NovelToon NovelToon

Holding The Heart

BAB 1 : Ternyata Kepedihan

Grizelle, atau panggil saja dia Elle. Gadis cantik yang baru saja merayakan hari ulang tahun tepat di hari pernikahannya itu tengah berbahagia. Ini adalah malam pertamanya sebagai seorang pengantin wanita, istri dari Jarvis Bhurgenz, pria yang selama setahun ini memperlakukannya dengan begitu baik bak seorang putri raja yang paling berharga. Hati mana yang tak bahagia menikah dengan pria seperti Jarvis? Meskipun dalam satu tahun ini keluarganya sedang dalam badai perekonomian, Jarvis sama sekali tak memperdulikannya dan memilih menikahi Elle untuk menunjukan betapa dia mencintainya tanpa perduli ada atau tidaknya kekayaan yang melekat pada Elle.

Sedari tadi Elle terus menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan berharap perasaan gugup itu menghilang dari nya. Ini sudah satu jam, sepertinya Jarvis benar-benar memiliki banyak tamu sehingga belum sampai juga ke kamar pengantin mereka. Tapi ya sudahlah, tidak masalah, Elle akan terus menunggu dengan sabar sembari terus mencoba menghilangkan kegugupannya.

Sudah dua jam, dan Elle jadi merasa gelisah. Bagaimanapun dia tadi ingat benar bahwa tamu undangan yang datang dari kerabat Jarvis tidaklah banyak. Sebentar Elle terdiam menimbang apakah tidak apa-apa kalau dia keluar dari kamar dan mencari keberadaan Jarvis? Memang sih Jarvis lah yang meminta untuk datang terlebih dulu ke kamar, alasannya karena Jarvis tidak ingin melihat Elle kelelahan dan nanti bisa saja jatuh sakit.

" Aku keluar saja deh. " Kalimat itu akhirnya di ucapkan Elle penuh keyakinan. Dengan menjinjing gaun pernikahannya dia perlahan melangkah keluar dari kamarnya. Elle menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Jarvis, sudah sampai di rumah tamu, tapi bahkan rumah itu sudah mulai sepi, hanya ada beberapa pekerja saja yang sedang bekerja merapihkan tempat yang baru saja di gunakan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan Elle dan juga Jarvis. Bukankah itu artinya Jarvis seharusnya sudah masuk ke kamar mereka sedari tadi?

Elle berjalan mendekati pelayan perempuan yang sedang membersihkan lantai.

" Permisi, apa kau melihat Jarvis? "

Pelayan itu menatap Elle sebentar, lalu kembali beraktifitas tanpa segan sedikitpun kepada Elle yang seharusnya adalah Nyonya mereka. Melihat bagaimana sikap pelayan itu tentu saja Elle mengeryit bingung, dia menoleh ke kanan dan ke kiri memperhatikan mimik para pelayan di sana, dan ternyata mereka sama-sama menunjukan mimik tak sukanya terhadap Elle. Aneh, ini sungguh Aneh apakah hanya perasaanya saja.

" Maaf, bisa beri tahu aku kemana suamiku Jarvis pergi? " Tanya lagi Elle kepada pelayan rumah Jarvis karena memang pernikahan mereka di gelar di rumah Jarvis sesuai keinginan Jarvis sendiri.

Pelayan itu menghela nafas sebal.

" Tuan ada di kamar paling depan dari ruang keluarga. " Jawab pelayan itu dengan mimik malasnya. Sebenarnya Elle benar-benar kesal, tapi karena ini adalah hari dimana dia menjadi istri dari Jarvis, maka Elle akan menahannya sembari mengingat wajah pelayan ketus itu.

Aku akan mengadukanmu kepada suamiku supaya orang yang tidak tahu sopan santun sepertimu di pecat saja.

Seperti itulah batin Elle di dalam hati seraya menjalankan kembali kakinya menuju kamar utama dari rumah keluarga seperti yang di katakan pelayan tadi. Tidak tahu apa yang sedang di kerjakan Jarvis di ruang utama sampai belum juga kembali ke kamar pengantin mereka, sekaligus kamar yang akan mereka gunakan selama mereka menjadi suami istri.

Samar-samar Elle seperti mendengar suara seorang wanita seperti sedang mengaduh melenguh, juga ada suara seorang pria yang sepertinya sangat Elle kenal suara pria itu. Tak ingin cepat berpikir negatif, Elle semakin mendekatkan dirinya menuju kamar utama yang di maksud pelayan tadi.

Sekarang Elle benar-benar bisa mendengar suara yang tadi samar dia dengar. Suara sangat jelas, dan entah mengapa hanya suara yang mirip seperti Jarvis dan wanita asing itu membuat seluruh tubuh Elle gemetar. Tidak, hatinya masih terus ingin menyangkal dan menolak percaya. Dia benar-benar tidak ingin mempercayai itu, dan demi membuktikan keyakinannya, dia perlahan menggerakkan tangannya untuk meraih handle pintu, lalu membukanya sedikit demi sedikit agar tak menimbulkan suara. Dari celah itulah Elle bisa melihat wanita yang tengah bergerak semangat di atas tubuh seorang pria, lalu saat pria itu sedikit mengangkat kepalanya untuk menyesap bagian dada wanita itu barulah Elle begitu terkejut bukan main.

Pria itu adalah Jarvis, pria yang selama ini memperlakukan Elle seperti seorang ratu, Jarvis yang bahkan tidak pernah menunjukan tanda-tanda ketertarikan terhadap wanita lain, Jarvis yang selalu manis dan menyuguhkan banyak janji indah untuknya kini tengah mematahkan semua pendapat Elle tentang Jarvis.

Kedua mata Elle sontak tak mampu menahan lelehan air mata yang begitu banyak. Dia tidak mengeluarkan suara tangis karena dia benar-benar terkejut hingga hanya bisa terdiam dengan wajah kaget luar biasa menatap Jarvis yang bahkan tidak terlihat keberatan, dia begitu menikmati apa yang sedang di lakukan bersama wanita yang masih berada di atas tubuhnya, bergerak tanpa henti sembari meracau tak jelas.

Tidak, itu semua tidak benar!

Elle memutuskan untuk membuka lebar-lebar pintu kamar itu membuat Jarvis dan wanita itu menoleh kompak ke arahnya.

" Apa yang kau lakukan?! Kau pasti memaksa suamiku melakukanya kan? Kau pasti meracuninya dengan obat supaya suamiku melakukan ini denganmu kan? Kau pasti sama seperti wanita liar di luar sana yang ingin merebut suamiku dan menghancurkan pernikahan kami! " Elle meraih rambut wanita itu yang tengah menutupi tubuhnya, tadinya Elle tidak ingin berbuat seperti itu, tapi ketika melihat wajah wanita itu yang begitu tidak tahu malu dan malah menatapnya menghina, segeralah Elle melakukan apa yang dia pikir benar.

" Ah! "

Elle melotot kaget saat Jarvis mencengkram pergelangan tangannya kuat sekali bahkan sampai terasa begitu sakit. Keterkejutan Elle rupanya tidak sampai di situ saja, karena tak lama setelah itu Jarvis menghempaskan tubuh Elle ke lantai tak perduli betapa Elle kesakitan karena itu.

" Jarvis? "

Elle menatap Jarvis dengan tatapan yang masih saja menunjukan keterkejutannya, dia juga terlihat kecewa dengan apa yang di lakukan Jarvis padanya.

Wanita terkekeh membuat Elle melotot semakin tak percaya.

" Kau pikir kau berharga hanya karena dinikahi Jarvis? Kau pikir bisa apa kau meski kau adalah istrinya? Statusmu sama sekali tidak penting. "

Wanita itu menjatuhkan tubuhnya ke dalam tubuh Jarvis membuat Elle semakin tak habis pikir hingga terus berharap ini adalah mimpi terburuk di dalam hidupnya.

" Pergilah! Aku sudah muak bermain-main dengan kebodohanmu setahun ini. "

" Tidak, ini pasti bohong kan? "

" Sayang, ayo kita lanjutkan sebelum kita kehilangan mood kita. "

" Tentu saja, cintaku Vivian.... "

Tidak lagi menghiraukan Elle yang masih duduk di lantai dengan perasaan kacau, Jarvis dan Vivian justru melanjutkan apa yang belum selesai membuat Elle mual dan beranjak pergi dari sana.

Bersambung.

BAB 2 : Kejutan Paling Menyakitkan

Setelah keluar dari kamar utama yang digunakan Jarvis dan Vivian untuk melakukan hal gila, Elle benar-benar tidak sanggup menahan laju air matanya yang begitu deras membanjiri pipi tirusnya. Sekarang haruskah dia kabur dari rumah itu dan mengajukan cerai setelah hari pernikahan di gelar? Tidak, dia masih membutuhkan penjelasan dari mereka, Jarvis dan Vivian.

Elle kembali ke kamar pengantin yang di siapkan untuknya juga Jarvis, dia menatap dekorasi kamar yang tidak terlihat istimewa kalau untuk sepasang pengantin baru. Pantas saja, tapi dengan bodohnya dia mengabaikan semua itu dan menunggu Jarvis datang padanya dengan penuh kesabaran dan rasa cinta. Sebenarnya ada niat di hatinya untuk heran lagi dari sana dan datang kepada Ayahnya untuk mengadu tentang apa yang terjadi ini, tapi kalau sungguh dia kembali ke rumah Ayahnya dan mengadukan semua kejadian ini, Ayahnya pasti akan sangat sedih. Belum lagi Jarvis banyak membantu keuangan keluarganya beberapa waktu terakhir ini, jadi benar-benar sulit bagi Elle untuk bisa mengambil keputusan sekarang.

Sudah dua jam Elle duduk di ujung ruangan, lantai dingin pun tak ia rasakan seolah tubuhnya ikut mati rasa. Dia terus membiarkan air matanya jatuh karena tidak tahu harus melakukan apa selain menangis. Larut, malam semakin larut, Elle masih di sana hingga tertidur dengan posisi duduk, kepalanya menyender di dinding.

Pagi harinya.

Elle terbangun saat sinar matahari menerpa kulit wajahnya, begitu bangun dia mengerti mendapati dirinya yang masih dalam posisi sama seperti semalam. Tidak, mungkin ini kebetulan saja, dia masih berharap apa yang dia lihat semalam hanya lah mimpi buruk saja, mimpi yang paling buruk di seumur hidupnya. Segera Elle bangkit dari posisinya, dia melepas gaun pengantin yang masih melekat dari tubuhnya membersihkan diri lalu menggunakan pakaian sederhana, kaos polos dan celana pendek seperti yang biasa dia gunakan saat tinggal bersama Ayahnya.

" Tidak, aku tidak perlu memikirkan ini lagi. Ini pasti bohong, jangan terlalu sedih, Elle. " Ucap Elle kepada dirinya pada pantulan cermin. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan berharap itu bisa mengurangi ketakutan yang begitu di rasakan olehnya.

Begitu keluar dari kamar, Elle tak merasakan adanya keramaian seperti biasanya. Perlahan dia melajukan langkahnya mencari keberadaan Jarvis dan memastikan apa yang dia lihat semalam benar atau tidaknya. Beberapa ruangan dia masih belum mendapatkan keberadaan Jarvis, hingga samar-samar dia mendengar suara Jarvis tengah berbicara dengan orang lain. Elle kembali melakukan langkahnya mengikuti suara yang ia dengar hingga sampailah di meja sarapan.

Bagai di sambar petir paling dahsyat di dunia, dia benar-benar tidak bisa mengelak lagi jika apa yang dia lihat semalam adalah benar. Jarvis tengah duduk di meja sarapan bersama Vivian, mereka begitu dekat hingga siapapun yang melihat pasti akan mengira jika mereka adalah sepasang suami dan istri. Vivian terus menyuapi Jarvis, sementara Jarvis juga begitu mesra memperlakukan Vivian, dia tak segan-segan mengecup bibir Vivian tanpa perduli banyaknya pelayan yang ada di sana.

" Jarvis, lebih baik kau jelaskan padaku apa maksudnya semua ini? "

Sudah tak tahan lagi, akhirnya Elle bertanya dengan hati yang begitu bergemuruh marah dan kecewa. Padahal jelas-jelas dia adalah istri sahnya Jarvis, lalu kenapa yang di perlakukan begitu baik adalah wanita lain? Lagi pula kenapa dan bagaimana bisa Jarvis melakukan semua ini? Padahal kan selama ini Jarvis begitu mencintainya.

Jarvis menghentikan niatnya untuk kembali mencium Vivian, dia memang tidak menyadari kedatangan Elle, tapi bukan berarti dia terkejut. Dia tersenyum miring dengan maksud merendahkan seolah Elle bahkan tidak pantas untuk bertanya walaupun dia adalah wanita yang dinikahi oleh Jarvis sendiri.

Jarvis membuang nafas kasarnya, dia menoleh menatap Elle yang begitu nanar menatapnya.

" Menjelaskan sesuatu yang bisa kau lihat dengan jelas adalah pekerjaan bodoh. Aku, tidak akan lagi melakukan hal bodoh seperti sebelum menikahimu. "

Elle kembali menitihkan air mata, hal bodoh sebelum menikahinya? Apakah itu artinya semua rasa cinta, perhatian dan segala bantuan dan segala keindahan adalah kebodohan? Jadi sebenarnya untuk apa dia dinikahi kalau hanya untuk di sakiti seperti ini?

" Kenapa kau melakukan semua ini? Kenapa kau menikahiku kalau untuk menyakitiku?! Kau sudah menghancurkan hatiku dihari kau menikahiku, meskipun aku ingin mendapatkan jawabannya sekarang juga, sepertinya kau benar-benar tidak akan memberitahuku kan? "

Jarvis tak menjawab, dia justru tersenyum miring seolah tak perduli.

" Pergilah, pakai seragam pelayan dan bantu pelayan membersihkan rumah ini ya? " Ucap Vivian lalu dia tersenyum kegirangan sendiri membuat Elle semakin tidak tahan dan semakin deras meneteskan air mata.

" Kau wanita murahan, bukankah kau seharunya malu menggoda suami orang, hah?! "

Jarvis sontak bangkit dari duduknya, dia menatap dingin Elle yang baru saja mengucapkan apa yang menurutnya wajar untuk dia ucapkan kepada Vivian.

" Mulut busukmu itu haruslah kumasukkan timah panas agar kau tahu rasanya memaki wanitaku? "

Padahal dari semalam dia sudah banyak melihat dan menyaksikan sendiri semua kejadian yang memilukan dan menyayat hati, tapi kenapa dia tida bisa berhenti terkejut dan merasakan hatinya begitu perih sakit setiap kesakitan yang dia dapatkan karena Jarvis?

" Aku ini istrimu, Jarvis! Bagaimana bisa kau meyebut wanita lain dengan sebutan wanitamu?! "

Jarvis mengeraskan rahangnya, dia dengan cepat meraih leher Elle dan mencengkramnya dengan kuat hingga membuat Elle terus tersengal dan terbatuk-batuk hingga wajahnya memerah.

Bruk!

Jarvis menghempaskan tubuh Elle ke lantai dengan tatapan yang begitu dingin, tambah hancur saja hati Elle karena dia merasa dirinya benar-benar tidak di cintai oleh Jarvis. Padahal dulu Jarvis selalu menatapnya dengan lembut, hangat dan penuh cinta, tapi kenapa tatapan Jarvis sekarang ini begitu dingin dan menakutkan? Sebenarnya kesalahan apa yang sudah dia lakukan sampai harus berakhir dengan perubahan hati Jarvis? Ataukah memang dari awal Jarvis benar-benar tidak mencintainya?

Vivian bangkit dari duduknya, dia merangkul lengan Jarvis dnegan begitu mesra lalu tersenyum kepada Elle. Sungguh Elle bisa melihat maksud Vivian seperti itu, dia hanya ingin memamerkan kepada Elle dan mejelaskan secara jelas bahwa Vivian adalah satu-satunya wanita yang di cintai oleh Jarvis.

" Sudahlah sayang, bagaimanapun dia ini adalah mahkluk bodoh yang pantas untuk dikasihani. Biarkan saja dia hidup dengan dunia bodohnya, beri saja dia makan supaya dia bisa Patih menjadi hewan peliharaan kita. "

Hewan peliharaan? Elle menatap Vivian dengan tatapan yang begitu tajam karena memang wajar dia marah.

" Dasar wanita murahan! Kau yang pantas menjadi hewan peliharaan! Sifat liarmu dan juga menjijikkannya dirimu itu cukup membuatmu pantas untuk di ikat dengan rantai! "

Bersambung.

BAB 3 : Di Luar Dugaan

Elle terdiam tak sekalipun dia mengatakan apapun. Sekarang ini dia di kunci di gudang sebagai hukuman karena telah kurang ajar kepada Vivian, dan dia tidak berniat meminta maaf apalagi mengakui kesalahannya. Mungkin, untuk sebagian wanita lain dia akan memilih lari, tapi Elle tidak bisa melakukan itu karena sebelum di kunci di dalam gudang Jarvis melemparkan tumpukan kertas yang tidak lain adalah daftar hutang piutang antara Jarvis dan juga Ayahnya Elle.

Tentu saja itu membuat Elle harus bertahan di sana dan membuatnya mau tak mau siap menjadi istri rasa pelayan untuk melunasi hutang Ayahnya yang begitu banyak. Entah apakah sampai mati dia akan bertahan di sana demi membayar hutang, ataukah suatu hari nanti semua siksaan ini akan berhenti saat Jarvis sudah merasa puas menyiksanya.

Ini sudah enam jam Elle berada di dalam gudang, tidak makan, tidak minum, juga tidak bicara apapun karena dia sibuk memikirkan dan merenungi segala kepedihan yang terjadi. Seorang pelayan datang, dia membukakan pintu gudang dan mengatakan jika hukuman untuk Elle sudah berakhir, sekarang waktunya Elle membantu para pelayan untuk menyiapkan makan malam dan juga menyambut Ibu Diana, dan juga adiknya Jarvis yaitu, Wendy Bhurgenz yang akan datang sebelum makan malam nanti.

Elle tersenyum, dia merasa jika kedatangan Ibu juga adiknya Jarvis pasti akan mengurangi penderitaannya. Bagaimanapun tidak ada wanita yang tega menyakiti atau melihat wanita lain tersakiti, oh mungkin kecuali Vivian si wanita tidak berotak dan berhati itu.

Begitu keluar dari gudang, Elle benar-benar menuju ke dapur untuk membantu memasak untuk makan malam nanti. Tentu saja apa yang dia lakukan menjadi perbincangan para pelayan lain, semua itu begitu jelas terlihat saat lirikan mata mereka tajam terarah kepada Elle, saling berbisik dan mencuri pandang sebelum berbicara. Sudahlah, meksipun Elle merasa sangat marah, kesal, dan juga kecewa dengan keadaan ini, tapi bisa apa dia kalau tidak memiliki hak untuk menolak? Biarkan saja rasa sakit itu dia tahan, semoga saja suaminya bisa kembali seperti dulu, atau setidaknya Ibu mertuanya mau membantunya agar Jarvis tidak semena-mena terhadapnya.

" Jangan memasukkan lobak, Tuan Jarvis tidak akan menyukainya. Cukup cuci bersih dan potong dadu saja, Tuan Jarvis lebih suka lobak yang tidak di masak. " Ucap salah satu pelayan yang juga memasak di sana. Elle membuang nafasnya karena saat dia menatap pelayan itu, dia benar-benar tahu jika dia sama sekali tidak diperlakukan sebagai istri dari Tuan mereka, kalau di ingat kembali, hari dimana amalan pernikahannya dengan Jarvis dia juga ingat bagaimana pelayan Jarvis menjawab pernyataannya dengan mimik kesal dan dingin.

Elle mengikuti semua yang di katakan pelayan itu tanpa mengeluarkan suara apapun. Memasak rupanya cukup membuat Elle berkonsentrasi dan lupa sebentar kalau dia sedang menjadi bahan gunjingan sekarang ini.

Beberapa saat kemudian.

Semua pelayan mulai berjalan cepat berbaris di pintu utama sembari saling menyampaikan pesan dari mulut ke mulut kalau Nyonya besar akan segera datang bersama dengan Jarvis. Elle mengikuti saja kemana mereka berbaris dan diam di sana dengan tatapan penasaran. Tak lama sebuah mobil berhenti di depan, lalu keluarlah Jarvis dan juga Vivian, lalu Seorang wanita paruh baya juga seorang gadis muda. Kalau mendengar beberapa kali pelayan di sana bergosip, sepertinya wanita paruh baya itu adalah Ibunya, sementara gadis muda itu adalah adiknya Jarvis. Ah, tapi tunggu dulu! Sekarang bukan itu masalahnya, tapi Vivian yang menggandeng lengan Ibunya Jarvis seolah mereka begitu akrab membuat Elle menatap dengan lebar dan terkejut.

" Tundukan kepalamu, kau seharusnya tahu kedudukan mu adalah sebagai pelayan sama seperti mereka semua kan? " Ucap Jarvis lagi-lagi menunjukan sikap dan tatapan dingin.

Elle terdiam, dia menatap Vivian tak lagi tajam, tapi dia sama sekali tidak akan pernah Sudi menunduk. Hah! Lucu sekali bukan? Padahal Elle cukup excited menunggu kedatangan mertuanya itu, tapi melihat mertuanya bergandengan dengan Vivian, sekarang dia benar-benar memaki dirinya sendiri di dalam hati. Entah dosa apa sebenarnya sehingga dia di perlakukan seperti ini, padahal jelas sekali dia tidak pernah memilki urusan dengan Jarvis sebelumnya, dia juga ingat benar tidak pernah membuat ulah yang fatal.

Entah apa alasannya, sekarang yang harus dilakukan adalah mencari cara untuk bisa

menyelesaikan masalah ini. Yah, meksipun mendapatkan uang untuk melunasi hutang tidaklah mudah, bagaimanapun caranya Elle benar-benar harus mencari uang itu, sekalian dia ingin mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa dia harus di perlakukan seperti ini.

" Oh, jadi ini wanita itu? "

Elle terdiam tak berekspresi begitu melihat senyum aneh seperti meremehkan Elle yang terbit di wajah Ibu Diana.

" Iya, sayang sekali hari indah kita akan sedikit terganggu oleh adanya dia. Sabar saja deh Bu, nanti juga ada waktunya untuk kita depak kan? " Vivian menimpali dengan segera tersenyum dengan begitu leluasa.

Elle ikut tersenyum, tapi tatapannya benar-benar sengaja ia tunjukan agar Vivian merasa tersinggung karena dia menatap Vivian dari ujung kaki hingga ujung kepala.

" Kenapa kau tersenyum dengan mimik seperti itu? " Tanya Vivian sinis.

" Hanya terpesona dengan pakaian yang kau gunakan saja. Hari ini aku sadar jika kau adalah wanita yang baik dan suka beramal. Tidak semua wanita suka mempertontonkan lekuk tubuhnya, dan mengekspos setengah dada dan delapan puluh persen kaki untuk di lihat orang lain agar mereka terhibur. "

" Tutup mulutmu! " Jarvis melotot marah. Yah, sepertinya memang tidak akan ada yang Sudi berada di pihaknya. Ibu mertuanya jelas tida menyukainya, adik iparnya juga menatapnya tidak suka, pelayan disana juga sama. Tapi, Elle adalah Elle yang keras kepala dan sangat tidak mudah untuk di tindas.

" Kita masuk saja ya Bu? " Ucap Vivian yang mungkin saja dia tidak ingin membuat keributan karena ada Ibu mertuanya dan juga adiknya Jarvis.

Jarvis kembali menatap Elle dengan tatapan tajam dan dingin.

" Jaga sikapmu, atau aku akan membuatmu tidak bisa bicara lagi. "

Elle tak terlihat takut, jika boleh jujur tentu saja hatinya sakit karena tatapan Jarvis benar-benar menggambarkan seberapa besar kebencian untuk Elle. Tapi, Elle benar-benar yakin kalau dia tidak melakukan kesalahan, jadi tentu saja dia merasa kalau tidak perlu takut menghadapi tatapan Jarvis.

" Di sini memang rumahmu, tapi kau tinggal di sebuah negara yang melindungi masyarakatnya dengan hukum. "

Jarvis mengeraskan rahangnya karena kekesalannya semakin menjadi kepada Elle.

" Jadi, mari kita lihat saja apakah hukum akan memihakmu atau tidak. " Jarvis meninggalkan Elle di sana.

" Iya, mari kita lihat saja bagaimana akhirnya, Jarvis. " Gumam Elle pelan.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!