Tap
Tap
Tap
Langkah kaki seorang wanita tampak terburu-buru memasuki mansion mewah bak istana kerajaan. Banyaknya para pelayan yang berjejer rapi menyambut kedatangannya.
Semakin melangkahkan kakinya memasuki mansion mewah itu hingga dia mampu melihat dua sosok wanita tampak bersikadap menghadangnya. Wanita paruh baya dengan sanggulnya yang tampak rapi di kepalanya menatap sinis wanita yang baru saja datang. Dan wanita satunya berambut sebahu tampak muda seumuran dengannya sedang menggertakkan giginya begitu geram melihat kedatangannya.
"Anna, Kau tidak akan lolos dari kami" ucap wanita berambut sebahu yang seumuran dengannya sambil menunjuk ke arah wanita dihadapannya.
Wanita yang dipanggil Anna menghela nafas berat lalu menatap mereka satu persatu.
"Mengapa kalian selalu saja menggangguku. Minggir, aku mau menemui kakek" ucapnya dan tak ingin meladeni dua wanita pengganggu itu.
"Wah, kau sudah punya nyali rupanya untuk melawanku" ucap Wanita paruh baya dengan tatapan membunuhnya dan langsung mencengkeram erat lengan Anna hingga meringis kesakitan.
"Lepas bibi, kau menyakitiku!"ucap Anna tajam dan langsung mendorong tubuh wanita paruh baya itu hingga terjungkal ke belakang dan tangan yang mencengkeram lengannya terlepas begitu saja.
Anna langsung merapikan blazer coklat yang melekat di tubuh indahnya lalu bergegas meninggalkan mereka. Jika terus meladeni mereka hanya akan membuang-buang waktu berharganya.
Sementara kedua wanita itu tampak berdengus kesal dan ingin menyerang kembali wanita yang dipanggil Anna, akan tetapi aksinya di hentikan oleh kepala pelayan yang berjalan ke arahnya.
"Lihat saja Anna, kau tidak akan lepas dari genggaman kami" ucap wanita berambut sebahu lalu menggandeng tangan wanita paruh baya yang bersamanya.
Anna Cassandra Matteo, seorang CEO muda yang cantik jelita dan memiliki segudang prestasi. Di usianya yang ke 25 tahun Anna menempati posisi tertinggi di perusahaan milik kakek nya. Hal itu membuat para pria konglomerat berlomba-lomba untuk bersanding dengannya.
Kepercayaan besar dari sang kakek selalu saja ditujukan untuknya memimpin sebuah perusahaan raksasa di negaranya. Sehingga Anna sedari kecil mendapatkan didikan begitu kerasnya dari kedua orang tuanya.
Anna begitu sabar melewatinya dan mampu melewati segala tantangan yang selalu dihadapinya. Termasuk kehilangan sosok tersayangnya, yakni kedua orang tuanya akibat kecelakaan pesawat di negeri orang dan tak seorang pun selamat dari kecelakaan naas itu.
Kecelakaan naas itu terjadi lima tahun yang lalu dimana Anna baru saja merayakan kelulusannya di University of California.Tak ada yang mampu Anna lakukan selain menangisi kepergian kedua orang tuanya dan membuat dunianya seolah berhenti.
Kehidupannya berubah total dan tak memiliki semangat hidup, seolah dunia begitu gelap untuk ia hadapi. Berbulan-bulan Anna mengurung diri dalam kamar dan tak ingin berbicara dengan siapapun. Sungguh hidupnya begitu terpuruk dan menyedihkan.
Walaupun terkenal cerdas, karena Anna mampu menyelesaikan studinya lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Tapi, tetap saja wanita berlesung pipi itu begitu frustasi hingga ingin mengakhiri hidupnya demi bisa mengikuti kedua orang tuanya di alam sana.
Dilain pihak kerabat dekatnya begitu bahagia atas keterpurukan yang dialami Anna. Mereka tidak gencar untuk menghancurkan Anna dengan memberinya obat penenang dan semacamnya karena mengetahui bahwa Anna lah yang akan mewarisi seluruh kekayaan keluarga Matteo.
Uluran tangan dari sang kakek mampu mengubah hidupnya dan keluar dari kehidupannya yang gelap. Para dokter dan psikiater hebat bekerja keras untuk mengembalikan kembali mental dan psikis cucu Frans yang sedang terguncang akibat kehilangan kedua orang tuanya.
Lambat laun Anna mampu keluar dari dunia yang hanya membuatnya terpuruk berkat bantuan sang kakek. Anna kembali menata hidupnya dengan penuh percaya diri dan harus membahagiakan satu-satunya orang yang disayanginya di muka bumi ini yakni sang kakek, tuan Frans Roberto Matteo.
Apapun Anna lakukan demi bisa membuat kakeknya bahagia termasuk menjadi CEO di perusahaan milik kakeknya. Dan sesuatu hal yang dapat membuatnya bahagia di depan mata tak lama lagi akan ia dapatkan.
Anna mendorong pelan pintu kamar yang tidak terkunci dan menampilkan sosok pria tua di dalam sana langsung menyambutnya dengan raut wajah bahagia.
"Surprise."
Bunyi terompet dan biola beriringan dengan langkah kaki Anna memasuki kamar mewah tersebut. Hingga alunan musik itu berhenti saat Anna berdiri di hadapan pria tua dengan senyuman bahagia nya.
"Kakek, aku sangat mengkhawatirkanmu."
Anna langsung berhambur memeluk kakek nya dengan penuh kasih sayang. Sudut matanya berair melihat kakeknya tampak baik-baik saja. Setengah jam yang lalu dia mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa kakeknya jatuh pingsan membuat dia panik dan bergegas pulang untuk menemui sang Kakek.
"Apa ini kakek? kau membuat ku panik setengah mati. Jantungku hampir copot mengetahui bahwa kakek jatuh pingsan" ucap Anna pura-pura marah di hadapan kakeknya.
"Ha ha ha, maaf nak. Kakek tidak akan mengulanginya lagi." Tuan Frans tertawa jenaka sambil mengelus puncak kepala cucunya.
"Duduklah nak, ada satu hal yang ingin kakek sampaikan untukmu" ucap tuan Frans lalu meminta Anna duduk di kursi. Sementara dirinya duduk di kursi singel yang menjadi kursi singgasananya.
Anna bertanya-tanya dalam hati sambil mengerutkan keningnya yang sudah menempati kursinya. Menatap dalam-dalam manik mata sang kakek untuk mencari jawabannya.
"Kakek sudah tua dan cepat atau lambat kakek pasti akan di jemput oleh sang pencipta. Maka dari itu, kakek ingin melihatmu bahagia sebelum pergi meninggalkanmu" ucap tuan Frans sedrama mungkin menatap hangat cucunya.
Mata Anna berkaca-kaca mendengar ucapan kakeknya, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak menangis di hadapan kakeknya. Karena ia sudah berjanji kepada kakeknya bahwa tidak akan mengeluarkan air matanya kepada siapapun, air mata hanya membuatnya menjadi wanita lemah dan mudah ditindas.
"Jangan berkata seperti itu kakek, Tuhan pasti memberimu umur panjang. Karena aku sering mendoakanmu " ucap Anna memasang wajah cerianya secerah mentari pagi.
"Ha ha ha, kau selalu saja membuatku tertawa nak" balas tuan Frans diiringi gelak tawa.
"Begini nak, kakek ingin kau menikah dengan pria pilihan kakek."
Deg!
Raut wajah Anna tiba-tiba berubah mendengar ucapan kakeknya. Hingga dia pun langsung melakukan penolakan keras.
"Aku tidak mau menikah kakek, umurku masih muda dan karierku masih panjang perjalanannya" tolak Anna secara halus dan sebisa mungkin untuk menggagalkan keinginan sang kakek.
"Dia pria yang baik dan akan menjagamu setelah kakek tiada" bujuk tuan Frans mengatakan bahwa pria yang akan menikahi cucunya pria yang baik.
Anna refleks langsung bangkit dari duduknya.
"Pokoknya Anna tidak mau menikah kakek, bagaimana kalau Viona saja yang kakek tawarkan untuk menikah dengan pria yang kakek maksud?" usul Anna yang menentang keras rencana sang kakek.
"Tidak nak, kaulah yang terpilih. Lihat dulu foto pria yang akan menikah denganmu nak" ucap tuan Frans sambil melambaikan tangannya meminta pelayan setianya memberikan satu album foto berisi foto pria yang akan menikah dengannya.
Anna dengan kesal langsung mengambil album foto tersebut dan langsung melemparnya ke dinding sebagai tanda penolakan keras. Hingga salah satu foto pria itu terpampang sekilas di depan matanya hingga terhempas di lantai.
Mata Anna membulat sempurna sekilas melihat foto pria itu, hingga dia pun akhirnya mendekat untuk melihat lebih jelasnya. Anna berjongkok mengambil foto yang terjatuh di lantai lalu mengambilnya cepat dan langsung menatap dengan intens foto pria yang ada di album tersebut.
"Aku setuju menikah dengannya kakek" ucap Anna pada akhirnya tanpa mengalihkan pandangannya dari foto pria tersebut.
Akhirnya, aku bisa mengabulkan wasiatmu Hans. Semoga setelah perjodohan cucu-cucu kita tak ada lagi dendam diantara keluarga kita dan yang lalu biarlah berlalu. Batin tuan Frans.
Senyuman lebar terukir di sudut bibir tuan Frans mendengar ucapan cucu tersayangnya yang setuju menikah dengan pria pilihannya. Begitu halnya ketiga pelayan yang berada di dalam kamar tersebut dan seakan menjadi saksi bisu atas setujunya nona mudanya untuk menikah.
"Banu, cepat buat persiapan pernikahan cucuku. Seminggu lagi mereka akan melangsungkan pernikahan dan jangan lupa kabari pihak cucu Hans atas kabar bahagia ini" ucap tuan Frans tersenyum lebar mengatakan kepada pelayan setianya.
"Baik tuan" ucap pelayan setianya yang bernama Banu sambil menundukkan pandangannya.
Bersambung....
Selamat datang kembali di novel terbaru othor 😘
Semoga kalian suka 🤩🤩🤩
“Hei kalau jalan pakai mata!” maki wanita berpakaian minim kepada pria yang baru saja masuk ke area pesta yang diselenggarakan di sebuah club malam ternama di kota tersebut.
Wanita itu belum sepenuhnya melihat siapa sosok pria yang tak sengaja menyenggol lengannya, namun dia keburu duluan memakinya.
“Cih!” pria itu hanya mengumpat kesal mendengar makian wanita itu dengan rahangnya mengeras menandakan bahwa dirinya sedang marah. Tatapannya begitu tajam layaknya akan memakan hidup-hidup mangsa di hadapannya. Ditambah kepalan kedua tangannya terlihat jelas.
Sehingga sosok pria yang berdiri tegak di belakangnya segera maju untuk membereskan kekacauan yang terjadi di depan matanya.
Raut wajah wanita itu tiba-tiba menjadi pucat pasih melihat sosok pria yang berdiri di hadapannya. Tubuhnya seketika bergetar hebat dan bergidik ngeri melihat bergantian dua sosok pria dingin yang sedang menatapnya dengan tatapan membunuh.
Plakkkk
"Awwww" satu tamparan keras mendarat di pipi mulus wanita berpakaian minim itu. "Ampun tuan" ucapnya memohon pengampunan di hadapan pria itu.
"Saya mengaku sa_" belum selesai melanjutkan ucapannya, wanita itu kembali meringis kesakitan mendapatkan tamparan keras kedua kalinya di sebelah pipinya hingga terlihat jelas bekas tamparan tercetak di sana.
Tidak hanya itu pria itu kembali mencekik leher wanita itu hingga terbatuk-batuk dengan raut wajah memerah yang sudah kehabisan nafas dan sudah dipastikan nyawa wanita itu berada di tangannya jika tak berhasil di hentikan oleh pria bermanik hitam yang sedang memperhatikannya.
"Hentikan Jack, kau bisa membunuhnya" pria bermanik hitam itu lalu melangkah meninggalkan mereka. Seketika pria yang dipanggil Jack menghentikan aksinya lalu mendorong tubuh wanita itu hingga bersimpuh di bawah kakinya.
"Jaga sopan santunmu nona!" ucap pria itu dingin yang baru saja memberikan pelajaran kepada wanita berpakaian minim. Kemudian bergegas menyusul pria yang jauh mengerikan dari pada dirinya.
Diikuti dua pria berbadan kekar menyusulnya dan sudah dapat dipastikan mereka adalah bodyguard dari pria bermanik hitam yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkan mereka.
Wanita pengunjung club malam itu hanya mampu menangis tersedu-sedu merasakan kesakitan yang teramat dalam di wajah dan juga lehernya. Wanita itu sangat menyesali perbuatannya, karena dia tak menyangka bisa bertemu pria iblis berdarah dingin yang tak punya hati nurani.
Kini kedua sosok pria berpenampilan dingin tengah berdiri di depan pintu lift.
"Tuan muda, kau yakin akan menemui tuan Gerald" ucap pria bernama Jack dengan hati-hati untuk memastikan kembali keinginan tuannya.
"Bodoh, untuk apa aku ketempat ini kalau tidak menemui si pengacau itu" ketus pria bermanik hitam sambil berdengus kesal masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai tiga khusus untuk ruang VVIP.
Leonardo Da Vichi, pria tampan berusia 32 tahun dan seorang mafia berdarah dingin nan kejam terhadap siapapun yang mengusiknya. The black Devil adalah klan miliknya, Leo menjadi ketua mafia klan yang sangat ditakuti di dunia.
Tidak hanya itu, Leo menjelma sebagai CEO yang bekerja di belakang layar dan identitasnya sangat tersembunyi. Tak ada satupun orang yang tahu bahwa dirinya seorang CEO, kecuali orang kepercayaannya.
Kecerdasan yang dimilikinya di atas rata-rata dan memiliki kemapuan yang sangat hebat dalam mengembangkan bisnis dan segala perusahaan dibawah kepemimpinannya. Mulai dari bisnis hotel, apartemen, travel dan marketplace. Termasuk bisnis gelapnya berupa club malam, casino, perdagangan barang ilegal yang diselundupkan dan perdagangan senjata yang tersembunyi.
Memiliki paras tampan dan terkenal sebagai pria dingin, namun tetap saja digilai kaum wanita. Sikapnya dingin, arogan dan tak kenal kata maaf, membuatnya begitu disegani dan dihormati. Mampu menghancurkan perusahaan orang lain dengan mudahnya jika terbukti bermain serong di belakangnya. Untuk itu, tak ada yang berani mengusik perusahaan yang dipimpinnya. Karena semua orang takut berurusan dengan perusahaan yang dianggap misterius itu.
Tujuannya saat ini adalah balas dendam kepada keluarga yang pernah menghancurkan kehidupannya keluarganya.
Itulah sepenggal gambaran tentang pria yang dipanggil tuan muda.
***
Jack ikut masuk ke dalam lift menemani tuannya dan memencet angka yang ingin dituju. Sampai sekarang dia masih bingung dengan keinginan tuannya yang sangat membingungkan, terkadang memberikan perintah ini itu dan setidaknya selalu membuatnya pusing tujuh keliling.
Tlinggg
Pintu lift terbuka mereka bergegas keluar. Tetap saja Jack mengekor di belakang tuannya dengan langkah lebar mengikuti langkah kaki tuannya. Lalu disusul dua bodyguard yang berlari kecil untuk menyusul mereka yang sedang tertinggal di belakang.
Brakkk
Jack menendang keras pintu ruang VVIP atas perintah tuannya hingga mampu menyaksikan dua insan sedang bermesraan di dalam sana.
"Sial" Penghuni ruangan itu mengumpat kesal dan segera menjauh dari wanitanya. Pria itu bergegas turun dari ranjang lalu memakai pakaiannya dengan tergesa-gesa.
"Kalian selalu saja menggangu waktu bersenang-senang ku" ucapnya kesal sambil mengancing kemejanya.
"Cepat pakai pakaian mu tuan Gerald" tegur Jack.
Dua pria berpenampilan dingin itu masih sibuk menatapnya tajam. Jack lalu bergerak menarik kursi untuk diduduki oleh tuannya.
"Silahkan duduk tuan muda" ucap Jack dengan hormatnya.
"Hemm"
Pria bermanik hitam itu langsung duduk di kursi dan tak lupa menaikkan kaki nya di atas meja dengan pandangan keluar jendela, dimana bangunan pencakar langit tampak berdiri kokoh.
Gerald segera meminta wanita yang masih meringkuk di atas ranjang untuk segera pergi. Dan wanita itu dengan patuhnya mengiyakan permintaannya. Wanita itu bergegas membalut tubuhnya dengan selimut lalu turun dari ranjang untuk mencari pakaiannya yang berserakan di lantai. Kemudian wanita itu berjinjit berjalan ke kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya.
"Terima kasih tips nya honey" ucap wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi dan Gerald hanya tersenyum smirk melihat wanita itu berjalan keluar dari ruangannya.
"Tuan Gerald, apa kau tidak takut terkena penyakit kelamin jika terus bergonta-ganti wanita" ejek Jack yang tengah berdiri di samping tuannya.
"Tentu saja tidak karena aku terus bermain dengan pengaman. Daripada kalian jomblo akut yang kesepian" balas Gerald menyindir mereka.
Gerald kemudian bergabung bersama mereka dan duduk tepat di hadapan pria bermanik hitam yang selalu dipanggil sebagai tuan muda.
"Ini untukmu tuan Leonardo Da Vichi" ucap Gerald sambil menyodorkan surat berpita emas untuk pria bermanik hitam itu.
"Jangan berbasa-basi, apa ini?"
"Tuan Leo, ini wasiat terakhir mendiang kakekmu dan bacalah agar kau tidak penasaran dengan isinya. Sebelum aku mengatakan pada intinya" ucap Gerald santai tanpa keraguan.
Pria bermanik hitam itu sama sekali tak ingin menyentuh surat berpita emas di atas meja. Matanya hanya fokus menelisik tajam pria yang bertopang dagu dihadapannya. Sehingga tangannya terangkat meminta orang kepercayaannya untuk membuka surat berpita emas itu.
Dengan seksama Jack mulai membuka surat berpita emas itu lalu membacanya dengan seksama di hadapan tuannya.
Dear cucuku
...Leonardo Da Vichi...
Pesan terakhir kakek, Leo. Kau harus menikahi Cucu Frans Roberto Matteo. Good bye.
Pria bermanik hitam itu mengepalkan tangannya sambil berdengus kesal mendengar isi surat yang begitu singkat dari mendiang sang kakek. Seolah isi surat itu sebagai titah yang harus dijalankan.
"Aku siap melakukannya. Aku akan memulai balas dendam ku pada keluarga Matteo" ucap pria bermanik hitam itu dengan kesalnya dan langsung meninju meja di hadapannya hingga membuat beberapa benda di atasnya berjatuhan ke lantai.
Sementara Jack hanya diam membisu melihat semua kekacauan yang dilakukan oleh tuannya.
"Tenang tuan Leo, jangan gegabah seperti ini. Aku dengar-dengar tuan Frans memiliki dua cucu dan keduanya menjadi primadona incaran pria kaya. Termasuk diriku ingin mendapatkan salah satu cucu pebisnis hebat itu. Apa kau ingin menikahi keduanya tuan?" usul Gerald tersenyum tipis.
"Jaga ucapanmu tuan Gerald, ini wasiat terakhir tuan besar" timpal Jack yang tidak suka pria humoris itu dengan ucapannya.
"Aku hanya bercanda Jack, terserah tuan Leo saja. Jangan sampai tuan Hans murka kepada cucunya di alam sana" ucap Gerald nyinyir kuda.
Pria bermanik hitam itu tampak berpikir sejenak sambil menyentuh hidung mancungnya dan akhirnya buka suara.
"Boleh juga, dengan terpaksa aku setuju menikahi cucu Frans demi menjalankan wasiat terakhir kakek. Cepat hubungi pria tua itu bahwa aku bersedia menikahi cucunya dan ingat jangan sampai mereka curiga sedikitpun " ucapnya menyeringai sebagai keputusan akhirnya.
Kedua pria di hadapannya hanya mampu terlonjat kaget mendengar ucapan pria yang begitu dihormatinya. Sampai-sampai mereka bergidik ngeri melihat seringai licik di wajah tuannya.
"Baik tuan muda" ucap Jack menghela nafas dan segera menjalankan perintah tuannya yang merupakan atasannya.
Bersambung....
Album foto masih saja berada di tangan wanita berlesung pipi saat keluar dari kamar sang kakek. Langkahnya terhenti, karena kembali dihadang oleh dua sosok wanita yang begitu membencinya.
"Mom, kita harus memberinya pelajaran agar angkat kaki dari rumah ini" usul wanita berambut sebahu kepada wanita yang dipanggil sebagai ibunya.
"Benar sayang. Kutu pengganggu ini harus di musnahkan secepatnya, jika tidak maka akan terus menyusahkan kita " timpalnya dengan seringai licik diwajahnya. Lalu mereka melangkah mendekati Anna dengan tatapan kebencian dan Anna sendiri tak bergeming di tempatnya melihat gelagat mereka.
"Kalian akan menyesal jika melakukannya. Karena akulah ladang penghasil uang di keluarga ini. Dan entah apa yang terjadi jika kakek mengetahui niat busuk kalian. Maka, bersiaplah putrimu yang menanggung akibatnya, ya terpaksa menggantikanku menikah dengan pria pilihan kakek" ancam Anna tak main-main dan begitu muak melihat tingkah mereka.
"Apa maksudmu Anna? apa pria tua itu memintamu menikah ?" tanya wanita paruh baya yang terlambat mengetahui informasi penting itu. Dan sekarang dia ingin mengulik informasi penting itu lewat Anna.
"Ya, aku akan segera menikah dengan pria pilihan kakek. Bibi Rose, Viona, kalian selalu saja ketinggalan informasi, percuma berdiam diri di rumah jika ujung-ujungnya pemikiran kalian selambat kura-kura"sinis Anna menyeringai.
Dan kedua wanita itu mengepalkan tangannya mendengar ejekan Anna. Memang mereka terkadang ketinggalan informasi dari kakek tua yang memiliki kekuasaan penuh di mansion mewah itu.
"Anna!" geram wanita berambut sebahu yang bernama Viona. Dia pun kembali melangkah untuk menjambak rambut Anna. Namun aksinya dihentikan oleh ibunya.
"Jangan gegabah sayang, keadaan ini kita bisa manfaatkan dengan baik" bisik Rose kepada putrinya.
"Ternyata hidupmu semenyedihkan itu dibawah kendali si kakek tua. Terpaksa menikah dengan pria asing yang sama sekali tak kau cinta. Jangan-jangan pria yang akan kau nikahi hanyalah bandot tua dengan perut buncitnya. Sungguh menyedihkan!" ucap Viona melontarkan kata-kata pedas sebagai ejekan untuk wanita yang dibencinya.
Anna tersenyum sinis menanggapi ucapan Viona, lalu dia pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Anna masuk ke dalam kamarnya dan langsung membuang album foto itu di lantai dengan kesalnya.
"Hufff, aku semakin pusing saja. Terpaksa menikah, apa ini lelucon? kakek kau selalu saja memberiku tantangan. Pernikahan yang terpaksa tak akan pernah membuahkan hasil yang terbaik. Hubungan yang didasari keterpaksaan tak mampu membuahkan yang namanya cinta, kasih sayang, perhatian dan rasa saling menginginkan."
"Ternyata kehidupan ku persis novel-novel romantis yang sering Gea baca" ucap Anna jika mengingat kembali sekretarisnya yang hobi baca novel romantis.
"Dan aku melakukan hal bodoh dengan terpaksa menyetujui menikah dengan pria pilihan kakek" ucapnya menghela nafas berat lalu Anna melangkah ke kamar mandi.
Berendam dengan air hangat sepertinya akan membuatnya rileks menghadapi tantangan yang cukup berat dari sang kakek. Anna menyiapkan air hangat di dalam bathtub dan tak lupa memberikan aromaterapi wangi lavender.
Kemudian Anna kembali menyalakan lilin aromaterapi yang nantinya semakin membuatnya rileks. Setelah semuanya berhasil di siapkan, Anna segera menanggalkan seluruh pakaiannya lalu masuk ke dalam bathtub untuk berendam.
🍁🍁🍁🍁
Sementara di tempat lain....
Tuan muda berpenampilan dingin melangkah keluar Club diikuti tangan kanannya dan dua bodyguardnya. Tatapannya datar tanpa ekspresi, wajahnya sangat tampan membuat para pengunjung wanita terpesona hanya melihatnya saja. Rahangnya yang tegas menandakan sikap dinginnya, memiliki alis tebal hampir bersatu di pangkalnya, hidung mancung, bermata bulat dengan manik mata hitam, bibir seksi sesuai bentuk wajahnya dan begitu sempurna bak titisan dewa.
“Selamat malam tuan muda Leo” sapa manager club tersebut melihat pemilik dari club malam DVC.
Tuan muda Leo hanya memberikan tatapan dingin dan berlalu keluar dari club malam tersebut. Sebuah mobil mewah sudah terparkir tepat di depan pintu. Jack bergerak membukakan pintu untuknya dan mempersilahkan masuk.
Tatapan Leo sulit diartikan tanpa ekspresi masuk kedalam mobil, tanpa ada yang tahu bahwa saat ini dirinya begitu kesal dengan surat wasiat terakhir mendiang sang kakek. Kemudian Jack berlari kecil ke samping lalu bergegas masuk dan duduk di kursi kemudi. Mobil melaju meninggalkan club malam tersebut.
Mobil yang membawa mereka terus melaju kencang dengan suasana malam yang padat dengan kendaraan melintas. Namun Jack mampu mengatasinya dengan terus menyalip kendaraan di depannya agar sampai tepat waktu di kediaman tuannya.
Hingga Jack melambatkan laju mobil dan berhenti di sebuah gerbang yang besar menjulang tinggi, sesaat kemudian gerbang besar itu terbuka dengan penjagaan ketat.
Para penjaga memberikan hormat untuk mereka. Dan mobil kembali melaju memasuki pelataran halaman yang luas disuguhkan dengan dua patung air mancur berbentuk singa menuju sebuah mansion mewah.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan pintu yang sangat besar dengan ukiran kayu berbentuk naga menghiasi pintu itu dan berjejerlah lima pelayan wanita menyambut kedatangan sang tuan muda. Leo turun dari mobil dan begitu acuh melewati mereka sambil melangkah lebar memasuki mansion menuju ruang tengah diikuti Jack, tangan kanannya.
Tampak foto pria tua bersama anak remaja berukuran besar dengan bingkai emas terpajang di dinding ruang tengah. Diduga pria tua itu adalah kakek Leo, tuan Hans Mayer Da Vichi dan anak remaja itu adalah Leonardo Da Vichi.
Leo berdiri di sana sambil menatap lekat-lekat foto yang terpajang indah itu. Dimana dirinya tengah berdiri di samping kakeknya dengan tatapan dinginnya, sedangkan sang kakek tengah duduk di kursi kebesarannya dengan senyuman tanpa dosa.
"Dengar kakek, aku terpaksa menyetujui wasiat terakhir mu demi membalas jasa-jasa mu yang sudah membuatku seperti ini. Menikahi wanita pilihanmu guna untuk balas dendam kepada keluarga Matteo" ucap Leo dengan tatapan dinginnya seolah memaki mendiang sang kakek.
Sementara Jack hanya mampu berdiri tegak di belakang tuannya yang jaraknya beberapa centimeter. Jack selalu saja diam mendengarkan keluh kesah sang tuan muda sedari dulu. Tak tahu apa yang akan terjadi jika tuannya terpaksa menikahi wanita yang tidak berdosa itu.
Kuharap wanita yang akan menikahi tuan muda dapat memberikan pengaruh baik dan cahaya terang di kehidupan tuan muda. Batin Jack.
Lama berdiri memandangi foto indah itu. Leo menghempaskan tubuhnya duduk di sofa lalu bergerak membuka jasnya dan melemparnya sembarang. Dasi yang bertengger di lehernya kembali di buka dengan kesalnya, lalu tangannya kembali membuka tiga kancing kemejanya.
"Potong gaji Gerald bulan ini. Dia selalu saja menyuruhku berpakaian rapi jika harus menghadiri pesta rekan koleganya" ucap Leo kesal. Pasalnya bukan pesta yang dia hadiri, hanya saja akal-akalan Gerald yang memintanya hadir di club malam miliknya untuk memberinya informasi penting.
"Baik tuan" ucap Jack berjongkok memungut jas tuannya.
"Jack, atur pertemuanku dengan wanita itu dan jangan lupa buat syarat yang mengerikan, agar wanita itu memiliki sedikit celah untuk mundur tanpa banyak bicara dari rencana pernikahan ini" perintah Leo sambil menyandarkan bahunya di kepala sofa.
Jack mengerutkan keningnya mendengar ucapan tuannya. Seketika pikirannya berkelana, syarat mengerikan seperti apa yang dimaksud oleh tuannya? pikirannya.
"Maaf tuan, saya kurang paham syarat yang anda maksud." Jack mengatakannya dengan hati-hati mengingat sikap tuannya yang mudah tersinggung.
"Bodoh! pikirkan sendiri. Yang jelas wanita itu harus mundur dari rencana pernikahan tanpa tahu akulah yang memintanya dengan begitu kita bisa mengelabuinya dan masuk dalam perangkapku " tegas Leo tak ingin ambil pusing sambil melakukan tendangan di kaki bawahannya.
"Baik tuan" ucap Jack mengangguk cepat. Ucapan tuannya menjadi PR tersulit untuknya.
Ada-ada saja, mana aku tahu syarat mengerikan itu tuan. Kalau anda menyuruhku membunuh, aku siap melakukannya. Tapi ini, syarat tentang pernikahan anda dengan wanita itu. Batin Jack.
"Satu lagi, kumpulkan kembali identitas dan informasi sebanyak-banyaknya tentang wanita itu tanpa celah sedikitpun." ucap Leo sambil bangkit dari duduknya. Lalu melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Hanya anggukan kepala yang mampu dilakukan Jack melihat kepergian tuan yang selalu ia hormati.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!