abby dengan naik dua oktaf 

"Apakah Gracia mencintaimu juga?" Sarfa kembali bertanya.

"Dia mencintai ku, aku yakin akan hal itu," basal Abby  dengan percaya diri.

"Bagaimana  aku menyadarkan mu kalau Gracia sudah tidak mencintaimu mu lagi? dia hanya memanfaatkan mu saja," tutur Sarfa.

"Apakah kamu di suruh oleh mama ku untuk memisahkan ku dengan Gracia?" tanya Abby penuh sidik.

"Apa maksudmu?" Sarfa bukannya memberikan jawaban atas pertanyaan Abby malah justru balik bertanya.

"Kamu tahu kalau mama ku tidak merestui hubungan ku dengan Gracia, apa kalian berdua bersekongkol?" Abby bertanya sambil memicingkan kedua matanya.

"Jangan konyol. tuduhan mu sangat tidak masuk akal," ucap Sarfa sambil tertawa kecil.

"Jika kamu tidak bersekongkol dengan mama ku, kenapa sekarang kamu  sepertinya tidak menyukai Gracia sama seperti mama ku?" Abby kini balik bertanya kepada Sarfa.

"Aku punya alasan sendiri dan aku sudah mengatakannya padamu," jawab Sarfa.

"Kamu sedang tidak berbohong padaku kam Fa?" Abby kini bertanya kembali sambil memajukan setengah badannya biar lebih dekat dengan Sarfa.

"Ya ampun Bee, yang aku lakukan ini murni karena penilaian ku bukan karena di suruh oleh mama mu!" Jawa Safra dengan nada tegas. 

"Kamu yakin bukan karena di suruh mama ku?" Abby mengulang pertanyaan.

"Ist...Sarfa mendesis sambil menaikan salah satu ujung bibirnya.

    Melihat sikap Sarfa Abby percaya bahwa Sarfa tidak sedang bersekongkol dengan mamanya untuk memisahkan dirinya dengan kekasih hatinya.

"Sudah,aku tidak ingin membahas soal ini lagi. Biarkan aku mengurus Gracia," ucap Abby sambil menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa miliknya.

"Terserah, aku sudah memperingatkan mu. Aku berharap Gracia benar-benar mencintai mu dengan tulus," tutur Sarfa dengan nada suara penuh harap.

"Percaya Gracia itu mencintai ku sama seperti aku mencintainya," balas Abby yang berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Aku berharap semoga anggapan ku  soal Gracia salah," ucap Sarfa. 

    Setelah mengatakan kalimat itu Sarfa bangkit dari tempat duduknya ingin segera kembali ke ruang kerjanya. 

"Aku ke ruang kerja ku dulu, kerjaan ku masih numpuk," ucap Sarfa sambil berpamitan kepada Abby. Dan Abby pun kembali ke meja kebesarannya untuk melanjutkan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan yang sempat tertunda.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!