**Hallo Semua Teman - Teman, Selamat datang di Season 2 Karya Hot Mother 1.
Kalau ada yang bertanya, kenapa ini kisah tentang Brina, karena karya Brio sudah Mimin tulis di N o V e L m E ya, dengan Judul Partner Ranjang.
saat Ini Mimin lagi berjuang untuk bisa kembali dan semangat di sini ya teman - teman. jadi mimin berharap kembali kalian bisa kembali mendukung Mimin. terima kasih 🙏🙏🙏🙏🏻🙏🏻🙏🏻😘😘😘
🌹Happy Reading 🌹
Di sebuah taman yang sangat indah, terlihat seorang gadis kecil yang tengah berlari dan bermain dengan begitu riangnya melihat - lihat bunga yang indah di taman itu.
"Mommy, ayo sini, main sama Hanna," dia memanggil mommynya yang sedang berdiri dengan senyum indah sembari terus menatap ke arah putrinya yang sedang menikmati kebebasaanya.
"Hati - hati sayang, nanti kamu jatuh," tegur Brina, yang merupakan mommy dari Hanna.
"Tidak apa Brina, biar aku yang menjaga Hanna," sahut Erlan, pria tampan yang sedari tadi berada di sebelah Brina.
Dengan yakin Brina menganggukan kepalanya pelan, menatap ke arah Erlan yang tengah berlari ke arah putrinya dan bermain bersama seperti layaknya seorang Daddy dengan putrinya.
Namun pada kenyataanya, Erlan bukanlah daddy biologis dari Hanna, dia hanyalah seorang teman yang sedari dulu menemani Brina untuk melewati masa - masa sulit di saat dirinya sendiri.
Merasa sangat lelah karena terus berdiri, kini Brina mulai mengedarkan pandanganya untuk mencari spot duduk yang baik agar tetap bisa memperhatikaan keduanya.
Hanna begitu menyukai Erlan, karena biar bagaimanapun, sosok Erlan memang ada untuk mengisi kekosongan hati Hanna yang tidak sedari dulu menginginkan kehadiran seorang ayah di dalam kehidupannya.
Dan dia bisa mendapatkan itu semua dari Erlan, sosok pria yang begitu mencintainya, akan tetapi dia sama sekali tidak bisa membalasnya, karena di dalam hatinya masih tersimpan satu nama pria yang begitu dia cintai, pria yang juga merupakan ayah biologis dari Hanna.
***
Untuk mengisi waktunya, Brina mencoba melihat ke arah penjual makanan yang ada di dekat sana, dia berniat ingin membelikan Erlan dan Hanna minum dan cemilan agar membuat mereka semakin semangat untuk bermain.
Namun di saat dirinya baru saja ingin memilih - milih cemilan itu, samar - samar dia mendengar sebuah suara yang begitu dia kenali, suara yang sudah enam tahun ini tidak pernah dia dengar, suara yang selama enam tahun ini tidak ingin sama sekali terdengar di sekelilingnya, kini mulai terdengar kembali.
Di saat Brina membalikkan tubuhnya, benar saja, suara dari si pemiliknya kini terlihat tengah berdiri berhadapan dengannya. "Aldo," gumam Brina, benar - benar tidak menyangka bahwa Aldo akan berada di taman ini.
Taman yang merupakan tempat pertama mereka bertemu di saat dulu, dan di taman inu jugalah mereka berpisah.
"Hay Brina, ternyata kita bisa bertemu lagi," sapa Aldo dengan pelan, namun terdengar sangat sinis.
Brina menatap Aldo dengan begitu lekat, entah kalimat apa yang bisa melambangkan perasaanya saat ini. Sakit, malu dan kecewa, di saat dirinya melihat seorang wanita cantik yang kini mulai menggengam tangan dari Aldo.
"Sayang," sapa wanita tersebut. Aldo tersenyum sinis, namun arah tatapan matanya masih saja terus jatuh memandang Brina dengan tajam.
"Ehm, Olla, perkenalkan dia adalah Brina, MANTAN KEKASIHKU," ucap Aldo memperkenalkan Brina dengan kekasihnya Olla.
Sumpah demi apapun, Brina terkejut mendengar Aldo yang begitu berani memperkenalkan dirinya sebagai mantan kekasih di depan kekasihnya yang sebenarnya.
Mendengar hal itu, Olla yang sedari tadi tersenyum manis, kini tiba - tiba saja berbuah sendu dan menampilkan senyum kegetiraanya melihat sosok Brina.
'Ahhh, jadi ini mantan kekasih Aldo, yang membuat aku sulit masuk dan butuh banyak perjuangan untik mendapatkan hati pria idamamku ini, biasa saja menurutku sih, masih cantik aku kemana - mana,' batin Olla, memandang remeh ke arah Brina.
"Hay Brina, aku Olla calon istri dari Aldo," ucap Olla dengan bangga memperkenalkan dirinya.
Brina berusaha menetralkan perasaanya dan tersenyum manis ke arah sepasang kekasih yang tengah dirundung kebahagiaan itu.
"Aku pikir kehidupanmu akan berubah Na, tetapi sepertinya saat ini sama saja, kamu tetap sendiri, karena apa? Mungkin karena kamu masih belum bisa menghargai pentingnya sebuah hubungan," tungkas Aldo, yang sepertinya masih mempunyai dendam pribadi dengan wanita yang saat ini sedang mengalihkan pandanganya ke arah lain, seperti enggan untuk menantapnya.
"Oh iya, karena kita sudah tidak pernah bertemu setelah enam tahun lamanya, aku rasa kamu perlu mengetahui diriku yang sekarang," ungkap Aldo dengan begitu sombongnya dihadapan Brina.
Mendengar hal itu, Brina rasanya ingin sekali tertawa, namun dia berusaha menahannya karrna dia tidak ingin mempermalukan pria yang berstatus sebagai mantan kekasihnya ini.
"Perkenalkan aku adalah -," ucapnya terhenti, ketika melihat Hanna yang sedang berlari mendekat ke arah Brina.
"Mommy," teriak Hanna, membuat mereka bertiga langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
Terutama untuk Aldo, dia sama sekali tidak bisa berkedip ketika melihat seorang gadis kecil yang tengah berlari ke arah Brina. Gadis kecil yang memilik wajah tidak asing baginya, gadis kecil yang memiliki mata indah yang begitu mirip dengan mata milik Brina, terlebih panggilan gadis itu yang memanggil Brina dengan sebutan Mommy, membuatnya begitu yakin bahwa gadis itu adalah anak dari mantan kekasihnya.
"Hanna, sayang jangan lari - lari dong, nanti Hanna jatuh loh," tegur Brina, yang segera merangkul putrinya agar berhenti berlari ke sana ke sini.
Aldo samakin menatap Brina dengan tajam, merasa tidak terima dengan apa yang sedang dia lihat saat ini.
"Brina," tegur Aldo, seakan - akan meminta penjelasaan dari sang mantan.
Olla yang mendengar kekasihnya memanggil nama mantanya, merasa sangat tidak suka dan menyenggol tubuh Aldo, agar segera pergi dari sana.
"Mommy, siapa mereka?" tanya suara lembut, yang berasal dari Hanna.
Brina menatap wajah putrinya lalu tersenyum dengan manis, "mereka adalah teman kuliah mommy dulu sayang, namanya adalah Uncle Aldo dan juga Aunty Olla," ucap Brina memperkenalkan kedua pasangan yang sedari tadi masih memperhatikannya.
"Say hallo To Uncle," pinta Brina pada putrinya.
"Hallo Uncle, Hallo Aunty," sapa Hanna dengan begitu pelan.
DEG jantung Aldo berpacu dengan sangat cepat, entah mengapa hatinya ingin sekali menolak, ketika Hanna memanggilnya dengan sebutan uncle.
"Dia anak kamu?" tanya Olla, ingin memberikan jawaban untuk Aldo, agar tidak berubah perasaan ketika melihat sang mantan berada dihadapaanya.
Dengan cepat Brina menganggukan kepalanya, "iya, dia adalah putriku," jawab Brina.
"Ohh, siapa namanya cantik?" tanya Olla lagi, namun kali ini dia tujukan pada Hanna, yang sedari tadi menatap mereka dengan bingung.
Hanna melirik ke arah Mommynya sejenak, untuk meminta izin apakah dirinya boleh mengobrol dengan orang asing.
"Boleh sayang," ucap Brina, seakan dirinya tahu apa yang sedang dipikirkan oleh putrinya.
"Nama aku, Hanna Imannuela Jonathan aunty," ucapnya menjawab pertanyaan dari Olla.
"Hanna, namanya bagus banget sayang, usia Hanna berapa? Hanna sekolah kelas berapa sayang?" Pertanyaan Olla begitu banyak, membuat Hanna menyeritkan keningnya bingung. Pasalanya tidak pernah ada siapapun yang bertanya padanya dengan begitu detail selain Olla. Membuat dirinya merasa sedikit takut pada wanita tersebut.
"Hanna," panggil Erlan yang baru saja muncul setelah mendapatkan balon yang diinginkan oleh Hanna tadi.
Mendengar suara Nathan, itu membuat Hanna merasa terselamatkan dan langsung berlari untuk bersembunyi dibelakang tubuh Nathan.
Visual Gabrina Jonathan
Visual Hanna Emanuela Jonathan
To Be Continue.
Hay - hay, selamat datang di karya mimin yang kesekian kali, ini adalah karya lanjutan dari skull Hot Mother 1 ( tragedi cinta satu malam ) ini adalah karya terakhir setelah ketiga anaknya.
Jadi jangan lupa kasih like, komen dan hadiahnya ya. Jangan lupa juga kasih tap love untuk menyimpan karya ini di dalam rak buku kalian sebagai bentuk dukungan kepada mimin.
Terima kasih**.
🌹 Happy Reading 🌹
Erlan yang mendapatkan Hanna seperti ketakutaan, kini menatap lekat ke arah Brina, untuk meminta jawaban dengan apa yang terjadi saat ini.
"Siapa dia?" tanya Erlan pada Brina, ketika melihat sosok pria dan wanita yang tengah berdiri dihadapan Brina dan dia sangat yakin, bahwa mereka berdualah penyebab Hanna ketakutaan.
"Ahh, mereka ini adalah teman kuliah aku."
"Aldo dia adalah Erlan, dan Erlan kenalkan dia adalah Aldo dan Olla, mereka sudah ingin menikah dan sedang bertanya denganku untuk mengundang mereka di pesta mereka nanti," jawab Brina dengan gugup. Ini pertama kalinya Erlan berkenalan dengan orang dari masa lalunya. Dan dia berharap jika Aldo tidak akan mengatakan bahwa mereka dulunya adalah sepasang kekasih.
"Hallo, saya adalah Erlan suami dari Brina," ucapnya bohong. Dia sengaja memperkenalkan dirinya sebagai suami Brina, agar tidak ada yang tahu akan status Brina yang merupakan single mother.
DEG
Lagi - lagi jantung Aldo benar - benar terasa seperti ditusuk oleh seribu jarum, ketika mendengar bahwa Brina sudah menikah dan memiliki seorang anak.
Selama enam tahun ini dirinya berjuang untuk bisa sampai titik di mana dia bisa menyombongkan diri dihadapan Brina, enam tahun yang dia lewati dengan perasaan sakit akibat pengkhianatan serta dendam kepada Brina, perasaan yang sesungguhnya masih mencintai Brina, kini harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa wanita itu telah menikah bahkan memiliki seorang anak.
Dia berpikir bahwa Brina akan tetap menjadi sosok yang dia kenal, wanita dengan sejuta kasus di dalam kehidupannya, wanita yang tidak akan pernah menghargai cinta dari seorang pria dan wanita yang tidak akan pernah memiliki sebuah komitmen, namun nyatanya sekarang? Aldo sampai tidak bisa berbicara apapun lagi, dia hanya bisa tersenyum walaupun hatinya sakit.
Dia harus terus meyakinkan bahwa saat ini dia telah memiliki Olla sebagai kekasih hatinya, sebagai wanita yang telah menemaninya dari Nothing menjadi Something, mendukungnya dari dia yang dibuang oleh Brina begitu saja lantaran karena dia miskin, kini telah berubah menjadi pria mapan yang memiliki perusahaanya sendiri.
***
Saat ini Brina, Erlan dan Hanna, sedang menikmati makan malam mereka di restoran yang tidak jauh dari taman tadi.
"Wahh, Hanna suka banget sama soup mashroom ini Mom, Pah," lapornya pada Brina dan Erlan.
"Iya sayang, papah bisa belikan soup ini sebanyak mungkin untuk Hanna seorang, kalau perlu papah belikan restoran ini untuk Hanna, apakah Hanna mau?" tanya Erlan, sambil mengusap lembut puncak kepala putri dari sahabatnya itu.
Brina hanya bisa tersenyum tipis, di saat melihat kedekataan antara Hanna dan juga Erlan.
"Mommy, apakah Hanna boleh membeli restoran ini?" tanya Hanna dengan takut kepada Brina.
"Sayang, untuk sekarang jangan dulu ya, kalau nanti Hanna sudah dewasa, baru deh Hanna mau beli restoran ataupun Hotel apapun dan manapun yang Hanna mau, mommy atau papah bisa membelikaanya untuk Hanna, oke," jawab Brina, sembari memberikan pengertian pada putrinya.
"Brina, it's okay kalau Hanna mau memiliki restoran ini sekarang, aku bisa membelikaanya," sahut Erlan, ketika melihat wajah Hanna mulai murung, karena penolakaan dari mommynya.
Mendapatkan respon yang sama dari Brina, tanpa berpikir panjang lagi, Erlan langsung menghubungi asistenya untuk segera membeli restoran ini dengan menggunakan nama Hanna di dalamnya.
"Nathan, this not good for my daughter," Brina menegur Erlan agar tidak selalu bersikap seperti itu pada Hanna.
"Brina, apapun yang Hanna mau, tinggal berikan saja, sembari kita mengajarkan dia bagaimana cara menghargai kepemilikaanya sendiri, kamu harus ingat bahwa Hanna adalah anak yang pintar, bahkan dia sudah tahu bagaimana cara menghitung persenan untung perusahaan, jadi aku rasa beberapa restoran ataupun hotel yang dia miliki, itu tidak akan pernah jadi masalah," terang Erlan, yang kini hanya bisa membuat Brina menghela nafasnya panjang.
Dan akhirnya mereka kembali melanjutkan makan malam mereka, hingga akhirnya Hanna yang terlihat sudah sangat lelah, meminta untuk pulang lebih awal.
****
Brina menatap ke arah wajah putrinya yang begitu tenang tertidur di kursi khusus baby di dalam mobil Erlan yang memang selalu ada di sana.
"Apakah dia sudah tertidur?" tanya Erlan pada Brina, ketika wanita itu sudah kembali fokus menatap ke depan.
"Iyah, sepertinya dia sudah begitu lelah, hingga tertidur sendiri seperti itu," balas Brina, dengan santainya manatap ke arah Erlan, yang tengah mengemudikan mobil menuju ke arah Mansion Jonathan.
Brina menghela nafasnya dalam, lalu menyenderkan sejenak kepalanya di bantalan kursi, "apakah kamu juga lelah?" tanya Erlan lagi, kemudian tangan sebelahnya dia gunakan untuk mengusap lembut kepala wanita yang sudah beberapa tahun ini selalu saja bertahta di hatinya.
Dengan lembut Brina menepis tangan Erlan, dia tidak ingin perasaan pria ini menjadi semakin dalam kepadanya.
Sampai detik ini, dia sama sekali tidak bisa membalas perasaan cinta dan semua ketulusan yang selama ini diberikan oleh Erlan.
Dia tidak tahu mengapa? Dia sangat ingin sekali mencintai Erlan, ingin sekali memberikan semua perasaanya kepada pria yang benar - benar mencintainya, mencintai putrinya seperti yang Erlan lakukan.
Dan dia juga sudah berulang kali mencobanya, namun tidak bisa, karena semakin dia berusaha belajar mencintai Erlan, semakin dia merasa bersalah karena telah memberikan harapan palsu kepada pria setulus pria itu.
"Apakah kamu masih belum mau menerima lamaranku?" tanya Erlan, entah untuk yang keberapa kali dia menanyakan hal - hal yang sama.
Karena di saat dirinya sedang bersama dengan Brina, dia sama sekali tidak tahu ingin bicara apa. Diamnya Brina membuatnya sulit untuk berintraksi dengan wanita yang sudah berstatus sebagai tunanganya tersebut.
Ya, mereka berdua telah terikat dengan hubungan yang keluarga mereka telah satukan.
Mario dan Anki, papah dari Erlan, memang sudah sepakat ingin menyatukan putra dan putri mereka. Dan pertunangan itupun sudah terjalin selama tiga tahun lamanya.
Namun, sampai detik ini Brina masih terus menolak rencana pernikahaan mereka. Erlan sudah ratusan kali melamarnya, akan tetapi selalu penolakan yang dia dapatkan.
"Erlan, kita sudah bicarakan semua masalah ini," jawab Brina, merasa kesal jika Erlan selalu menanyakan hal yang sama di setiap harinya.
"Brina, kamu tahu aku sangat mencintai kamu, mencintai Hanna, jadi apa lagi yang kamu ragukan?" Lagi dan lagi, pertanyaan itulah yang keluar dari mulut Erlan.
Jika saja mereka tidak bersabar dan saling memahami, maka hubungan mereka sudah sangat - sangat membosankan.
****
Sedangkan di sisi lain, terlihat seorang pria yang sedang duduk di dalam ruang kerjanya. Dia sengaja menghabiskan waktunya hari ini untuk mengalihkan pemikiraanya tentang Brina.
"Aarrghhhh," jerit Aldo, sembari menggebrak meja kerjanya dengan sangat keras.
Nafasnya terlihat memburu, serta kringat yang mulai membasahi tubuhnya. "Bisa - bisanya dia terlihat menampilkan wajah biasa dan tidak merasa bersalah sama sekali tentang apa yang dia lakukan di masa lalu," gumam Aldo, tidak percaya dengan apa yang dia lihat tadi.
Entah apa yang sedang dia rasakan, apakah dia sakit hati karena Brina ternyata sudah menikah, atau dia merasa marah karena Brina sama sekali tidak pernah meminta maaf kepadanya?
Visual Erlan Noezandra
To Be Continue.
Hay - hay, selamat datang di karya mimin yang kesekian kali, ini adalah karya lanjutan dari skull Hot Mother 1 ( tragedi cinta satu malam ) ini adalah karya terakhir setelah ketiga anaknya.
Jadi jangan lupa kasih like, komen dan hadiahnya ya. Jangan lupa juga kasih tap love untuk menyimpan karya ini di dalam rak buku kalian sebagai bentuk dukungan kepada mimin.
Terima kasih**.
🌹Happy Reading 🌹
Setelah pertemuan kemarin antara Brina dan Aldo, saat ini Brina lebih posessive terhadap pergerakan Hanna.
Apa lagi setelah dia mendapatkan informasi, bahwa Aldo saat ini sedang membangun perusahaan barunya di sini, di London.
Padahal, dari informasi dulu yang dia dapatkan, kalau Aldo telah berpindah Negara ke Amsterdam, sehingga dirinya merasa aman ketika mengajak Hanna untuk mengurus perusahaan daddy Mario yang berada di London ini.
****
Tok,,tokk, suara ketukan pintu dari luar ruangan, mengejutkan Brina yang saat ini sedang melamun memikirkan keberadaan Aldo.
"Permisi Bu, nanti siang akan ada rapat bersama dengan perusahaan TMC Group, mohon kiranya ibu tidak mengundurkan lagi jadwal ini, karena perusahaan tersebut sangat berpengaruh di London ini bu," ucap Sesil, yang merupakan sekertaris milik Brina.
"Bisakah kamu bacakan jadwalku hari ini," pinta Brina, pada Sesil.
"Ibu pimpinan, hari ini jadwal Anda hanya melakukan meeting bersama dengan perusahaan tersebut, setelah itu semua jadwal Anda sudah kosong," jawab Sesil, sembari memberikan agenda untuk Brina.
"Baiklah, atur pertemuanku denganya, dalam waktu dua puluh menit lagi," titah Brina, yang kini dijawab anggukan oleh Sesil.
"Saya permisi dulu Bu," pamitnya dengan sopan.
Brina kembali menghela nafasnya kasar, dia merasa hari ini dia benar - benar tidak fokus, karena terus memikirkan keberadaan Aldo yang entah sampai kapan ada di London ini.
Sejujurnya dia sangat takut, jika kedatangan Aldo saat ini, malah akan membongkar rahasia masa lalu yang sudah dia kubur dalam - dalam.
****
Setelah dua puluh menit berlalu, seperti janji di awal, kini Brina sedang bersiap di dalam ruanganya untuk bertemu dengan salah satu pimpinan yang memiliki perusahaan sangat berpengaruh di negara ini.
Tap,,tap,tap, suara langkah kaki, kini perlahan mulai terdengar melangkah masuk ke dalam ruangan Brina.
"Silahkan masuk Tuan," ucap Sesil, lalu menutup pintu ruangan Brina dengan rapat.
Sosok pria itu saat ini tengah berdiri di hadapan wanita yang tengah sibuk dengan beberapa berkas yang harus dia selesaikan lebih dulu.
"Ehhem, apakah begini caranya seorang pimpinan menyambut tamunya?" tanya pria tersebut.
DEG. Jantung Brina rasanya ingin lepas saat ini juga. Mendengar suara itu lagi. Suara pria yang sedari tadi menganggu pikiraanya, suara pria yang sangat ingin sekali dia hindari, saat ini sedang berada dihadapannya.
Entah takdir apa yang sedang bermain di antara mereka, yang jelas Brina sama sekali tidak ingin berada di posisi ini sekarang.
"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Brina, tidak ingin berbasa basi, ataupun tersenyum menyambut kedatangan pria ini.
"Tidak ada, aku hanya ingin bersikap profesional untuk tidak mengabungkan masalah pribadi dengan masalah kantor, dan harusnya kamu juga bisa bersikap seperti itu," jawab Aldo, sembari melangkahkan kakinya duduk di sofa besar yang ada di dalam ruangan milik Brina.
Mendengar perkataan Aldo, akhirnya Brina tersadar, bahwa saat ini dirinyalah yang tidak bersikap profesional. "Tarik nafas Na, ini hanya sementara saja," ucapnya, lirih di dalam hati. Dia tidak ingin jika Aldo melihatnya Narvous seperti itu.
Tidak ingin membuang waktu lagi, dan terlebih tepatnya dia tidak ingin jika berada di dalam satu ruangan dengan Aldo, membuatnya langsung kepada fokus utama. "Baiklah, jelaskan semuanya," ucap Brina, sembari duduk bersebrangan dengan posisi Aldo saat ini.
"Jelaskan semuanya?" tanya Aldo, dengan senyum tipis yang kini terbit di wajahnya.
Brina memutar bola matanya malas, dan lalu mulai mempresentasikan pekerjaan mereka. Nilai - nilai laba yang diuntungkan oleh kedua belah pihak perusahaan.
Sepanjangan meeting mereka, Aldo terus memperhatikan Brina. Sosok mantan kekasihnya itu sekarang telah berubah.
Wanita yang dulunya sangat bodoh dan bahkan hanya memikirkan diri sendiri, kini telah menjadi seorang gadis yang mempunyai IQ tinggi dan bahkan sekarang telah menjadi seorang pimpinan perusahaan besar, walaupun Aldo tahu, bahwa perushaan ini adalah milik Mario yang merupakan Daddy dari Brina.
"Kamu apa kabar Rina?" tanya Aldo tiba - tiba. Dia sudah terlalu bosan mendengar Brina yang menjelaskan tentang pekerjaan mereka.
Karena sebenarnya tujuan awal dia datang ke sini, karena memang ingin bertemu dengan Brina dan meminta penjelasaan dari wanita yang meninggalkannya dulu begitu saja.
"Aldo, bukankah kamu sendiri yang bilang jika kita harus profesional?" Brina mengehela nafasnya berat. Dia sangat - sangat tidak ingin berbasa basi dengan Aldo. Semua kesalahaan sebenarnya bukan salah Aldo, melainkan salahnya, namun Rasa malu serta rasa bersalahnya itu, kini kembali muncul ketika Aldo terus bertemu dengannya seperti ini.
"Rin, kamu tahu, aku begitu sangat mencintai kamu, tetapi kamu pergi meninggalkanku begitu saja, karena apa? Karena aku miskin, karena aku adalah seorang anak yatim piatu, apakah itu alasanmu? Hem?" Aldo yang sudah tidak tahan, langsung menanyakan semua pertanyaan yang selama ini berada di dalam otaknya, tentang mengapa dan kenapa Brina meninggalkanya begitu saja setelah malam itu.
Malam yang mereka habiskan dengan seluruh cinta dan kasih sayang, tapi kini malah berubah menjadi sebuah boomerang yang menghancurkan kehidupan mereka.
"Aldo, hubungan kita sudah lama selesai, dan ini bukan saatnya untuk membahasnya Aldo, -,"
"Ya tapi kenapa Rin? Kasih aku alasanya yang jelas kenapa kamu meninggalkan aku?!" Aldo selalu saja tidak pernah merasa puas dengan jawaban Brina yang terkesan selalu menghindarinya.
"Aldo, aku udah punya suami, dan mempunyai seorang putri, lalu begitu juga dengan kamu, Olla, dia adalah calon istri kamu, aku merasa sangat bahagia ketika mendengar kamu ingin menikah Aldo, aku bahagia," Brina mencoba menerangkan pada Aldo, bahwa posisi mereka saat ini sudah sama - sama ada yang memiliki.
Aldo menganggukan kepalanya paham, "kamu memang benar, Olla adalah wanita yang sangat baik, selama enam tahun ini, dialah yang menemaniku, mengerti semua kondisiku dan menerimaku dengan apa adanya, gak seperti kamu yang meninggalkanku di saat aku tidak memiliki apapun," sindir Aldo, yang kini secara ajaib kalimat itu benar - benar menusuk di jantung Brina. Namun lagi - lagi secepat kilat Brina menepis perasaan itu.
"Aku ikut bahagia, ketika kamu bahagia, jadi aku rasa hubungan kita sudah lama berakhir, dan saat ini, ikatan kita hanya sebatas rekan kerja Aldo, tidak perlu ada orang lain yang tahu bahwa aku dan kamu adalah mantan sepasang kekasih."
"Apakah kamu malu?"
"Apa?"
"Apakah kamu malu, ketika ada orang lain yang mengetahui bahwa kita pernah memiliki hubungan spesial di masa lalu?" Aldo benar - benar menguji emosi Brina saat ini.
Entah apa yang dia inginkan saat ini, namun melihat Brina yang terkesan sangat gelisah karena kehadiraanya, itu membuat Aldo semakin puas melihatnya.
Visual Aldo Attala Dahlan
To Be Continue .
Hallo teman - teman. Jangan lupa ya, tap love karya ini, dan masukin ke daftar baca kalian ya. Dan oh ya, jangan lupa, like,Vote, komen dan beri hadiah ke karya ini ya. Terima kasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!