NovelToon NovelToon

Menjadi Selir Raja

MSR 1. Pindah Raga dan Masa

"Yakin gak nih, kalau ini lorong menuju ruangan dimana stempel itu berada? petanya kan hilang. Lagian kenapa juga petanya bisa hilang?" kesal Soraya Alexandra, 20 tahun pada rekan kerjanya Bianca.

"Ck... kamu pikir semua anggota tim sehebat kamu, masih hidup saja sudah bersyukur. Jangankan mikirin peta, Lula dan Nadia itu hampir ketahuan sama direktur Jamal itu!" jawab Bianca.

Soraya yang memang tidak mau mentolerir kesalahan sekecil apapun hanya buang muka dan berdecak kesal.

"Kalau belum siap mati, jangan jadi pencuri!" tegasnya lalu meninggalkan Bianca.

Bianca yang memang sudah sangat kesal pada Soraya menatap kesal dari belakang Soraya.

'Sombong sekali sih dia, mentang-mentang jadi ketua tim. Sama sekali tidak menghargai kami anak buahnya, memangnya kalau tidak ada kami, dia bisa berhasil sendirian!' kesal Bianca dalam hati.

"Mau terus diam di situ? kalau masih mau diam saja. Pulang saja sana! merepotkan!" omel Soraya.

"I.. iya!" jawab Bianca gugup karena dia baru saja berpikir hal tidak baik tentang Soraya.

Soraya dan Bianca adalah anggota sindikat Black Orchid, salah satu sindikat pencuri yang lumayan terkenal di kota ini. Kasus mereka kali ini adalah mencuri sebuah stempel kuno dari abad pertengahan. Oleh karena itu, sekarang mereka juga sedang berada di sebuah museum yang memang di jaga ketat oleh pihak berwenang karena banyak sekali barang-barang bersejarah di tempat ini.

Kali ini Soraya dan timnya yang di beri tugas itu. Mereka tidak tahu akan di gunakan untuk apa stempel kuno itu, yang jelas jika harganya pas maka mereka akan bekerja dengan maksimal untuk mencuri benda itu.

Penjagaan di area belakang museum sudah berhasil di kalahkan. Tapi sayang peta dimana stempel itu hilang, saat dua anak buah Soraya ketahuan oleh penjaga bagian depan museum dan harus melarikan diri.

Di sebuah ruangan, Soraya dan Bianca masih sibuk mencari stempel kuno yang harus mereka curi.

Klontang

"Heh bod0h, kalau ingin mati sebaiknya lakukan saat kamu bekerja sendiri!" pekik Soraya yang marah karena Bianca tidak hati-hati dan menjatuhkan sebuah benda yang di pajang di ruangan itu.

"Aku tidak sengaja, maaf!" sahut Bianca.

Tapi dalam hatinya Bianca sangat kesal pada Soraya. Dia sudah lebih lama bekerja di Black Orchid tapi malah Soraya yang menjadi ketua timnya. Padahal dia baru bergabung selama tiga tahun, Bianca sudah lima tahun. Dan semua pujian dari pimpinan hanya di berikan pada Soraya saja jika misi berhasil, padahal tanpa anak buahnya misi Soraya juga tidak akan berhasil. Hal itu menimbulkan dengki di hari Bianca.

'Suatu saat, jika ada kesempatan. Aku akan menyingkirkan mu Soraya Alexandra!' pikir Bianca sambil terus mengikuti langkah Soraya dari belakang dengan hati-hati.

Hingga Soraya melihat sebuah ruangan yang di jaga sangat ketat.

"Bianca, pakai masker mu. Aku akan semprotkan obat bius ke arah mereka!" ujar Soraya pada Bianca.

Bianca pun mengangguk paham. Setelah mereka berdua memakai masker, Soraya menyemprotkan asap ke arah para penjaga. Para penjaga yang curiga pun berlari ke arah asap yang yang muncul dari lorong, sayang nya sebelum mereka menemukan Soraya dan Bianca para penjaga itu sudah pingsan karena obat bius yang di semprotkan oleh Soraya.

"Ayo!" ajak Soraya pada Bianca sambil melambaikan tangannya.

Mereka berdua lalu masuk ke dalam ruangan itu, ternyata benar. Di dalamnya ada sebuah kotak yang di beri batas sinar laser berwarna merah.

"Wah, ini terbuat dari emas!" ucap Bianca yang begitu takjub karena stempel kuno itu benar-benar seratus persen terbuat dari emas murni.

Hingga tanpa sadar Bianca melangkah tanpa melihat ada sebuah jebakan di depannya.

Wiiiiiiuuuuu wiiiuuuuu (please anggap itu bunyi sirine peringatan ya)

Soraya langsung menggertakkan giginya karena kesal atas kecerobohan Bianca.

"Bod0h, ceroboh sekali!" pekik Soraya.

Soraya yang tidak ingin nasibnya berakhir mengenaskan di tempat ini, memilih untuk keluar dari tempat itu secepat mungkin karena pintu ruangan itu sedang tertutup secara otomatis.

Melihat Bianca pergi, Soraya berteriak.

"Tahan pintu itu, aku akan ambil stempelnya!" seru Soraya.

Namun Bianca yang merasa kalau ini adalah kesempatan emas mengubur Soraya di tempat itu pun tidak melewatkan kesempatan.

"Heh Soraya, selamat tinggal untuk selamanya!" teriak Bianca membuat Soraya langsung menoleh ke arah rekannya yang keluar tanpa menahan pintu yang nyaris akan tertutup.

"Siall!" pekik Soraya namun dia masih berusaha meraih stempel yang kotaknya sudah berhasil dia buka kuncinya.

Saat Soraya akan pergi, pandangan nya tertuju pada sebuah jimat yang ada di bawah stempel. Tangannya tergerak begitu saja meraihnya, namun Bianca telah melemparkan sebuah tabung berasap ke sela pintu yang sedikit lagi, benar-benar sedikit lagi akan tertutup sepenuhnya sebelum Soraya bisa keluar karena asap yang mengepul disana.

Bianca bahkan melemparkan sebuah pemantik yang sudah menyala ke sela pintu itu sampai akhirnya.

Duarrr

Ruangan itu meledak dan terbakar, Bianca pun terpental lumayan jauh namun dia segera bangkit berdiri dan melarikan diri.

'Tugasku belum selesai!'

'Dendam ku belum terbalas!'

'Aku tidak ingin pergi...!'

***

"Gusti ayu... hiks... Gusti ayu jangan pergi. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Gusti ayu, hiks...!" suara tangis yang sangat cempreng seorang wanita dengan pakaian lusuh yang sedang menangisi wanita di depannya yang sedang terbaring yak berdaya, atau mungkin malah sudah tak bernyawa lagi.

Soraya membuka matanya.

'Hah, aku belum mati?' tanya Soraya dalam hati.

Mata Soraya langsung melihat ke sekeliling nya. Dia juga melihat seorang wanita yang ada di sebelahnya sedang menangis sambil bersujud.

Soraya perlahan bangun dan duduk, tapi kepalanya masih pusing. Karena itu dia memegang kepalanya lalu berkata.

"Heh, kamu siapa, dan kamu kenapa?" tanya Soraya.

Pelayan bernama Arum itu langsung terkejut, dia bahkan nyaris terjungkal ke belakang sangking terkejutnya.

"Gus... ti ?" tanya Arum ketakutan.

"Gusti? siapa Gusti?" tanya Soraya bingung.

Dia lalu melihat ke arah dirinya sendiri. Dia memegang wajahnya dan juga bagian tubuhnya yang lain.

"Ya ampun, ini kenapa wajahku kasar begini. Ya ampun dadaku, kenapa tipis begini?" tanya Soraya bergumam sendiri.

Soraya langsung bangun dan berdiri, dia memegang bagian belakang tubuhnya.

"OMG, tepos banget! ini badan kenapa jadi triplek gini sih?" pekik Soraya yang merasa aneh dengan tubuhnya.

Sementara Arum juga sangat terkejut dengan tingkah tuannya, dia terkejut karena bahkan Soraya bisa berdiri. Selama ini tuannya jangankan berdiri, duduk saja harus dia bantu.

Soraya lalu melihat ke sekeliling ruangan dimana dia berada. Lantai masih tanah, dinding kayu dan tidak ada lemari, hanya ada satu keranjang rotan kecil di pojokan.

"Ini dimana? ini tahun berapa?" tanya Soraya yang sudah mulai sangat gusar.

"Ta... hun 202 Gusti ayu!" jawab Arum masih gelapan.

Soraya langsung melotot, bola matanya bahkan hampir lepas.

"Ya ampun, kenapa bisa begini. Dan tubuh siapa ini?" tanya Soraya yang terduduk lemas di atas dipan reot di belakangnya lagi.

***

Bersambung...

MSR 2. Asal Mula Prajna Soraya

Arum memberikan sebuah benda yang katanya adalah cermin di masa itu. Tapi daripada sebuah cermin benda itu lebih mirip kaca butut yang berdebu dan retak sana sini. Ketika Soraya bangkit berdiri, dan akan berjalan menuju ke cermin itu, kakinya tiba-tiba terasa sangat lemas dan dia bahkan terjatuh.

Arum yang tadinya memegang cermin itu pun langsung terkejut hingga melepaskan cermin itu begitu saja hingga pecah berkeping-keping di lantai untuk menolong gustinya yang terjatuh.

Sementara Soraya menjadi sedikit heran kenapa kakinya begitu lemah dan dia melihat bahkan tubuhnya tangannya seperti hanya tinggal kulit dan tulang saja.

'Apa aku terlahir sangat miskin hingga aku seperti orang yang tiga hari tidak makan dan minum. Tak ada daya sama sekali di tubuhku ini. Menyebalkan!' keluh Soraya dalam hatinya.

Arum yang badannya tak kalah kurus dari Soraya sedang berusaha untuk memapah gustinya itu berdiri dan kembali duduk di atas ranjang. Sementara pandangan Soraya malah tertuju pada cermin yang dijatuhkan oleh Arum.

"Ya ampun, kenapa kamu jatuhkan sih. Gimana aku bisa bercermin coba?" protes Soraya yang memang sifat aslinya seperti itu sangat terang-terangan dan ketus kepada setiap orang yang melakukan kesalahan di hadapannya.

Arum langsung menjadi ketakutan ini bahkan bersujud di depan Soraya yang sudah duduk di atas ranjangnya.

"Ampuni hamba Gusti... ampuni hamba, hamba tidak sengaja!" ucap Arum begitu ketakutan membuat Soraya hanya bisa memegang dahinya yang terasa pusing.

"Sebenarnya kamu ini siapa ku sih? kenapa sih setiap tadi memanggilku Gusti? itu seperti panggilan seseorang pelayan bukan kepada tuannya?" penasaran pada Arum yang masih bersujud di bawah kakinya memohon.

Soraya yang tak kunjung mendengar jawaban dari Arum pun segera membantu pelayannya itu untuk duduk dengan benar.

"Sudah... sudah aku sudah memaafkanmu, sekarang jawab pertanyaanku yang tadi!" perintah Soraya dengan ada suaranya yang tegas.

"Gusti putri memang adalah tuan hamba, hamba Arum, Gusti. Pelayan satu-satunya yang masih hidup di tempat ini...!"

"Satu-satunya? memangnya ada yang lain seharusnya?" tanya suara yang semakin bingung dengan situasi dan keadaan tempat dia berada saat ini.

"Coba jelaskan!"

Namun saat Soraya memberi perintah itu kepada Arum pelayan itu malah menatap Soraya dengan raut wajah bingung seperti sedang bertanya-tanya kenapa Soraya meminta penjelasan kepada Arum. Padahal mereka berdua sama-sama mengalami hal yang terjadi di tempat itu.

"Aku rasa aku hilang ingatan, aku tidak apapun. Aku rasa sakit parah di kepala mu akhir-akhir ini membuatku jadi hilang ingatan sekarang jelaskan sebenarnya apa yang terjadi!" perintah Soraya pada Arum.

Pelayan yang bertubuh kurus itu pun langsung menceritakan asal mula putri Prajna Soraya masuk ke kerajaan Gumunake. Arum menceritakan bahwa kala itu raja Anyakra Kusuma sedang pergi berburu ke sebuah hutan dan tidak sengaja para perompak dan penjahat hendak mencelakai beliau.

Kemudian ketika semua anak buah raja berhasil dikalahkan oleh para perompak itu sang raja dengan terluka berhasil mereka melarikan diri ke dalam hutan dan tanpa sengaja kala itu bertemu dengan Putri Prajna Soraya yang memang tinggal di dalam hutan bersama neneknya. Namun neneknya itu malah meninggal saat menyelamatkan raja dan Soraya dari para perampok. Meskipun berhasil lolos, demi membalas Budi sang raja membawa sang Putri ke istana dan menjadikannya salah satu selir.

Namun entah bagaimana caranya Putri Prajna Soraya berhasil memikat hati sang raja yang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Putri Prajna Soraya hal itu tentu saja membuat para selir bahkan permaisuri menjadi tidak senang.

Dengan berbagai macam intrik dan trik paraselir yang lain yang tidak menyukai Putri Prajna Soraya pun merusak reputasi Putri Prajna. Pada suatu malam dia ditemukan sedang berduaan di dalam sebuah kamar bersama dengan seorang panglima. Sang raja pun murka bahkan panglima yang ditemukan bersama dengan Putri Prajna itu pun langsung dipenggal sementara saat itu Putri bahkan sedang tidak sadarkan diri.

Keesokan harinya Putri Prajna Soraya bahkan sudah diasingkan ke tempat yang paling tidak layak di kerajaan.

Kehidupan sang Putri bertambah sulit karena memang dia masuk ke dalam kerajaan ini tanpa embel-embel anak panglima atau anak Adipati. Bahkan Prajna Soraya tidak memiliki saudara. Hingga lengkaplah sudah penderitaannya saat sang raja sudah tidak lagi menemuinya dan tidak lagi memperhatikan dirinya.

Terakhir kali sang raja menjenguk sang Putri, Putri sedang sakit parah dia bahkan sakit kulit tapi sebenarnya sakit kulitnya itu tidak wajar karena itu ulah para selir yang ingin sang raja tidak berbelas kasihan lagi kepada Prajna Soraya.

Semakin hari kehidupan Prajna Soraya semakin mengenaskan dia bahkan hanya diberi makan 3 hari sekali oleh petugas dapur yang bahkan diperintahkan oleh raja untuk memberikan makannya sehari tiga kali.

Tapi karena semua anak buah atau pelayan pribadi Putri Prajna Soraya sudah dihukum bahkan sampai kehilangan nyawa mereka karena hukuman kejam dari para selir yang mencelakai Soraya. Maka mereka hanya bisa menerima semua kekejaman dari para selir raja itu bahkan para pembantunya juga.

"Huh, mengenaskan sekali hidup ku. Jadi hanya tinggal kita berdua yang hidup" tanya Soraya getir setelah mendengar semua cerita dari Arum.

Arum yang masih berlinangan air mata pun mengangguk sedih.

"Iya Gusti, itu juga karena hamba selalu menampung air hujan di kolam belakang untuk kita minum, dan para pelayan para selir raja yang lain tidak mengetahuinya. Kalau mereka tahu, kolam itu juga pasti di hancurkan. Mereka ingin kita mati Gusti.. hiks .. hiks..!" Arum menangis sesegukan.

Soraya sangat kasihan pada nasib pemilik tubuh ini sebelumnya dan juga Arum. Soraya lalu mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Arum dengan lembut.

"Terimakasih banyak kamu sudah setia padaku selama ini. Mulai sekarang. Kita tidak akan membiarkan mereka menindas kita lagi!" Seru Soraya membuat Arum terpana.

Di penglihatan Arum, dia seperti melihat seorang Dewi yang bersinar saat berkata seperti itu.

"Sekarang yang pertama aku harus lakukan adalah mandi. Dimana kolam itu?" tanya Soraya.

Arum lalu menunjukkan kolam penampungan air hujan itu yang bahkan airnya tinggal sedikit. Soraya memperhatikan gubuk sekitar tempat tinggalnya yang sebenarnya subur. Bahkan ada banyak pohon mangga dan juga kelapa, ada juga pohon jambu biji yang begitu lebat namun pohonnya sedikit tinggi.

Dengan cepat Soraya membenarkan kain yang dia pakai. Membuatnya sedikit nyaman agar bisa memudahkan dirinya memanjat pohon jambu.

"Gusti, Gusti putri mau apa?" tanya Arum cemas.

"Memetik jambu, apalagi. Lumayan buat ganjal perut!" ujarnya.

Ternyata skill Soraya masih sama dengan dirinya yang sebenarnya, terbatas pada raga yang lemah dan kurus saja. Mata Arum membelalak sempurna melihat buah jambu yang berjatuhan di tanah. Arum sangat terkejut, pasalnya selama ini mereka hanya menunggu buah yang jatuh saja untuk bisa memakannya. Dia tidak menyangka kalau Soraya bisa melakukan semua itu.

Arum kemudian tersadar, dia bahkan langsung memunguti buah jambu biji itu satu persatu dan meletakkannya di kain yang dipakainya.

"Gusti putri, aku tidak menyangka setelah anda pingsan dan bangun lagi, anda bisa melakukan semua ini, memanjat pohon tinggi seperti itu?" tanya Arum yang sangat senang memunguti buah jambu biji yang di jatuhkan Soraya satu persatu dari atas.

"Jangan terkejut, masih banyak lagi yang bisa aku lakukan!" ujarnya bangga.

***

Bersambung...

MSR 3. Kedatangan Adipati Reksa Nugraha

Sementara itu di aula utama kerajaan sang raja Anyakra Kusuma sedang membahas beberapa masalah penting dengan penasehat serta pada Adipati dan juga tumenggung kerajaan Gumunake.

Raja yang rupawan nan gagah itu duduk di singgasana nya dengan dua pelayan yang cantik di kanan dan di kiri memegang kipas dari kain sutera yang di bentuk sedemikian rupa. Di sebelah kanannya, seorang wanita cantik memakai mahkota dari emas dan permata tersenyum sambil duduk dengan gaya anggun.

Di sebelah kirinya ada penasehat raja yang sudah tua dengan rambut yang warnanya sudah berubah menjadi putih semua. Dan janggut panjang dengan warna senada.

Tidak ada yang membicarakan nasib Soraya disana. Memang apa pentingnya nasib seorang selir di bicarakan di acara agung kerajaan seperti ini. Namun seorang Adipati yang memang bersimpati pada Soraya pun memberanikan dirinya bertanya pada raja Anyakra Kusuma setelah dia menyudahi laporan mingguannya.

"Mohon ampun tuanku Raja, hamba dengar kemarin pelayan dari pengasingan putri Prajna meninggal lagi, bukan bermaksud lancang tuanku, apa ada wabah penyakit atau semacamnya di sana. Apa hamba selaku yang bertugas sebagai bagian kesehatan kerajaan perlu memeriksanya tuanku?" tanya Adipati Reksa Nugraha.

Raja Anyakra Kusuma langsung melihat ke arah permaisurinya. Masalah seperti itu harusnya di urus oleh permaisurinya itu. Tapi Raja Anyakra Kusuma tidak mau terlihat tidak perduli, dia lalu menjawab.

"Adipati Reksa Nugraha, aku perintahkan padamu memeriksa keadaan tempat pengasingan Prajna Soraya. Pastikan kalau memang ada wabah penyakit, segera isolasi tempat itu!" titah sang Raja Anyakra Kusuma.

Adipati Reksa Nugraha langsung berlutut dan meletakkan tangan kanannya ke dada kirinya.

"Sendiko dawuh tuan ku Raja!" jawabnya yang artinya dia menerima perintah tersebut dengan sangat bangga.

Acara pertemuan kerajaan pun selesai. Ketika raja Anyakra Kusuma keluar dari aula utama, permaisuri Dewi Maheswari langsung berjalan dengan cepat mengejarnya.

"Tuanku Raja, hamba mohon pengampunan. Hamba sudah lalai mengawasi pengasingan selir Prajna Soraya, tuanku!" seru Dewi yang langsung berlutut di depan sang Raja yang terlihat memasang raut wajah muram.

"Berdirilah permaisuri ku. Tidak sepenuhnya kesalahan mu. Bukan hanya masalah itu saja yang kamu urus bukan. Sudahlah, kembali lah ke istana mu!" seru raja Anyakra Kusuma lalu meninggalkan Dewi Maheswari.

Meski awalnya tersenyum dan terlihat puas dengan jawaban suaminya. Tapi saat raja Anyakra Kusuma sudah menjauh bersama abdi dan pengawalnya. Dewi Maheswari merubah ekspresi nya menjadi sangat kesal.

'Wanita itu lagi, kenapa selalu saja dia yang mencuri perhatian semua orang. Dia sudah merebut kasih sayang Baginda raja dariku, bahkan sampai sekarang, semenjak peristiwa malam itu Baginda raja bahkan tidak pernah datang ke istana ku!' geram Dewi Maheswari dalam hatinya.

Sementara yang mulia Raja Anyakra Kusuma memilih untuk melihat taman istana yang berdekatan dengan istana embun, tempat dimana dulu Prajna Soraya tinggal saat menjadi selir kehormatan. Dulu Baginda raja dan juga Prajna Soraya sering menghabiskan waktu bersama di tempat itu.

'Aku masih belum percaya, kalau kamu mengkhianati ku Soraya. Tapi bahkan kamu tidak mau bicara dan membela diri!' batin Raja Anyakra Kusuma begitu sedih.

Sementara itu Adipati Reksa Nugraha bersama para pengawal dan pelayan setianya membawa beberapa obat ke pengasingan putri Prajna Soraya. Dia cemas, karena hanya tinggal tersisa satu pelayan disana. Semenjak kedatangan putri Prajna Soraya sebenarnya istana menjadi sangat ceria, dia yang memang bukan berasal dari kamu bangsawan memang terkadang suka bersikap sembrono. Tapi justru itulah yang membuat Adipati Reksa Nugraha yang juga adalah teman baik dari Raja Anyakra Kusuma bisa merasakan sisi lain dari raja junjungan mereka itu. Di dekat Soraya, Anyakra Kusuma berubah menjadi sosok yang tidak terlalu serius dan itu membuat Adipati Reksa Nugraha senang dan lebih nyaman.

Ketika Adipati Reksa Nugraha datang, dia begitu terkejut. Melihat penampakan rumah pengasingan putri Prajna Soraya. Daripada sebuah rumah pengasingan, tempat itu bahkan lebih buruk dari pada sebuah kandang. Banyak daun kering dimana-mana. Banyak sekali kotor4n burung dan cicak, lalu seluruh rumah benar-benar kotor dan berdebu.

Mata Adipati Reksa Nugraha memerah, dia tidak menyangka kalau ternyata seperti ini keadaan tempat tinggal temannya itu. Selama ini dia tidak mengunjungi Soraya, karena sebelum dan setelah terjadi peristiwa malam kelam itu, Adipati Reksa Nugraha mendapatkan tugas dari raja Anyakra Kusuma untuk pergi ke wilayah kerajaan yang terkena bencana.

Krieett

Adipati Reksa Nugraha membuka pintu kayu itu perlahan, bahkan di buka perlahan saja pintu itu nyaris roboh.

Di dalam ruangan itu bahkan hanya ada satu dipan yang sangat usang. Tanpa selimut, tanpa bantal. Hanya ada satu meja kecil, gelas dan mangkuk dari tanah liat itu bahkan sudah di penuhi debu dan sarang laba-laba.

Air mata Adipati Reksa Nugraha menetes tiba-tiba.

'Apa kamu tahu kalau seperti inilah tempat tinggal Soraya, Kusuma?' tanya Adipati Reksa Nugraha dalam hati.

Adipati Reksa Nugraha langsung menghapus air matanya dan langsung memerintahkan pengawal dan para pelayan merubah tempat tinggal Soraya ini menjadi lebih layak.

"Bawakan selimut, kasur dan bantal. Juga bawakan makanan dan minuman. Cepat!" perintah Adipati Reksa Nugraha dan para pengawalnya segera pergi melaksanakan perintahnya.

Pengawal yang tersisa juga sudah di perintahkan untuk membersihkan dan merenovasi rumah kecil itu menjadi lebih layak.

Saat berjalan ke arah belakang, Reksa Nugraha mendengar suara tertawa dua wanita.

Penasaran, karena suara itu begitu familiar. Adipati Reksa Nugraha pun bergegas menuju ke tempat itu.

Ternyata di sebuah kolam, seorang wanita sedang mandi dan seorang wanita lagi sedang membantu wanita itu membersihkan rambutnya menggunakan cair4n bening yang terlihat agak lengket.

"Gusti Putri!" panggil Adipati Reksa Nugraha.

Soraya pun menoleh dan langsung berteriak.

"Hahhhh... dasar mesum. Tidak tahu orang sedang mandi. Pergi sana!!!" pekik Soraya seraya melemparkan beberapa batang lidah buaya yang sepenuhnya sidah dia tumbuk menjadi shampo.

Arum malah terlihat bingung, namun akhirnya dia berlutut di depan Adipati Reksa Nugraha.

"Mohon ampun tuan Adipati. Tuan putri sedang mandi. Tuan Adipati tolong pergi dulu!" ucapnya sopan.

Adipati Reksa Nugraha pun pergi dari sana. Tapi dia melihat ada yang berbeda dengan Prajna.

'Dia memang aneh, tapi dia tidak pernah berteriak begitu. Ada apa dengannya?' tanya Adipati Reksa Nugraha bingung dengan sikap Soraya barusan.

Tak lama kemudian, beberapa pelayan wanita datang pada Soraya dan Arum dengan membawakan pakaian ganti. Para pelayan itu tadinya mau membantu Soraya, tapi Soraya menyuruh mereka semua pergi.

"Siapa pria tadi itu?" tanya Soraya sambil mengenakan kainnya.

"Gusti putri, itu tuan Adipati Reksa Nugraha. Dia sudah datang, kita pasti selamat tuan putri!" ucap Arum senang.

Soraya hanya mengerutkan keningnya tak mengerti.

'Benarkah? memangnya siapa dia?' tanya Soraya dalam hati.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!