“Pergi! Pergi dari sini sekarang Evan, Pergi dari sini, jangan pernah kem.. hempkkkhhh... arkkhhh...
“ Dasar budak sialan, beraninya kau...”
Crakkkkkhhh.....
Sebuah pedang baja mengkilap menebas dada wanita berpakaian lusuh dan berwajah kusut, darah memuncrat dari tubuh seiring dengan tubuhnya membentur tanah dengan begitu kasar.
“ Nadiaaaa... istriku tidaaakkkk.......
“ I...ibu... Ti.. tidak.. ibu...”
Keluarga sang wanita berteriak histeris kala menyaksikan kematian sang jantung rumah tangga.
Terjatuh ke atas tanah sambil menatap kosong putranya yang berdiri di seberang halaman sambil menenteng kantongan hitam berisi gorengan yang baru dia beli.
“ Kejar anak itu! Jangan biarkan satu pun keturunan budak-budak sialan ini berkembang biak, bunuh mereka semua sebelum mereka memberontak!” Pria berkumis tebal dengan mata melotot bak mata gorila yang sedang mengamuk.
“ Kejar dia...
“ Tidak ! “ jangan anakku tuan, dia tidak salah apa apa, dia masih tujuh tahun, dia belum tahu apa-apa, jangan bunuh anakku tuan... kumohon....”
Bughhh... Bugh.... bughh...
“ Beraninya seorang budak menyentuhku, manusia hina dan rendahan, minggir kau !!” Pria berwajah kebangsaan Eropa yang tengah memohon keselamatan sang anak di pukuli dan ditendang seperti sampah menjijikkan.
“ Akhhh saya mohon tuan.. jangan putra saya...” teriaknya sambil memeluk kaki orang itu sekuat tenaga. Darah keluar dari mulutnya, perutnya di tendangi sampai organ di dalamnya hancur, kepalanya di hantam sepatu hitam nan keras. Tetapi tangannya dengan begitu erat memohon anaknya selamat.
“ Evan Lari! Evan hurry up Run boy run!! Arrkhhhhhhh...
Crratttttt .....
Kepala pria itu di penggal tepat di depan mata sang anak.
“ Ayah... Ibu!!”
“ Kau akan mati di tanganku anak sialan, sekali seorang budak kau akan tetap menjadi budak,” Pria berkumis tebal, leher pendek, kepala botak dan mata bulat besar dengan hidung lebar dihiasi tahi lalat di ujungnya mencengkram leher anak kecil itu sambil memasukkan ludahnya ke mulut anak kecil malang itu.
“ Makan itu budak sialan, makan itu bangsat.....
“ Akhhhhh... a... ampun... akhhh... uhuk uhuk.... to... tolong.. arrkkhhhh tolong aku... ayah ibu... tolong akhhhh...
“ Arrhhkkkkkkk.....
Teriakan melengking terdengar menggelegar di sebuah ruangan kerja di tengah hutan besar. Membuat penghuni ruangan itu terperanjat kaget saat mendengar suara dari sudut ruangan dimana seseorang tengah terlelap di atas meja kerjanya, baru saja terlelap tetapi langsung di beri wejangan mimpi buruk.
“ Evan what’s wrong withh you!?” panggil wanita bertubuh tegap dan tinggi menjulang dengan rambut pendek dan banyak tindikan di telinganya. Tetapi wajahnya sangat cantik dan lembut.
“ Hah.. ****! Just a nigth mare, sorry Eugene!” Jawabnya sambil menarik nafas dalam-dalam dan berdiri dari sana, melangkah menuju jendela lebar di depan mereka sambil menyembunyikan kedua tangannya di balik kantong celana berbahan kain miliknya.
Bekas luka sayatan terlihat jelas di lehernya, memanjang dari bawah rahangnya sampai hampir ke tulang belikatnya.
Tangannya yang kekar dan berotot itu mengusap lehernya dengan pelan sambil menatap kosong ke arah hutan lebat yang gelap dan hitam di bawah rembulan yang bersinar redup malam ini.
“ Mimpi buruk?” Eugene mendekati pria itu dan menatapnya dari samping sambil menyeruput teh hangat di dalam porselen putih bergambar cincin pernikahan itu.
Evan mengangguk lalu menoleh ke arah perempuan itu sambil menatap perutnya yang membuncit,” bagaimana keadaanmu? Kenapa belum tidur sampai selarut ini?” tanya pria itu sambil mengusap perut Eugene dengan lembut dan merasakan tendangan kecil dari kandungan berusia 8 bulan itu.
“ Aku terlalu banyak tidur hari ini, sejak pagi aku terus disuruh di kamar, aku tahu itu ulahmu tapi rasanya sedikit berlebihan,” kesal Eugene.
Evan hanya menatap perut wanita itu,” ayahnya pasti akan sangat bahagia saat dia lahir, jaga kesehatanmu dengan baik,” ujarnya sambil melemparkan pandangannya ke arah hutan lebat.
Eugene tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di bahu Evan,” aku tahu, tapi kami berharap kau tetap disini saat keponakanmu lahir, tapi kau ternyata tidak bisa,” ucapnya.
“ aku harus pergi kak, aku harus menyelesaikan dendam masa lalu, nanti, aku pasti akan kembali,” ucapnya sambil menggenggam tangan Eugene dengan hangat.
“ Hmmm.. jadi ini salam perpisahan darimu? Kau sangat menyebalkan,”
“ Maafkan adikmu yang menyebalkan ini, aku akan sering menghubungi kalian, tinggal lah disini sampai dia benar-benar siap pindah ke kota, anak buah akan menjaga kalian,” ucap Evan.
“ Haiggoohhhhh.. kalian berdua selalu saja berbicara tanpa mengajakku ya, aku jadi cemburu, sebenarnya yang suami Eugene siapa sih? Aku atau Evan?” Pria bermata mongoloid dengan tubuh besar dan kekar, rambutnya ikal dan panjang sebahu berdiri di belakang mereka sambil menatap keduanya dengan jaket yang terlipat di lengannya dan sebuah tas hitam di lengannya yang lain.
“ Elliot? Kau pulang? Huwaaaa.... akhirnya setelah setengah tahun kau kembali dasar pria bodoh, kau tidak ingat istri dan anakmu ?” Eugene menangis dan berlari hendak menghamburkan pelukannya pada Elliot, pria Korea-Amerika dengan senyuman lembut yang adalah seorang Kapten militer Amerika.
“ Jangan berlari...” sontak suara Para pria di dalam ruangan itu menggelegar menggetarkan bumi saat melihat Eugene berlari bak pinguin dengan perut besarnya.
“ Hah.. dasar Eugene, biar si gondrong ini yang ke sana,”
Pria tampan berwajah kharismatik degan kacamata bertengger di wajahnya mendorong kepala Elliot begitu saja ,” kenapa harus mendorongku kampret, kau ini benar-benar mengesalkan dasar Beruang hutan,” Elliot mendengus kesal dan menatap tajam ke arah Mahesa, pria berdarah Inggris dengan mata biru bak langit di siang hari, dia mendapatkan namanya dari sang nenek yang merawatnya.
Elliot menghampiri istrinya dan memeluk Eugene. Segurat senyum tipis yang sangat halus tergambar di wajah Evan,” Elliot, jaga dia baik-baik, aku akan menemui keponakanku jika waktunya sudah tiba nanti,” ujar Evan .
“ Kau benar benar akan pergi? Tidak pikir pikir dulu? Apa kau yakin kau mau tinggal di tempat di mana ayah dan ibumu... “ tiba-tiba Mahesa terdiam saat Eugene, Elliot, dan dua pria lain di dalam ruangan itu menatap dia dengan tatapan laser seolah siap untuk menembus kepalanya.
“Ekhmmm... kapan kalian akan berangkat? Jonash?”
“ Besok sore jam 5, kami akan langsung singgah di kantor pusat,” ujar asisten kepercayaan Evan yang kerap di sapa Jonash.
“ Baiklah, aku keluar dulu,” ucap Leo si pirang bertato naga di lengan kanannya. Senang memakai pakaian olahraga di setiap kesempatan. Seperti saat ini dia hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana panjang untuk olahraga.
“ Kalian tidurlah, sudah terlalu larut, bawa Eugene, jangan biarkan dia kedinginan,” ucap Evan dengan nada dinginnya yang bahkan melebihi dinginnya suhu hari ini.
Melihat tatapan datar dan sendu dari Evan, mereka semua beranjak dari sana tanpa mengatakan apa pun. Mereka tahu, pria tampan berkharisma itu sedang bersedih sekalipun wajah datarnya itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun selain tatapan seolah dia sedang bosan dan kesal.
Evan melemparkan pandangannya ke hamparan hutan, hela nafas berat terdengar dari bibir merah jambu pria tampan itu.
“ Aku akan membalaskannya berkali-kali lipat pada keturunanmu, kau akan menyaksikan mereka hancur!”
.
.
.
Like, vote dan komen
“ Kau sudah tiba dengan selamat? Huhh.. padahal aku ingin melihatmu disini, dasar jahat,”
Layar pipi smartphone lipat berharga puluhan juta yang bertengger di tangan kekar dengan bekas jahitan memanjang di tangan kirinya menampakkan wajah Eugene yang sedang menangis dan wajah kesal Elliot di sisi lain.
Evan menatap benda itu, dia baru saja mendarat di bandara Internasional Soekarno-Hatta di negara tujuannya.
“ Ohh ayolah kak, yang salah disini adalah suamimu, kenapa dia menghamilimu di saat yang salah,” ketus pria itu.
“ Pffrrthhhh bwahahahhahahaha... jawabanmu sangat sarkas, astaga... Evan wajahmu dingin tapi kau kocak juga, ya sudah kau baik baiklah disana, kami mungkin belum bisa datang, semoga kau dan yang lain aman ya,” ucapnya sambil tersenyum.
“ sayang kenapa bilang itu......
“ Yang lain maksud kakak?”
“ Ehh bukan apa-apa.. hhahah sudah ya adik ipar, kami mau tidur dulu, kau beristirahatlah dengan baik, bye.” Elliot menutup panggilan secara sepihak sambil tersenyum kikuk sebelum dia di interogasi oleh pria itu.
Evan sadar, sesuatu yang di luar rencananya telah terjadi,” Dimana pun kalian bersembunyi, keluar sekarang atau kepalamu jadi taruhannya,” pria itu berteriak. Tentu saja semua orang yang mendengarnya di bandara itu menatap heran ke arah Evan, mereka berpikir dia gila.
Jonash yang berdiri di belakangnya sampai celingak celinguk ke sana kemari mencari tahu siapa yang dimaksud pria itu.
“ Tuan ada apa?” tanya Jonash tetapi tidak dijawab sama sekali oleh Evan.
“ Sayang, bahkan bandara sudah diisi dengan orang gila, apa dunia akan kiamat?”
“ Sshhhhtt jangan bilang begitu, dia melihat kita, ayo cepat pergi, apa ku bilang disini banyak orang gila, lihat itu...” Sepasang suami istri yang hendak berbulan madu di negeri itu bergidik ngeri kala melihat beberapa pria dengan penampilan mereka yang konyol.
“ Jonash, siapa yang mengizinkan mereka ikut?” tanya pria itu pada asistennya,” eh.. ti.. tidak ada tuan, me.. mereka.. saya juga tidak tahu .” jawab jonash gugup.
Dari sisi utara, tampak Mahesa sedang memakai wig putih dengan pakaian China dan janggut menjuntai yang bertengger di bawah dagunya, jangan lupakan detail tahi lalat di bawah matanya yang membuat penampilannya begitu sempurna.
“ Leo turun kau bangsat, kau pikir aku ibumu!” kesal pria itu sambil menjatuhkan Leo yang hanya memaki selempang putih bak kain lampin dan penutup bagian bawah berupa kain yang dipasang menyerupai popok dengan kancing besar di depannya , jangan lupakan dodot raksasa yang bertengger di mulut pria pirang konyol nan jenaka yang sedang merengek seperti anak bayi saat ini.
“ Oeeekkkkk... oeeekkkk... papa... Papa.. huwaaa.... eararrkkkkkk.... mau eek....” teriak peria itu sambil merengek di atas lantai.
Mahesa terbelalak bahkan Evan dan Jonash dibuat malu dengan kelakuan kocak pria berwajah tampan itu.
“ Sialan, pria ini benar benar tidak bisa diandalkan,” batin Mahesa merutuki dirinya sendiri sambil memijit pelipisnya.
“ berdiri kau bangsat!!” geram Mahesa sambil menarik penutup kepala anak bayii kekecilan yang di pakai Leo di kepalanya.
“ heh itu kan punya anak bayiku, kenapa diambil dasar pria sinting!!” teriakan seorang ibu yang mendorong kereta bayinya terdengar di dalam ruangan besar itu, semua orang sejak tadi menyaksikan tingkah konyol mereka berdua yang sampai menyamar sejauh itu hanya untuk mengelabui Evan dan Jonash.
“ Sayang jangan di dekati, Bahaya, mungkin dia menggigit, biarkan saja, nanti kalau digigit kena rabies, bisa bahaya, kita pulang!" ajak suaminya menenangkan sang istri yang mengamuk karena Leo mencuri penutup kepala bayinya.
Semua orang tertawa terbahak-bahak melihat kejadian ini bahkan sampai ada yang merekam kelakuan absurd pria konyol tapi tampan.
“ ishhhhh wajah kayak oppa oppa korea tapi gobloknya gak ketulungan!”
“ gak tahu mau terpesona dengan absnya yang luar biasa dan warna kulitnya yang maskulin atau ngakak brutal karena tingkahnya yang gila, apa sekarang sedang ada festival?” para penumpang di bandara itu mulai berbisik bisik menertawakan Mahesa dan Leo dengan kostum yang mereka dapatkan dari tim sirkus yang kebetulan satu pesawat dengan mereka.
“ Ck.. sialan, membuatku malu saja, Jonash urus itu, aku menunggu di depan! “ kesal Evan yang langsung berjalan dari sana sambil menutup wajahnya dengan masker saking malunya dengan kelakuan gila kedua sahabatnya.
“ Leo.. ayo pulang mau sampai kapan kau di sini kampret...” Mahesa berdecak kesal, dia menarik popok pria itu dan menyeretnya dari sana,” Papa mau eek...” teriaknya lagi.
“ bwahahhahaa....." semua orang tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan absurd dari pria matang dan dewasa itu.
“ Kasihan ya anak sebesar itu seharusnya di rawat di rumah sakit jiwa bukan dilepas begini, ck.. ck.. ck... mereka harus ke psikolog,”
Pletkkkk...
Tamparan keras mendarat sempurna di punggung pria itu, suaranya sangat renyah bak suara kerupuk yang baru di goreng.
“ Eek... eek... ndasmu , dasar Pea kau.. Kita sudah sampai Pea... otak dipakai, bikin capek doang kau!" kesal Mahesa sambil menarik popok celana yang hampir melorot itu dan membawa Leo keluar dari bandara.
Semua orang menertawakan mereka, terutama Leo yang menjadi pusat perhatian dengan kostum bayi besar yang dia pakai, membayangkannya saja sudah membuat tertawa, apalagi melihatnya secara langsung.
“ Kapan kalian mengikuti kami? Kenapa tidak bilang dulu?” Jonash menatap kesal ke arah mereka.
Mahesa membalas tatapannya sambil menjulurkan lidahnya meledek Jonash,” wleeekkk... suka suka kami, huh.. kau sama saja dengan Evan, sama sama mengesalkan!" ketus Mahesa yang masih menarik narik popok celana Leo.
Jonash memijit pelipisnya, dia benar-benar kesal dengan kelakuan dua manusia absurd yang selalu melawan perintah tuannya,” sialan, mereka ini benar-benar tidak bisa dikendalikan, membuat pekerjaanku bertambah saja, dasar, bikin kesal saja,” gumam Jonash sambil mengutak-atik tablet di tangannya, tampak beberapa link dan tulisan acak yang bergerak begitu saja di ponselnya.
Pria itu menghack semua ponsel orang yang merekam kejadian itu dan menghapus semua postingan dalam sekejap,” lagi lagi aku harus melakukan ini, kalian membuat pekerjaanku semakin banyak,” Dia terus mendumel sampai tidak sadar..
Brukkkk...
Dia dan seseorang yang berjalan dari arah berlawanan saling bertabrakan karena sama sama tidak lihat jalan. Dengan cepat tangan pria itu menangkap tubuh seorang gadis berwajah natural dengan rambut hitam legam yang panjangnya sepinggang, bibir merah muda alami, mata besar dan bulat indah dan tenang bak aliran air di sungai pada musim gugur, penampilannya sangat sederhana tetapi wajah dan auranya menunjukkan kemewahan.
Kedua manik mata Jonash bertemu dengan mata gadis cantik bak bidadari dengan crop top putih dan celana kulot hitam yang sangat cocok untuk tubuhnya yang tinggi.
Deg.. degh... deg
Bak waktu berhenti bergerak, keduanya saling menatap untuk waktu yang lama hingga tiba tiba...
“ Ekaaaaa.... cepat kemari, kenapa malah peluk pelukan sama laki laki nggak jelas sih... bantu aku!!” teriakan melengking dari mak rempong dari seberang sana yang sedang membantu mengangkat koper Ibu gadis yang kerap di panggil Eka itu menyeruak di telinganya.
“ eghhh.. ya ampun.. Nadira, i’m sorry my honey...” balas Eka yang sontak melepaskan dirinya dari pelukan Jonash.
“ Sorry Sir! “ ucapnya singkat lalu mengibaskan rambutnya dan beranjak dari sana tanpa menunggu jawaban Jonash.
“ Arrhh sorry baby, a little insident,” ujarnya sambil memeluk gadis cantik lain bernama Nadira.
“ Siapa yang kau peluk Eka, itu orang asing, jangan sembarang peluk cowok, nanti kamu..
“ shhtht iya iya dasar bbaweellll...... “ balas Eka seraya menaruh jarinya di depan bibir temannya yang sedang mengomel.
Jonash terdiam membeku menatap Eka, debaran di jantungnya tidak bisa dijelaskan, senyuman dan bahasa tubuh gadis itu membuatnya demam.
“ JONASH SEDANG APA KAU, MAU MENUNGGU BERUANG BERTELUR KAU BARU KELUAR DARI SANA HAH?” teriakan kesal dari Evan terdengar dan membuat Jonash tersadar.
“ ahh maaf tuan...” ucapnya yang tersadar dan langsung berlari menghampiri Evan yang sudah mendengus kesal di ujung sana.
.
.
.
Like, vote dan komen
Jonash berjalan tergesa-gesa mengejar Evan yang sudah memasang wajah kesal karena dirinya terlalu lama disana.
“ Kau sedang apa disana? Kenapa kalian bertiga membuatku kesal, bukannya mempercepat pekerjaan kalian malah memperburuk suasana!” Evan kesal dan berakhir mengomeli ketiga temannya yang absurd itu.
Mahesa dan Leo memalingkan wajah mereka ke arah lain berpura-pura tidak melihat pria itu dengan wajah tidak berdosa mereka.
"Kalian berdua.. arkkhhh sudah ku bilang tetap tinggal di sana tapi kenapa kalian... grhhhh sialan, mengesalkan sekali!” Evan masuk ke dalam mobil van hitamnya dan membanting mobil itu sekuat tenaga saking kesalnya.
Jonash si pria berkacamata kutu buku dan workaholic, Leo si jenaka pirang, dan Mahesa si pemilik nama lokal tapi wajah interlokal, menjadi pembuat masalah sekaligus teman, keluarga dan orang terdekat Evan.
Evan duduk di dalam mobil dan menatap ketiga orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing menghindari amukan si raja hutan yang siap menerkam mereka jika ada satu orang saja yang berbicara selama perjalanan.
“ Aku mau mati, dia sangat marah , ini kan idemu...” geram Mahesa sambil mencubik lengan bayi besar yang memeluknya sambil menyembunyikan wajahnya di bawah ketiak Mahesa, untung Mahesa pakai deodorant, jika tidak maka aromanya pasti sudah membuat Leo teler.
“ Diam... kau tidak tahu kan kalau dia sedang marah tidak boleh ada yang bicara sampai dia memulai pembicaraan... jangan berisik dasar Bule kesasar,” kesal leo.
Evan menatap tajam ke arah kedua orang itu, dia tidak suka ada yang berbicara saat dia merasa kesal atau marah, dan ini berlaku untuk semua orang di dekatnya tanpa terkecuali. Ada alasan mengerikan di balik itu.
Sementara itu masih di bandara.
Eka, gadis cantik nan mempesona berdarah Swiss itu menatap kesana-kemari seolah mencari seseorang. Padahal tangannya sudah penuh dengan koper dan tas belanja yang baru dia ambil dari tempat pengambilan barang.
“ Eka, kamu lihatin apa sih?” tanya Nadira, perempuan cantik yang tak kalah auranya dengan Eka. Tetapi penampilannya sangat sederhana, rambutnya dikepang dua seperti anak PAUD tentu kreasi gadis bar bar di sampingnya. Memakai rok A berwarna cokelat susu dengan kaos putih sebagai atasannya dan sendal tali spagethi yang jadi alas kakinya.
Mereka berdua sedang membantu Ibu dari Eka si gadis yang sebutannya Mochi, baru tiba dari negeri asing bersama sang ayah setelah perjalanan bisnis mereka yang panjang dan melelahkan tetapi dihadapkan dengan kegabutan putri tunggal mereka.
“ Tau ini anak aneh, Mami dan Papinya pulang bukannya di sambut malah heboh kayak petugas parkir lagi mundurin mobil,” celetuk ibu Eka.
“ Tahu gak sih kalian, there is someone... ada yang suka nge gas juga sma kayak ini anak Mom, Dad.. hahh.. aku penasaran siapa orangnya, mana suaranya besar banget, kalian gak dengar?” celetuk Eka dengan wajah berbinar binar dan penuh energi.
Ceetttsss.......
Tangan kekar sang ayah mendarat di telinga gadis nakal itu,” dasar kau ini... jangan mengoceh terus, kau membuat telinga Papi sakit , dasar anak durhaka!”
“ Idihhh si Papi... sakit tau..... “ Eka menatap mereka dengan tatapan kesal sambil mengerucutkan bibirnya dan mendengus di depan mereka.
“ Tahu gak sih, ada yang namanya orangtua durhaka, gak bisa si Papi lihat anaknya seneng, iihhh nyebelin...
“ Ihhh nyebelin, dasar anak laknat, durhaka kamu, ya Tuhan kenapa aku punya anak perempuan seperti ini? Hahhh.....” Tuan Bernard menghela nafas seraya memijit pelipisnya.
“ benar papi, anak kita nggak menyayangi kita lagi, kita sampai bukannya di sambut malah sibuk pelukan sama laki laki asing.. hiks hiks hiks... Nadira sayang... kamu saja ya yang jadi anak Mami dan Papi... Eka kita karungin terus di jual!” celetuk si Nyonya Diana sambil menggenggam tangan Nadira.
Gadis cantik bertahi lalat di bahunya itu tertawa geli melihat keluarga konyol di depannya ini. Jangan tanyakan soal keharmonisan sebab mereka itu keluarga paling absurd yang pernah di jumpai oleh Nadira seumur hidupnya.
“ Nadira, ijinkan kami mengadopsi kamu ya, anak Papi dan Mami baterai nya lagi habis makanya nge bug begini... bentukannya agak lain dan perkakasnya kurang makanya otaknya belum di sambung sempurna...” tambah tuan Bernard sambil menggenggam tangan Nadira di sisi yang lain.
Gadis desa itu hanya tertawa cekikikan melihat wajah mereka berdua yang begitu serius menikmati drama mereka.
“ Hahaha... Eka... kamu mau di jual itu.. ini sih beneran absurd wahahhaaa....”
“Hishhhh... apa apaan sih Papi, Mami , tega jual anak semanis dan seimut Eka? Kalau mau ambil Nadira ambil saja tapi Ekanya jangan dibuang dong, sayang loh biaya besarinnya gede, entar kalian rugi, “ celetuk Eka yang menimbrung dan memeluk kedua orangtuanya dari belakang.
“ Hahhahahahaha....” Tawa mereka pecah di dalam bandara itu.
“ Welcome Mom, Dad.. Eka kangen banget sama kalian, sangat sangat sangat dan sangat rindu hahahhaaa.....” celetuk Eka sambil memeluk erat kedua orangtuanya.
Tuan Bernard dan Nyonya Diana berbalik dan membalas pelukan Eka dengan erat.
“ we miss you too litle naugty girl...” ucap mereka berrdua sambil mengecup kepala putri mereka dengan lembut.
“ Ahhhrrhh.. kalian bagaimana sih, dasar Bernard tua dan Diana keriput, kenapa ninggalin Eka sampai tiga bulan kangen berat tauukkkk...” celoteh gadis itu.
“ Hahhaha, siapa yang kemarin diajak ikut tapi gak mau, alasannya inilah itulah.. dasar kamu anak nakal...”
“ Kan kamu yang menolak sayang, seharusnya jadi quality time keluarga kita, tapi kamu ngeyel sih dibilangin, sekarang jadi anak laknat yang berani beraninya nyebut nama Papi maminya begitu saja, dasar kamu ini...”
“ hahahha hmmm.... kangen banget soalnya, kalian lama banget,” ucap Eka memeluk mereka lagi.
Sementara itu, Nadira tampak berdiri di sisi lain dan menjauh dari mereka memberikan ruang dan waktu bagi mereka yang punya keluarga untuk reuni sedang dia memastikan barang-barang yang dibawa oleh mereka sudah tepat.
“ Apa ada yang kurang lagi?” tanya Nadira pada asisten tuan Bernard.
“ Sudah semua, terimakasih atas bantuannya Nadira,” ucap pria muda bernama Chiko itu. Tubuhnya gemuk, rambutnya di sisir rapi ke belakang dengan wajahnya yang tembem dan ada beberapa jerawat di wajah pria itu.
Sekalipun penampilannya demikian, dia adalah pria muda yang sangat kompeten dan disukai oleh tuan Bernard sehingga pria itu menerima Chiko menjadi sekretarisnya di perusahaan dan sudah bekerja selama 6 tahun.
Nadira membantu Chiko, dia menatap iri ke arah Eka yang hidup dengan kelimpahan kasih sayang dan tentu saja materi. Sebagai seorang anak yang hidup sendirian sejak dia tiba di dunia ini dia tentu saja ingin merasakan kasih sayang seperti itu.
“ ahhh.. cheer up Nadira, semua akan berjalan baik,” gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
“ Nanad... sayangku.... kemari... kok jauh jauh ihhh.. biar kak Chiko dan pak supir yang masukin, sini gabung...” teriak Eka.
“ Iyaa... bentar aku masukin ini dulu nanggung Mochi....” balas Nadira dengan senyumannya yang indah.
Dia berjalan mendahului Chiko, membawa tas dan kantongan hijau di tangnnya. Nadia menatap ke lantai, dia berjalan dengan fokus hingga...
Brukkk...
“ Aduh... ma..maaf tuan.. saya tidak sengaja...”
Kepalanya membentur bidang keras nankekar karena tidak memperhatikan sekitarnya.
“ Ck.....”
Pria itu hanya berdecak dan pergi dari sana tanpa membalas ucapan Rara. Dia menjatuhkan sesuatu dari dalam kantong celananya, sbeuah foto berlatar tahun 90-an.
“ Ummm? Ini miliknya ya?” pikir Nadira sambil menatap sosok Evan. Dia kembali ke bandara karena ada barang yang tertinggal. Pria itu masih perang dingin dengan ketiga temannya.
“ Nadira, kamu lagi apa hei!” Eka menghampiri Nadira dan menaruh tangannya di bahu gadis itu, “ Uhhh cogan tadi siapa neng?ganteng banget tahu... kayak dingin dingin es loli begitu...” celetuk Eka .
“ entah!” jawabnya sambil meneymbunyikan foto itu ke dalam kantongnya.
.
.
.
Like, vote dan komen
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!