NovelToon NovelToon

Tulang Rusukku

Terpaksa

...🌸Jika ada kesamaan nama orang dan nama tempat, itu hanya kebetulan belaka.🌸...

Kinara seorang gadis bermata bulat, hidung yang tidak terlalu mancung, bibir mungil, wajah yang agak tirus dan rambut yang panjang sepinggang, keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi dada hingga pahanya. Kinara memilih baju yang akan dipakainya di dalam lemari, hingga....

"Ceklek"

"Akkkh!! Keluar kamu! Kenapa kamu masuk ke kamar orang sembarangan! Keluar!"pekik Kinara seraya bersembunyi di balik pintu lemari dan hanya menyembulkan kepalanya saja, saat seorang pria tiba-tiba masuk ke dalam kamar itu.

"Diam! Apa kamu ingin semua orang kesini? Ini adalah kamar ku, kenapa aku harus keluar?"ucap pria itu, yang malah menutup pintu kamar itu dan dengan santainya melangkah masuk.

"Hey! Berhenti! Jika kamu tidak keluar dari kamar ini aku akan berteriak dan mengadukan kamu pada kakek dan suamiku!"pekik Kinara masih berdiri di balik pintu lemari.

Pria itu membuang napas kasar menatap Kinara,"Kamu tahu tidak siapa suamimu?"tanya pria itu dengan wajah kesal.

"Tentu saja aku tahu. Suamiku adalah Arjuna Setya Abimana,"ucap Kinara yakin dan tegas.

Mendengar itu, pria itu langsung mengambil dompetnya yang berada di saku belakang celananya kemudian mengambil KTP -nya,"Lihat ini!"ucap pria itu seraya mendekati Kinara dan menempelkan KTP-nya di dahi Kinara kemudian berlalu menuju kamar mandi.

"Hei.! Kamu.!"pekik Kinara tapi tidak dihiraukan oleh pria itu.

Kinara langsung mengambil KTP yang tertempel di dahinya itu dengan tangan kanannya dan melihat foto serta identitas yang tertera di KTP itu. Seketika matanya pun membulat. "Di..dia.. suamiku?"gumam nya lalu menutup mulutnya dengan tangan kirinya.

***

Satu Minggu yang lalu.

"Mas Arjuna, Kakek masuk rumah sakit,"lapor Agus, asisten sekaligus orang kepercayaan Arjuna.

"Apa? Kenapa kakek bisa masuk rumah sakit?"tanya Arjuna seraya menyambar jas yang digantung di stand hanger yang ada di dalam ruangannya dan bergegas keluar dari ruangan itu diikuti oleh Agus.

Pria dengan tinggi 180 centimeter dengan wajah tegas, berpostur tegap dan terlihat proposional itu berjalan dengan langkah lebar meninggalkan gedung tempatnya bekerja.

"Penyakit jantung kakek kambuh lagi,

Mas. Itu yang saya dengar dari Pak Radit ( Pak Radit adalah orang kepercayaan Abimana, kakek dari Arjuna)," sahut Agus mengikuti langkah Arjuna.

"Apa kata dokter?"tanya Arjuna.

"Kata dokter arteri koroner kakek dipenuhi banyak plak, sehingga menghalangi aliran pembuluh darah. Kakek juga bandel, tidak mau memperbaiki pola makannya hingga menyebabkan kolesterol dan zat lain menempel pada dinding arterinya,"jelas Agus.

"Aku sudah bilang pada kakek agar diet dan menjalani operasi untuk pemasangan ring pada jantung nya, tapi kakek tidak mau," ujar Arjuna nampak kesal kemudian langsung masuk kedalam mobil yang pintunya sudah di buka oleh Agus.

"Kata kakek, beliau tidak mau berobat jika Mas Juna tidak mau menikah," ucap Agus setelah Agus duduk di kursi kemudi.

"Aku sudah punya gadis pilihan ku sendiri. Aku tidak mau di jodoh- jodohkan,"tukas Arjuna yang baru selesai memakai sabuk pengaman.

"Mas Juna jangan berbohong! Selama ini Mas Juna tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Apa jangan- jangan ular cobra Mas Juna tidak bisa berdiri dan menyemburkan bisa,"celetuk Agus sambil melirik ke arah pangkal paha majikannya sedangkan tangannya memasang sabuk pengaman.

"Pletak"

"Awh.!! Sakit, Mas!"pekik Agus memegang kepalanya yang di ketok dengan kepalan tangan oleh Arjuna.

"Mangkanya kalau ngomong jangan sembarangan!" hardik Arjuna.

"Buah pala di pinggir kota, ini kepala bukan buah Maja,"ucap Agus.

"Udah, cepetan jalan! Bacot Lo ach!" sergah Arjuna.

Setelah menempuh setengah jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Agus pun tiba di rumah sakit. Arjuna dan Agus pun segera menuju UGD, ruang tempat Abimana di ditangani. Pak Radit orang kepercayaan Abimana pun sudah ada di depan ruangan itu menunggu Abimana.

"Bagaimana keadaan kakek, Pak?"tanya Arjuna pada Pak Radit.

"Saya belum tahu, Mas. Dari tadi dokter nya belum keluar juga,"jawab Pak Radit dengan raut wajah yang khawatir.

"Ceklek" suara pintu ruang UGD pun terbuka. Ketiga pria itu pun menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan UGD itu.

"Dok, bagaimana keadaan kakek saya?" tanya Arjuna pada dokter paruh baya yang baru keluar dari ruangan UGD itu.

"Kakek anda sudah lebih baik. Tapi sebaiknya segera melakukan pemasangan ring pada jantung nya. Jika tidak, saya takut kakek anda mengalami serangan jantung.Sebentar lagi kakek anda akan dipindahkan ke ruang rawat inap,"ucap dokter.

"Terimakasih, dok!"ucap Arjuna.

"Sama-sama. Saya permisi!"ucap dokter itu kemudian meninggalkan tempat itu.

Beberapa menit kemudian Abimana pun dipindahkan ke ruang rawat. Arjuna pun langsung masuk ke dalam ruangan itu diikuti oleh Agus dan Pak Radit.

Perlahan Abimana membuka matanya, mengedip-ngedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Abimana menatap wajah orang-orang yang ada di sekelilingnya.

"Kakek, bagaimana keadaan kakek?" tanya Arjuna seraya menggenggam tangan keriput pria yang berusia 67 tahun itu.

"Kakek tidak apa-apa,"sahut Abimana dengan suara lemah.

"Aku akan mengatur agar kakek bisa secepatnya menjalani operasi pemasangan ring pada jantung kakek," ucap Arjuna.

"Tidak, kakek tidak mau melakukan operasi pemasangan ring pada jantung kakek. Terkecuali kamu mau menikah dengan gadis pilihan kakek." sahut Abimana.

"Kek, sudah aku bilang aku menyukai seseorang dan aku tidak mau menikah dengan gadis pilihan kakek,"tolak Arjuna membuang napas kasar.

"Kakek mu ini sudah mau mati, tapi kamu tidak mau menikah juga. Sudah, jangan perdulikan kakek mu ini,"ucap Abimana dengan suara lemah tapi bernada ketus.

"Kek, jangan begitu! Kakek berobat, ya?" bujuk Arjuna.

"Tidak usah. Siapkan saja pemakaman kakek. Kakek sudah lelah hidup di dunia ini. Kakek ingin menyusul anak dan istri kakek saja," sahut Abimana semakin ketus, bahkan memalingkan wajahnya dari Arjuna.

"Kek, kenapa kakek bicara seperti itu? Hanya kakek satu-satunya keluarga yang aku miliki. Apa kakek tega meninggalkan aku sendiri?" keluh Arjuna.

"Bukankah kamu bisa hidup tanpa kakek? Kamu tidak butuh siapapun, termasuk kakek,"ketus Abimana.

"Apa yang harus aku lakukan agar kakek mau berobat? Aku akan melakukan apapun untuk kakek, asal jangan menyuruh ku untuk menikah,"sahut Arjuna.

"Kalau begitu kamu tidak usah memikirkan pengobatan kakek mu ini. Siapkan saja pemakaman untuk kakek,"tukas Abimana.

Sudah sejak dua tahun yang lalu Abimana meminta Arjuna menikah dengan gadis pilihan nya. Tapi Arjuna tidak pernah tahu, gadis seperti apa yang di jodohkan kakeknya dengan nya. Karena Abimana tidak pernah menunjukkan foto gadis pilihan nya itu, apalagi mempertemukan mereka.

Sudah berkali-kali Arjuna menolak di jodohkan dengan gadis pilihan kakeknya itu. Tapi Abimana terus saja membujuk Arjuna untuk menikahi gadis pilihannya itu. Dan kini Abimana benar- benar keras kepala, tidak mau melakukan pemasangan ring pada jantung nya jika Arjuna tidak mau menikah dengan gadis pilihannya.

Arjuna menghela nafas berat kemudian menatap kakeknya itu dengan mata teduh,"Baiklah, aku akan menuruti keinginan kakek,"ucap Arjuna pasrah.

"Kakek melakukan ini untuk kebaikan mu. Tapi ingat, jangan pernah berpikir untuk bercerai dengan gadis pilihan kakek. Karena jika kalian bercerai, semua kekayaan yang kakek berikan padamu akan dibagi dua dengan gadis itu,"ancam Abimana.

"What? Kakek sampai segitunya pada gadis yang kakek jodohkan padaku itu?" tanya Arjuna tidak percaya.

"Kakek serius,"ucap Abimana dengan wajah yang benar-benar serius.

"Oke..oke! Kakek atur saja semuanya setelah kakek sembuh,"sahut Arjuna mengalah.

"Kakek mau kalian menikah sebelum kakek menjalani pengobatan. Kakek tidak mau kamu bohongi,"ucap Abimana.

"Astaga...kakek! Mengurus pernikahan itu butuh waktu, Kek. Jadi sebaiknya kakek berobat dulu, setelah itu, baru membicarakan tentang pernikahan ku. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada kakek,"bujuk Arjuna.

"Kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Kakek nanti akan mempersiapkan semuanya,"ucap Abimana.

"Baiklah, kapan aku harus menikah dengan gadis pilihan kakek itu?"tanya Arjuna pasrah.

"Sekarang juga,"jawab Abimana mantap, menatap pada Arjuna.

"What? Kakek bercanda?"pekik Arjuna tidak percaya.

To be continued

Pasrah

"Baiklah, kapan aku harus menikah dengan gadis pilihan kakek itu?"tanya Arjuna pasrah.

"Sekarang juga,"jawab Abimana mantap, menatap Arjuna.

"What? Kakek bercanda?"pekik Arjuna tidak percaya.

"Kakek tidak bercanda. Kakek tidak mau nanti kamu sampai berubah pikiran,"sahut Abimana.

"Jangan-jangan tadi kakek berpura-pura sakit agar kakek bisa memaksa aku untuk menikah?"tanya Arjuna curiga.

"Jadi kamu mau menikah dengan gadis pilihan kakek apa tidak? Apa kamu memang tidak berniat membuat kakek mu ini bahagia?"tanya Abimana tanpa menjawab pertanyaan Arjuna dengan wajah yang terlihat kesal.

"Oke..oke. Aku akan menuruti keinginan kakek,"ucap Arjuna yang terpaksa mengabulkan permintaan kakeknya untuk menikah. Arjuna memang merasa, selama ini belum bisa membahagiakan orang yang telah merawat dan membesarkannya dari kecil itu. Abimana lah yang telah merawat dan membesarkan Arjuna semenjak kedua orang tuanya meninggal.

"Radit! Bawa penghulu, wali dan juga saksi itu kemari!"titah Abimana.

"Penghulu nya sudah ada di sini? Kakek benar-benar sudah merencanakan semuanya, kan? Bahkan penghulu, wali dan saksinya aja sudah ada. Kakek sengaja menjebak aku?"tanya Arjuna nampak terkejut namun tidak di tanggapi oleh Abimana.

"Radit, kenapa masih diam di situ? Cepat bawa mereka masuk!"titah Abimana karena Radit masih diam ditempat nya.

"Baik. Pak,"sahut Radit kemudian segera keluar dari ruangan rawat Abimana itu. Sedangkan Arjuna hanya bisa menghela napas kasar. Kali ini, kakeknya benar-benar telah menjebaknya.

Dan tak lama kemudian pintu ruangan itu kembali terbuka. Radit membawa tiga orang pria ke dalam ruangan rawat inap itu.

"Radit, telepon gadis itu dan aktif kan loud speaker nya!"titah Abimana.

"Baik, Pak,"sahut Radit lalu segera mengambil handphone-nya dan menghubungi seseorang. Setelah tersambung, Radit meletakkan handphone itu di dekat Abimana.

"Halo, Pak Radit,"sahut suara dari ujung telepon.

"Ra, ini kakek,"ucap Abimana.

"Kakek, bagaimana keadaan kakek?"tanya seorang gadis dari sambungan telepon itu, terdengar khawatir.

"Kakek baik-baik saja. Ra, dulu kamu pernah berjanji jika kakek boleh meminta apapun dari kamu. Boleh tidak jika kakek sekarang meminta sesuatu?"tanya Abimana dengan suara lembut.

"Kakek boleh minta apapun dari aku. Jika aku bisa memberikan nya, aku pasti akan berikan,"ucap gadis itu terdengar serius.

"Kakek cuma minta satu hal dari mu. Kakek ingin kamu menikah dengan cucu kakek,"ucap Abimana penuh harap.

"A..a..aku hanya gadis biasa, kek. Aku punya banyak kekurangan. Aku merasa tidak akan pantas bersanding dengan cucu kakek. Aku takut nanti akan mempermalukan keluarga kakek,"sahut gadis itu dari sambungan telepon membuat Arjuna tersenyum, karena gadis itu terdengar menolak secara halus.

"Kakek sudah lama mengenalmu, kakek yakin kamu bisa menjadi istri yang terbaik untuk cucu kakek. Kakek tidak tahu kalian ditakdirkan untuk bersama apa tidak, tapi kakek berharap dan berdoa, kamu adalah tulang rusuk dari cucu kakek.Tolong menikah lah dengan cucu kakek,"ucap Abimana memohon.

"Baiklah jika itu yang kakek minta dari ku. Aku bersedia menikah dengan cucu kakek,"kata gadis itu, membuat raut wajah Arjuna berubah masam dan membuang napas kasar.

Mendengar jawaban dari gadis itu, senyum lebar pun terukir di wajah Abimana,"Tapi cucu kakek punya banyak kekurangan, apa kamu masih mau?"tanya Abimana, mencoba mengetes gadis pilihannya.

"Aku juga banyak kekurangan, kek. Bukankah dua insan disatukan dalam satu ikatan dengan tujuan agar bisa saling menyempurnakan?"ujar gadis itu.

"Tapi cucu kakek juga tidak tampan, apa kamu juga masih mau?"tanya Abimana sambil melirik Arjuna sekilas membuat Arjuna memutar bola matanya malas.

"𝘼𝙥𝙖? 𝙆𝙖𝙠𝙚𝙠 𝙗𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙩𝙖𝙢𝙥𝙖𝙣? 𝙈𝙖𝙩𝙖 𝙠𝙖𝙠𝙚𝙠 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧-𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙧𝙖𝙗𝙪𝙣," gerutu Arjuna di dalam hati.

"Tidak tampan pun tidak apa, yang penting bisa membuat aku nyaman,"sahut sang gadis.

"Jika begitu, kalian menikah sekarang saja,"ucap Abimana tersenyum senang.

"Se..se.. sekarang, kek?"tanya gadis itu terdengar terkejut.

"Iya, ibu mu sudah mengijinkan kamu untuk menikah dengan cucu kakek. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa menanyakan hal ini secara langsung kepada ibumu,"ucap Abimana.

"Ibu memang sudah mengijinkan kamu menikah dengan cucu Kakek Abimana, Ra. Karena kamu sudah tidak punya wali nikah lagi, jadi kita serahkan pada wali hakim,"sahut suara seorang wanita terdengar dari sambungan telepon itu, karena saat mengetahui bahwa Abimana yang menelponnya, gadis itu mengaktifkan mode loud speaker, sehingga ibunya yang sedang duduk di sampingnya pun bisa mendengar pembicaraan putrinya itu.

Sempat terkejut mendengar perkataan ibunya, akhirnya gadis itu pun berkata,"Baiklah, jika ibu sudah mengizinkan, saya bersedia menikah dengan cucu Kakek,"

Mendengar jawaban gadis itu, Abimana pun kembali tersenyum,"Baiklah, Pak penghulu, tolong nikahkan cucu saya di depan saya,"pinta Abimana.

"Baik, Pak,"ucap penghulu itu.

"Tunggu! Aku menikah sekarang tanpa ada mempelai wanita di sini? Bagaimana bisa?"tanya Arjuna seraya mengerutkan keningnya.

"Nak Arjuna, disyaratkan dalam keabsahan akad nikah kehadiran empat pihak, yaitu wali, mempelai pria, dan dua orang saksi yang adil. Dan diperbolehkan wali dan mempelai pria diwakilkan.” (Taqiyyuddin al-Husaini al-Hushni, Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, Dar al-fikri, juz, 2, hal 390). Ketidakhadiran mempelai wanita tidak mempengaruhi sah atau tidaknya suatu perkawinan, namun harus ada wali yang mewakilkan. Berangkat dari penjelasan ini, tidak hadirnya mempelai wanita diperbolehkan asalkan mempelai wanita ridho dengan akad nikah tersebut dan memiliki bukti tertulis. Oleh karena itu, bukan menjadi permasalahan lagi apabila calon mempelai wanita tidak bisa hadir dalam proses akad nikah,"jelas Pak penghulu.

"Mempelai wanita sudah setuju, walinya pun sudah ada, mempelai pria, dan dua orang saksi, jadi pernikahan ini bisa dilaksanakan dan sah dimata hukum. Bukankah begitu Pak penghulu?"tanya Abimana.

"Iya, Pak itu benar,"sahut Pak penghulu.

"Kalau begitu, segera mulai saja ijab qobul nya pak penghulu,"pinta Abimana.

"Baiklah, apakah Nak Arjuna sudah siap?"tanya penghulu itu.

"Iya,"sahut Arjuna pasrah.

Akhirnya penghulu pun menikahkan Arjuna dengan gadis pilihan kakeknya yang bernama Kinara Dewi. Sedangkan sang gadis hanya mendengarkan ijab qobul dari sambungan telepon.

Baru saja pernikahan tanpa kehadiran mempelai wanita itu selesai, handphonenya tiba-tiba berdering, Arjuna pamit keluar dari ruangan itu diikuti oleh Agus untuk mengangkat telepon nya.

Tak lama kemudian Arjuna kembali ke dalam ruangan menghampiri kakeknya bersama Agus yang selalu mengikuti kemanapun Arjuna pergi.

"Kek, ada masalah dengan pengiriman barang, aku harus segera pergi untuk menanganinya. Kakek harus menepati janji kakek untuk operasi,"ucap Arjuna memberitahu kakeknya.

"Apa masalahnya serius?"tanya Abimana nampak khawatir.

"Tidak akan menjadi serius jika di tangani sekarang. Cuma masalahnya, aku harus keluar kota sekarang,"ujar Arjuna.

"Lalu bagaimana dengan Kinara?"tanya Abimana.

"Minta tolong sama Pak Radit untuk menjemputnya. Karena aku tidak tahu berapa lama akan ada di luar kota,"jawab Arjuna.

"Baiklah kalau begitu, nanti biar pak Radit yang menjemput istri mu dan membawanya pulang ke rumah,"ujar Abimana.

"Terserah kakek bagaimana baiknya,"sahut Arjuna.

"Baik. Kalau begitu, hati-hati di jalan,"ucap Abimana.

"Baik, kek. Kalau begitu, aku pamit ya, kek!"ucap Arjuna dan dianggukki kepala oleh Abimana.

Abimana yakin ada masalah penting yang harus diselesaikan oleh Arjuna. Abimana melihat ada ketegangan di wajah Arjuna. Karena itu, Abimana mengijinkan Arjuna pergi.

"Radit, besok kamu jemput cucu menantu ku,"titah Abimana.

"Baik, Pak,"sahut Radit.

...🌟"Menikah karena perjodohan belum tentu akan berakhir tak bahagia....

...Dan menikah karena cinta, juga belum tentu berakhir bahagia."🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

To be continued

Malu Sekali

Kembali pada waktu saat ini.

Arjuna masuk ke dalam kamar mandi seraya tersenyum tipis,"𝘾𝙖𝙣𝙩𝙞𝙠 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙜𝙖𝙙𝙞𝙨 𝙥𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙠𝙚𝙠. 𝙏𝙚𝙧𝙣𝙮𝙖𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙡𝙚𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙠𝙚𝙠 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙟𝙪𝙜𝙖. 𝙏𝙖𝙥𝙞.. 𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙜𝙖𝙙𝙞𝙨 𝙞𝙩𝙪? 𝙎𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜, 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙢𝙪𝙠𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖. 𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪.. 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙢𝙖𝙣𝙮𝙖,"gumam Arjuna dalam hati, masih mengingat seorang gadis kecil yang pernah menolongnya dulu.

Kinara langsung mengambil KTP yang tertempel di dahinya itu dengan tangan kanannya dan melihat foto serta identitas yang tertera di KTP itu. Seketika matanya pun membulat. "Di..dia.. suamiku?"gumam nya lalu menutup mulutnya dengan tangan kirinya,"Oh ya ampun.. dia tampan sekali! Sesuai sama namanya 'Arjuna'. Mimpi apa aku punya suami setampan dia,"ujar Kinara dengan wajah yang merona.

Di dalam kamar itu memang tidak ada satupun foto Arjuna, karena Arjuna memang tidak suka di foto, sehingga Kinara sama sekali tidak mengetahui wajah suaminya. Pernikahan mereka pun baru secara agama dan belum didaftarkan ke KUA. Bahkan saat ijab qobul, mereka tidak bertatap muka baik secara langsung maupun secara online.

Kinara segera memakai pakaiannya, kemudian menyiapkan pakaian Arjuna di atas ranjang dan bergegas ke dapur menyiapkan minuman untuk suaminya. Selama satu Minggu di rumah itu, Kinara sudah mengorek informasi dari penghuni rumah itu tentang suaminya. Terutama dari Bik Iyem, wanita yang sudah berusia lima puluh tahun, yang sudah mengurus suaminya sejak kecil. Dari makanan dan minuman kesukaan suaminya, dan apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh suaminya, Kinara sudah tahu semuanya.

Sifat Kinara yang ramah dan mudah bergaul dengan siapapun dan dari segala usia itu, membuatnya cepat akrab dengan orang lain. Kinara membuat secangkir kopi dan membawanya ke kamar, kemudian kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Beberapa menit setelah Kinara kembali ke dapur, Abimana terlihat memasuki dapur,"Aku tadi seperti mendengar ada suara mobil. Apa Arjuna sudah pulang, Yem?"tanya Abimana pada Bik Iyem.

"Iya, Pak Abi. Nak Arjuna memang sudah pulang,"sahut Bik Iyem yang sibuk membalik ayam di dalam penggorengan.

"Eh, kamu di sini juga, Ra? Apa kamu tahu kalau suami kamu sudah pulang?"tanya Abimana saat menyadari bahwa Kinara ternyata juga ada di dapur.

"Sudah, kek,"sahut Kinara tersenyum tipis seraya memasukkan sayur yang baru saja di potongnya ke dalam mangkuk,"𝙆𝙖𝙠𝙚𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙤𝙝𝙤𝙣𝙜𝙞 𝙖𝙠𝙪, 𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙈𝙖𝙨 𝘼𝙧𝙟𝙪𝙣𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙩𝙖𝙢𝙥𝙖𝙣,"gerutu Kinara dalam hati.

"Sudah bertemu dengannya?"tanya Abimana lagi sembari tersenyum tipis.

"Sudah, kek,"jawab Kinara menatap Abimana sebentar, kemudian kembali fokus pada aktivitas memasaknya.

"Bagaimana? Menurut kamu, suami kamu tampan tidak?"tanya Abimana menatap lekat wajah cucu menantunya.

"Iya,"sahut Kinara singkat, terlihat malu, membuat Abimana terkekeh.

"Bik, tolong berikan laptop Mas Juna, aku kebelet, Bik. Kalau nggak segera diantar, nanti Mas Juna marah,"ucap Agus yang tiba-tiba datang meletakkan laptop di atas meja makan tanpa menengok ke kanan ataupun ke kiri, langsung berlari ke kamar mandi.

"Dasar si Agus! Pasti dia makan makanan pedas lagi,"gerutu Abimana. Agus selalu sakit perut jika memakan makanan pedas, tapi pria itu kadang tidak bisa menahan diri untuk makan makanan yang pedas.

"Biar aku saja, Bik,"ucap Kinara yang melihat Bik Iyem sedang sibuk mengangkat ayam gorengnya.

"Makasih, Nak!"ucap Bik Iyem seraya tersenyum dan Kinara pun mengangguk.

Sedangkan di dalam kamar, Arjuna nampak keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Tatapannya tertuju pada pakaian yang diletakkan Kinara di atas ranjang,"Dia menyiapkan pakaian ku? Ngerti juga ternyata,"gumam Arjuna, kemudian mengambil pakaian yang sudah disiapkan Kinara. Arjuna melepaskan handuknya, bertepatan dengan...

"Ceklek"

"Akkkh"Kinara membuka pintu dan pemandangan yang tidak pernah dilihatnya pun terpampang jelas di depan matanya.Dengan cepat Kinara menutup wajahnya dengan laptop yang dibawanya dan membalikkan tubuhnya.

"Shitt!"umpat Arjuna langsung kembali meraih handuknya dan memakainya kembali.

"A.. aku hanya ingin meletakkan laptop,"ucap Kinara tergagap kemudian meletakkan laptop yang dibawanya dengan cara berjalan menyamping ke arah meja sofa, membelakangi Arjun. Kemudian kembali berjalan menyamping kearah pintu. Begitu tiba di depan pintu, dengan cepat Kinara keluar dari kamar itu. Setelah menutup pintu Kinara langsung bersandar di pintu yang sudah tertutup itu.

"Ya ampun.. apa yang aku lihat tadi? Mataku sudah ternoda. Aaaa.. aku malu sekali!"gumam Kinara dengan jantung yang deg-degan dan napas yang tidak teratur, menepuk-nepuk kedua pipinya yang memerah karena malu, dan menggeleng-gelengkan kepalanya berharap bisa melupakan apa yang baru saja dilihat nya tadi.

Bagaimana tidak syok, seumur hidup baru kali ini Kinara melihat sesuatu yang menggantung, namun bukan jantung pisang, melainkan pisang tanduk yang sedang menggantung. Dan bisa dipastikan kalau pisang itu berdiri bisa menanduk lawannya. Setelah beberapa saat berdiri di depan pintu, akhirnya Kinara berjalan menuju dapur.

Setelah Kinara keluar dari dalam kamar, Arjuna membuang napas kasar, lalu menggeleng-ngelengkan kepalanya karena mengingat kelakuan istrinya tadi. Arjuna pun segera memakai pakaiannya, berjalan menuju nakas dan meminum kopi yang sudah dibuat Kinara.

Arjuna tampak mengernyitkan keningnya setelah menyesap kopi buatan Kinara,"Kenapa rasanya berbeda dari biasanya? Tapi enak,"gumam Arjuna menatap cangkir kopi yang dipegangnya sambil mengangguk-angguk kecil, kemudian kembali meletakkannya ke atas nakas setelah beberapa kali menyesapnya.

Arjuna mengambil laptop nya yang berada di atas meja sofa, duduk di sofa memangku laptopnya, kemudian membukanya dan jemarinya pun mulai menari-nari di atas keyboard laptopnya.

Setelah satu jam di dapur, Kinara dan Bik Iyem akhirnya menyelesaikan masakan mereka, dan mulai menata di atas meja makan.

"Nak Kinara, semua makanan sudah siap. Nak Kinara panggil Nak Arjuna, biar bibi memanggil Pak Abimana,"ujar Bik Iyem setelah perkejaan mereka beres.

"Bibi saja yang manggil Mas Arjuna, aku manggil kakek,"sahut Kinara yang masih malu karena kejadian tadi.

"Ya nggak bisa begitu, dong! Nak Kirana kan, istri Nak Juna. Jadi, Nak Kirana yang harus memanggilnya. Sudah, sana! Panggil Nak Juna untuk makan malam,"titah Bik Iyem seraya mendorong tubuh Kinara pelan.

Dengan langkah berat, Kinara berjalan menuju kamarnya. Saat sudah berada di depan pintu kamar yang berada di lantai dua itu, Kinara nampak mengambil napas dalam-dalam, jantung nya jadi kembali deg-degan karena harus berhadapan kembali dengan Arjuna setelah kejadian yang memalukan tadi.

"Aaaa... aku malu sekali! Rasanya aku tidak ingin bertemu dia dulu. Tapi kalau aku tidak segera memanggilnya, aku tidak enak sama kakek. Kakek pasti sudah menunggu di meja makan,"gumam Kinara kemudian membuang napas kasar.

Setelah mencoba menetralisir degup jantung nya, Kinara mengetuk pintu beberapa kali, kemudian dengan perlahan memegang handle pintu dan membuka pintu yang terbuat dari bahan kayu jati itu. Mendengar suara pintu diketuk dan dibuka, Arjuna melirik sekilas kearah pintu, kemudian kembali fokus pada laptopnya saat melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam kamarnya itu.

Dengan jantung yang bertambah deg-degan, Kinara berdiri dengan tangan yang masih memegang handle pintu, menatap sekilas ke arah Arjuna yang masih fokus pada laptopnya,"Em.. Ma.. Mas, makan malamnya sudah siap,"ucap Kinara menundukkan kepalanya, nampak gugup karena masih merasa malu dengan kejadian tadi.

Wajah Arjuna memang tampan, tapi auranya terasa dingin hingga membuat Kinara semakin deg-degan, apalagi saat mengingat kejadian tadi. Kirana benar-benar merasa kikuk di hadapan Arjuna karena merasa malu.

"Hum,"sahut Arjuna, kemudian menutup laptopnya dan kembali meletakkannya di atas meja sofa. Arjuna bangkit dari duduknya berjalan melewati Kinara yang masih berdiri menunduk memegang handle pintu, kemudian keluar dari kamar itu. Untuk sesaat, Kinara menarik napas lega,"Irit sekali bicaranya. Apa jangan-jangan dia marah padaku karena kejadian tadi, ya? Huff.. aku benar-benar malu,"gumam Kinara, kemudian ikut keluar dari kamar itu.

.

...🌟"Sayang karena kenal, rindu karena cinta dan benci karena merasa tersakiti."🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

Jangan lupa like, ya! Like itu gratis loh!

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!