NovelToon NovelToon

BACKSTREET

Pendekatan

Mobil dengan body berwarna hitam berhenti tepat di depan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, hal itu menarik atensi banyak pasang mata yang melihat. Mereka semua menunggu, siapa kiranya orang di dalam kendaraan yang hanya dengan menekan tombol slide door switch pintu akan terbuka dengan sendirinya.

Tak lama setelah pintu mobil terbuka, seorang gadis dengan perawakan tinggi serta proposi tubuh yang ideal turun seraya menggenggam ponsel di tangannya. Serta ransel yang berukuran sedang, menyelempang di sisi kanan pundaknya.

Setelan outfit kekinian yang dipadupadankan dengan sneakers berwarna putih plus kaos kaki pendek. Juga tatanan rambut panjang yang digelung bak eonni korea dengan poni menutupi dahi. Semakin membuat orang-orang tak melepas pandangan darinya.

Gadis itu kemudian berjalan hendak ke kelasnya. Tetapi baru beberapa jengkal, langkahnya dihentikan oleh cowok dengan postur tubuh kira-kira tingginya hampir 175 cm.

"Makin cantik aja lo," puji Dipta Baskara Putra.

Cowok yang terkenal playboy, senang tebar pesona pada mahasiswi-mahasiswi di kampus. Laki-laki itu kini sedang berusaha melakukan pendekatan dengan gadis yang dicegatnya tadi.

Leysa Cintya Maheswara, itu nama gadis yang menjadi incaran Dipta. Anak bungsu dua bersaudara, dari pasangan Hendrawan Maheswara dan Silvia Margaretha. Ayah Leysa berprofesi sebagai pengacara kondang dengan banyaknya kasus rumit yang berhasil ditangani. Serta sang Mama yang merupakan pemilik Margaretha Boutique, dengan design-design baju paling banyak di minati sebagian masyarakat mulai dari remaja, anak kuliahan sampai ibu-ibu sosialita.

Mengapa Dipta sangat mengincar Leysa? Menurutnya, dari kebanyakan gadis di kampus hanya Leysa yang tidak terpesona akan ketampanannya. Karena hal itu, Dipta merasa tertantang untuk meluluhkan hati gadis yang tidak mudah didekati itu.

Apalagi teman-teman Dipta. Arka, Luki, dan Evan selalu mengompori, "Masa lo nggak bisa deketin Leysa, bro."

Hampir satu semester Dipta berusaha mendekati Leysa. Tetapi kenyataannya, ia tak kunjung mendapat respon baik dari target incarannya. Hingga perkuliahan sudah masuk di semester 6.

"Makasih atas pujiannya, tapi gue nggak butuh. Minggir lo dari hadapan gue," sentak Leysa yang merasa jalannya terganggu.

"Ketus amat jadi cewek. Sesekali nada bicara lo itu yang lembut, pelan, dan nggak nge-gas kenapa. Beda lo dari cewek yang lain," sahut Dipta yang tidak mau beralih dari hadapan Leysa.

"Gue ya gue, jangan lo samain gue dengan cewek lain."

"Makin suka gue sama lo," celetuk Dipta yang dia pikir Leysa akan luluh dengan ucapannya.

"Suka, suka. Makan nih suka!" Ucap Leysa seraya menginjak keras kaki Dipta yang kemudian melenggang pergi.

Lantas, masih di tempat yang sama. Saat Dipta meringis kesakitan, ketiga temannya justru menertawainya dengan sangat puas.

"Lemah lo bro, udah berapa lama waktu yang lo tetapkan untuk menaklukkan hati itu cewek?" Cetus Arka sembari menepuk pundak Dipta, "Sampai sekarang belum berhasil."

"Lo bilang seminggu bakal berhasil, nyatanya sampai semester udah ganti masih nihil hasilnya. Haha," timpal Luki yang ikut mengompori.

"Butuh waktu tambahan atau udah siap ngeluarin seratus juta, bro?" Tanya Evan ikut menimbrung.

Tidak terima mendapat ejekan, lantas Dipta membela diri,

"Berisik lo pada. Tiga hari lagi deh, kasih gue tambahan waktu selama tiga hari untuk buktiin ke kalian kalau gue bisa jadian sama Leysa."

"Kalau nggak berhasil?" Tanya Evan lagi.

"Seperti kesepakatan awal, seratus juta bisa kalian pegang," jawab Dipta yang siap menerima konsekuensi jika dia kalah taruhan.

Taruhan? Ya, Dipta dan ketiga temannya membuat kesepakatan dengan melibatkan Leysa sebagai objek taruhannya. Apabila Dipta berhasil menjadikan Leysa pacarnya, seratus juta akan menjadi miliknya. Begitupun sebaliknya, jika Dipta yang kalah uang itu akan menjadi hak milik ketiga temannya.

Informasi tambahan selain Leysa dan Dipta satu angkatan di kampus. Mereka juga mengambil jurusan yang sama yaitu prodi manajemen dan kebijakan publik, hanya saja mereka beda kelas.

Di sisi lain Leysa yang sudah di kelasnya nampak melamun memikirkan suatu hal. Sampai lamunannya buyar ketika temannya datang mengagetkan.

"Leysa," panggil Gea seraya menepuk pundak sang teman dari belakang.

"Gea, astaga. Bikin jantungan aja deh." Untung saja Leysa bisa menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar begitu terkejut.

"Ya maaf, lagian lo serius amat ngelamunnya. Apa sih yang lo lamunin?" Tanya Gea dengan tingkat rasa keponya yang tinggi, "Gue tau, lo pasti lagi mikirin Dipta kan?" Imbuhnya dengan ucapan asal tebak.

Gea, satu-satunya teman yang betah dengan Leysa. Mengapa begitu? Ya gimana, di balik cantik parasnya dan baik orangnya. Siapa sangka ternyata Leysa itu anaknya dingin, cuek, dan tidak banyak kata sama orang yang belum dikenal. Bisa di bilang anti juga sama cowok. Makanya saat Dipta berusaha mendekatinya, Leysa tidak pernah merespon.

Leysa juga bukannya tidak mau berteman dengan banyak orang, hanya saja banyak yang ingin berteman dengannya tetapi tidak tulus. Mereka cuma ingin memanfaatkan Leysa karena status sosial keluarganya yang terpandang.

Berbeda dengan Gea, sejak awal Leysa mengenal Gea. Leysa bisa merasakan jika Gea berteman dengannya tanpa embel-embel karena Leysa anak dari orang terpandang.

Menyambung dari apa yang di tanyakan Gea. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Leysa hanya mengangguk sebagai tanda apa yang di tanyakan sang teman adalah benar.

"Apa gue segitunya anti sama cowok ya, Ge? Pasalnya lo tau kan, gimana Dipta selalu berusaha ngedeketin gue."

"Iya tau, terus?" Respon Gea yang dengan seksama mendengarkan curhatan temannya itu.

"Sebenarnya kalau boleh jujur, gue mulai suka Ge sama Dipta. Tapi-," ujar Leysa yang menggantungkan perkataannya karena dosen sudah tiba di kelas.

"Ah elah, Pak Dosen kecepetan deh masuknya. Ganggu orang lagi curhat," umpat Gea dengan suara lirih tetapi Leysa masih bisa mendengarnya.

"Ya udah sih kita sambung nanti ceritanya pas istirahat." Tutur Leysa seraya berbisik kepada Gea yang duduk tepat di sampingnya.

Setelah pak dosen sudah membuka kelas pagi itu, beliau pun melanjutkan dengan memperkenalkan diri. Karena ini baru awal masuk semester 6 setelah hampir satu bulan perkuliahan libur. Jadi, beberapa dosen yang belum pernah mengajar akan bertegur sapa lebih dulu.

"Ada lagi yang ingin ditanyakan dari Bapak?" Semua mahasiswa terdiam, "Kalau tidak ada, Bapak akan membagikan silabus untuk materi perkuliahan selama satu semester ke depan."

Selesai membagikan silabus, pak dosen mengakhiri kelas karena memang pembelajaran baru akan dimulai minggu depan.

"Ya sudah, kalau begitu Bapak cukupkan pertemuan pertama kita. Bapak akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Leysa dan teman-teman sekelasnya pun menjawab salam dari pak dosen, "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Perkuliahan kelas pertama selesai, Leysa dan Gea langsung menuju kantin.

"Leysa, lanjut pembicaraan lo tadi dong. Masih penasaran gue," todong Gea yang ingin tahu kelanjutan sesi curhat temannya.

"Tadi kita ngobrol sampai mana, ya?" Tanya Leysa seraya mengingat-ingat.

Ragu

Gea pun memberi tahu Leysa sampai dimana obrolan terakhir mereka.

Namun, sebelum melanjutkan curhatannya. Leysa memesan makan dan minuman lebih dulu.

"Lo mau apa, ambil aja entar gue yang bayar," lontar Leysa yang memang royal pada temannya.

"Gue pesan kayak biasanya aja deh," jawab Gea.

Selagi menunggu pesanan tersaji, Leysa meneruskan obrolannya.

"Ya gitu Ge, seperti yang gue bilang di kelas tadi. Sebenarnya, gue mulai suka sama Dipta. Tapi, gue masih belum siap menjalani hubungan. Gue takut kalau nantinya bakal merasakan patah hati karena cinta. Menurut lo gue harus gimana, Ge?" Tanya Leysa meminta saran.

"Menurut gue, ya lo jangan overthinking dulu lah sama hal-hal yang belum terjadi dan mungkin saja nggak bakal terjadi," jawab Gea. Ia pun menyakinkan temannya agar mendengarkan kata di hatinya, "Kalau lo beneran udah suka sama Dipta, ya lo jangan jutek-jutek lagi lah sama dia."

Mendengar saran dari Gea, pikiran Leysa berusaha menyelaraskan dengan apa yang dia rasakan pada Dipta.

"Gitu ya. Emm, iya deh gue bakal ikutin saran dari lo." Sahut Leysa seraya tersenyum begitu manis.

Tak berhenti di sana. Gea juga mengatakan pendapatnya kalau Leysa dan Dipta adalah pasangan yang pas, jika keduanya benar-benar menjalin hubungan.

"Gue yakin Ley, kalau lo sama Dipta jadian. Beh, bakal gempar nih kampus. Lo bakal jadi couple goals seantero kampus. Lo cantik, fashionable, pintar. Cocoklah sama Dipta yang ketampanannya di atas rata-rata. Dipta itu ibaratnya Lee Min-Ho versi Indonesia," tutur Gea dengan sumringah mendukung Leysa supaya jadian dengan Dipta.

"Lee Min-Ho dari Korea? Eh iya deng, kan Lee Min-Ho emang dari Korea. Haha." Sahut Leysa yang tertawa begitu renyah, "Dasar pecinta drakor ya kayak gini nih, bisa-bisanya cowok modelan kayak Dipta disamain kayak Lee Min-Ho."

"Emang iya tau Ley, lo nya aja yang nutup mata kalau Dipta lewat," cetus Gea mendeskripsikan ketampanan seorang Dipta.

Baru saja Leysa dan Gea membicarakan Dipta, tiba-tiba saja orang yang mereka bicarakan ada di hadapannya.

"Hai," ucap Dipta menyapa keduanya.

Gea membalas sapaan Dipta, sedangkan Leysa masih saja sok jutek yang padahal dia sendiri sudah memberitahu temannya kalau dia mulai suka pada Dipta.

Jangan kalian pikir Dipta hanya seorang diri ke kantin, dia bersama ketiga temannya. Hanya saja ketika Dipta hendak memesan makanan, pandangannya teralihkan oleh Leysa. Jadilah, dia menghampiri Leysa yang sedang bersama Gea.

"Miss jutek masih aja dingin kayak es di kutub utara," sindir Dipta ketika Leysa tidak mau menatapnya.

Lantas, Gea yang duduk sebelah Leysa nampak membisikan sesuatu.

"Leysa, gimana sih lo. Ini orangnya ada dihadapan lo, please lah kalau lo beneran suka sama Dipta tunjukin dong. Jangan jutek terus, lihat juga tuh perjuangan dia ngedeketin kamu selama ini."

Bukannya mendengar perkataan Gea, Leysa malah menyikut lengan temannya, "Shuutt, jangan ngomong gitu juga kali di depan Dipta." Ucap Leysa yang balik berbisik.

"Disini ada orang kali, ngomongin gue ya lo pada. Pakek segala bisik-bisik gitu," celetuk Dipta yang sedari tadi memperhatikan dua gadis dihadapannya.

"Mau tau aja sih lo," jawab Leysa dengan ketus.

Kemudian Gea yang memahami situasi, memilih meninggalkan Leysa dan Dipta supaya mereka bisa berbincang dengan leluasa.

"Ley, gue ke toilet dulu ya," pamit Gea dengan alasan jitunya.

Tahu jika Gea pergi, dia akan tinggal berdua dengan Dipta. Leysa sempat ingin ikut ke toilet, tetapi secepat mungkin Gea tidak memperbolehkan sang teman ikut dengan alasan dia sudah sangat ingin buang air.

Sebelum melangkah pergi, Gea sempat membisikkan sesuatu kepada Dipta. Bahkan Leysa pun tidak bisa mendengar ucapan Gea, "Dipta, Leysa mulai suka sama lo." Kemudian Gea melenggang pergi.

Gea yang sudah tidak terlihat, kini hanya Leysa dan Dipta yang masih di meja kantin. Dipta yang tidak bisa diam, apalagi setelah mendengar bisikan Gea. Dia pun mencari topik pembicaraan, sekaligus berusaha mengulik apakah benar kalau gadis incarannya itu mulai suka pada dirinya.

"Leysa," panggil Dipta membuka obrolan. Namun, hanya dijawab deheman oleh Leysa.

"Please lah Ley. Jangan jutek, cuek terus ke gue. Lo nggak tau kan, apa alasan gue slalu berusaha ngedeketin lo. Gue itu beneran suka Ley sama lo," imbuhnya melanjutkan ucapan.

Lagi-lagi Leysa hanya diam, tetapi dibalik diamnya itu ia nampak sedang berdiskusi dengan pikirannya.

"Apa Dipta serius suka sama gue? Seserius nada bicaranya?" Dalam batinnya Leysa bertanya pada diri sendiri.

"Leysa, ngomong apa kek gitu. Gue dari tadi ajak Lo ngobrol loh! Udah kek ngomong sama batu gue nggak ada respon dari lawan bicara." Sentak Dipta yang membuat Leysa kaget.

"Oke I'm sorry, kalau selama ini gue selalu jutek, cuek, bersikap seakan nggak ngeliat kalau lo selalu berusaha ngedeketin gue. Hanya saja-” sahut Leysa yang mulai menanggapi obrolan Dipta.

"Nah gitu dong, ngomong nggak cuma diem," ujar Dipta begitu Leysa mengeluarkan suaranya, “Lanjutin apa yang mau lo katakan,” pinta Dipta ketika Leysa menjeda ucapan.

“Hanya saja, bukan tanpa alasan gue bersikap seperti ini," sambung Leysa.

Dipta yang tidak bisa menangkap maksud kalimat yang dilontarkan Leysa pun, lantas bertanya, “Maksud lo bukan tanpa alasan, itu gimana?”

"Ya maksud gue, gue nggak mau sembarang ngejatuhin perasaan ke cowok yang nantinya enggak bisa serius. Apalagi lo, seluruh kampus juga tahu lo itu seperti apa. Playboy, suka tebar pesona sama banyak cewek, sering kasih harapan palsu, ngasih janji kosong. Gue cuma enggak mau jadi korban lo selanjutnya, makanya gue selalu selektif perihal seseorang yang mau dekat sama gue," tutur leysa yang berterus terang.

"Tunggu dulu, kok lo bisa kemakan omongan orang-orang sih. Oke, gue akui kalau gue suka tebar pesona kesana sini. Tapi itu dulu Ley, sebelum gue ketemu lo. Gue yang sekarang udah berubah Ley, asal Lo tau." Nada bicara Dipta sungguh terlihat meyakinkan, sehingga Leysa benar-benar termakan omongan cowok di hadapannya itu.

Melihat kesungguhan Dipta ketika nada bicaranya nampak serius, jika dia memang sudah berubah. Lantas, untuk meyakinkan perasaannya Leysa mengajukan satu pertanyaan kepada Dipta.

"Lo beneran suka sama gue? Lo yakin nggak lagi di mode playboy, yang berusaha keras merayu gue supaya bisa jadi korban PHP lo selanjutnya?"

Dari pertanyaan yang dilontarkan Leysa, diam-diam Dipta menyunggingkan senyum penuh kelicikan, "Asik nih, kayaknya ini cewek udah mulai luluh sama gue. Liat aja, gue yang bakal menang taruhan seratus jutanya." Batin Dipta yang penuh percaya diri.

"Kok diem?" tanya Leysa ketika Dipta tidak merespon apa yang dia tanyakan.

Ungkapan

Bukan Dipta jika tidak bisa melontarkan alasan saat Leysa menegurnya.

"Enggak, gue cuma mikir aja. Gimana cara memberi tahu lo kalau gue beneran suka sama, lo," jawab Dipta yang memasang raut wajah serius, seakan-akan dia menyukai Leysa tulus dari hati, "Lagian lo kenapa nanya gitu? Oh gue tau, sebenarnya lo juga mulai suka kan sama gue?" Tanyanya yang mulai menyelidiki.

Mendengar Dipta yang bertanya demikian, Leysa pun merasa bingung. Apakah dia harus mengakui kalau dirinya mulai suka dengan cowok playboy yang mengaku sudah berubah, atau menjawab dengan alasan lain.

Setelah menimbang banyak hal, Leysa pun mendapat jawaban dari kata hatinya. Ia lantas, memilih untuk memberitahu Dipta. Jika dirinya, memang sudah jatuh hati pada cowok tampan yang sedari tadi mengajaknya berbicara.

Akan tetapi, sebelum Leysa menjawab langsung atas pertanyaan Dipta. Dering ponsel di dalam tas mengalihkan perhatiannya.

"Sebentar, gue angkat telepon dulu," ujar Leysa yang kemudian menjauh sejenak dari Dipta.

Usai menjawab panggilan telepon, Leysa menghampiri Dipta kembali. Namun, terlihat dari bahasa tubuh nampaknya ia sedang terburu-buru. Leysa pun kemudian mengambil tasnya di meja tempat ia makan tadi, lalu pergi meninggalkan Dipta. Tetapi sebelum pergi Leysa menyampaikan kalimat pernyataan.

"Gue mulai suka sama lo," ucap Leysa lirih tepat di telinga Dipta, ketika ia menghentikan langkah sejenak sebelum akhirnya melenggang pergi.

Setelah mendengar pengakuan dari gadis yang selalu cuek, jutek, dan dingin kepadanya. Lantas, Dipta yang belum beranjak dari kantin terpaku cukup lama, menelaah ucapan Leysa yang masih terngiang di pendengarannya.

"Hah! Seriusan Leysa suka sama gue?" Tanyanya pada diri sendiri. "Yes, akhirnya peluang gue buat jadiin dia pacar semakin besar," ujarnya dengan tatapan penuh makna.

Sebenarnya Dipta ingin bertanya lebih pasti akan pengakuan Leysa barusan, tetapi hal itu tidak bisa dilakukan karena sang gadis sudah terburu pergi.

Di lain tempat, ternyata Leysa terburu-buru tadi karena ia membaca pesan dari Gea yang memberitahu, jika mata kuliah selanjutnya segera masuk.

"Thank's ya, Ge. Lo ngabarin gue kalau udah mau masuk," ucap Leysa ketika ia sampai di kelas.

"Santai aja kali. Eh by the way, lo sama Dipta tadi ngobrolin apa aja?" Tanya Gea saat jiwa rasa ingin tahunya menyerang.

"Enggak ada sih, cuma ngobrol biasa. O ya, lo nggak tau kan gue tadi udah ngomong langsung sama Dipta. Kalau gue suka sama dia," lontar Leysa memberitahu teman karibnya itu.

Gea yang tidak percaya, hanya memasang ekspresi terkejut, "Serius Ley, lo ngomong gitu ke Dipta?"

"Seriusan lah, emang lo ngeliat ada sisi kebohongan di wajah gue?" Jawab Leysa dengan bertanya balik.

"Iya-iya gue percaya. Terus apa tanggapan Dipta?" Gea terus saja bertanya ketika stok ke kepoannya belum tuntas terjawab.

"Tadi sih gue liat dia agak terkejut gitu. Soalnya pas gue udah ngomong jujur, gue langsung pergi ke kelas. Jadi nggak ada obrolan lagi sih," tutur leysa.

Di tengah obrolannya dengan Gea, ada salah satu teman Leysa memberitahu jika dosen tidak bisa masuk ke kelasnya, "Guys, minta waktunya sebentar. Gue tadi dapat mandat dari dosen, kalau beliau belum bisa hadir sekarang. Terus beliau minta, kita boleh langsung pulang."

Sontak saja pemberitahuan itu membuat seisi kelas kegirangan, tak terkecuali Leysa.

"Asik nih, bisa langsung nongkrong."

"Sering-sering aja dosen pada nggak masuk."

Serta masih banyak lagi celotehan teman-teman Leysa yang lain.

"Tau gitu, gue nggak bakal nyuruh lo cepet-cepet ke kelas Ley. Biar lo bisa lebih lama berduaan sama Dipta," celetuk Gea ditengah bisingnya kelas.

"Apaan sih lo Ge, nggak gitu juga kali konsepnya. Emang lo mau kalau misal, dosen jadi dateng terus gue telat masuk," protes Leysa.

"Ya nggak sih, hehe." Sahut Gea seraya tersenyum menunjukkan deretan gigi-gigi putihnya.

Kemudian, karena tidak jadi ada kelas Leysa pun langsung pergi dari kampus.

"Ge, gue duluan ya. Soalnya tadi nyokap telepon, pulang kuliah gue suruh otw langsung ke butik," pamit Leysa.

"Oh iya Ley take care, ya," sahut Gea.

*****

"Hai, Ma," panggil Leysa begitu bertemu mamanya, ketika sampai di Margaretha Boutique.

"Hai sayang, kok udah pulang. Bukannya tadi pagi kamu bilang, pulangnya agak sore?" Tanya sang mama.

Leysa pun menuturkan alasan, kenapa dirinya pulang kuliah lebih awal.

"Oh gitu. Emm, kamu udah makan? Kalau belum mau Mama take away in makanan di restoran depan?" Tanya mamanya lagi.

"Boleh Ma, kebetulan aku juga belum makan," jawab Leysa, "Tadi mau nyari makan nggak jadi."

Mama Leysa pun, langsung memerintah salah satu karyawannya menuju restoran seberang butik untuk membelikan makanan.

Sembari menunggu makanan datang, Leysa pun langsung ke ruang make up untuk berias. Selanjutnya, ia akan melakukan pemotretan brand busana terbaru di butik mamanya.

Ya, Leysa mempunyai peran penting dalam pengembangan usaha butik sang mama. Leysa yang mempunyai perawakan tubuh ideal, diminta untuk menjadi model pribadi.

Hal itu, terlihat nyata. Setiap kali promosi brand terbaru, margaretha boutique langsung diserbu banyak pengunjung dan pelanggan-pelanggan setianya.

"Sayang itu makanannya udah dateng, mau makan sekarang apa nanti," tutur mama Leysa yang menghampiri sang anak di ruang make up.

"Nanti aja deh Ma, nanggung soalnya udah siap gini. Lagian cuma ngambil beberapa potret aja kan?" Tanya Leysa yang tengah mengenakan heels.

"Iya, cuma tiga baju ini aja kok," jawab sang mama.

Leysa yang selalu mengedepankan profesionalisme saat bekerja, tidak hanya sekedar menjalankan tugasnya sebagai model. Ia juga selalu mengecek bagaimana hasil sesi pemotretannya, kalau pun masih kurang pas Leysa tidak akan segan mengulangi pengambilan foto.

Lantas, merasa hasilnya sudah sesuai, Leysa langsung berganti baju dan menghampiri sang mama yang sedang berbincang kepada beberapa karyawannya.

"Ma, tadi makanannya di mana? Lapar nih," tanya Leysa yang cacing-cacing di perutnya mulai demo.

"Sebentar ya, Mama minta karyawan untuk menyiapkan makanannya," jawab sang mama.

Di tengah ia sedang makan, salah satu karyawan mama Leysa menghampirinya.

"Bu Silvia, Mbak Leysa. Barusan aja saya promosi brand terbaru Ibu, sudah banyak pesan yang masuk di DM. Banyak yang menanyakan stok barang, ada juga yang langsung memesan karena takut kehabisan dan besok akan ke butik Bu," ucap karyawan sekaligus admin khusus promosi Margaretha boutique.

"Oh ya?" Tanya sang atasan.

"Iya, Bu," jawab karyawan itu.

"Makasih ya sayang, Mama bangga sama kamu. Berkat kamu butik Mama semakin ramai," lontar mama Leysa yang bangga terhadap anak bungsunya itu.

"Apaan sih, Ma sama anak sendiri segala bilang makasih. Itu juga kan, karena kualitas brand busana-busana Mama memang top. Jadi, wajarlah butik Mama selalu yang nomor satu," sahut Leysa memuji kerja keras sang mama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!