Disebuah hutan belantara yang biasa disebut sebagai hutan larangan. Di dalam hutan tersebut tinggalah berbagai macam makhluk kasat mata dan berbagai macam siluman, serta banyaknya pohon yang lebat daunnya. Yang akhirnya membuat hutan tersebut terkesan angker.
Seperti halnya di dunia manusia, di hutan larangan juga terdapat siluman yang baik dan juga siluman yang jahat, ada yang cantik dan tampan, ada kerajaan dan ada pula rakyatnya.
Dan di dalam kerajaan siluman ular itu, terdapat raja dan ratu ular. Dimana sang Raja mempunyai kemampuan membuat kepalanya menjadi tujuh dan Ratu ular yang mempunyai kemampuan membuat racun yang mematikan.
Raja dan Ratu ular itu mempunyai seorang putri yang cantik jelita dan dia mempunyai kemampuan seperti halnya sang raja dan juga sang Ratu.
Ara nama Putri siluman itu yang bisa merubah dirinya menjadi tujuh dan juga meracik racun seperti halnya ibunya ratu siluman.
Putri siluman itu jika menjadi ular, maka tubuhnya berubah menjadi ular kuning keemasan. Yang itu berarti kelak dia menjadi Dewi ular yang akan memimpin para siluman, khususnya siluman Ular.
"Ayahanda, ibunda! Ara pamit mau jalan-jalan dengan teman-teman!" seru Ara yang pamit pada kedua orang tuanya.
"Baik Ara, hati-hati ya nak!" seru seru ratu Ular yang membalas seruan putrinya.
"Iya bunda!" ucap Ara yang kemudian membalikkan badannya dan berlari kecil keluar dari istana dan menghampiri teman-temannya.
"Putri Ara! cepat sedikit, keburu siang nih!" seru para siluman ular muda wanita.
"Ayo lari!" seru para siluman ular muda laki-laki yang menatap Ara, yang saat ini mempercepat langkahnya menghampiri para siluman-siluman muda itu.
"Iya-iya, aku juga sudah berusaha secepat mungkin! ayo kita kemana sekarang?" tanya Ara pada saat sudah menghampiri para siluman ular muda itu.
"Kita ke tengah hutan dan main tutup mata tebak siluman!" jawab laki-laki yang memakai pakaian garis-garis hitam dan putih, yang bernama Weling.
"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang juga!" seru laki-lakibyang memakai pakaian serba hitam dan semuanya melangkahkan kaki menyusuri jalan yang berliku menuju ke tengah hutan.
Tak berapa lama mereka pun sampai di tanah lapang ditengah hutan belantara yang mereka maksud.
"Ayo siapa yang pertama kali jaga!" seru laki-laki yang memakai pakaian serba hitam itu pada saat mereka sudah berdiri dan berkumpul di tengah tanah lapang itu.
"Baiklah biar aku yang lebih dulu jaga!" ucap laki-laki yang memakai pakaian bermotif warna coklat itu, dan dia mengeluarkan sehelai kain panjang untuk menutup kedua matanya.
"Hitam, kamu ikat kain ini di kedua mata Phito!" seru laki-laki yang bernama Weling.
"Baiklah, kesinikan kain yang kamu bawa itu Phito!" seru si Hitam dan Si Phito memberikan kain nya itu pada Si hitam.
Kemudian si hitam mwngikat kedua mata si phito dengan sedikit kencang.
"Apa kamu sudah siap Phito?" tanya Ara yang menatap si Phito dengan penasaran
"Aku sudah siap!" seru si Phito yang tangannya mulai meraba-raba ruang hampa, karena para siluman muda itu mulai menghindar.
"Ayo Phito, ketemukan aku!" seru si Weling.
"Phito, kalau bisa jadikan aku penjaga!" seru si Hitam yang menatap dan memperhatikan gerak-gerik si Phito.
"Ah, kalian bicara mudah karena kalian tidak disituasi yang sama denganku saat ini! coba saja kalau kalian yang jaga!" seru si Phito yang terus meraba-raba berusaha menemukan lawan mainnya.
Tak berapa lama akhirnya Phito mendapatkan tangan salah satu siluman ular muda yang sedang bermain bersamanya.
Photo meraba dari tangan sampai pakaian dan wajah lawan yang di tangkapnya itu. Disaat sudah yakin siapa yang ditangkapnya, Photo mulai menebaknya.
"Weling....!" seru Phito dengan yakin.
"Aaagh...! kenapa kamu mengenaliku? padahal kan kedua mata kamu ditutup? kok bisa tepat tebakanmu sih?" rentetan pertanyaan dari Weling karena rasa penasarannya.
"Iya karena selain dari bau, pakaian kamukan yang terasa di tangan kasar. Pastinya itu kamu, siapa lagi? he... he...!" jawab Phito seraya terkekeh dan melepaskan ikatan kedua matanya.
Dan nampak dia melihat Weling yang sedikit iu
"Ha.... haha.....! bisa saja kamu Phito!" seru Ara yang menganggap jawaban Photo benar namun lucu menurut dirinya.
"Sudah-sudah, ayo lekas ikat kedua mataku!" seru Weling yang sudah siap menjadi penjaga.
"Iya, sini saya ikatkan!" sahut Pitho setelah melepaskan kain yang semula mengikatnya.
Pitho kemudian mengikatkan kain tersebut pada Weling.
Setelah selesai mengikat, Weling mulai meraba-raba untuk mencari lawannya dan yang lainnya mulai menghindari dari tangkapan Weling.
"Ayo tangkap aku!" seru siluman ular wanita muda yang memakai pakaian serba putih itu yang tak lain adalah siluman ular putih.
"Tangkap aku juga!" seru siluman ular wanita muda yang memakai pakaian serba hijau. wanita muda itu adalah siluman ular hijau.
Dan kembali mereka berusaha saling menghindar dari tangan penjaga, dan pada akhirnya siluman penjaga yaitu si Weling.
Permainan pun berjalan dengan seru dan ada gelak tawa diantara mereka. Rasa haus dan lapar menghinggapi mereka, dan si hitam berinisiatif mencari kelapa yang tumbuh di sekitar tempat mereka bermain.
"Ada yang haus?" tanya si hitam dan tentunya semuanya seperti terpanggil untuk ikut minum air kelapa yang dicarikan oleh si Hitam.
"Saya haus!"
"Saya juga haus!"
Seru mereka yang kemudian menghampiri si Hitam dan mereka mengantri untuk meminum air kelapa tersebut .
Tak terasa hari beranjak siang, dan siang beranjak sore.
"Ayo kita pulang!" ajak Ara dan yang lainnya menoleh ke arah Ara.
"Ayo!" balas para siluman muda itu yang kemudian menghampiri Ara. Mereka menyudahi permainan dan sepertinya ada yang ingin diutarakan oleh siluman ular laki-laki pada Ara.
Sementara siluman ular wanita lebih dulu melangkahkan kaki untuk kembali ke istana siluman ular.
"Kenapa kalian mencegahku kembali bersama yang lainnya?" tanya Ara yang penasaran.
"Ma'af tuan Putri Ara, kami hanya ingin mengutarakan perasaan kami selama ini. Kalau kami menaruh hati pada putri raja ular sejak dulu." ucap si hitam dan yang lainnya seperti si Weling, si Pithon, dan si Vipera, terus mereka mengelilingi Ara yang saat ini berada di tengah-tengah para siluman laki-laki muda.
"Mohon ma'af jika Ara saat ini ada tak merespon kalian. Mengertilah kalau sekarang ini Ara ingin mencari cinta sejati Ara. Jadi Ara harap kalian maklum dan mau memaafkan Ara. Kita tetap berteman iq ." ucap Ara seraya menatap satu persatu itu temannya itu.
"Baiklah kami mengerti, ayo kita pulang sekarang!" ajak si hitam dan mereka semuanya ikut pulang bersama-sama.
Tak berapa lama mereka telah sampai di istana dan saatnya mereka untuk berpisah.
"Daa.. semuanya!" seru Ara seraya melambaikan tangan kanannya. Demikian dengan yang lainnya yang juga melambaikan tangan mereka pada putri raja siluman ular it
...~¥~...
...Mohon dukungan para Readers untuk like//favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel CINTA TERLARANG PUTRI SILUMAN ULAR....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
"Daa.. semuanya!" seru Ara seraya melambaikan tangan kanannya. Demikian dengan yang lainnya yang juga melambaikan tangan mereka pada putri raja siluman ular itu.
"Daa.... Ara, besok kita main lagi ya!" seru si Weling.
"Iya pasti itu!" jawab Ara sambil tersenyum dan masuk ke istana sedangkan yang lainnya melanjutkan langkah mereka meninggalkan istana dan menuju rumah masing-masing.
Sementara itu Ara yang telah masuk ke istana, disambut oleh Ratu dan juga para dayang istana.
"Ara, lama sekali kamu main di luarnya!" seru Ratu Ular pada saat Ara menghampirinya.
"Mohon ma'af ibunda, tadi kamu asyik bermain sehinggal lupa waktu. Ibunda tidak marah kan?" jelas sekaligus tanya Ara pada saat di tanggul ibundanya dan dia menatap wajah ibundanya dan mengulas senyumnya.
"Kali ini Ibunda ma'afkan, tapi lain kali jangan diulangi lagi ya!" seru ibunda Ratu Ular yang juga menatap putrinya.
"Baik ibunda." balas Ara yang kemudian mereka melangkahkan kaki menyusuri lorong istana siluman ular itu.
"Sekarang kamu bersihkan diri dan ganti pakaian kamu dengan pakaian yang bersih, setelah itu pergi ke ruang makan ya! Ayahanda dan ibunda menunggu kamu di ruang makan." ucap Ratu Ular yang menatap putrinya dengan lemah lembut, saat mereka sampai di depan pintu kamar Ara.
"Iya ibunda!" jawab Ara yang kemudian masuk ke kamarnya setelah melihat sang ibunda telah meninggalkannya.
Ara menutup dan mengunci pintu kamarnya, kemudian Ara melangkahkan kaki mengambil pakaian ganti dan masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Setelah mengambil pakaian ganti, Ara masuk ke kamar mandi dan menutup serta menguncinya.
Mulailah Ara melakukan ritual membersihkan badannya yang kotor terkena debu-debu di hutan serta keringatnya pada waktu bermain tadi.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Ara memakai pakaiannya dan kemudian dia keluar dari kamar mandi.
Ara melangkahkan kakinya ke meja riasnya dan merias wajahnya seperti biasanya. Setelah selesai merias diri, gadis siluman ular itu melangkahkan kaki meninggalkan kamarnya.
Perlahan langkah kaki Ara menyusuri lorong istana dan menuju ke ruang makan keluarga istana, dimana kedua orang tuanya sudah berada disana dan mereka sedang berbincang-bincang sambil menunggu putrinya selesai mandi.
"Ma'af jika Ara membuat ayahanda dan ibunda menunggu lama." ucap Ara pada saat memasuki ruang makan dan segera mengambil tempat duduk yang telah disediakan.
Ara duduk di depan ibundanya, sedangkan Raja Ular Duduk di tepi diantara putri dan juga istrinya.
"Lama juga putriku mandinya, kamu ritual mandi pakai apa? he..he..!'' goda Ratu ular.
"Ah, ibunda namanya juga anak muda! Apa ibunda tidak seperti itu sebelumnya?" tanya Raja Ular sekaligus menggoda istrinya.
"He... he....! iya juga sih!" sahut Ratu ular seraya mengulas senyumya.
"Ayahanda dan ibunda ini sedang ngomongin apa ya?" tanya Ara yang menatap kedua orang tua ya dengan rasa penasaran.
"Ah tidak apa-apa kok! ayo kita makan. Keburu dingin makanannya!" ajak Ratu Ular yang kemudian mengambilkan makanan untuk suaminya sang Raja Ular. Setelah itu Ratu ular mengambil untuk dirinya sendiri.
Sementara itu Ara menunggu ibundanya selesai mengambil makanan untuk ayahanda dan juga untuk ratu Ular sendiri, kemudian Ara mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Mereka makan dengan tanpa suara sampai mereka menghabiskan makanan mereka, karena itu tradisi di kerajaan mereka.
Tak berapa lama mereka mereka telah selesai makan dan para dayang membereskan peralatan makan yang sudah digunakan untuk makan, dan makanan yang masih sisa diatas meja.
Mereka berpindah tempat ke gazebo yang berada di taman kerajaan.
Raja Ular, Ratu Ular dan Ara memulai perbincangan mereka.
"Putriku Ara, kamu sekarang ini sudah dewasa. Ayahanda dan ibunda sangat berharap jika kamu segera mendapatkan pendamping yang sebangsa dengan kita, untuk meneruskan kerajaan Siluman Ular ini." ucap Raja ular yang mengawali.
"Iya putriku, ibu sangat menginginkan segera mendapatkan momongan darimu putriku." ucap Ratu Ular.
"Tapi ayahanda dan ibunda, Ara belum mendapatkan laki-laki yang membuat jantung Ara begetar. Lagi pula Ara masih suka bermain dengan teman-teman Ara!" balas Ara yang menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"Ara, kenapa harus menunggu ada debaran jantung segala. Ayahanda dan ibunda dulu tidak begitu. Kami dijodohkan oleh kedua orang tua kami, yaitu kakek ayahanda dan kakek Ibunda. Dan kita tetap bahagia!" ucap Raja ular yang menatap putrinya.
"Maksud ayahanda dan ibunda, kalian mau menjodohkan Ara begitu?" tanya Ara yang penasaran.
"Iya, dan kamu harus mau!" seru raja ular dengan sedikit penekanan.
"Tapi ayahanda!" seru Ara yang rasanya ingin menolak, tapi dia takut jika ayahandanya akan menghukumnya.
"Ayah dan ibu akan mengadakan sayembara, ditujukan untuk para siluman ular laki-laki. Dan siapa yang punya kemampuan beladiri terbaik, dia akan menjadi panglima dan jika selama setahun kita pantau kinerjanya menjadi panglima. Jika kerjanya bagus, maka dia akan menjadi suami kamu kelak. Dan yang pasti dia akan menggantikanku sebagai Raja siluman ular nantinya." ucap Raja Ular yang yakin dengan ucapannya.
"Ibunda, apakah tidak ada kelonggaran buat Ara memilih calon suami Ara?" tanya Ara seraya berbisik.
"Ini sudah menjadi keputusan ayahanda kamu Ara. Tahu sendiri bukan, jika apa yang sudah dikatakan ayahanda kamu itu tidak ada yang bisa merubahnya!" bisik Ratu Ular pada Ara.
Ara yang kecewa hanya bisa menangis, dan dalam hati menangis.
"Kenapa aku tak bisa memilih sendiri laki-laki pilihanku? aku juga kan juga berhak memilih?" ucap dalam hati Ara yang kemudian meneteskan air matanya.
"Kamu kenapa Ara?" tanya ratu Ular yang menghampiri putrinya.
Ara terus menangis dengan tersedu-sedu.
"Apa kamu tidak setuju dengan keinginan Ayahanda ini?" tanya Raja Ular yang menatap putrinya dengan tajam.
"I...iya ayahanda. Ma'afkan ananda ayahanda." jawab putri siluman Ular itu dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu tahu akibatnya jika menentang keputusan ayahanda kamu ini? Apa sudah kamu pikirkan jawaban kamu itu putriku!" seru raja ular itu dengan rona wajahnya yang berubah memerah.
"Ayah? hukuman ayah berlaku juga pada putri semata wayangmu ini?" tanya Ara yang tak percaya dengan hukuman yang akan diterimanya nanti.
"Ayahanda tidak peduli, siapa yang menentang keputusan ayah! maka dia harus pergi dari istana ini!" seru Raja ular dengan mata memerah.
Dalam hati Raja Ular juga tak ingin putrinya menjauh dari dirinya.
"Baiklah ayahanda, Ara akan menerima hukuman dari ayahanda. Karena itu Ara kan meninggalkan istana sekarang juga. Akan Ara buktikan kalau Ara bisa mendapatkan cinta sejati Ara." ucap Ara sekali lagi dengan yakin setelah menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara pelan-pelan.
"Ara putriku!" ucap lirih ratu ular seraya menggelengkan kepalanya, dia tak percaya putrinya membuat keputusan yang melanggar keputusan ayahandanya.
...~¥~...
...Mohon dukungan para Readers untuk like//favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel CINTA TERLARANG PUTRI SILUMAN ULAR....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
"Ara putriku!" ucap lirih ratu ular seraya menggelengkan kepalanya, dia tak percaya putrinya membuat keputusan yang melanggar keputusan ayahandanya.
"Ibunda tenang saja, Ara akan baik-baik saja!" ucap Ara yang kemudian memeluk ibundanya.
"Putriku, cepatlah kembali jika sudah menemukan cinta sejati kamu!" bisik Ratu ular seraya mengecup kening putrinya.
"Ayahanda!" panggil Ara yang hendak pamit pada ayahandanya, tapi sang Raja Ular membalikkan badannya. Seolah dia sudah tak peduli lagi pada putrinya.
Namun yang sebenarnya dia sedang menangis, karena akibat keputusannya itu putrinya akan meninggalkannya. Dan dia akan mengembara, entah kemana tak yang tidak akan dia ketahui.
Sang raja sebetulnya sangat khawatir dengan putrinya, mengingat bahaya di luar kerajaan Siluman Ular.
Tapi berkali-kali sang raja menarik dafasnya dan membuangnya pelan-pelan, untuk menenangkan hati dan pikirannya untuk sementara waktu ini.
Sementara itu Ara memandang kedua orang tuanya dengan berat hati dan perlahan dirinya melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
Putri siluman ular itu mengambil beberapa benda miliknya sebagai bekal dia diperjalanannya nanti.
Walaupun berat hati, Ara tetap melangkahkan kakinya keluar dari istana.
Ara sempat bertemu dengan teman-temannya di luar istana. Dan dia mengucap salam perpisahan dengan teman-temannya itu.
"Putri Ara, anda yakin dengan keputusan meninggalkan istana ini?" tanya Weling yang terlihat sangat tak mengharapkan itu.
"Iya, kalian janganlah khawatir. Ara bisa jaga diri Ara." ucap Putri siluman ular itu dengan yakin.
"Seandainya aku tidak ikut kompetisi menjadi panglima di kerajaan kita, aku akan menemani kamu putri Ara!" seru Phito yang memandang wajah Ara dengan sendu.
"Sudahlah, kalian janganlah khawatir. Ara kan sudah bilang kalau Ara bisa jaga diri Ara, jadi kalian raihlah cita-cita kalian semuanya."ucap Ara yang menatap satu persatu temannya yang ada dihadapannya itu.
"Ara, aku pasti akan selalu merindukanmu!" seru si ular putih.
"Aku juga akan selalu merindukanmu putih!" ucap Ara yang kemudian memeluk siluman ular putih.
Beberapa saat kemudian Ara melepaskan pelukannya dan dia saat ini berpamitan sekali lagi untuk pergi.
"Maafkan Ara, Ara harus pergi sekarang juga!" seru Ara yang kemudian melangkahkan kakinya dan beberapa langkah dia membalikkan badan dan melambaikan tangannya pada teman-temannya itu dan kemudian Ara melangkahkan kakinya tanpa menoleh sekalipun pada teman-temannya.
Ara terus berjalan menusuri jalan setapak di hutan belantara itu, yang terdapat pepehonan yang tinggi dengan daunnya yang lebat dan semak-semaknya yang meninggi juga sangat rimbun.
Putri siluman itu sesekali menoleh ke kanan dan juga ke kiri serta menebarkan pandangannya ke pepohonan dan juga langit diatas hutan larangan itu.
"Rasanya begini ya rasanya keluar istana dan berada di tengah hutan sendirian?" gumam dalam hati Ara saat berhenti untuk beristirahat.
Hari sudah beranjak siang, Ara merasakan gerah di tubuhnya.
"Aku mandi, badanku lengket semuanya karena keringat. Sebaiknya aku mencari sungai atau air terjun untuk mandi." gumam Ara yang terus melangkahkan kakinya untuk mencari aliran sungai atau air terjun yang bisa buatnya merendam tubuhnya.
"Bless... blesss....!"
Terdengar suara air yang jatuh ke bumi.
"Itu bukan hujan, air terjun! wah pasti sejuk sekali airnya!" seru Ara yang bersemangat untuk mencari sumber suara itu.
Dan benar saja, tak berapa lama Ara menemukan aiir terjun yang tadi sempat membuatnya penasaran.
Gadis siluman itu bersemangat dan dia mencari tempat yang aman untuknya melepaskan pakaiannya.
Setelah menemukan batu yang besar untuknya bersembunyi, kemudian Ara melangkah menuju ke batu besar itu.
Ara meletakkan benda-benda miliknya ke batu besar yang ada dihadapannya.
Kemudian Ara melepaskan pakaiannya dan dengan segera dia menceburkan diri ke dalam kolam yang berada di bawah air terjun.
Gadis itu asyik berenang dan juga bermain air dengan riangnya. Ara yang sedang melupakan kesedihannya meninggalkan kedua orang tuanya dengan terpaksa.
Karena terlalu asyiknya bermain, Ara tak menyadari ada yang sedang memperhatikannya dari kejauhan sepasang mata seorang pemuda yang penasaran dengan keberadaan Ara.
"Siapa gadis itu? siluman ataukah manusia?" gumam dalam hati pemuda itu yang nampaknya menaruh hati pada Ara, dan dia sangat penasaran akan keberadaan Ara tersebut.
Pemuda itu bernama Langit, dia adalah putra seorang pawang ular sekaligus pemburu ular.
Langit adalah seorang mahasiswa dan juga bekerja sebagai peneliti alam sekitarnya. Dan dia saat ini sedang libur, dia ikut dengan ayahnya yang sedang berburu ular.
Pemuda itu ada rasa tertarik pada Ara dan terus memperhatikan setiap gerakan Ara, yang menyelam dan menyembul kemudian memainkan rambutnya. Sehingga keluarlah aura kecantikan dari gadis itu.
"Gadis itu sangatlah cantik, kenapa ada gadis cantik dengan kulit yang sangat putih dan bersih itu?" gumam Langit yang masih memperhatikan Ara.
Sementara itu Ara yang sudah puas dengan mandi dan bermain airnya, gadis siluman itu menuju ke batu besar dimana dia meletakkan pakaian dan juga benda-bendanya yang dia bawa dari istana.
Setelah memakai pakaiannya, Ara melangkahkan kakinya meninggalkan kolam air terjun.
Tiba-tiba gerimis datang, sehingga Ara bergegas mencari tempat untuk berlindung. Tanpa dia sadari langit membuntutinya.
Ara merubah dirinya menjadi ular emas, dan dengan indranya, Ara menemukan sebuah goa yang lumayan besar.
"Aku berteduh di sana saja." seru Ara yang mempercepat langkahnya merayap menuju ke goa yang dia maksud.
Setelah itu dia masuk ke dalam goa itu dan mencari posisi yang nyaman untuknya beristirahat di bongkahan batu yang ada di atas dinding.
Sementara itu Langit yang mengejar Ara, kehilangan jejak karena Ara berubah wujud menjadi ular emas.
Mendung menghitam, suara Guntur bergemuruh dan angin mulai berhembus secara tak beraturan.
"Wuss..... wuss.... !"
"Blessh....!"
Dan akhirnya hujan pun turun dengan derasnya, sedangkan Langit bergegas mencari tempat berteduh yang paling dekat.
Pemuda itu mendapati sebuah goa, dimana Ara yang berubah wujud menjadi ular emas tadi juga berteduh di sana.
"Duarr.... duarr... duarr...!"
Suara petir yang bersautan, menambah kesan yang menyeramkan di dalam hutan larangan tersebut.
Sementara itu Langit masuk lebih dalam ke goa dan sebelumnya dia menyalakan senternya.
Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, Langit menurunkan tas ranselnya. Kemudian dia mencari kayu bakar yang masih kering, di sekitar goa dan kemudian dia menyalakannya.
Perlahan-lahan api di kayu bakar tersebut membesar dan membuat api unggun yang mampu mengubah hawa di sekitar yang sebelumnya dingin dan pengap.
Rasa lapar menghinggapi perut Langit, dan pemuda itu mengambil beberapa makanan yang ada di dalam tasnya. Sementara hujan sudah turun dengan derasnya.
...~¥~...
...Mohon dukungan para Readers untuk like//favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel CINTA TERLARANG PUTRI SILUMAN ULAR....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!