NovelToon NovelToon

"Tiga Dunia Bertemu"

Prologue

Pada tahun 2075, bumi terperangkap dalam berbagai krisis yang mengancam keberlangsungan hidup manusia. Kekurangan pangan, air bersih yang langka, konflik politik, rasial, dan geopolitik, serta kemajuan teknologi yang tidak terkendali semakin memperburuk situasi.

Dalam suasana yang dipenuhi kecurigaan dan saling serang, negara-negara mulai berperang satu sama lain dengan senjata canggih yang mematikan, seperti robot AI, AI tank, AI pesawat tempur, AI drone kamikaze, dan AI kapal tempur dan Senjata yang memakai sistem AI lainnya,

Perang dunia ke-4 tidak bisa dihindari lagi, teknologi bukan lagi sekadar alat untuk kemajuan, tetapi juga senjata yang mematikan. semuanya menjadi bagian dari medan perang yang brutal dan tanpa ampun.

Bahkan di tengah peperangan, Para elit politik dan pengusaha kaya mati-matian bertahan hidup dengan membangun tempat perlindungan bawah tanah yang mewah, meninggalkan rakyat jelata untuk menghadapi nasib mereka sendiri. Rakyat jelata masih diperlakukan sebagai budak pekerja yang harus mempertahankan kehidupan para elit tersebut.

Manusia yang penuh dengan ambisi dan keserakahan turut memperparah keadaan. Perjanjian gencatan senjata dilanggar, dan serangan nuklir mengubah dunia menjadi medan perang yang penuh dengan kehancuran.

Setelah serangan nuklir, kehidupan di luar bunker menjadi keras dan penuh tantangan. Sumber daya seperti makanan, air, dan energi menjadi langka, memaksa manusia untuk bersaing mencarinya. Udara di luar juga menjadi beracun, sehingga manusia harus menggunakan masker dan pakaian pelindung saat keluar.

Dalam keadaan yang sulit ini, dunia luar dipenuhi dengan ancaman. Bandit berbahaya beraksi mencari sumber daya, sementara pertempuran antar-manusia sering terjadi di mana-mana, menciptakan suasana penuh ketegangan dan kekacauan.

Di tengah keputusasaan, para elit politik, oligarki, diktaktor, dan keturunan bangsawan saling berperang dalam persaingan sengit untuk merebut sumber daya yang langka guna membangun kembali dunia sesuai keinginan mereka masing-masing. Dari dalam bunker mewah yang mereka bangun, mereka menerapkan sistem pemerintahan, ideologi baru dan lama, sambil terus berjuang untuk menguasai wilayah dan memperluas kekuasaan demi keuntungan pribadi.

Di balik pertarungan kekuasaan antara diktator dan oligarki, elit politik, dan keturunan bangsawan, bunker-bunker menjadi medan pertempuran tanpa akhir, sementara kejahatan dan kekejaman terus berkembang di balik tirai kedamaian palsu para elit.

Namun, dalam ketamakan mereka, mereka melupakan bahwa kekuasaan tak selalu abadi. Kelaparan melanda dunia, memaksa manusia untuk bertahan dengan cara apa pun. Kanibalisme menjadi rahasia gelap yang mereka sembunyikan di antara dinding-dinding bunker mewah mereka.

Setelah berakhirnya Perang Dunia 4, bumi menjadi tandus dan hancur oleh ledakan rudal balistik-hipersonik yang mengandung hulu ledak nuklir, menyebabkan terbentuknya lubang besar seperti kawah. Manusia kemudian mencoba menanam ladang pertanian di tempat yang jauh dari lokasi ledakan nuklir tersebut. Mereka memulai penanaman biji-bijian yang telah mereka simpan di gudang untuk waktu yang cukup lama. Namun, beberapa pekan kemudian, tanaman yang mereka tanam tidak tumbuh. Upaya mereka untuk bertahan hidup menjadi sia-sia.

Sebelum peluncuran rudal balistik hipersonik dengan hulu ledak nuklir, manusia segera menyimpan mesin penyaring air berteknologi tinggi. Mesin penyaring tersebut kemudian ditempatkan dalam gudang penyimpanan di dalam bunker. Agar air yang awalnya hitam pekat menjadi layak minum, mereka harus menunggu selama 2 minggu. Ini menjadi sumber air minum bagi semua orang di bunker. Meskipun kualitas air hasil penyaringan agak pahit dan berbau apek, namun air bersih tersebut dipisahkan dalam tangki yang berbeda. Tangki air bersih digunakan untuk minuman semua orang, sementara tangki air bersih lainnya untuk keperluan sehari-hari,

Manusia telah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di dalam sebuah bunker yang terletak di bagian terdalam bawah tanah. Ketika terjadi kekurangan pasokan listrik, mereka akan mencari uranium dengan menggunakan masker nuklir dan Baju Pelindung Nuklir di reruntuhan pembangkit listrik tenaga nuklir dan tambang uranium yang sudah tidak berfungsi.

Para oligarki, diktator, elit politik, dan keturunan bangsawan menyusun pasukan di dalam bungker-bungker mereka. Pasukan tersebut terdiri dari:

Pasukan Pencari Makanan dan Obat-obatan

Pasukan Pencari Uranium

Pasukan Khusus Pertahanan dalam Bunker

Pasukan Khusus Penyerang Bunker

Pasukan Rahasia Mata-mata dan Pengumpulan Informasi. 

Meskipun begitu, di antara semua kegelapan, masih ada harapan. Manusia akan berjuang demi masa depan yang lebih baik, meskipun jalan menuju sana penuh dengan rintangan dan bahaya,

Namun, di tengah segala kegelapan, masih ada percikan harapan. Di antara kehancuran dan keputusasaan, manusia menemukan kekuatan untuk bertahan hidup dan mungkin, suatu hari, membangun kembali apa yang telah hancur."

-Bersambung-

-Next - Rapat tahunan bunker Ahool-

Rapat tahunan bunker Ahool

(Versi Revisi)

Narator: Bumi, tahun 2100. 30 Desember, lokasi Asia Tenggara, pukul 22.00 malam. Kami berada di dalam bunker bernama Ahool, dengan kapasitas 10.000 ruangan, terletak di lantai 6 bawah tanah.

Di salah satu ruangan yang terang dan luas terdapat sebuah meja bundar, dikelilingi oleh empat kursi. Keempat kursi itu diduduki oleh para pemimpin tertinggi yang dikenal di seluruh bunker. Suasana ruangan sangat tegang dan rumit.

Seseorang berdiri di tengah meja bundar, memperhatikan sekeliling untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Ia kemudian mengambil sebuah mikrofon nirkabel dan mulai berbicara.

"Tuan-tuan yang terhormat, perkenalkan saya, Nik Albi," ucap Nik Albi dengan suara tegas namun menghormati. Wajahnya menampilkan ekspresi serius dan penuh otoritas saat ia memperkenalkan diri sebagai pemimpin rapat. "Saya akan memimpin dan mengawasi rapat tahunan ini,

Matanya menyapu ruangan, menegaskan dominasi dan kewenangannya. "Tanpa perlu berbicara panjang, saya akan memulai rapat ini," tambahnya dengan nada yang tegas dan mantap.

Ekspresi wajahnya menunjukkan ketegasan dan keseriusan, memberikan kesan bahwa ia tak akan mentolerir gangguan atau kelalaian. "Untuk mereka yang masih di luar ruangan, silakan masuk dengan membawa seluruh laporan tahunan. Terima kasih," tutupnya dengan singkat namun jelas, menegaskan ekspektasinya kepada para peserta rapat."

Narator: Kemudian, lima orang memasuki ruangan dengan langkah mantap, membawa sebuah dokumen yang merupakan laporan tahunan untuk rapat saat itu. Mereka meletakkan tumpukan kertas itu di depan sang penyiar di ujung dinding.

Nik Albi menatap penyiar, lalu mengangkat kepalanya sebagai kode untuk memulai pengumuman laporan tahunan. Sang penyiar mengerti isyarat itu dan mulai menjelaskan isi laporan tahunan dengan tegas dan terstruktur.

Sang penyiar mengambil mikrofon nirkabel dan dengan penuh percaya diri memulai pidatonya, menjelaskan secara detail hasil laporan tahunan kepada para peserta rapat."

"Tuan-tuan pimpinan tertinggi yang saya hormati," ucap sang penyiar dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. Ekspresinya menampilkan sikap yang tegas dan percaya diri saat ia memulai pengumuman.

"Kalau begitu, tanpa basa-basi lagi," lanjutnya, dengan nada yang mantap dan tegas, menunjukkan bahwa ia siap untuk menyampaikan laporan dengan jelas dan langsung ke intinya.

"Saya akan mengumumkan laporan tahunan dengan singkat, dan sisanya akan saya bagikan kepada dewan tertinggi yang terhormat," tambahnya dengan sikap yang sopan namun juga menegaskan bahwa ia akan memberikan informasi yang relevan dan penting kepada para pemimpin tertinggi."

Narator: Semua pimpinan tertinggi mengangguk serentak, lalu mulai berbicara secara bersamaan dengan penuh antusiasme."

"Lanjutkan," ucap semua pimpinan tertinggi dengan suara yang mantap dan tegas, wajah mereka menunjukkan sikap yang siap untuk mendengarkan dan menindaklanjuti setiap informasi yang akan disampaikan selanjutnya."

Laporan pertama dari Kepala Gudang Khusus Makanan menyampaikan dengan nada prihatin, "Stok bahan makanan di gudang penyimpanan sudah sangat menipis. Persediaan makanan ini hanya bertahan selama sebulan. Para koki dan ahli gizi sangat khawatir akan kelaparan melanda bunker kita."

Laporan kedua dari Pasukan Khusus Pertahanan Bunker menunjukkan sikap yang lebih optimis, "Stok amunisi senjata kami masih melimpah. Para prajurit tidak cemas jika ada yang menyerang bunker."

Laporan ketiga disampaikan oleh Tim Medis dengan suara yang penuh perhatian, "Ada 50 prajurit dari Pasukan Khusus Pencari yang terkena penyakit ringan seperti demam, panas, batuk, gatal-gatal. Sayangnya, stok obat-obatan mulai menipis. Tim dokter mulai khawatir akan akibat dari kekurangan stok obat."

Laporan keempat dari Tim Ilmuwan menunjukkan ekspresi yang tenang, "Stok uranium bisa bertahan sekitar 20 tahun. Para ilmuwan tidak terlalu khawatir akan kekurangan pasokan listrik."

Laporan kelima dari Pasukan Khusus Pengintai disampaikan dengan nada yang mendesak, "Kami kekurangan drone pengintai. Kami mohon kepada pimpinan tertinggi untuk menambahkan unit drone pengintai bagi pasukan khusus pengintai. Selain itu, kami telah melihat pergerakan pasukan besar dengan senjata lengkap yang memiliki empat bendera yang berbeda-beda di perbatasan kita. Mereka membuat tenda dan berkumpul seperti sedang merencanakan sesuatu. Kami juga menerima empat tamu dari bunker-bunker berikut: Bunker Pelindung Rakyat, Bunker Tombak para Rakyat, Bunker Kebebasan Rakyat, dan Bunker Pedang Suci untuk Rakyat, yang semuanya memiliki sistem Demokrasi. Mereka berencana membentuk aliansi militer dengan bunker Ahool."

Laporan keenam dari Pasukan Khusus Penyerang menampilkan suara yang serius, "Pimpinan tertinggi yang terhormat. Kami kehabisan stok amunisi. Jika kami diperintahkan untuk menyerang bunker lain, kami tidak bisa menjamin kemenangan dengan keadaan seperti ini."

Laporan ketujuh, datang dari Kepala Gudang Khusus Obat-obatan, berbunyi sebagai berikut: "Stok obat-obatan sungguh mengkhawatirkan, tidak akan bertahan selama satu bulan penuh. Tim medis merasa frustrasi dan sangat stres dengan kondisi ini."

"Dengan ini saya menyampaikan laporan-laporan yang sangat penting. Laporan tambahan akan diserahkan kepada pimpinan tertinggi," tutup sang penyiar dengan tegas dan jelas."

Narator: Para pimpinan tertinggi mendengar laporan tahunan dari berbagai kelompok. Kemudian, para pelayan memberikan sisa laporan kepada pimpinan tertinggi, yang kemudian dibaca dan didiskusikan bersama untuk menentukan langkah-langkah di masa depan."

"Laporan pertama dan tambahan itu amat mengkhawatirkan. Persediaan makanan diperkirakan hanya akan mencukupi untuk satu bulan penuh, sedangkan stok obat-obatan tidak akan bertahan selama itu. Kita tidak boleh mengulangi tragedi gelap lima tahun yang lalu. Segera perintahkan Pasukan Khusus Pencari untuk menjelajahi dunia luar guna mencari makanan dan obat-obatan yang diperlukan." ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 1 dengan suara tegas dan serius, wajahnya mencerminkan ketegangan dan kekhawatiran yang mendalam."

"Benar sekali. Kita harus bertindak cepat." Kata Pimpinan Tertinggi 2 dengan nada serius, matanya memancarkan ketegasan dan keputusan yang cepat."

"Pastikan mereka fokus pada pencarian makanan dan obat-obatan saja. Masihkah kalian ingat apa yang terjadi satu tahun yang lalu?" ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 3 dengan suara tegas, sorot matanya mengingatkan akan pentingnya fokus dan pengalaman masa lalu."

"Ya, Komandan Pasukan Khusus Pencari tidak mengikuti perintah kita. Ketika kami memeriksa truk itu, kami mengira hanya berisi makanan dan obat-obatan. Namun, ternyata di dalamnya terdapat campuran makanan, obat-obatan, amunisi, dan senjata." ujar Pimpinan Tertinggi Nomor 4 dengan ekspresi wajah yang mencerminkan kekecewaan dan ketidakpuasan, serta sedikit keheranan atas kelalaian yang terjadi."

"Oh, itu sangat jelas dalam ingatanku. Saat itu, kita langsung memberhentikannya dan mengirimnya ke dunia luar yang amat berbahaya dan beracun." ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 2 dengan nada tegas dan sikap tegas, menunjukkan sikap tanpa ampun terhadap pelanggaran serius tersebut."

"Hahaha, pada saat itu dia menangis, memohon ampun, dan berharap untuk tidak dibuang ke dunia luar. Namun, sayangnya, dia masih terlalu muda." ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 3 dengan nada sedikit ironis, menunjukkan campuran antara pengertian dan keputusan yang tidak dapat ditawar."

"Kapan kalian mengambil Keputusannya?." tanya Pimpinan Tertinggi Nomor 1 dengan suara tegas dan serius, wajahnya menunjukkan ketegasan dan antusiasme untuk mendengarkan tanggapan dari rekan-rekannya.

"Aku minta maaf, saya telah membuang-buang waktu. Saya setuju dengan Nomor 3, fokus pada pencarian makanan dan obat-obatan." ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 2 dengan suara yang sedikit terdengar menyesal dan bersedia untuk menindaklanjuti rekomendasi yang telah disampaikan."

"Mmm." ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 3 sambil menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan yang tegas namun singkat."

"Saya juga setuju dengan Nomor 3." ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 4 dengan suara yang mantap dan wajahnya menunjukkan keyakinan pada keputusan yang diambil."

[Narator: Nik Albi mendengar keputusan empat pimpinan tertinggi bunker Ahool, lalu berbicara."]

"Saya akan mengirim perintah ini langsung ke komandan sementara pasukan khusus pencari setelah rapat ini selesai," ucap Nik Albi dengan tegas, matanya memancarkan keputusan yang mantap."

[Narator: Saat Nik Albi menyebutkan kata "komandan sementara," keempat pimpinan tertinggi menunjukkan ekspresi bingung. Kemudian, pimpinan tertinggi nomor 1 bertanya kepada Nik Albi tentang penyebutan komandan sementara."]

"Nah, kenapa kau menyebutnya komandan sementara?" tanya pimpinan tertinggi nomor 1 dengan kerut di dahinya, tatapan tajamnya menyorot langsung ke arah Nik Albi, mencerminkan kebingungan yang mendalam."

"Itu karena beliau belum terpilih secara resmi oleh Pimpinan Tertinggi sebagai komandan dari pasukan pencari," ucap Nik Albi dengan nada datar, matanya menatap tajam ke arah pimpinan tertinggi nomor 1, mencerminkan keyakinan penuh akan keputusannya."

Oh ya. Kita belum memilih Seseorang komandan tetap dari Pasukan khusus pencari." Ucap Pimpinan tertinggi nomor 1."

"Hal sebesar itu bisa terlupakan. Ini sungguh tidak baik," ucap Pimpinan Tertinggi nomor 2 dengan suara rendah, ekspresinya menunjukkan kekecewaan yang mendalam, serta ketegasan dalam menilai kesalahan yang terjadi."

"Kita terlalu terpaku pada urusan membuat anak oleh para wanita. Sungguh memalukan," ucap Pimpinan Tertinggi nomor 3 dengan suara tegas, ekspresinya mencerminkan kekecewaan yang mendalam."

"Siapa nama komandan sementara itu?" tanya Pimpinan Tertinggi nomor 4 dengan wajah serius, matanya mencerminkan keingintahuan yang mendalam tentang sosok komandan sementara itu."

"Zenaida Raizen," ucap Nik Albi dengan suara mantap, wajahnya mencerminkan keyakinan dan kepercayaan pada pimpinan tertinggi."

"Zenaida Raizen, Zenaida Raizen. Hmm. Apa kalian mengenal orang ini?" tanya Pimpinan Tertinggi nomor 4 dengan nada penasaran, ekspresinya mencerminkan usaha untuk mengingat atau mengaitkan informasi tentang nama tersebut."

"Aku tidak tahu orang itu," ucap Pimpinan Tertinggi nomor 3 dengan nada heran, ekspresinya mencerminkan kebingungan atas ketidaktahuan akan sosok tersebut."

"Apakah dia bagian dari pasukan khusus pencari? Sungguh, aku baru mendengar nama itu," ucap Pimpinan Tertinggi nomor 2 dengan suara ragu, ekspresinya mencerminkan kebingungan dan sedikit kecemasan atas ketidaktahuan akan sosok tersebut."

"Mmh," ucap Pimpinan Tertinggi nomor 1 dengan nada singkat, ekspresinya menunjukkan ketertarikan yang sedikit, namun tetap memperlihatkan ketidakpastian.''

[Narator: Nik Albi begitu terkejut setelah mendengar jawaban-jawaban dari semua pimpinan tertinggi. Kemudian, ia memulai penjelasan tentang Zenaida Raizen."]

"Zenaida Raizen, wakil komandan resmi pasukan khusus pencari. Dia punya darah campuran, ayahnya dari Asia Tenggara dan ibunya dari Eropa Timur. Penampilannya mirip wanita Eropa Timur, rambutnya hitam mengalir seperti emas yang menyatu. Mata kanannya gelap hitam, sementara mata kirinya berkilau biru seperti lautan yang tenang." ucap Nik Alb dengan ekspresi datar."

[Narator: Saat Nik Albi menjelaskan tentang Zenaida Raizen, salah satu pimpinan tertinggi mulai mengingatnya, dan dia mengeluarkan suara yang sangat keras, sehingga Nik Albi dan pimpinan tertinggi lainnya menoleh padanya."]

"Ah, aku mengingatnya. Dia sangat populer di kalangan wanita. Banyak yang menginginkan anak darinya, namun dia selalu menolak ajakan untuk memiliki anak dengan mereka," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 1 dengan ekspresi penuh perhatian."

"Kenapa bisa begitu?" ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 2 dengan ekspresi heran dan kebingungan yang tampak jelas di wajahnya."

"Mustahil sekali. Jika ada seorang wanita yang mengajak seorang pria berhubungan intim, biasanya pria tersebut tidak akan menolak ajakan itu," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 3 dengan ekspresi keheranan, seolah sulit dipercaya bahwa ada pria yang menolak tawaran semacam itu."

"Hahaha, Dia sungguh menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati kenikmatan duniawi," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 4 sambil tertawa, ekspresinya keheranan."

"Sampai sekarang, dia belum memiliki keturunan sama sekali. Aku merasa sangat kasihan padanya," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 1 dengan ekspresi simpati yang terpancar dari matanya."

"Apakah dia memiliki sebuah kelainan seksual, Nik Albi?" tanya Pimpinan Nomor 2 dengan ekspresi serius dan rasa ingin tahu yang jelas terpancar di wajahnya."

"Dari data psikologi, dia dinyatakan sebagai seorang laki-laki normal. Aku adalah saksi di mana beliau di tes oleh psikolog dengan menggunakan wanita telanjang penuh. Itunya beliau bereaksi berdiri keras dan tegak seperti sebuah meriam. Sampai-sampai sang wanita tergila-gila dengan bentuk itunya dan hampir saja beliau di perkosa secara paksa." Ucap Nik Albi dengan ekspresi kagum yang jelas terpancar di wajahnya."

Narator: Mendengar kata-kata "diperkosa secara paksa," semua pimpinan tertinggi terpaku dalam kagum dan kejutan. Mereka baru pertama kali mendengar tentang seorang wanita yang ingin memperkosa seorang pria. Sebaliknya, kebanyakan kasus pemerkosaan melibatkan Pria yang melakukan kekerasan terhadap wanita."

"Pria itu luar biasa," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 1 dengan suara yang penuh kagum, ekspresi terpancar dari matanya yang memancarkan kekaguman yang tulus."

"Aku benar-benar tak menyangka," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 2 dengan ekspresi terkejut yang jelas terpancar di wajahnya, matanya melebar."

"Sungguh gila sekali, saya yakin pria itu pasti mengalami trauma yang sangat berat," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 3 dengan ekspresi keheranan dan keprihatinan yang jelas terpancar di wajahnya, matanya sedikit terpejam menunjukkan rasa empatinya."

"Hahahaha. Sungguh lucu, haduh-haduh perutku terasa sakit," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 4 sambil tertawa, ekspresi kegembiraan terpancar di wajahnya, mungkin bahkan sedikit kesulitan bernapas karena tawa yang begitu kencang."

"Saya bener-bener terkejut melihat kejadian seperti itu. Rasanya, jiwa saya terguncang melihat nafsu gila yang dimiliki oleh seorang wanita," ucap Nik Albi dengan ekspresi ketakutan dan kekaguman yang jelas terpancar di wajahnya, matanya sedikit terbelalak menunjukkan betapa terkesannya ia dengan apa yang baru saja dialaminya."

"Jadi, siapa yang memilih dia sebagai komandan sementara?" tanya Pimpinan Nomor 1 dengan ekspresi kebingungan yang terpancar jelas di wajahnya, matanya sedikit berkerut menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam."

"Yang memilih dia adalah para prajurit pasukan khusus pencari. Ketika komandan mereka dipecat, mereka terjatuh dalam kebingungan sehingga menghubungi saya. Mereka bertanya apakah pimpinan tertinggi sudah memilih seorang komandan baru, Tuan Nik Albi.

Saya menjawab, 'Maaf, pimpinan tertinggi kita belum memilih seorang komandan untuk kalian.'

Mereka bertanya mengapa proses pemilihan begitu lama.

Lalu saya menjawab, 'Pimpinan tertinggi belum memiliki waktu untuk memilih komandan kalian secara resmi.' Beberapa bulan kemudian, saya secara kebetulan berkunjung ke markas besar mereka. Tanpa diduga, mereka memperkenalkan seorang komandan yang telah mereka pilih sendiri yaitu Zenaida Raizen," cerita Nik Albi dengan ekspresi campuran antara keterkejutan dan pengertian yang terpancar jelas di wajahnya."

"Oh tidak, kita benar-benar melupakannya," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 1 dengan ekspresi keheranan dan sedikit kecemasan yang terpancar di wajahnya, matanya memancarkan rasa penyesalan atas kelalaian yang terjadi."

"Tapi, aku bangga melihat mereka bisa bertahan selama itu tanpa seorang Komandan," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 2 dengan ekspresi penuh kekaguman dan penghargaan yang terpancar di wajahnya, matanya bersinar menunjukkan rasa bangga yang tulus atas ketahanan dan dedikasi pasukan."

"Jadi, apakah kita akan mengangkat Zenaida Raizen sebagai komandan sementara menjadi komandan resmi? Saya setuju dengan pengangkatannya menjadi komandan pasukan khusus pencari secara resmi," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 3 dengan ekspresi serius yang terpancar di wajahnya, matanya menunjukkan keputusan yang telah dipikirkannya dengan matang."

"Tentu saja, bagiku," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 4 dengan ekspresi setuju yang jelas terpancar di wajahnya, senyum kecil menghiasi bibirnya menunjukkan keyakinan atas keputusannya."

"Aku juga setuju menjadikannya komandan secara resmi," ucap Pimpinan Tertinggi Nomor 2 dengan ekspresi setuju yang tegas terpancar di wajahnya, matanya bersinar menunjukkan keyakinan dan dukungannya terhadap keputusan tersebut."

"MMH. Setuju." ucap pimpinan tertinggi nomor 1."

"Baiklah, Nik Albi, sampaikan pada Zenaida Raizen bahwa dia telah resmi naik pangkat dari wakil komandan menjadi komandan utama," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan mantap."

[Narator. Setelah memutuskan untuk menaikkan pangkat Zenaida Raizen secara resmi, Nik Albi segera membuat surat kenaikan pangkat. Lalu, keempat pimpinan tertinggi mulai menandatangani surat tersebut."]

"Selanjutnya, laporan kedua. Apakah kalian ingin membahasnya?, kalau aku lewat saja" ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan nada ringan, namun tetap tegas."

"Pasukan khusus pertahanan, ya? Laporan dari mereka biasanya membosankan. Lebih baik kita lewati saja," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan sedikit raut wajah yang menunjukkan kebosanan."

"Kamu selalu meremehkan pasukan khusus pertahanan kita. Ingatlah, mereka sangat penting dan berjasa dalam melindungi kita. Dan jangan lupa, mereka juga penyelamat bagi umat manusia karena telah membantu menghamili banyak wanita," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan penuh keyakinan akan kontribusi besar pasukan tersebut dalam berbagai aspek.

"Mereka memiliki spermatozoa yang sangat subur. Begitu mereka masuk ke dalam kamar khusus pembuahan, hanya dalam waktu 6 hari, para wanita di dalamnya langsung hamil. Kita kalah telak dalam hal reproduksi dibandingkan dengan mereka," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan nada yang mencerminkan kekaguman dan sedikit rasa kalah."

"Jika itu benar, saya tidak bisa membantahnya. Tetapi, bagaimana bisa terjadi seperti itu?" ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan ekspresi heran dan sedikit kebingungan."

[Narator. Ketika nomor 1 bertanya kepada para pemimpin lainnya, mereka saling menatap karena tidak tahu jawabannya. Nik Albi melihat kebingungan mereka, lalu dia mengambil inisiatif untuk menjelaskan situasi tersebut berdasarkan informasi yang diperolehnya dari tim medis."]

"Menurut tim medis kita, itu mungkin disebabkan oleh faktor keturunan dari keluarga atau suku mereka di masa lalu," ucap Nik Albi dengan penuh keyakinan, mencerminkan kepercayaannya pada penjelasan dari tim medis."

[Narator. Para pimpinan tertinggi mulai memahami penjelasan Nik Albi. Mereka mengangguk ke atas dan ke bawah sebagai tanda pengertian."]

"Jadi begitulah. Keturunan keluarga dan suku terdahulu menjadi faktor mengapa mereka bisa dengan cepat menghamili para wanita," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang menunjukkan pemahaman akan situasi tersebut."

"Untuk laporan ketiga. Telah tercatat 50 orang terkena penyakit. Kita kini menghadapi masa yang sangat sulit. Tahun ini, keadaan kita benar-benar memprihatinkan," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan suara serius, mencerminkan kekhawatirannya terhadap situasi yang dihadapi."

"Kamu benar. Angka 50 orang sungguh mengkhawatirkan. Ini sudah masuk kategori wabah kecil. Jika kita tidak mengambil langkah-langkah serius sekarang, bunker kita akan berada dalam bahaya besar di masa depan," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan nada yang serius dan menggambarkan kekhawatiran yang mendalam."

"Kita perlu segera menerapkan isolasi yang ketat dan menyeluruh. Tidak boleh ada pasien yang keluar dari ruang perawatan," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan nada tegas dan penuh keputusan, menunjukkan urgensi dari langkah-langkah yang harus diambil."

Aku setuju dengan nomor 4. Harus kita cepat." ucap pimpinan tertinggi nomor 1."

Aku juga setuju." ucap pimpinan tertinggi nomor 2."

Isolasi Pasien sungguh ide yang sempurna. Dan juga ini mengingatkanku tentang Dokter yang menemukan wabah 2019 itu pertama kali dan melaporkan kepada pemerintah di negaranya tapi respon pemerintah negaranya tidak serius malah dokter itu di tangkap dan di intimidasi. Kemudian, Boom Terjadi wabah di seluruh bumi. Baiklah aku setuju." ucap pimpinan tertinggi nomor 3."

Kalau begitu kami setuju tentang tindak pencegahan menyebarnya wabah itu dengan isolasi penuh terhadap para pasien. kirim pengawas sekitar 100 orang dan jangan lupa menggunakan baju APD dan masker, pelindung wajah. Nik Albi." ucap pimpinan tertinggi nomor 4."

"Baik, saya akan menjalankan perintah dari pimpinan tertinggi," ujar Nik Albi dengan tegas, ekspresinya menunjukkan kesungguhan dan loyalitas yang tak tergoyahkan."

"Untuk laporan keempat, stok uranium hanya bertahan selama 20 tahun. Menurutku, itu jumlah yang cukup besar," ujar pimpinan tertinggi nomor 1 dengan nada yang tenang namun penuh pertimbangan, sambil mengungkapkan keputusan yang didasarkan pada analisis yang matang."

"Haruskah kita juga mencari uranium?" tanya pimpinan tertinggi nomor 2, ekspresinya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam namun juga sikap kewaspadaan yang tenang."

"Menurut saya, itu tidak perlu. Kita harus tetap memprioritaskan persediaan makanan dan obat-obatan," ujar pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara tegas, menekankan pentingnya kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam situasi krisis."

"Oh ya, aku lupa tentang itu," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 sambil mengakui kesalahannya dengan nada ringan namun penuh tanggung jawab."

"Baiklah, kita akan melewati laporan dari Tim Ilmuwan terlebih dahulu," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara mantap, menunjukkan keputusan yang cepat namun dipertimbangkan."

"Laporan kelima, mengenai penambahan drone untuk pasukan khusus mengintai, saya setuju," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan suara mantap dan sikap yang mendukung inovasi teknologi dalam strategi militer."

"Saya juga setuju. Drone memiliki peran penting dalam pengintaian dan pemantauan pergerakan musuh," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara yakin, menegaskan kepentingan strategis dari penggunaan teknologi drone dalam keamanan militer."

"Sepertinya kamu benar. Saya juga setuju," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan nada santai namun juga mengakui kebijaksanaan dari pendapat nomor 3."

"Saya juga sependapat. Mengenai pergerakan pasukan musuh di perbatasan kita, saya yakin pasukan tersebut berasal dari rezim diktator yang ingin menguasai wilayah Timur ini," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara tegas, menunjukkan analisis yang mendalam dan keputusan yang didasarkan pada pengalaman dan wawasan yang luas."

"Saya sangat setuju dengan pendapatmu, Nomor 1. Para diktator telah menguasai seluruh wilayah barat dan melakukan genosida terhadap banyak penduduk," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan ekspresi serius, menegaskan kesepakatan dan kekhawatirannya akan keadaan yang semakin memburuk di wilayah Timur."

"Tapi bagaimana kita bisa melawan kekuatan mereka dengan sumber daya yang terbatas? Ingat, bunker kita sedang dalam keadaan kritis, kita kekurangan makanan, obat-obatan, dan ada yang terkena penyakit," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan nada prihatin, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi dan kebutuhan mendesak yang harus diprioritaskan."

"Tenanglah, Nomor 3, jangan panik terlebih dahulu. Apakah kamu lupa bahwa ada empat bunker demokrasi yang mendatangi kita?" ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan, memberikan penghiburan dan harapan dalam situasi yang sulit."

"Hmm, apakah membentuk aliansi adalah solusi yang tepat? Bisakah kehadiran mereka membantu meringankan beban kita dalam melawan para diktator itu?" ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara yang penuh pertimbangan, menunjukkan sikap kritis dan keinginan untuk mencari solusi terbaik dalam situasi yang sulit."

"Menurutku, keempat bunker demokrasi belum cukup karena kekuatan mereka terbilang lemah. Aku yakin mereka datang ke sini untuk mencari perlindungan di bawah kita. Mereka mungkin sudah melihat kekuatan pasukan lawan yang lengkap dengan senjata," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang tegas dan skeptis, mengekspresikan keraguan akan keefektifan bantuan dari pihak lain serta mempertanyakan motif mereka."

"Lalu, apa rencana kita ke depannya untuk melawan para diktator?" tanya pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara yang serius dan penuh tekad, menunjukkan keinginan untuk mencari solusi dan strategi yang efektif dalam menghadapi tantangan yang dihadapi."

"Aku punya sebuah ide," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan ekspresi yang penuh semangat dan antusias, menandakan kemauan untuk berkontribusi dalam mencari solusi atas situasi yang rumit."

"Ide seperti apa?" tanya pimpinan tertinggi nomor 2 dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar dari suaranya, menunjukkan keterbukaan untuk mendengarkan dan mengevaluasi usulan yang diajukan oleh pimpinan tertinggi nomor 4."

"Lanjutkan. Aku akan mendengarkan ide mu, Nomor 4," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan sikap terbuka dan antusias, menunjukkan keinginan untuk mengeksplorasi ide baru dan bekerja sama dalam menemukan solusi."

"Contohnya, Aliansi militer sudah terbentuk dengan para bunker demokrasi. Bagaimana jika kita mengundang seluruh bunker di wilayah Timur ini untuk bergabung dengan aliansi kita dalam melawan para diktator yang brengsek?" ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan suara penuh semangat dan strategis, menunjukkan usulan konkrit dalam memperluas aliansi dan meningkatkan kekuatan dalam menghadapi musuh bersama."

"MMH. Ide itu menarik. Layak untuk dicoba," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang mengisyaratkan pertimbangan dan keinginan untuk menjalankan strategi baru yang diusulkan."

"Mengundang banyak sekutu untuk menghancurkan kekuatan yang rakus dan kejam. Sungguh menarik. Ya, aku setuju dengan ide Nomor 4," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan suara yang penuh keyakinan dan antusiasme, menunjukkan dukungannya terhadap strategi baru tersebut."

"Rencana itu mengingatkanku pada perang besar tahun 1939. Salah satu negara di benua Eropa, meskipun memiliki segala sektor, mereka selalu menang dalam perang. Namun, kerakusan, kesombongan, dan serangan membabi buta akhirnya menjatuhkan mereka ke titik terendah, alias kekalahan total. Aku pun setuju dengan ide itu," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara yang penuh dengan refleksi sejarah dan keputusan yang diambil berdasarkan pengalaman yang berharga."

"Pembentukan aliansi dengan empat bunker demokrasi telah disetujui," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang mantap dan percaya diri, menegaskan keputusan penting yang telah diambil untuk menghadapi tantangan bersama."

[Narator: Kemudian, Nik Albi menyiapkan surat tentang pembentukan Aliansi Militer antara Ahool dan empat bunker demokrasi. Setelah surat tersebut disiapkan, Nik Albi menyampaikannya kepada para pimpinan tertinggi. Para pimpinan tertinggi mulai menandatangani surat tersebut dan menempatkan stempel resmi Ahool di atasnya."]

"Dengan ini, Ahool dan keempat bunker demokrasi secara resmi membentuk sebuah aliansi militer untuk saling membela dan melindungi diri jika diserang oleh pihak luar," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang tegas dan penuh rasa tanggung jawab, menandai kesepakatan penting yang telah diambil untuk menjaga keamanan dan keselamatan bersama."

"Baik, surat ini akan saya serahkan kepada para utusan dari keempat bunker demokrasi," ucap Nik Albi dengan sikap yang penuh tanggung jawab, menunjukkan kesediaannya untuk menyelesaikan tugas dengan tepat dan efisien."

"Oops, aku lupa satu hal lagi. Kirimkan surat undangan aliansi kepada seluruh bunker di wilayah Timur ini untuk bergabung dalam perlawanan terhadap para diktator di wilayah barat yang berencana untuk menguasai wilayah Timur," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan ekspresi yang antusias dan bersemangat, menunjukkan keinginannya untuk melibatkan semua pihak dalam perjuangan melawan ancaman yang ada."

"Di mengerti!!," ucap Nik Albi dengan semangat, menegaskan bahwa dia siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik."

Narator: Saat Nik Albi selesai berbicara, tiba-tiba salah satu pimpinan tertinggi mengangkat tangan kanannya sambil berteriak."

"Tunggu sebentar," teriak pimpinan tertinggi nomor 2 dengan suara yang lantang dan tegas, menunjukkan kebutuhan untuk memberikan perhatian pada sesuatu yang penting atau mendesak."

"Ada apa lagi!?" ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang sedikit tertegun dan mungkin sedikit kesal, menunjukkan keingintahuan dan keinginan untuk mengetahui alasan di balik gangguan tersebut."

"Haruskah kita tidak menetapkan nama aliansi ini terlebih dahulu sebelum mengumumkannya secara resmi ke publik?" ucap pimpinan tertinggi 2 dengan tegas."

"Kau membuatku kaget, aku pikir ada masalah serius. Ternyata, kau hanya ingin membicarakan pemberian nama untuk aliansi baru kita," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan sedikit keheranan."

"Tapi itu ide bagus. Tunggu sebentar, aku akan memikirkan nama yang bagus dan menyeramkan untuk aliansinya," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan antusiasme, menunjukkan sikap kreatif dan keterlibatan dalam proses pembentukan aliansi tersebut."

"Baiklah, kami akan menunggu kamu," ucap pimpinan tertinggi kedua dengan tegas, tanpa ada keraguan atau kebingungan dalam kata-katanya."

Narator. "Sudah 30 menit berlalu. Nomor 3 mulai membuka mulutnya lagi, dengan rasa harapan yang kosong."

"Maafkan aku. Nama yang bagus tidak muncul di otakku ini," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan nada pasrah."

"Jika kamu tidak bisa memberi nama untuk aliansi baru kita, bilang dari tadi. Kami membuang waktu selama 30 menit dengan perkataan omong kosongmu!!!" ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan nada tegas."

"Aku sungguh minta maaf," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan rasa penyesalan yang tulus."

"Sudah-sudah, jangan bertengkar seperti anak kecil," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara menenangkan."

"Baiklah. Omong-omong, aku punya nama untuk aliansi militer baru kita," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan sikap yang percaya diri."

"Apa-apa, cepat keluarkan namanya, aku sudah tidak sabar lagi," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan rasa antusiasme.

"Namanya adalah Pelindung Umat Manusia!!!" ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan nada yang penuh kebanggaan."

"Nama itu keren. Aku setuju," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang penuh persetujuan."

"Pelindung Umat Manusia. Ini pantas disandang. Setuju," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan rasa setuju yang tulus."

"Kau selalu pintar soal menemukan sebuah nama. Aku pun setuju juga," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan penuh penghargaan."

"Baiklah, sekarang nama aliansi militer bunker Ahool dan 4 bunker demokrasi adalah Pelindung Umat Manusia. Nik Albi, sebarkan nama ini di seluruh wilayah Timur," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan antusias."

"Yeah!!!" seru Nik Albi dengan penuh semangat."

"Sekarang untuk laporan terakhir. Bagaimana menurut kalian? Pendapatku tidak setuju. Kita jangan buang-buang amunisi dengan keadaan seperti ini," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan suara yang tegas.

"Aku juga sama tidak setuju," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang setuju.

"Di sini pun sama," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara yang penuh dengan kesepakatan.

"Hmm, tidak setuju," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan suara yang berpikir keras.

[Narator: Dua setengah jam kemudian, pembahasan dan pengambilan keputusan telah selesai, menandakan bahwa rapat telah usai. Nik Albi kemudian membuka mulutnya kembali."]

"Dengan ini, rapat telah usai. Saya harap pimpinan tertinggi tidak akan kembali terlebih dahulu," ucap Nik Albi dengan sikap yang tegas."

"Kenapa begitu? Tubuh kami sudah lelah. Kami ingin beristirahat di sofa melengkung," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan suara yang lelah."

"Aku mohon sabar sebentar. Ketua Tim Ilmuwan ingin bertemu secara tatap muka dengan semua pimpinan tertinggi bunker," ucap Nik Albi dengan penuh urgensi."

"Dia ingin apa bertemu dengan kami?" tanya pimpinan tertinggi nomor 2 dengan rasa penasaran."

"Kalau itu saya tidak tahu. Tapi dia bilang ingin membahas topik yang sangat rahasia sekali," jelas Nik Albi dengan serius."

"Bawa dia kemari," perintah pimpinan tertinggi nomor 3 dengan nada yang tegas."

"Beliau sudah menunggu di balik pintu itu," ucap Nik Albi sambil mengisyaratkan ke arah pintu."

"Masuklah, ketua Tim Ilmuwan. Jangan segan dan jangan merasa tidak nyaman," ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan sikap yang ramah."

[Narator. Saat pimpinan tertinggi mengizinkannya masuk, dia mengetuk pintu terlebih dahulu dan memasuki ruangan. Begitu masuk, dia melihat pimpinan tertinggi bunker masih duduk di kursi. Setelahnya, dia memperkenalkan diri dan memberi salam hormat."]

"Salam Hormat saya untuk pimpinan tertinggi bunker Ahool yang saya tinggali. Nama saya Zuri Lamenia. Saya adalah ketua Tim Ilmuwan," ucap Zuri Lamenia dengan ekspresi bangga yang terpancar dari wajahnya."

"Apa pembicaraan yang ingin engkau sampaikan kepada kami?" tanya pimpinan tertinggi nomor 1 dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar dari matanya."

"Sebelum pembicaraan ini dimulai, saya ingin meminta kepada pimpinan tertinggi untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak penting dari ruangan ini. Soalnya, topik pembicaraan ini sangatlah rahasia. Saya tidak ingin rahasia ini bocor ke pihak musuh," ungkap Zuri Lamenia dengan ekspresi yang sangat serius, menegaskan urgensi dari situasi tersebut."

"Baiklah, kalian semua keluarlah," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan sikap yang tegas, menanggapi permintaan tersebut."

[Narator: Saat pimpinan tertinggi berbicara demikian, Nik Albi dan semua orang di ruangan segera keluar. Semua pimpinan tertinggi mulai menatap wajah Zuri Lamenia dengan penuh perhatian."]

"Sekarang, silahkan berbicara tanpa ada kewaspadaan," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan sikap yang terbuka."

"Ini tentang proyek Portal Antar Dimensi, apakah tuan-tuan pimpinan tertinggi mengingatnya?" ucap Zuri Lamenia."

"Yeah, aku mengingatnya," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan ekspresi yakin."

"Tentu ingat. Itu proyek yang telah menghabiskan separuh uang dan sumber daya kita," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan nada yang sedikit kesal."

"Mana bisa kita lupa soal portal antar Dimensi," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan suara yang penuh keyakinan."

"Apa ada masalah dengan proyek itu? Apakah percobaan membuka portal Dimensi gagal lagi?" ucap pimpinan tertinggi nomor 4 sambil menunjukkan ekspresi bingung."

"Kali ini tidak gagal, tuan-tuan. Melainkan, tim ilmuwan telah berhasil mengaktifkan portal Dimensi dan menghubungkannya ke planet lain yang memiliki kehidupan," ucap Zuri Lamenia dengan suara yang bangga."

[Narator: Zuri Lamenia mengungkapkan hal tersebut, lalu semua pimpinan tertinggi mengangguk sambil menampilkan beberapa ekspresi di wajah mereka."]

"Berarti masih ada harapan untuk umat manusia," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan nada terharu, wajahnya penuh dengan rasa harapan yang baru muncul."

"Keajaiban telah datang untuk kita!" ucap pimpinan tertinggi nomor 2 sambil membuat ekspresi sedih, menggambarkan campuran antara kekaguman dan kekhawatiran."

"Aku tidak bisa berkomentar. Ini sungguh luar biasa," ucap pimpinan tertinggi nomor 3 dengan rasa takjub yang terpancar dari matanya."

"Tapi, apakah tubuh manusia aman untuk masuk ke sana?" tanya pimpinan tertinggi nomor 4 dengan ekspresi khawatir yang terlihat jelas di wajahnya."

"Tim ilmuwan sudah mencobanya dengan salah satu anggotanya. Setelah dia masuk ke portal Dimensi, kemudian kembali lagi. Tim ilmuwan langsung memeriksanya dari luar dan dalam, hasilnya tidak ada kerusakan apapun di dalam maupun di luar tubuh manusia," jelas Zuri Lamenia dengan suara yang penuh keyakinan."

"Apakah bahan makanan dari planet itu bisa dibawa ke Bumi melalui portal Dimensi?" tanya pimpinan tertinggi nomor 2 dengan rasa ingin tahu yang besar."

"Sayangnya tidak bisa. Tim ilmuwan sudah berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan bahan makanan di planet itu, kemudian membawanya ke Bumi lewat portal dimensi, tapi pas sampai ke Bumi, bahan makanan itu langsung membusuk dan tidak bisa dimakan sama sekali," ucap Zuri Lamenia dengan ekspresi kecewa yang terpancar dari wajahnya.

"Gimana dengan benda-benda yang terbuat dari logam?" tanya pimpinan tertinggi nomor 3 dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Logam-logam dari bumi langsung remuk begitu sampai ke planet itu," jelas Zuri Lamenia dengan suara yang sedikit menyesal."

"Apa ada ras manusia yang tinggal di sana?" tanya pimpinan tertinggi nomor 1 dengan rasa penasaran yang terpancar dari matanya."

"Yeah! Kami telah meneliti planet itu selama satu bulan dengan membangun sebuah bangunan. Hasilnya, kami menemukan sebuah desa kecil yang berisi 500 orang dengan berbagai umur dan jenis kelamin. Tapi peradaban teknologi mereka sangat kuno. Mereka masih menggunakan alat pertanian yang terbuat dari kayu, dan rumah-rumah mereka masih terbuat dari kayu," jelas Zuri Lamenia dengan antusiasme yang terpancar dari suaranya."

"Lalu, apakah Tim Ilmuwan sudah menguasai desa itu?" tanya pimpinan tertinggi nomor 1 dengan rasa ingin tahu yang besar."

"Tim ilmuwan sudah menguasai tanah desa dan penduduk desa dengan metode damai. Namun, di kemudian hari, penduduk desa melakukan perlawanan dengan metode kekerasan terhadap tim ilmuwan. Lalu, tim ilmuwan membalasnya dengan membantai 100 penduduk desa, dan akhirnya penduduk desa itu menyerah," ungkap Zuri Lamenia dengan suara yang sedikit serius."

"Kerja bagus," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan nada memuji."

"Terima kasih banyak atas pujiannya, Tuanku," ucap Zuri Lamenia dengan ekspresi yang penuh rasa syukur."

ngomong-ngomong, apakah peradaban manusia di planet itu, seperti peradaban manusia di bumi, misalnya membentuk sebuah negara?." ucap pimpinan tertinggi nomor 4."

Kalau soal itu, Tim ilmuwan belum menjelajah ke ranah itu Tuanku. Soalnya mereka memiliki budaya, bahasa, kepercayaan, ideologi, keuangan yang sangat berbeda dengan kita. Jadinya Tim ilmuwan susah mendapatkan informasi." ucap Zuri Lamenia."

Begitu rupanya." ucap pimpinan tertinggi nomor 4."

Butuh Berapa lama Kita bisa ke planet itu?." ucap pimpinan tertinggi nomor 2."

Tim ilmuwan belum merencanakan hal seperti itu." ucap Zuri Lamenia."

Belum?, kenapa." ucap pimpinan tertinggi nomor 4."

Di karena Tim ilmuwan tidak berani mengambil risiko. Di planet itu ada binatang buas yang mempunyai akal tinggi dan bisa berbicara layaknya manusia. Lalu manusia di sana kebanyakan memakai ilmu sihir dan kekuatan fisik daripada ilmu pengetahuan."

Apa kata mu ilmu sihir. Bukannya ilmu sihir hanya ada di cerita fantasi saja kan." ucap pimpinan tertinggi nomor 4."

Ilmuwan-ilmuwan di seluruh bumi percaya akan hal seperti itu, tapi Tim ilmuwan Ahool melihat salah satu penduduk desa bisa menggunakan ilmu sihir. awalnya kami begitu tak percaya. Saat penduduk desa yang menggunakan ilmu sihir menjelaskan secara masuk akal. Kemudian, Tim ilmuwan mulai percaya sedikit demi sedikit." ucap Zuri Lamenia."

Hmmm." ucap pimpinan tertinggi nomor 4 dengan nada kurang meyakinkan."

Mohon maaf, Tim ilmuwan kekurangan pasukan pengawal untuk penelitian dan penjelajahan terhadap planet baru. Tuanku." ucap Zuri Lamenia."

"Berapa banyak pasukan pengawalan yang Tim Ilmuwan butuhkan?" tanya pimpinan tertinggi nomor 1 dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Tim Ilmuwan sangat membutuhkan sekitar 100 pasukan pengawal memakai perlengkapan tempur lengkap," jelas Zuri Lamenia dengan suara yang tegas dan penuh perhatian."

"Ok, akan kami sampaikan kepada Nik Albi tentang masalah ini," ucap pimpinan tertinggi nomor 1 dengan sikap yang siap bertindak."

"Terima kasih banyak, Tuanku," ucap Zuri Lamenia dengan rasa terima kasih yang tulus terpancar dari matanya."

"Apakah masih ada lagi pendapat yang ingin engkau sampaikan kepada kami?" tanya pimpinan tertinggi nomor 2 dengan rasa ingin tahu yang besar."

"Ini sudah cukup. Kalau begitu, saya pamit kembali ke lab. Saya sangat senang karena tuan-tuanku mau memberi saya waktu untuk menyampaikan informasi penting ini," ucap Zuri Lamenia dengan ekspresi yang penuh dengan rasa terima kasih."

[Narator: Zuri Lamenia mulai meninggalkan ruangan rapat, lalu Nik Albi bertemu dengannya di pintu keluar. Kemudian, Nik Albi mulai bertanya kepada Zuri Lamenia."]

"Nah, apakah para Oligarki mau mendengarkan informasi yang kau punya?" tanya Nik Albi dengan nada yang penuh kekhawatiran."

"Yeah, mereka mau mendengarkan aku hari ini," jawab Zuri Lamenia dengan suara yang agak lega."

"Syukurlah. Sekarang kita tidak bisa bebas lagi. Kehidupan kita di cengkeram oleh ketidakseimbangan, kerakusan, ketidakadilan. Tidak ada kebebasan di zaman kehancuran ini," ucap Nik Albi dengan ekspresi pahit yang terpancar dari wajahnya."

"Perkataan kamu ini benar-benar fakta, tapi saat aku mendengarnya itu begitu menyakitkan sekali," ucap Zuri Lamenia dengan suara yang penuh dengan emosi."

"Aku punya pertanyaan untuk kamu," ucap Nik Albi, mencoba mengalihkan perhatian."

"Apa itu?" tanya Zuri Lamenia dengan rasa ingin tahu yang besar."

"Apakah kita umat manusia bisa selamat di masa depan dengan dunia yang sudah benar-benar hancur ini?" ucap Nik Albi dengan nada keputusasaan yang jelas terpancar dari suaranya."

"Tentu bisa," jawab Zuri Lamenia dengan suara yang penuh keyakinan."

"Bagaimana? Kamu bisa mengembalikan bumi ini seperti sedia kala?" tanya Nik Albi dengan rasa penasaran yang besar."

"Oi oi oi, aku tidak bisa seperti itu, dan aku bukan Tuhan yang bisa mengembalikan bumi seperti sedia kala," jelas Zuri Lamenia dengan suara yang tegas."

"Katamu tentu bisa?" tanya Nik Albi dengan sedikit kebingungan."

"Kau mau tahu?" ucap Zuri Lamenia, mencoba menarik perhatian."

"Yeah, aku ingin tahu tentang itu. Aku benar-benar sudah muak hidup seperti ini," ucap Nik Albi dengan suara yang penuh dengan keputusasaan."

"Tapi, kau harus bersumpah kepada aku, dan jangan berpihak pada para Oligarki brengsek itu," ucap Zuri Lamenia dengan suara yang serius."

"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Nik Albi dengan rasa penasaran yang besar."

"Membuat kehidupan kita bebas kembali," jawab Zuri Lamenia dengan suara yang mantap."

"Maksudmu?" tanya Nik Albi dengan rasa penasaran yang besar."

"Melenyapkan para Oligarki brengsek itu. Aku dan Tim Ilmuwan telah menemukan sebuah planet yang bisa dihuni lewat portal Dimensi. Tim Ilmuwan berencana untuk memindahkan semua orang di bunker ini ke planet itu, tapi sebelum itu, Tim Ilmuwan lagi memikirkan cara menyingkirkan para Oligarki," jelas Zuri Lamenia dengan suara yang penuh dengan rasa determinasi."

"Jadi seperti itu di mengerti, aku akan bersumpah atas namaku, Tidak akan berkhianat kepadamu," ucap Nik Albi dengan suara yang penuh dengan tekad."

"Bagus, aku terima sumpahmu itu. Setelah kau menjalankan tugasmu, temui aku di lab penelitian tim ilmuwan. Aku akan memberikan detail rencana ini kepadamu," ucap Zuri Lamenia dengan sikap yang tegas namun juga penuh dengan kepercayaan."

"Dimengerti," jawab Nik Albi dengan sikap yang mengindikasikan bahwa dia mengerti dan siap untuk bertindak."

[Narator: Setelah pembicaraan tersebut, Zuri Lamenia mulai menuju ke lab penelitian, sementara Nik Albi kembali memasuki ruangan rapat."]

"Maaf saya membuat tuan-tuan menunggu," ucap Nik Albi dengan ekspresi yang sedikit meminta maaf atas keterlambatannya."

"Kamu berbicara apa dengan Zuri Lamenia!?" tanya pimpinan tertinggi nomor 1 dengan nada yang sedikit tajam."

"Hanya pembicaraan sesama teman, tuan-tuan," jawab Nik Albi dengan sikap yang santai namun tetap hormat."

"Kalau begitu, rapat ini selesai. Sampaikan perintah-perintah kami kepada seluruh pasukan khusus," ucap pimpinan tertinggi nomor 2 dengan sikap yang menegaskan bahwa rapat telah selesai."

"Saya mengerti," jawab Nik Albi dengan sikap yang siap untuk melaksanakan perintah yang diberikan."

[Narator: Semua pimpinan tertinggi bunker Ahool mulai meninggalkan ruangan rapat dan kembali ke ruang pribadi mereka untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan aktivitasnya."]

-Bersambung-

-Next Bab -Melaksanakan tugas dari pimpinan tertinggi bunker Ahool-

Melaksanakan tugas dari pimpinan tertinggi bunker Ahool

Narator: Tanggal 1 Januari 2101, pukul 5.00 pagi, di dalam bunker lantai 5, terdapat seorang pria muda bernama Zenaida Raizen. Dia memiliki gaya rambut Low Fade dan tubuh yang ideal. Pria ini tertidur sangat lelap sampai air liurnya menetes, lalu tiba-tiba cahaya putih muncul dan membawa tubuhnya menghilang. Saat Zenaida Raizen terbangun, dia terdiam sejenak, mengusap matanya, dan memandang ke arah kanan-kiri. Kemudian, dia langsung berteriak kencang karena panik menyadari keadaannya yang sekarang."

"Wah! Tunggu dulu, kenapa aku di sini? Bukannya aku tidur di kamar? Kok bisa aku ada di luar? Apa ini mimpi?." ucap Zenaida Raizen."

Narator: Kemudian, Zenaida Raizen mengusap-usap rumput, merasakan kelembutan serat-serat hijau di bawah telapak tangannya. Dia berdiri, sementara pikirannya berkecamuk mencoba memahami situasi yang sedang dihadapinya. Suasana tenang terselip dalam kebingungannya yang mendalam."

"Kalau ini bukan mimpi, aku harus cari sesuatu yang keras dan rasakan sakit," ujar Zenaida Raizen, ekspresinya campur aduk antara kebingungan dan panik. Suaranya agak meninggi, mencerminkan keheranan dan kebingungan yang mendalam. Matanya berkedip-kedip, mencoba mencerna situasi aneh yang sedang ia alami. Suasana tegang dan penuh ketidakpastian menyelimuti."

Narator: Zenaida Raizen segera mencari benda yang bisa menyebabkan rasa sakit, matanya memperhatikan sekeliling dengan cepat. Saat melihat sebuah pohon besar, sebuah ide tiba-tiba muncul dalam benaknya. Tanpa ragu, dia berlari menuju pohon itu dengan langkah yang mantap, posenya menyerupai seekor banteng yang marah. Kemudian, dengan suara keras, terdengar dentuman saat tubuhnya menabrak pohon dengan keras. Suasana tegang dan penuh determinasi memenuhi udara sekitarnya."

"ADUH! INI SANGAT SAKIT SEKALI!" teriak Zenaida Raizen, wajahnya meringis kesakitan. Matanya mengerjap-ngerjap, mencerminkan intensitas rasa sakit yang dirasakannya."

Narator: Zenaida Raizen terus berteriak dengan keras, sambil air mata mengalir di pipinya. Setelah itu, dia memegang kepalanya dengan erat, mencoba menahan rasa sakit yang menusuk. Matanya terbelalak ketika dia melihat telapak tangannya yang kini penuh dengan darah dari luka di kepalanya. Ekspresi wajahnya mencerminkan kekagetan yang mendalam atas kejadian tersebut."

"Apa ini darah? Ini bukan mimpi, bukan, Ini benar-benar sakit!!. Aku ada di mana sekarang? Sepertinya ini bukan Bumi yang kukenal, dan ini rumput, Di dunia ku, rumput sudah tidak tumbuh lagi, akibat senjata nuklir. Kalau sudah begini, aku harus mencari pemukiman atau bangunan untuk bertanya, di mana aku berada sekarang." Ucap Zenaida Raizen ekspresinya penuh dengan keheranan dan ketidakpercayaan. Suaranya gemetar sedikit, mencerminkan kebingungan dan kecemasan yang mendalam atas situasi yang baru saja dialaminya."

Narator: Zenaida Raizen berjalan kaki dengan langkah mantap, mencari sebuah pemukiman atau bangunan di sepanjang perjalanan. Saat sudah sangat jauh berjalan, dia melihat hamparan pohon-pohon yang menghijau. Akhirnya, dia beristirahat di bawah pepohonan, mencoba menghilangkan rasa lelahnya. Tiba-tiba, perutnya berbunyi karena lapar. Dia melihat ke cabang-cabang pohon yang dipenuhi dengan buah-buahan segar dan harum. Tanpa ragu, dia memetik lima buah dari pohon-pohon tersebut, lalu memakannya dengan lahap. Suasana alam yang tenang dan keberadaan buah-buahan segar memberikan sedikit kesegaran di tengah kebingungan yang dialaminya."

"Kenapa bentuk buah ini aneh, tapi baunya sangat harum. Aku lapar sekali. Baiklah, aku akan makan buah dari pohon ini, Luar biasa! Rasanya benar-benar manis seperti madu."  ucap Zenaida Raizen, ekspresinya mencerminkan keheranan dan kegembiraan. Ketika dia mencicipi buah tersebut, matanya melebar penuh kekaguman dan kelezatan saat menikmati rasa buah yang baru saja dia temukan."

Narator : Zenaida Raizen menghabiskan lima buah buah itu, dan rasa kenyang pun mulai menyelimutinya. Setelahnya, dia tertidur dalam damai selama satu jam. Saat dia terbangun, tubuhnya segar kembali, lelahnya hilang tak berbekas. Dengan langkah mantap, dia melangkah lurus menuju hutan yang terhampar di depannya. Begitu memasuki hutan, matanya mengamati sekeliling dengan cermat, dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah. Dia merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam hutan tersebut, dan tanpa sadar, dia mulai berbicara di dalam hati. Suasana hutan terasa misterius, penuh dengan keheningan yang menegangkan."

"Ini sangat aneh, kenapa tidak ada satupun makhluk hidup di sini, Hutan ini penuh dengan berbagai macam buah-buahan di pepohonan dan sayur-sayuran. Aku merasa agak takut di sini. Aku akan mengambil rute lurus, semoga saja bertemu dengan seseorang di jalan nanti." Ucap Zenaida Raizen, ekspresinya penuh dengan kebingungan dan sedikit ketakutan. Gerakan tubuhnya mencerminkan perasaan campur aduk antara rasa heran, ketidakpastian, dan sedikit kecemasan di tengah suasana yang hening dan misterius."

Narator: Zenaida Raizen terus berjalan lurus, tiba-tiba mendengar gemericik air yang menarik perhatiannya. Dengan langkah hati-hati, dia mengikuti arah asal suara tersebut. Setelah beberapa saat, dia tiba di tepi sungai yang lebarnya cukup besar. Mendapati sungai itu, dia terkejut dan penasaran akan keberadaannya yang tak terduga. Air sungai mengalir dengan deras, memancarkan aroma yang harum. Tanpa ragu, dia mendekatinya, ingin lebih jauh mengeksplorasi keajaiban alam ini. Ekspresinya mencerminkan kombinasi antara kekaguman dan rasa ingin tahu yang besar."

"Apakah ini sungai?, Mengapa aroma sungainya begitu harum dan airnya benar-benar bersih seperti kaca? Apakah aku boleh meminumnya?, ucap Zenaida Raizen dengan rasa penasaran yang memuncak.

matanya terpana oleh keindahan alam yang menakjubkan di depannya."

Narator: Zenaida Raizen terjerat dalam kebingungan, sambil menelan ludah karena rasa haus yang menderanya, setelah menjelajah jauh. Dalam keadaan kehausan yang parah, dia mengambil keputusan dengan cepat."

"Aku akan meminumnya," ucap Zenaida Raizen dengan nada yang penuh keyakinan, tanpa keraguan sedikit pun dalam keputusannya."

Narator: Setelah itu, Zenaida Raizen menyapu air dengan gemetar menggunakan tangannya, merasa gelombang ketidakpastian menyelimutinya saat bibirnya bersentuhan dengan permukaan air. Kejutan melintas di wajahnya ketika sensasi tak terduga menyapanya."

"Ini!, Tidak seperti air di dunia ku yang pahit dan bau apek. Aku penasaran dengan arah aliran sungai ini. Baiklah, aku akan mengubah rute lurus ku untuk mengikuti aliran sungai ini, semoga aku dapat menemukan pemukiman warga atau bangunan jika mengikuti arus sungai ini." ucapnya dengan penuh kekaguman, matanya berbinar saat merasakan kesegaran air yang seperti susu itu menyentuh lidahnya."

Narator: Zenaida Raizen melanjutkan perjalanan lagi. Sesudah itu Dia terus berjalan mengikuti aliran sungai setelah itu dia sampai ke ujung aliran sungai. betapa kagetnya dia bahwa ujung aliran sungai itu ada jurang yang tidak ada ujungnya."

"Uwah, ini jurang!, Hampir saja aku jatuh ke bawah, dan aliran air sungai ini turun begitu saja tanpa hambatan. Aku harus ekstra berhati-hati saat melangkah di sekitar sini." ucap Zenaida Raizen dengan nada terkejut, matanya melebar saat menyadari betapa dekatnya dia dengan jurang tersebut. suaranya penuh dengan kewaspadaan yang mendalam."

Narator: Setelah itu, dia berbalik arah menuju kembali ke dalam hutan. Sebelum memasuki hutan lagi, dia menengok ke arah kanan dan melihat sebuah bukit. Setelah itu, dia bergerak menuju bukit itu untuk mempermudah mencari pemukiman warga atau bangunan. Setibanya di puncak bukit, dia melihat sekeliling dengan cermat. Tiba-tiba, mata Zenaida terpaku pada kilauan cahaya di sebelah barat. Tanpa ragu, dia segera turun menuju area yang berkilauan tersebut."

"Ditemukan sebuah bangunan! Aku harus segera bergerak ke sana agar bisa menemukan orang-orang di sana," ucap Zenaida dengan cepat, ekspresinya penuh antusiasme."

Narator: Zenaida Raizen meluncur turun dari puncak bukit, langkahnya cepat menuju ke arah bangunan yang berkilau itu. Begitu tiba di depan pintu bangunan, napasnya tersengal-sengal, tubuhnya lelah setelah perjalanan yang panjang. Terkejut melihat bangunan itu, ekspresi wajahnya mencerminkan campuran antara kelelahan dan keterkejutan yang mendalam."

"Kau bercanda, kan? Ini sebuah kastil?", Saya mengira hanya menemukan bangunan biasa. Tapi, kenapa warnanya bisa memantulkan cahaya sejauh ini?, Tapi tunggu, apa ini bukan pewarna?." ucap Zenaida Raizen, ekspresinya tercampur antara keheranan dan ketidakpercayaan dan Rasa penasaran mulai tumbuh dengan cepat."

Narator: Tiba-tiba, suara samar-samar membalas pertanyaan Zenaida Raizen, menyelinap di udara seperti angin malam yang misterius."

Suara misterius bergema, "Ah, kau benar. Itu bukanlah pewarna, melainkan emas murni." Sorot mata Zenaida Raizen melebar dalam kekaguman dan kebingungan yang mendalam."

Tiba-tiba, suara itu menjawab kebingungannya, membuat Zenaida Raizen terkejut sampai ia melompat tinggi dan terjatuh karena kehilangan keseimbangan, tubuhnya terhuyung-hayang dalam ketidakpastian yang tiba-tiba."

"Haduh, sakit sekali..." ia gemetar sambil meraba tubuhnya yang terasa nyeri akibat terjatuh. "Tapi, apa aku tidak salah mendengar? Ada suara seseorang di sini." ucap Zenaida Raizen dan Ekspresinya penuh kebingungan dan keheranan, mencari sumber suara yang tadi mendadak muncul."

Narator: Zenaida Raizen langsung berteriak keras, suaranya memecah keheningan malam dengan kebingungan yang menggema."

"Hey, siapa tadi yang berbicara? Jangan bersembunyi! Tunjukkan wujudmu!" ucap Zenaida Raizen dengan suara gemetar, matanya melirik ke sekeliling dengan perasaan campur aduk antara keberanian dan ketakutan yang memenuhi pikirannya."

Narator: Suara misterius itu menanggapi teriakan Zenaida Raizen dengan nada yang tenang namun misterius, menggema di sekitar mereka dengan kehadiran yang tak terlihat namun kuat."

"Ya ampun, kau begitu tidak sopan, langsung berteriak!" desisnya dengan nada yang terdengar mengejek namun tetap tenang, menyiratkan kehadiran yang misterius dan menggugah pertanyaan lebih lanjut dari Zenaida."

"Habisnya, saya sangat kaget saat tiba-tiba ada suara di dekat telinga saya. Saya minta maaf telah berteriak begitu keras," ucap Zenaida Raizen dengan nada yang penuh penyesalan dan kebingungan."

"Itu tidak apa-apa, aku menerima permintaan maafmu," ucap suara misterius dengan nada yang tenang dan penuh pengertian, menyiratkan kedamaian namun juga memelihara misteri sekitar identitasnya."

"Ngomong-ngomong, ini mimpi bukan dan aku ada di mana ini?, Apakah kau tahu sesuatu tentang ini?." ucap Zenaida Raizen, suaranya penuh dengan kebingungan dan kecurigaan, mencoba mencari jawaban atas situasi yang misterius ini."

Suara misterius itu menjawab pertanyaan Zenaida Raizen dengan penuh kehati-hatian dan kebijaksanaan, memperdalam misteri yang menyelimuti situasi mereka."

"Tentu saja aku mengenal tempat ini dan Kau berada di mana pun, manusia. tetapi aku tak akan memberikan jawaban atas pertanyaan semacam itu. Dan perlu kau ketahui, ini bukanlah sekadar mimpi," ucap suara misterius dengan nada yang tegas dan misterius."

"Begitu kau menolak untuk memberitahukan keberadaan ku, bukan? Kau benar, ini bukanlah mimpi. Tadi aku membenturkan kepalaku ke arah pohon itu, rasanya sangat menyakitkan. Dan, ngomong-ngomong, siapa namamu? Dan di mana kau berada?" ucap Zenaida Raizen dengan nada heran dan sedikit kebingungan, mencoba untuk mengungkap misteri yang sedang ia alami."

"Ha! Kamu benar-benar melakukan itu? Aku berada di dalam kastil, masuklah cepat," ucap Suara misterius dengan nada ramah yang sedikit terkejut, memberikan kesan bahwa dia menunggu kedatangan orang tersebut dengan antusias."

"Baiklah, kalau begitu, aku akan masuk," ucap Zenaida Raizen dengan suara mantap, menunjukkan keberaniannya untuk mengikuti perintah dari suara misterius tersebut."

Narator: Dia melangkah dengan mantap menuju pintu kastil yang menjulang tinggi. Pintunya terbuat dari emas murni, dengan ukiran yang sangat indah, dan sinar terang yang memancar darinya. Saat dia tiba di depannya, dia terdiam, tubuhnya gemetar dihadapan keajaiban yang terpampang di hadapannya,

Setelah memasuki kastil, Zenaida Raizen menemukan sudut-sudut yang dihiasi oleh tiang penguat bangunan yang besar. Kemudian, dia melangkah masuk ke sebuah lorong di mana terdapat pintu besar yang diukir dengan banyak motif aneh. Dengan sedikit keberanian, dia membuka pintu tersebut.

Saat memasuki ruangan itu, dia disambut oleh barisan pelayan wanita cantik dan pelayan pria tampan. Di ujung ruangan, terdapat sebuah tangga yang mengarah ke atas. Di atas tangga, terdapat singgasana kosong yang didampingi oleh tiga makhluk yang jelas-jelas bukan manusia.

Yang pertama adalah seorang perempuan berambut putih, mengenakan baju putih yang bersinar, namun dengan bagian dada dan perut terbuka, memancarkan pesona dan daya tarik penampilannya. Di atas kepalanya terdapat sebuah lingkaran bundar berwarna putih. Tubuhnya bersinar putih, dan sepasang sayap putih seperti merpati terletak di punggungnya. Dia tersenyum ramah kepada Zenaida.

Yang kedua adalah makhluk yang menyerupai manusia dan memiliki rambut merah, mengenakan zirah dada dan baju hitam yang robek-robek, dengan empat tanduk di kepalanya. Tubuhnya dibalut oleh kobaran api hitam, dan sayapnya berwarna hitam tanpa keindahan. Pria ini menatap tajam ke arah Zenaida tanpa senyuman.

Yang ketiga adalah seekor ular bersisik merah, emas, dan hitam yang dipenuhi dengan duri-duri tajam. Ular itu melingkar di atas kursi singgasana raja berwarna hitam, dengan mata reptil berwarna merah yang menyeramkan, menatap Zenaida dengan ekspresi yang menampilkan senyum dan taring yang panjang.

Melihat ketiga mahluk tersebut, Zenaida Raizen mulai merasa ketakutan dan tubuhnya sedikit gemetar.

Kemudian, seorang perempuan berambut putih memecah suasana keheningan dengan mulai berbicara."

"Selamat datang. Perkenalkan, namaku adalah Cahaya, dan di sebelah kiri saya adalah..." ucap Cahaya dengan senang dan penuh kebahagiaan, matanya bersinar melihat kehadiran Zenaida Raizen."

"Tunggu, Cahaya. Biar aku saja yang memperkenalkan diri sendiri," ucap mahluk bersayap hitam dengan nada protes yang keras, menunjukkan ketegasan dan keinginannya untuk berbicara langsung kepada Zenaida."

"Aku juga ingin memperkenalkan diriku sendiri, Cahaya," ucap mahluk ular dengan nada serak dan dengan raut wajah senang hati, matanya berkilauan saat dia menunggu giliran untuk berbicara."

"Baiklah, aku mengerti. Jangan lupa perkenalkan diri kalian dengan benar, oke?" ucap Cahaya, suaranya penuh dengan semangat dan kebaikan hati, menekankan pentingnya pengenalan diri yang tepat."

"Perkenalkan, namaku adalah Zodiak," ucapnya dengan suara yang menyeramkan, matanya memancarkan aura misterius yang membuatnya terasa tak terduga."

"Namaku adalah Dabi. Kalau begitu, perkenalkan namamu, manusia," ucapnya dengan nada serak yang menegangkan. Sorot mata reptilnya membuat Zenaida Raizen merasa sedikit takut, merasakan kehadiran yang mengancam."

"Nama aku adalah Zenaida Raizen. Aku punya pertanyaan untuk kalian: ini bukan manusia kan? Terus, kalian apa? Dan, aku berada di mana sekarang?" ucap Zenaida Raizen dengan nada yang penuh ketakutan dan rasa ingin tahu yang mendalam, ekspresinya mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran yang mendalam."

"Tentu, kami bukan manusia. Aku adalah entitas yang disebut sebagai bidadari," ucap Cahaya dengan senyuman ceria, matanya berbinar dengan kegembiraan."

"Aku adalah iblis. Sebenarnya, aku tidak berkeinginan untuk datang ke sini hanya untuk menyambut mu, manusia rendahan," ucap Zodiak dengan nada sombong yang dipenuhi dengan ketidaksukaan terhadap manusia, tatapan matanya menusuk tajam penuh dengan keangkuhan yang tak terbantahkan."

"Cukup, Zodiak. Kamu baru saja dilepaskan dari neraka. Apakah kamu ingin kembali terikat di dalamnya? Oh, aku lupa. Aku adalah reptil, jenis ku adalah ular," ucap Dabi dengan nada tegas, memperingatkannya dengan keras sambil menatap Zodiak dengan penuh kehati-hatian, seperti menyampaikan sebuah peringatan yang tak bisa diabaikan."

"Aku tidak berniat kembali ke sana. Keberadaan di dalam neraka sungguh membosankan bagiku. Aku merindukan sensasi menyaksikan penderitaan manusia dan lebih memilih untuk menikmati pertikaian dan kekejaman manusia, bahkan hingga pada tindakan saling membunuh dan berzina di dunia yang fana ini. Ucap Zodiak dengan suara yang menggambarkan dominasi dan keangkeran yang mengintimidasi.

Tentu, berikut perbaikan dan detail ekspresi karakter:

"Oh, betul, aku lupa bahwa engkau adalah iblis yang sangat membenci manusia," ucap Dabi yang penuh ironi terhadap Zodiak, dengan nada yang mengandung sedikit sinisme dan penekanan pada "sangat membenci manusia".

"Berhenti berbicara, kalian berdua! Apakah kalian lupa dengan tugas dari penguasa alam semesta?" ucapnya dengan nada tegas dan kekecewaan yang jelas terdengar."

"Tentu aku ingat." Ucap Dabi dengan nada rendah, penuh dengan kesan yang menggigit ekspresinya menatap tajam, bibirnya menyeringai."

"Demi alasan tertentu, aku terpaksa menjalankan tugas ini," ucap Zodiak dengan nada terpaksa, suaranya terdengar seperti mengandung beban yang berat, sebagai cerminan dari konflik internal yang dialaminya."

"Baiklah, kalau begitu, aku akan memberitahumu mengapa kamu ada di sini. Pertama, kamu adalah makhluk terpilih untuk tinggal di sini selamanya, alias abadi. Kedua, dunia ini diciptakan untuk kamu tempati, dan namanya adalah planet Salana. Ketiga, kamu akan mendapatkan tugas untuk mengawasi dunia yang baru diciptakan oleh penguasa alam semesta, dan kamu diperbolehkan ikut campur dalam konflik dan pertikaian antar makhluk hidup di dunia baru itu. Keempat, kamu boleh melakukan apapun di sini, termasuk melakukan hubungan badan dengan para pelayan wanita atau denganku di sini. Kamu pasti lelah setelah berjalan jauh, jadi kepala pelayan, bawa dia ke ruang makan, berikan dia minuman dan makanan enak," ucap Cahaya dengan penuh keanggunan, suaranya bergetar dengan keangkeran dan kebijaksanaan yang terpancar dari setiap kata yang diucapkannya."

"Siap, kami akan melayani Tuan Zenaida Raizen dengan penuh dedikasi," ucap kepala pelayan dengan hormat."

"Zenaida Raizen, tolong ikuti kepala pelayan itu," ucap Cahaya dengan nada tegas."

"Baik, terima kasih atas penjelasannya," ucap Zenaida Raizen dengan sopan."

"Tidak perlu berterima kasih," kata Cahaya dengan lugas."

"Cepat, jangan membuang-buang waktu. Waktu Anda sangat berharga di sini," ucap Dabi dengan serius, menekankan pentingnya efisiensi."

"Hai, manusia rendahan, segera ikuti kepala pelayan itu dan hentikan keluh kesah Anda," ucap Zodiak dengan nada merendahkan, menunjukkan sikap sombongnya."

Zenaida Raizen mengikuti kepala pelayan menuju ruang makan. Setibanya di sana, ia duduk di atas kursi emas yang mengelilingi meja berbentuk panjang, dengan kursi emas tersusun rapi di sekitarnya. Para pelayan memasuki ruangan membawa berbagai hidangan, mulai dari jus buah segar, es buah segar, beragam daging dan ikan, hingga berbagai macam sup dan hidangan lainnya."

hidangan telah komplit silakan dimakan semuanya tuan," ucap kepala pelayan."

"Maaf merepotkan kalian. Sebelum makan, aku ingin bertanya, kenapa kalian begitu cepat membuat makanan? Kalian memasak menggunakan peralatan apa?" ucap Zenaida Raizen dengan sopan, namun juga ingin tahu."

"Tidak apa-apa, malah kami senang melayani tuan. Kami juga tidak menggunakan apa-apa untuk membuat hidangan ini," ucap kepala pelayan dengan ramah, menunjukkan kesediaannya melayani."

"Huh! Apa maksudnya? Aku tidak mengerti," ucap Zenaida Raizen dengan kebingungan, mencoba memahami situasi."

"Kami membuat hidangan ini dengan memikirkannya di otak kami, lalu semua makanan itu muncul," jelas kepala pelayan dengan penuh keyakinan, menjelaskan cara unik mereka dalam menyajikan hidangan."

Zenaida Raizen mengangguk, seolah-olah memahami, sambil berdialog dalam hatinya."

"HAH! Jawabanmu sungguh sulit dimengerti olehku," gumam Zenaida Raizen dalam hatinya, kebingungan tergambar jelas pada ekspresinya."

"Kalau begitu, selamat makan," ucap Zenaida Raizen dengan senyum tipis, mengakhiri percakapan dengan sopan."

Zenaida Raizen langsung melahap makanan itu dengan lahap, hingga tidak ada sisa, karena dia merasa lapar dan haus setelah mendaki bukit dan berjalan cukup jauh,

Setelah itu, Cahaya, Zodiak, dan Dabi memasuki ruang makan untuk bertemu dengan Zenaida Raizen. Mereka bertiga nampaknya ingin menyampaikan sesuatu."

"Ah, sudah lama aku tidak makan sebanyak ini!" ucap Zenaida Raizen sambil bersendawa, lalu terkejut, "Oops."

"Apakah kau puas dengan makanannya dan sudah selesai?" tanya Cahaya."

"Lihat ini, manusia rendahan melakukan bersendawa yang tidak sopan," ucap Zodiak dengan nada jijik terhadap Zenaida Raizen."

"Ha HA HA HA," Dabi tertawa riang."

"Iya, aku sudah puas dan selesai. Terima kasih atas makanannya," ucap Zenaida Raizen dengan senyum."

"Oh, syukurlah kalau sudah puas dan selesai. Kalau begitu, kita akan bertemu lagi dengan wujud yang berbeda. Aku akan mengirimkan mu kembali ke duniamu. Sampai jumpa," ucap Cahaya."

"Eh, apa maksudmu?" tanya Zenaida Raizen dengan ekspresi bingung."

Kemudian, tubuh Zenaida Raizen langsung menghilang, kembali ke dunianya."

*****

Narator: Bumi Pukul 7.50 pagi, Nik Albi bergegas menuju ruang tidur Zenaida Raizen di lantai 5. Setibanya di depan pintu ruang tidur Zenaida Raizen, Nik Albi ingin mengantuk pintu. Namun, tiba-tiba terdengar suara keras (Bruk) dari dalam ruangan. Nik Albi segera mengetuk pintu dengan cepat.

"Zenaida Raizen, apakah kau baik-baik saja?" ucap Nik Albi dengan sedikit terkejut."

"Ya, saya baik-baik saja, dan siapa kamu?" ucap Zenaida Raizen dengan nada tenang, berusaha agar orang di balik pintu tidak curiga."

"Saya adalah Nik Albi. Saya datang kesini untuk menyampaikan tugas dari pimpinan tertinggi dan memberitakan kabar baik kepadamu," ucap Nik Albi dengan nada biasa."

"Tunggu sebentar, Nik Albi," ucap Zenaida Raizen dengan nada sopan, menunjukkan kesopanan dan penghormatan pada lawannya."

Kemudian, dia merapikan pakaiannya dan menyisir rambutnya. Setelah itu, dia membuka pintu dan mengucapkan selamat datang kepada tamu yang datang."

silahkan masuk. Maaf tempat saya sedikit kotor." ucap Zenaida Raizen dengan nada sangat sopan.

"Tidak usah. Aku di sini cuma menyampaikan pesan seperti ini, Zenaida Raizen. Kami, pimpinan tertinggi, memerintahkan engkau untuk fokus mencari makanan dan obat-obatan. Jangan terlibat dalam hal lainnya. Selain itu, pimpinan tertinggi telah resmi menaikkan pangkatmu menjadi Komandan Khusus Pencari. Ini adalah surat Keputusan yang telah ditandatangani oleh keempat pimpinan tertinggi Bunker Ahool. Aku ucapkan selamat atas kenaikan pangkatmu, Komandan Zenaida Raizen," ucap Nik Albi dengan tegas, menjelaskan perintah dan memberikan ucapan selamat kepada Zenaida Raizen."

"Ya! Saya akan melaksanakan perintah dari pimpinan tertinggi. Terima kasih banyak atas ucapannya, Nik Albi," ucap Zenaida Raizen dengan antusiasme dan rasa terima kasih yang tulus."

"Kalau begitu, tugas saya telah selesai menyampaikan pesan ini kepada Anda, Komandan. Saatnya saya akan melanjutkan untuk menyampaikan tugas lain kepada para komandan lainnya. Saya izin untuk pergi," ucap Nik Albi dengan sopan, menunjukkan keteraturan dan penghormatan pada tugasnya."

"Sekali lagi, terima kasih banyak," ucap Zenaida Raizen dengan penuh rasa terima kasih dan apresiasi yang tulus."

Setelah mendengar itu, Nik Albi tersenyum lalu meninggalkan lantai 5 dan langsung menuju ke ruang kamar para komandan. Setelah Nik Albi pergi, Zenaida Raizen kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan tertinggi untuk keluar ke dunia luar mencari makanan dan obat-obatan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!