Hai semuanya, tolong dengan sangat tinggalkan like, komentar, vote, hadiah dan masukan buku ini ke dalam rak baca kalian. Jika tidak bisa semuanya, paling tidak berikan like pada setiap bab yang kalian baca, sebagai bentuk dukungan kalian untuk Author. Lanjut atau tidaknya cerita ini tergantung dari dukungan kalian. Kritik dan saran dari kalian juga ditunggu, tetapi tolong dengan kalimat yang tidak menyakiti Author. Terima kasih, selamat membaca, semoga suka.🥰🙏
"Rey... Reyhan!" suara yang begitu lembut mengalun indah di telinga Reyhan yang masih setia memejamkan matanya, enggan untuk bangun meskipun matahari sudah masuk dari sela-sela jendela kamarnya. Bukan hanya sinar matahari dan suara yang lembut tersebut yang mengganggu, usapan lembut di wajahnya juga masih saja tak dapat membuatnya bangun.
"Sayang, aku masih ngantuk," keluh Reyhan, tangannya bergerak meraba ke sana kemari tanpa membuka matanya, mencari selimut untuk menutupi tubuh serta matanya dari sinar matahari yang ia anggap mengganggu.
"Kalau tidak mau bangun, ya sudah. Jangan harap aku akan datang lagi kemari!" ucap suara lembut itu terdengar mengancam, yang dengan cepat membuat Reyhan membuka matanya meskipun sebenarnya ia sangat enggan.
Reyhan membuka matanya, tetapi tidak sepenuhnya terbuka, karena masih harus menyesuaikan dengan sinar matahari yang membuatnya silau.
"Bangunlah, Rey. Aku sudah datang pagi-pagi kemari, hanya untuk menuruti kemauanmu yang selalu meminta di buatkan sarapan," ucap wanita yang pagi-pagi sudah berada di apartemen Reyhan.
"Cium dulu!" pinta Reyhan tersenyum dengan sangat manisnya pada wanita bernama Maria, wanita yang amat di cintai olehnya dan telah beberapa tahun bersamanya, mewarnai hari-harinya.
Bukanya mencium Reyhan, Maria justru mengambil bantal, lalu melemparkannya pada Reyhan. "Bangun, mandi! Jika ingin mendapat ciuman dariku, aku tunggu di luar." Teriak
wanita yang menjadi kesayangan Reyhan dengan nada memerintah menatap kesal pada Reyhan.
"Baiklah, aku mandi," jawab Reyhan sembari turun dari tempat tidur saat menyadari jika kekasihnya benar-benar kesal padanya.
"Pakaian kerjamu sudah aku siapkan, aku tunggu di luar!" ucapnya lagi pada Reyhan, setelah itu melangkah keluar dari kamar Reyhan.
Reyhan melangkahkan kakinya dengan riang ke dalam kamar mandi, setiap hari ia merasa hari-harinya begitu indah, sebab kehadiran kekasihnya yang selalu menghiasi hidupnya.
Wanita yang menjadi kekasihnya itu benar-benar dapat membuatnya merasa begitu di istimewakan, dan begitu dicintai lewat semua perhatian yang diberikan untuknya. Tanpa diminta, kekasihnya akan selalu mengurus apapun itu tentang kebutuhannya. Status hanya sebagai kekasih, tetapi lebih seperti istri untuknya, hanya saja satu yang belum kekasihnya lakukan adalah tidur denganya, sangat berbeda dari setiap wanita yang siap melemparkan dirinya untuk Reyhan. Meskipun mereka sudah bersama cukup lama, tetapi kekasihnya itu sangat menjaga kehormatannya, begitupun Reyhan yang akan menghormati kehormatan kekasihnya.
Sepuluh menit berlalu, Reyhan keluar dari dalam kamarnya dengan penampilannya yang sudah rapi, tampan dan tentunya sangat wangi membuat siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona akan sosoknya.
"Selamat pagi, sayang!" ucapnya mengecup kening wanita yang sudah menunggunya di meja makan. Lalu menarik kursinya, mengambil poisi di samping kekasih itu.
"Selamat pagi, Rey. Makanlah!" ucap Maria mendekatkan piring berisi nasi goreng ke hadapan Reyhan yang dengan mata berbinar melihatnya.
"Sayang, kamu lupa janjimu?" ucapnya meletakan jari telunjuknya di bibir, isyarat jika ia minta di cium.
Maria yang mengerti keinginan kekasihnya itu mendekatkan tubuh dan wajahnya pada Reyhan, lalu mengecup sekilas bibir Reyhan yang justru menahan tengkuknya, membuat bibir yang menempel itu akhirnya saling \*\*\*\*\*\*\* dan membelit lidah.
Suara bel yang berulang kali terdengar menarik Reyhan keluar dari kenangan masa lalunya. Sudut matanya berair kala mengingat jika semua tinggal kenangan yang tidak mungkin dapat ia rasakan lagi bagaimana hangatnya cinta dan kasih sayang yang di berikan oleh wanita yang telah ia sia-siakan dan sudah di miliki oleh pria lain.
"Anda siapa?" ucapnya tajam pada seorang wanita yang berada di depan pintu apartemennya.
"Sepertinya anda salah tujuan. Saya tidak mengenal Anda, pergilah! Jangan mengganggu ketenangan saya!" sarkas Reyhan membuat wanita tersebut meneguk Saliva nya, melihat bagaimana dinginnya sikap Reyhan padanya.
"Apa pendengaran Anda sudah tidak berfungsi?" cetus Reyhan lagi mendorong kasar tubuh wanita yang ia anggap pengganggu.
"Aku tidak salah tujuan. Aku ada perlu padamu, tuan Reyhan!" ucap wanita itu lantang, sebelum Reyhan kembali masuk ke dalam apartemennya.
"Tapi saya tidak ingin bicara pada orang asing!" jawab Reyhan masuk kedalam apartemennya. Reyhan dibuat terkejut saat wanita itu dengan cepat menerobos masuk kedalam apartemennya sebelum sempat ia menutup pintu.
"Keluar, sebelum Saya bertindak lebih kasar!" bentak Reyhan sembari membuka lebar pintu.
"Yang ingin aku bicarakan mengenai Maria," ucap wanita itu, kalimat yang berhasil membuat Reyhan terpancing mendengarnya.
"Katakan, waktu Anda lima menit!" ucap Reyhan menutup kembali pintu tanpa mempersilahkan wanita itu untuk duduk.
"Siapa yang mengizinkan Anda untuk duduk?" cetus Reyhan yang sama sekali tidak ditanggapi oleh lawan bicaranya.
"Tidak baik berbicara sembari berdiri, kenalkan aku Ana," ucap wanita itu mengulurkan tangannya pada Reyhan yang sama sekali tidak tertarik untuk membalasnya.
"Katakan! Apa yang ingin Anda bicarakan tentang dia?" tanya Reyhan masih dengan posisinya berdiri menatap tajam pada Ana.
"Aku tau jika kamu masih mencintai, mantan kekasihmu itu. Aku juga tau jika dia masih mencintaimu!" ucap Ana semakin memancing rasa penasaran Reyhan yang mendengarnya.
Meskipun belum mengetahui kebenaran dari ucapan wanita yang bicara padanya, tetapi mendengar kalimat yang mengatakan jika wanita yang ia cintai juga masih mencintainya, terasa seperti angin segar yang membawa semangat baru untuk Reyhan.
"Kenapa Anda bisa berkata seperti itu? Dia sudah menikah dan dia bahagia dengan kehidupannya?" tanya Reyhan bicara lebih santai menutupi rasa bahagianya.
"Aku teman baik suaminya, dan aku sering berkunjung ke tempat mereka. Aku sering melihat dia melamun, dia akan terlihat bahagia di depan semua orang, tetapi di belakang orang-orang dia akan menangis sembari melihat ini!" ucap Ana semakin meyakinkan, dengan memperlihatkan potret kebersamaan Reyhan dan Maria saat masih bersama dulu.
"Apa maksud ucapan Anda?" tanya Reyhan seolah tidak mengerti.
"Tuan Reyhan. Aku rasa kamu tidak mungkin tidak mengerti arti dari ucapanku. Jelas aku mengatakan jika wanitamu masih mencintaimu, kenapa kamu tidak berpikir untuk memperjuangkan kembali cinta kalian? Apa kamu rela melihat dia tidak bahagia dengan pernikahannya?" ucap Ana lagi dengan bahasanya yang terdengar belepotan sebab ia belum terlalu fasih berbahasa indonesia.
"Kenapa kamu bisa mengatakan semua ini padaku? Jika kamu teman baik pria itu, tentunya kamu akan membelanya dan mempersatukan mereka!" tanya Reyhan heran tidak dapat sepenuhnya percaya dengan ucapan Ana.
"Aku mencintai, suaminya. Ya aku mencintai temanku sendiri," jawab Ana jujur.
"Cinta tak terbalaskan," cibir Reyhan tertawa.
"Lalu apa hubungannya semua ini dengan saya?" tanya Reyhan lagi.
"Aku ingin kita bekerja sama, kamu bisa mendapatkan dia kembali dan aku bisa bersama Faizan!" ucap Ana mengatakan inti dari maksud kedatangannya.
"Sayangnya saya tidak berniat sama sekali, apalagi berurusan dengan orang asing seperti Anda," Sarkas Reyhan kembali berjalan menuju pintu.
"Waktu lima menit Anda sudah habis, silahkan keluar dan jangan pernah muncul lagi dihadapan saya!" ucap Reyhan dingin.
Ana bangkit dari duduknya setelah misi pertamanya ia yakini akan berhasil, meskipun terlihat biasa saja, tetapi Ana sangat yakin jika ucapannya pasti akan menggerakkan hati Reyhan untuk kembali memperjuangkan cintanya dan dapat mempermudah rencana buruknya.
"Kita akan lebih sering bertemu, aku menantikan kerja sama denganmu!" ucap Ana melewati Reyhan dan keluar dari sana.
Reyhan terdiam setelah menutup pintu. Pikirannya melayang dan memikirkan semua hal yang dikatakan wanita yang sama sekali tidak di kenalnya itu.
"Apa semua yang ia katakan benar? Apa kamu sungguh masih mencintaiku, sayang?" ucap Reyhan bertanya-tanya.
Tak dapat ia pungkiri jika hatinya saat ini merasa amat bahagia mendengar jika wanita yang ia harapkan masih mencintainya.
"Tentu saja aku akan memperjuangkan cinta kita jika kamu sungguh masih mencintaiku, sayang. Aku sangat mencintaimu!" ucap Reyhan begitu semangat ingin membagikan kabar bahagia tersebut pada kedua sahabatnya.
"Aku ingin bertemu kalian ditempat biasa. Aku ada kabar membahagiakan yang ingin aku bagikan pada kalian. Aku tunggu jam sepuluh malam ini." Isi pesan yang Reyhan kirimkan pada kedua sahabatnya, sebelum ia berlalu masuk kedalam kamar mandi sembari bersenandung bahagia.
Reyhan tiba lebih dulu di kelab malam ternama ibu kota yang merupakan salah satu klub malam milik Niko–sahabatnya.
"Ada apa kamu meminta kami untuk datang?" tanya Sean tanpa basa-basi saat ia dan Niko tiba secara bersamaan.
"Punya teman jomblo ya gini, bisanya cuma menganggu saja!" cibir Niko turut merasa kesal pada Reyhan yang ia nilai menganggu kesenangannya.
"Kenapa kalian malah kesal? Apa aku berbuat salah lada kalian?" tanya Reyhan heran menatap kedua sahabatnya.
"Semoga kamu cepat mendapat jodoh, cepat menikah dan cepat mempunyai anak, agar kamu tau gimana rasanya waktu di atas jam sembilan itu sangat ditunggu-tunggu oleh ayah muda seperti kami?" jawab Niko mendengus kesal.
"Maksudnya?" tanya Reyhan lagi yang masih berpura-pura belum mengerti.
"Di atas jam sembilan malam, ini waktunya aku bersama istriku, Rey. Momen di mana anak-anak sedang tertidur adalah momen yang tepat untuk kami berdua!" sahut Sean menjawab. Reyhan tertawa kencang mendengarnya.
"Jadi bagian bawah sedang menegang?" tanya Reyhan meledek, mendapat lemparan bantal sofa dari kedua sahabatnya yang merasa kesal.
"Ada apa? Kamu terlihat sangat bahagia," ucap Niko bertanya.
"Apa kamu sedang jatuh cinta?" sambung Sean turut bertanya.
Reyhan tersenyum lebar mendengar pertanyaan kedua sahabatnya. Hatinya saat ini benar-benar merasa bahagia hingga senyuman saja tak dapat luntur dari wajahnya.
"Ada apa?" tanya Sean lagi menatap serius pada Reyhan.
"Jawab, Rey!Jangan seperti orang gila!" sindir Niko.
"Iya, aku sedang jatuh cinta!" jawab Reyhan membuat kedua sahabatnya turut tersenyum senang mendengarnya.
"Sungguh? Siapa wanita yang berhasil menerobos masuk kedalam hatimu?" tanya Sean amat penasaran.
"Aku jatuh cinta pada orang yang sama, aku mencintai dia dan akan selalu dia," ucap Reyhan menghilangkan senyum di wajah kedua sahabatnya.
"Rey!" tegur Sean.
"Kenapa? Kalian tidak percaya? Dia juga masih mencintaiku. Percayalah!" ucap Reyhan mencoba meyakinkan sahabatnya.
"Rey, dia sudah menikah Rey. Dia sudah bahagia dengan kehidupannya sekarang, lupakan dia dan buka hatimu untuk wanita lain!" ucap Niko tegas pada Reyhan yang terlihat kesal dibuatnya.
"Sebagai sahabat harusnya kalian mendukungku, bukan malah menurunkan semangatku." Kesal Reyhan.
"Rey. Jika yang kamu cintai dan kamu perjuangkan adalah wanita yang masih single, tentu saja kami akan mendukungmu dan membantumu untuk menggapai wanita tersebut, tapi disini semua berbeda, Rey. Wanita yang kamu cintai tidak mungkin dapat kamu gapai lagi sebab dia sudah menjadi milik pria lain. Dia sudah terikat dengan sebuah pernikahan yang resmi di mata hukum dan agama, Rey!" bentak Sean yang kembali merasa jika sahabatnya begitu bodoh. Sean dan Niko merasa kesal, tetapi juga iba kepada sahabatnya yang tidak bisa keluar dari bayang-bayang masa lalu meskipun sudah berbulan-bulan berlalu.
"Dia masih mencintaiku, apa aku salah memperjuangkan cintanya? Jika dia memang tidak mencintaiku lagi, aku akan memendam rasa ini sendiri, karena aku tidak mungkin merusak kebahagiaannya, sekalipun aku sangat mencintainya. Percayalah aku tidak akan mungkin merusak kebahagiaannya hanya demi mendapatkan cintaku," jawab Reyhan terdengar begitu dewasa dan tegar mengatakannya.
"Dari mana kamu bisa mengatakan jika dia masih mencintaimu?" tanya Sean serius menatap Reyhan yang terdiam.
"Rey. Jenny dan Naura berteman dengan Maria, mereka sering bertemu, dan mereka sangat tau bagaimana kehidupan Maria saat ini. Lupakanlah dia jika kamu tidak ingin semakin tersakiti, Rey. Sebab apa? Sebab dia sudah sangat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Dia mencintai suaminya, begitupun suaminya yang amat mencintai dia," sahut Niko mencoba memberikan pengertian pada sahabatnya yang terlalu dibutakan dan dibodohi oleh cinta pada mantan kekasihnya.
"Seseorang mengatakan dengan jelas jika dia hanya terlihat pura-pura bahagia, sebab fakta yang sebenarnya dia selalu menangis merenung menatap foto kebersamaan kami ketika dia tengah sendiri!" jawab Reyhan menurunkan nada bicaranya yang mulai terdengar senduh.
"Dan kamu semudah itu percaya dengan ucapan yang dikatakan orang tersebut?" tanya Sean tak habis pikir dengan Reyhan yang hatinya mudah sekali terhasut.
Niko yang mendengar juga sama sekali tidak menyangka jika Reyhan selemah itu. Reyhan yang dulu mereka kenal adalah sosok yang lembut, ramah, tapi juga sangat pintar dalam semua hal. Jika dibandingkan dengan mereka, Reyhan bahkan lebih unggul dari segi kepribadian.
"Rey. Cinta benar-benar telah membodohi mu! Apa kamu mau aku jodohkan, Rey?" cetus Niko yang merasa jengah dengan sikap Reyhan.
"Aku masih sangat bisa mencari pasangan sendiri," sarkas Reyhan yang juga menjadi kesal mendengar ucapan Niko.
"Maka dari itu, jika kamu memang bisa mencari pasangan, buktikan pada kami. Buktikan dalam waktu dekat ini kamu mempunya kekasih, lupakan dia dan mulailah hidupmu sendiri," ucap Niko tak kalah sarkas.
"Nik, diamlah!" Cetus Sean pada Niko lalu beralih pada Reyhan. "Siapa yang mengatakan jika dia tidak bahagia dengan kehidupannya sekarang?" sambung Sean bertanya pada Reyhan.
"Dia teman dekat pria itu, pria yang bersama Maria!" jawab Reyhan yang tidak ingin menyebut nama Faizan ataupun kata suami Maria.
"Rey. Meski tidak dekata, tapi aku sangat mengenal siapa itu Faizan Rajesh. Bukan hanya aku, mungkin hampir semua pebisnis kalangan atas tidak ada yang tidak mengenal dia, sama halnya tidak ada yang tidak mengenal kita. Namanya bahkan sama dengan kita yang masuk kedalam jajaran sepuluh pebisnis terbaik dalam dan luar negeri. Faizan adalah pria yang sangat sulit didekati oleh perempuan, kehidupannya jauh dari kata perempuan, dan Maria adalah wanita pertama yang dekat dengannya sekaligus wanita pertama yang hadir dan menetap dalam hidupnya. Percaya padaku jika semua ucapan yang kamu dengar adalah kebohongan belaka dari orang yang ingin menghancurkan kebahagiaan Maria," terang Sean begitu bijak memberikan pengertian pada Reyhan yang terdiam mencerna semua ucapan sahabatnya.
"Bukankah sebelumnya kamu sudah pernah melihat sendiri bagaimana dia terlihat begitu bahagia dengan kehidupannya sekarang? Lalu kenapa kamu bisa merasa ragu seperti ini? Jika kamu merasa tidak percaya dengan semua kebenaran jika dia bahagia dengan kehidupannya, kamu bisa mencari tahu sendiri kebenarannya, Rey!" sahut Niko menimpali ucapan Sean.
Benar yang dikatakan mereka. Kenapa aku tidak mencari tau dulu sebelum bertindak? Batin Reyhan.
"Baiklah, aku akan menyelidikinya terlebih dahulu, tapi jika aku menemukan celah yang memperlihatkan jika dia tidak bahagia hidup bersama pria itu, maka aku akan memperjuangkan kembali cintaku meski hingga napas terakhirku dan meski dunia menentangku," ucap Reyhan dengan begitu lantang.
"Lalu bagaimana jika semuanya benar? Bagaimana jika dia sunguh-sungguh bahagia dengan kehidupannya?" cetus Niko bertanya.
"Maka aku akan benar-benar pergi dari kehidupannya, aku akan menyimpan kembali cinta ini di hatiku. Aku sangat mencintainya, kebahagiaannya adalah keinginan terbesarku. Meskipun sesungguhnya aku sangat ingin dia menjadi milikku, tapi aku tidak akan pernah menghancurkan kebahagiaannya ataupun merebut kebahagiaannya jika bahagianya memang bersama pria lain!" ucap Reyhan terdengar dewasa, tetapi juga terdengar memilukan.
"Kami akan selalu mendukungmu, kamu pasti bisa melihat mana yang benar dan salah. Belajarlah dari masa lalumu, Rey. Jangan lagi bertindak gegabah sebelum memikirkan semuanya dengan matang! Kembalilah pada Reyhan yang dulu, yang selalu menjadi lebih unggul dari aku dan Niko." ucap Sean mengangkat gelasnya mengajak Reyhan dan Niko untuk bersulang.
"Aku juga percaya dan yakin dalam waktu dekat akan ada wanita yang dapat menghapus perlahan nama Maria dari hatimu. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu!" timpal Niko turut mengangkat gelasnya.
"Aku hanya ingin dia bahagia!" sahut Reyhan menyatukan gelas mereka hinga suara gelas saling bersentuhan terdengar.
Kebahagiaanmu adalah kebahgaiaanku, Ri. Meskipun di atas lukaku, aku akan tetap mendoakan selalu kebahagiaanmu. Batin Reyhan.
Di sebuah ruang kerja yang tampak mewah dengan segala furniture lengkap di sana. Seorang duda terlihat sedang melamun, menatap sebuah foto dengan senyuman getirnya. Foto yang selalu berhasil membuat pria itu tak pernah bisa move on dari masa lalunya. Namun, foto tersebut bukanlah foto wanita yang menjadi mantan istrinya beberapa bulan yang lalu, melainkan seorang wanita yang memang sulit hilang dari ingatannya. Wanita yang menjadi alasan, kenapa rumah tangga pria itu hanya berlangsung singkat karena harus berakhir dengan perceraian.
"Andai aku tidak menyia-nyiakanmu. Andai aku memperjuangkan cinta kita waktu itu. Andai aku tidak bodoh, pasti kita masih bersama sampai saat ini dan mungkin saja kita sudah mempunyai anak sekarang. Kenapa aku bisa begitu bodoh? Kenapa?" ucapnya mengusap kasar wajahnya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Suara ketukan pintu mulai terdengar, membuyarkan segala lamunan Reyhan yang dengan cepat bersikap tenang, menutupi kesedihan yang beberapa saat lalu melemahkannya.
"Masuk!" titah Reyhan dengan suara lantang.
Seorang wanita yang merupakan sekertaris pribadinya pun tampak masuk ke dalam ruangan.
"Tuan. Maaf mengganggu waktu, Anda. Di depan ada seorang wanita yang ingin menemui, Tuan. Namanya, Nona Arfana."
"Untuk apa wanita itu datang lagi menemuiku?" gumam Reyhan sejenak berpikir sebelum menjawab perkataan dari sekertarisnya.
"Biarkan dia masuk!" titah Reyhan yang langsung di sambut dengan anggukan kepala oleh wanita itu, lalu keluar dari ruangan Reyhan berganti dengan Ana yang terlihat masuk.
"Apa kabar, Rey?" tanya Ana memulai percakapannya.
"Tidak perlu basa-basi. Langsung saja, ada perlu apa Anda kembali ingin bertemu dengan saya?" sarkas Reyhan tanpa sedikit pun beranjak dari kursinya ataupun mempersilahkan ana duduk.
Masih teringat jelas dalam ingatan Reyhan pertemuan sebelumnya saat Ana tiba-tiba datang ke apartemennya dengan menawarkan sesuatu yang gila dan sulit untuk bisa dipahaminya.
Ana yang merasa Reyhan tidak menyambut baik kehadirannya pun tetap melangkah menuju sofa dan duduk di sana tanpa menunggu tawaran dari Reyhan. Wanita itu duduk dengan menyilangkan kakinya sambil menatap Reyhan yang sama sekali tidak berminat menatapnya.
"Aku juga tidak ingin membuang waktu. Seperti yang aku tawarkan kemarin. Jadi apa kamu bersedia bekerja sama denganku untuk memisahkan Maria dan Faizan?" tanya Ana mengalihkan fokus Reyhan yang seketika menatap padanya.
"Lagi-lagi tentang tawaran gila itu," gumam Reyhan mulai menatap sinis wajah Ana.
"Maria itu tidak bahagia dengan pernikahannya. Jadi tidak ada salahnya jika kita memisahkan mereka demi kebaikan semua orang. Kalian bisa kembali bersama dan aku bisa mengejar cinta Faizan lagi. Bagaimana? Apa kamu setuju untuk bekerja sama denganku?" tanya Ana berharap banyak pada Reyhan.
"Saya memang mencintai Maria. Bahkan bisa dibilang saya sangat mencintainya, tapi untuk menghancurkan kebahagiaannya saya tidak akan pernah melakukannya," jawab Reyhan bangkit dari duduknya menghampiri Ana.
"Kebahagiaan seperti apa yang kamu maksud? Maria sama sekali tidak bahagia dengan pernikahannya. Apa kamu tidak kasihan pada wanita yang kamu cintai jika hidupnya tersiksa seperti itu?" tanya Ana terus memanas-manasi Reyhan.
"Anda pikir saya dengan bodohnya percaya pada ucapan Anda?" timpal Reyhan membuat Ana seketika bungkam.
"Berhentilah menganggap jika Anda bisa bersaing dengan dia. Sedikit pun Anda bukanlah tandingannya. Jadi berhentilah mengusik kehidupannya karena pria itu pun tidak akan mungkin tertarik pada Anda saat ia memiliki berlian seperti Maria," sambung Reyhan yang tidak pernah bisa bersikap ramah pada Ana.
"Tapi aku bicara yang sebenarnya, Rey. Kenapa kamu malah mendukung hubungan mereka?" ujar Ana kembali bertanya.
"Saya tidak akan percaya dengan Anda atau siapa pun itu jika saya belum melihat sendiri buktinya kalau memang Maria tidak bahagia dengan pernikahannya. Kalau itu benar, sudah jelas saya sama sekali tidak mendukung hubungan mereka, tapi kalau ternyata Maria bahagia bersama suaminya, saya juga tidak mungkin mengusik kebahagiaan mereka!" jawab Reyhan terdengar tegas, tetapi malah menyakiti hatinya sendiri.
"Jika kamu mencintai Maria, maka perjuangankan dia. Buktikan jika kamu benar-benar mencintainya," hasut Ana lagi yang belum menyerah untuk meyakinkan Reyhan.
"Berjuang atau tidaknya saya, itu sama sekali bukan urusan Anda. Jika Anda berpikir saya mau mengikuti rencana bodoh dan licik Anda, maka Anda salah besar. Saya tidak akan pernah ingin berurusan dengan orang yang tidak penting seperti Anda," maki Reyhan terdengar sangat menusuk di telinga Ana.
"Aku jadi ragu dengan pengakuan cintamu, aku merasa jika semua yang kamu katakan bohong. Sebenarnya kamu itu sama sekali tidak mencintai Maria, buktinya kamu sama sekali tidak memperjuangkannya," ucap Ana semakin membuat Reyhan geram.
"Dengarkan baik-baik dan ingat semua ini!" tegas Reyhan menatap tajam pada Ana yang terdiam menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Tidak ada yang bisa mengalahkan besarnya rasa cinta yang saya miliki untuknya. Saya begitu mencintainya dan jika dia memang terbukti tidak bahagia dengan kehidupannya, maka saya akan kembali memperjuangkan cinta saya. Tapi menurut saya, Maria sekarang sudah bahagia dengan kehidupannya dan sebagai pria yang mencintainya saya juga harus ikut bahagia untuknya. Saya tidak akan pernah menghancurkan kebahagiaan yang sudah diraihnya. Jika pria itu dapat membahagiakan dia, maka saya tidak akan memasuki hubungan mereka. Inilah pembuktian dari besarnya rasa cinta yang saya miliki untuknya. Jadi, berhentilah berniat meracuni pikiran saya karena itu tidak akan pernah berhasil," ucap Reyhan panjang lebar dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.
Ana masih terdiam. Saat ini, wanita itu kehilangan kata-kata untuk bisa meyakinkan Reyhan setelah mendengar semua perkataannya.
"Keluar dari sini dan jangan pernah lagi muncul dihadapan saya! Ingatlah satu hal lagi! Sedikit saja Anda berani mengusik kebahagiaan wanita yang saya cintai, maka Anda akan merasakan apa itu rasanya menyesal telah lahir ke dunia ini. Saya akan membuat hidup Anda tersiksa hingga Anda sendiri menyerah untuk hidup," ucap Reyhan lagi, kembali duduk di kursi kebesarannya menatap tajam Ana yang masih terdiam bungkam setelah mendengar semua ucapan serta ancamannya.
"Baiklah, Reyhan. Sekarang kamu bisa menolaknya, tapi nanti, ada saatnya di mana kamu akan menuruti semua rencanaku. Kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa saat ini," gumam Ana dengan sebuah rencana yang mulai terbesit dalam pikirannya.
"Keluar, sebelum saya meminta keamanan untuk mengusir Anda pergi dari sini!" geram Reyhan menatap Ana yang masih berada dalam ruangannya.
"Jangan lupa untuk selalu mengingat apa yang saya katakan! Jangan pernah sedikit pun Anda berani mengusik ketenangan wanita yang saya cintai," ucap Reyhan pada Ana yang masih mendengarkan apa yang ia ucapkan.
"Hidupmu sungguh menyedihkan!" cibir Ana bangkit dari duduknya, lalu keluar dari ruangan Reyhan.
Menyedihkan? Tapi aku bangga dengan cintaku dan aku sama sekali tidak menyesal sudah mencintainya. Batin Reyhan menatap foto Maria yang ia simpan dilaci meja kerjanya.
Beberapa saat setelah Ana pergi. Reyhan merasa jika ia butuh hiburan untuk menenangkan dan meredakan emosinya akibat pertemuannya dengan Ana.
Reyhan pun akhirnya memilih untuk keluar dari kantornya menuju kantor sahabatnya–Sean.
***
Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopirnya, Reyhan tampak memejamkan matanya sejenak. Melepas penat untuk meredakan amarah yang sempat menguasai pikirannya. Sepuluh menit pun berlalu dengan begitu cepat. Tepat saat mobil terasa berhenti, ia mulai kembali membuka matanya dan dapat melihat jika sudah berada di lampu lalu lintas dengan warna merah yang tengah menyala.
Reyhan terlihat mengalihkan pandangannya ke arah samping. Melihat seorang gadis yang tengah mencuri perhatiannya. Rayhan dapat melihat jelas gadis dengan pakaian serba hitam itu mengendarai sepeda motor berada tepat di samping mobilnya. Entah mengapa Reyhan begitu tertarik untuk melihat apa yang dilakukan gadis itu. Seorang gadis cantik yang tengah mengeluarkan uang dari dalam saku celananya, lalu memberikan pada seorang pengemis sembari membuka kaca helmnya dan tersenyum ramah pada pengemis itu.
"Gadis itu benar-benar memiliki hati yang mulia. Jarang ada gadis seusianya yang mau berbagi dengan orang lain," gumam Reyhan merasa kagum atas apa yang dilihatnya.
Seketika Reyhan mulai teringat bahwa sebelumnya ia pernah melihat gadis cantik itu. Namun, sekeras apa pun Reyhan berusaha mengingat, tetal saja dia belum mengingat di mana mereka pernah bertemu.
"Ikuti motor itu!" titah Reyhan pada sopir pribadinya saat lampu sudah berwarna hijau dan wanita tersebut sudah lebih dulu melajukan motornya.
Reyhan mengubah tujuannya, ia yang awalnya berniat mengunjungi Sean berpindah haluan mengikuti perempuan tersebut. Entah apa yang ingin dilihatnya, tetapi yang jelas Reyhan hanya ingin mengikuti ke mana gadis itu pergi.
"Siapa dia? Kenapa rasanya aku tidak asing dengan senyumannya?" batin Reyhan coba mengingat.
Bersambung....
**Like, komen, vote, hadiah, masukan buku ini ke rak baca kalian juga, ya, kak. Mohon selalu dukungan kalian.☺️🙏**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!