"Tampan sekali," kedua mata Aliyah tertuju ke laki-laki berbadan tinggi putih, bibirnya tebal, alisnya juga tebal dan wajahnya yang imut membuat Aliyah menelan ludahnya dalam-dalam. Kalau di lihat-lihat laki-laki itu usianya baru 25 tahunan. Tapi Aliyah tidak perduli yang penting tampan dan bisa di bawa kondangan tidak malu-maluin.
"Siapa laki-laki itu?" gumamnya lirih.
"Aliyah, dia itu tetangga baru," sahut Arumi yang tidak kalah kagum melihat ketampanan laki-laki yang baru saja lewat di depan mereka.
"Tampan sekali," pujinya seraya terus menatap laki-laki itu hingga masuk ke dalam mobil.
"Apakah dia masih jomblo?" Arumi tidak mau kalah tatapan matanya terus tertuju pada laki-laki itu.
Setelah laki-laki itu berlalu pergi mengendarai mobil sedan warna hitamnya, kedua gadis itu saling menatap satu sama lain.
"Rumi, ingat ini incaran aku, jadi kamu tidak boleh dekat-dekat!" titah Aliyah dengan tegas.
"Kamu curang Al, giliran yang bening-bening kamu gitu," ambek Arumi ke Aliyah.
Aliyah menyipitkan matanya."Rumi, kamu kan sudah punya Azka, ingat itu!" Aliyah mengingatkan status Arumi yang sudah bukan jomblo lagi.
"Kan bisa Al, aku main belakang, itu tampan sekali loh Al," ujarnya dan di tatap tajam oleh Aliyah.
"Tidak boleh! Itu incaranku," pungkas Aliyah dengan tegas.
Aliyah dan Arumi mereka itu anak SMA, tapi pikiran mereka selalu ingin menikah muda, menurut mereka menikah muda itu enak karena ada yang memberikan nafkah, namun mereka tidak tahu saja seperti apa pernikahan yang sesungguhnya?
Dasar bocah-bocah polos yang umurnya masih belasan tahun, mereka demen banget berkhayal tingkat dewa.
Seperti Aliyah, ia sangat hobby menghayal punya suami tampan dan kaya, ia ingin menjadi nyonya dan hidup enak, entahlah hayalannya itu akan menjadi kenyataan atau tidak? Padahal Aliyah itu anak orang kaya tapi gitu sukanya ngayal.
Aliyah hidup sebatang karah karena kedua orang tuanya meninggal tertabrak mobil, ia hidup di perumahan elit dan itu peninggalan dari kedua orang tuanya yang sudah tidak ada.
Aliyah adalah gadis yang ceria dan baik hati, jarang sekali ia menunjukkan kesedihannya di hadapan banyak orang.
Setelah kedua orang tuanya tiada, Aliyah di urus oleh Tantenya atau adik dari ibunya, namun tantenya ini tidak datang setiap hari ke rumah Aliyah, beberapa tempat usaha juga di jalankan oleh pamannya dan Aliyah percaya saja, apalagi ia tidak tahu akan dunia perbisnisan jadi ia selalu terima beres saja, lagian usianya yang baru 18 tahun, itu benar-benar enggan sekali memikirkan hal ini dan itu, yang penting sekolah dan sukanya berkhayal tingkat dewa.
Rumi adalah sahabatnya mereka bertetangga sudah dari dulu, Arumi juga gadis yang ceria, tapi suka ngambekan.
Pagi ini mereka berangkat sekolah bareng ya seperti pagi-pagi biasanya.
Di kelas mereka duduk berdampingan.
"Al, laki-laki tadi tampan sekali ya," kata Arumi mengingat kejadian tadi pagi.
"Iya Rum, tapi sepertinya dia usianya sudah matang," sahut Aliyah antusias.
"Tapi yang sudah matang gitu seperti lebih seru Rum, bayangkan saja saat di atas ranjang," bisik Aliya mesum, ini anak kebanyakan nonton drama jadi otaknya suka traveling kejauhan.
"Sudahlah jangan di bayangkan, lama-lama kamu bisa sinting Al," cibir Arumi dengan tawa kecil.
"Hey, apa yang kalian obrolkan sepertinya seru sekali," timpal Azka, ia duduk di belakang bangku Aliyah dan Arumi.
"Laki-laki tampan yang sedang kita obrolin," sahut Aliyah cengar-cengir.
Seketika lirikan Azka cukup tajam pada Arumi yang tidak lain adalah kekasih hatinya.
"Kamu berani melirik laki-laki lain di belakangku?" Tatapan mata Azka begitu sinis.
"Tentu saja tidak sayangku," jawab Arumi berbohong.
"Ka, kamu tenang saja, laki-laki tampan itu sudah resmi menjadi incaran aku kok," timpal Aliyah dan di lirik kesal oleh Arumi tapi Aliyah malah senyam-senyum.
"Awas saja kamu Rum kalau berani melirik laki-laki lain di belakangku, aku akan patahkan kaki laki-laki itu," ancam Azka membuat Arumi menggelidik malas.
"Anak-anak," suara guru yang cukup khas, membuat semua anak-anak dalam kelas itu terdiam, dia adalah guru bahasa Indonesia yang super judes, namanya Bu Etty.
"Jangan ngobrol terus! Pelajaran mau di mulai," sorot matanya cukup sadis membuat semua anak-anak yang ada di kelas itu diam.
Pelajaran di mulai dengan tenang, Bu Etty juga menerangkan pelajaran dengan sejelas jelasnya.
Kini dua jam berlalu akhirnya pelajaran berakhir dan semua murid istirahat.
Aliyah, Arumi dan Azka, mereka bertiga pergi ke kantin sekolah untuk jajan, perutnya juga dari tadi keroncongan, cacing-cacing di dalam sana sudah minta di kasih makan soalnya.
***
Bell sekolah berbunyi berulang kali, itu tandanya semua murid untuk pulang sekolah.
"Al, nonton yuk!" ajak Arumi dan Azka.
"Sama kalian?" sahutnya melirik Arumi dan Azka secara bergantian.
"Iyalah sama kita," cetus Arumi seraya menarik nafasnya pelan.
"Tidak ah, nanti aku jadi obat nyamuk lagi, kalian nonton berdua saja sana! Biar romantis," ledek Aliyah dengan jail.
"Hii dasar kamu ini Al, ya sudah kita duluan ya," pamit Arumi dan mengajak Azka berlalu pergi.
Di saat kedua sahabatnya sudah pergi, Aliyah bergegas untuk pulang, ia pulang naik taksi padahal kalau jalan kaki juga tidak terlalu jauh rumahnya dari sekolahnya, tapi males sekali karena tidak ada teman jalan biasanya kan bareng sama Arumi.
Sesampainya di rumah Aliyah merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur tempat tidurnya.
Gadis bertubuh mungil, berkulit putih, hidungnya mancung, bibirnya yang manis, rambutnya yang lurus dan wajahnya yang begitu cantik, itu membuat Aliyah di kagumi oleh banyak laki-laki, namun sampai sekarang Aliyah memilih untuk menjadi jomblo, bukan tidak ada yang mau tapi karena Aliyah medambakan laki-laki mapan, dewasa, dan tentunya harus bertanggung jawab, ia juga tidak mau kalau hanya untuk main-main saja, pinginnya itu langsung saja di bawa ke penghulu seperti haluannya selama ini.
Saat hendak memejamkan matanya tiba-tiba bell rumahnya berbunyi, Aliyah beranjak dari tempat tidur dan ia pergi ke depan untuk membukakan pintu rumahnya.
"Iya tunggu sebentar," sahutnya seraya berjalan menuju pintu.
"Ceklek," pintu terbuka Aliyah terkejut karena ada anak kecil yang begitu cantik datang ke rumahnya.
"Hay kamu siapa?" tanya Aliyah, ia membungkuk mensejajarkan tubuhnya ke anak kecil itu.
"Hay kakak cantik, ayo kita bermain!" ajaknya dengan begitu imut, anak kecil yang kira-kira usianya baru 4 tahun itu tampak lucu dan sangat menggemaskan.
Aliyah mengangguk, ia memegang tangan anak kecil itu dengan lembut.
"Rumah kamu dimana?" tanya Aliyah, sambil mengandeng anak kecil itu bermain di taman dekat rumahnya.
"Itu rumah aku kak," jawabnya dengan nada lembut.
Aliyah mengikuti jari telunjuk anak itu, ia cukup terkejut karena anak itu menunjukkan rumah yang tadi pagi ada laki-laki tampannya.
"Itu rumahmu?" Aliyah memastikan dengan nada lembut dan di anggukin oleh anak kecil itu, wajahnya sangat cantik dan imut sekali, ingin sekali Aliyah mencubit pipinya karena gemas tapi tak ia lakukan karena takut anak kecil itu menangis.
"Ayuna!!!"
"Papa," sahut anak kecil itu, saat mendengar seseorang yang memanggil namanya.
"Papa!!" Aliyah terkejut, ia melihat laki-laki yang sedang berjalan menghampiri mereka.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
"Papa!!" Aliyah terkejut, ia melihat laki-laki yang sedang berjalan menghampiri mereka.
Sorot mata Aliyah membulat tajam, ia mencermati dari bawah sampai atas hingga dia ternganga melihat laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
"Papa," pekiknya kaget. Aliyah masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini.
"Yuna, kamu kok main keluar tidak bilang pada papa," tanya laki-laki itu seraya mengusap pipi Yuna dengan lembut.
"Papa, Yuna bermain dengan kakak cantik ini, Yuna bosan di rumah, sedangkan papa terus sibuk bekerja," jelasnya dengan nada agak candel, bicara Yuna memang belum terlalu jelas tapi bisa di mengerti oleh Abimana Surya Pratama yang tidak lain adalah papanya Ayuna.
"Baiklah papa mengerti, maafkan papa karena terlalu sibuk, tapi Yuna kalau mau pergi bermain harus izin pada papa," ujarnya dengan nada lembut.
Aliyah masih tak bergeming, ia masih tidak percaya. Jika laki-laki ini adalah papa dari anak kecil ini, maka tandanya laki-laki dambaan hatiku sudah punya seorang istri, haruskah aku menjadi pelakor? Buru-buru Aliyah menepis pikirannya gilanya, lagian dimana-mana yang namanya pelakor itu murahan. Fix pelakor itu perempuan yang tidak punya hati.
Abimana laki-laki yang tampan, tinggi, berkulit putih, hidungnya mancung, dadanya bidang, nyaris sempurna, hidupnya juga sudah mapan, punya semuanya, tapi sayangnya dia di tinggal oleh istrinya, karena istrinya memilih meninggalkan dirinya dan satu anaknya demi menikah dengan saudara sepupunya. Dan hingga saat ini Abimana yang biasa di panggil Bima, ia belum juga membuka hatinya untuk wanita lain, selama kurang lebih 4 tahun menduda, ia hanya fokus dengan pekerjaannya dan yang paling utama fokus merawat Ayuna Abimana Pratama dari Ayuna masih bayi hingga kini Ayuna sudah menginjak usia hampir 4 tahun.
Bukan perjuangan yang mudah untuk merawat anak semata wayangnya sendirian, lalu ibunya juga tidak pernah datang melihat putrinya itu, ia lebih fokus dengan keluarga barunya dan kedua anaknya dari hasil pernikahannya dengan sepupuku.
Saat mengingat hal yang terjadi beberapa tahun lalu, rasanya hati ini seperti di cabik-cabik, sakitnya bagikan teriris pisau tajam.
"Papa, ini kakak cantik, kakak ini teman Yuna," ujar Yuna dengan nada cadel, mengemaskan sekali gadis cilik ini.
Aliyah melirik gadis kecil itu, lah teman, sejak kapan aku berteman dengan kamu anak kecil? Tapi biarlah, biarpun hatiku ini telah di patahkan oleh harapanku, aku ikhlas. Ternyata laki-laki dambaanku sudah punya istri dan berekor satu.
Bima menoleh ia menatap Aliyah, Aliyah menyunggingkan senyum tipis namun Bima malah menatapnya dengan tatapan dingin.
"Terimakasih," ujarnya dengan nada dingin.
"Sama-sama," sahut Aliyah singkat.
Ini manusia apa kulkas dua pintu sih? Dingin sekali, apa aku perlu lelehkan dulu, iya aku lelehkan hatinya nanti. Otak Aliyah traveling jauh membayang dada bidang laki-laki yang ada di hadapannya, itu membuat jiwanya meronta-ronta. Dasar Aliyah, dia memang tidak bisa melihat laki-laki tampan sedikit saja. "Hey Aliyah bodoh, ingat laki-laki itu beristri," batinnya dalam hati.
"Kami permisi dulu," pamitnya dengan nada dingin lagi.
"Silahkan!" sahut Aliyah singkat lagi.
Bima mengendong putri kecilnya dan berlalu pergi dari hadapan Aliyah yang masih mematung di tempat itu.
Tubuh aku tiba-tiba merasa lemas, ternyata laki-laki idaman hatiku itu sudah punya ekor satu, dan pastinya istri laki-laki itu pasti cantik. Apa kabar dengan aku yang biasa saja? Mau jadi pelakor juga tidak mungkin, wajahku yang imut, manis seperti gula ini, yang tentunya bisa menaklukkan hati banyak para laki-laki, tidak akan aku menjadi pelakor.
Aliyah melangkah kakinya masuk ke dalam rumah, ia duduk di sofa ruang tengah sambil memakan cemilan yang ada di toples di atas meja.
Di nikmatilah cemilan itu biarpun sebenarnya tidak nafsu.
"Ternyata dia sudah punya istri."
"Aliyah, pupuslah sudah harapanmu."
Aliyah tersenyum kecil, dalam senyumnya itu terlihat tidak bahagia.
"Tok,tok,"
Mendengar suara pintu rumahnya ada yang mengetuknya, Aliyah beranjak dari tempat duduknya untuk membukakan pintu rumahnya. Entahlah siapa lagi yang datang?
"Ceklek,"
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
"Ceklek."
Aliya membuka pintu rumahnya. Saat pintunya terbuka tampaklah dua sejoli yang cantik dan tampan, iya mereka adalah Arumi dan Azka.
"Lah, bukannya kalian mau nonton?" tanya Aliyah terkejut.
"Awalnya gitu Al, tapi kita kasian sama kamu, jadi kita hanya membeli makanan dan mau nonton di rumah saja bareng-bareng sama kamu," sahut Arumi dan di tangannya sudah penuh dengan tetengan, entahlah apa isinya?
Di tangan Azka juga ada tentengan dan terlihat jelas itu isinya bermacam-macam snack, plastiknya yang transparan dan itu membuat Aliyah tahu isinya.
"Kalian mau pamer kemesraan? Dasar kalian pembuat jomblo resah," sahut Aliyah dan dengan senang hati mempersilahkan kedua sejoli ini masuk ke dalam rumahnya.
Azka dan Arumi saling menatap satu sama lain, tatapan kedua seperti penuh dengan hasrat tapi Aliyah tidak kaget, karena pacaran mereka memang terbilang vulgar.
"Al, kamu di rumah sendirian kan?" tanya Azka dengan senyum nakal pada Arumi.
"Iya sendirian, memangnya kenapa?" sahut Aliyah pura-pura tidak tahu.
Jika tidak sendirian memangnya aku mau dengan siapa? Tante juga sudah lama tidak datang ke rumah, mungkin karena terlalu sibuk dengan urusannya. Tapi aku tidak apa-apa yang penting uang bulanan sudah di transfer dan kebutuhan sehari-hari untuk makanan siap saji, cemilan dan lain-lain sudah tante aku kirim.
"Al, kamu kan sudah gede, jadi kamu paham lah jika orang pacaran itu seperti apa? Kan kamu juga sering lihat film drama romantis," ujar Azka dan di sambut senyum manis oleh Arumi.
"Paham, tapikan kalian belum menikah, apa kalian tidak takut?" tanya Aliyah, kini mereka bertiga duduk di sofa, Aliyah duduk di sofa yang berbeda dari Azka dan Arumi, sedangkan dua sejoli itu duduk berdekatan bahkan tidak ada jarak sama sekali.
"Al, jangan bilang pada mamaku ya!" pinta Arumi pada Aliyah, jika mamanya Arumi tahu kalau Arumi pacaran dengan cara seperti ini, pasti mamanya akan mengamuk.
"Tidaklah Rum, lagian kedua orang tuamu juga jarang sekali di rumah," sahut Aliyah dengan nada lembut.
Arumi terdiam, ia sadar kalau memang kedua orang tuanya memang jarang sekali di rumah, mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya mereka, dan itu membuat Arumi sering kali kesepian.
"Mereka terlalu sibuk dengan kerjaan mereka Al," tampak kecewa dan sedih raut wajah cantik Arumi.
"Sayang, kan ada aku, kamu pasti tidak akan kesepian lagi, kalau kamu tidak ada temannya di rumah, kamu telpon saja aku, aku pasti akan datang ke rumahmu," hibur Azka seraya memberikan ciuman hangat di kening Ayumi.
"Aku ke kamar mandi dulu ya sayang," pamit Azka, lalu ia beranjak dari tempat duduknya. Tanpa bertanya kepada Aliyah, Azka langsung berlalu pergi ke kamar mandi, lagian Azka sudah sering datang ke rumah Aliyah, jadi ia tahu dimana letak kamar mandinya?
Aliyah menatap Arumi dengan tatapan lembut, Arumi juga membalas tatapan lembut dari sahabatnya itu.
"Rum, kamu kan perempuan, boleh pacaran tapi tidak berlebihan," nasehat Aliyah, semenjak beberapa bulan ini Arumi memang terlihat berani cara pacarannya dengan Azka.
Bahkan beberapa waktu lalu, Azka berani berciuman dengan Arumi di hadapannya, sungguh itu membuatnya jijik tapi Aliyah hanya bisa menghela nafas saja.
"Al, Azka laki-laki baik, jika terjadi sesuatu dia akan bertanggung jawab," jawab Arumi dengan yakin.
Aliyah menghela nafas dalam hatinya, mana ada laki-laki baik yang ngajak pacarannya tidak benar seperti itu Arumi? Rasanya percuma menasehati dua sejoli yang sedang jatuh cinta ini. Ibaratnya tai kucing saja rasanya coklat.
"Rum,"
"Aliyah, aku akan menjaga diriku dengan baik, aku sudah dewasa," potong Arumi dengan nada lembut. Aliyah hanya bisa manggut-manggut, dengan harapan Azka tidak akan menyakiti hati sahabatnya ini.
Setelah beberapa lama akhirnya Azka kembali dari kamar mandi, ia kembali duduk di sofa.
"Ayo tonton filmnya!" ajak Azka antusias.
"Memangnya film apa?" tanya Aliyah penasaran.
"Film ini," sahut Azka sambil menunjukkan sebuah kaset DVD pada Aliyah.
Aliyah tercengang. "Itukan film dewasa," lirihnya kaget.
"Al, kita sudah bukan anak kecil lagi," sahut Azka dengan entengnya dan langsung menyetel film dewasa itu.
"Al, bukannya kamu juga sering nonton film dewasa, ayo kita nonton bareng!" ajak Arumi sambil tersenyum kecil pada Aliyah.
"Kalian saja yang nonton, itu tidak cocok untuk jomblo sepertiku," tolak Aliyah dengan nada lembut.
Azka malah tersenyum senang. "Baguslah, kalau Aliyah tidak mau nonton film ini, jadi aku bisa lebih bebas dengan Arumi," batin Azka dalam hatinya.
"Kalian nonton ya, aku mau istirahat di kamar," pamit Aliyah dan berlalu pergi ke kamar meninggalkan Azka dan Arumi.
Saat Aliyah masuk ke dalam kamar, Arumi malah tersenyum senang.
"Sayang, kita cuma nonton berdua," kata Arumi dengan tatapan menggoda.
"Lebih bagus sayang, nanti kalau pingin melakukan adegan yang ada di dalam film, kamu katakan saja! Aku sudah membawa alat pengaman takutnya Joni aku tidak tahan sayang," goda Azka sambil mengelus-elus miliknya di bawa sana.
"Ah, kamu jangan menggodaku, ini masih terlalu awal," desis Arumi membuat senyum Azka seketika menjadi mesum.
Kini keduanya memulai menonton film dewasa itu.
Sedangkan Aliyah lebih memilih membaca novel di dalam kamar, ia sudah lelah mengingatkan Arumi jangan pacaran berlebihan, aneh-aneh tapi Arumi selalu bilang kalau Azka itu laki-laki baik, kita lihat saja ke depannya akan seperti apa?
Adegan demi adegan di tonton oleh mereka berdua dengan penuh penghayatan.
"Lihat sayang," sebuah adegan laki-laki sedang menyusu pada kekasihnya dan itu membuat Azka menelan ludahnya dengan kasar.
Tanpa meminta izin dari Arumi, Azka tiba-tiba menyentuh gunung kembar milik Arumi dan Arumi tidak marah.
"Enak sayang," dengan hati-hati Azka meremas salah satu gunung kembar itu, Arumi tidak marah ia malah tersenyum pada Azka.
"Kamu juga mau seperti itu sayangku?" tanya Arumi, membuat Azka langsung mengangguk mantap.
Arumi membuka kancing bajunya, ia masih memakai seragam sekolah, lagian ini bukan pertama kalinya Azka melakukan hal ini, Arumi juga sangat menikmati saat Azka bermain-main dengan kedua gunung kembarnya.
Saat sudah terbuka, di arahkan satu gunung kembar miliknya ke mulut Azka, dengan tatapan penuh nafsu, Azka langsung menerima itu, lalu dengan lembut mulai di hisap pelan, membuat Arumi menggelidik nikmat, Azka terus memperdalam kenakalannya itu. Membuat Arumi mengeluarkan sebuah suara yang semakin menggugah hasratnya sebagai seorang laki-laki.
"Satunya sayang, biar adil!" pinta Arumi dan Azka beralih ke gunung kembar satunya, kini satu gunung kembarnya tampak mengeras dan begitu tegang.
Setelah beberapa lama dan merasa puas, Azka melepaskan mulutnya dari permainan itu.
Aliyah tercengang tidak percaya, ia yang hendak mengambil air putih untuk minum, kini malah berdiri di ambang pintu kamarnya dan melihat pemandangan yang cukup menjijikkan itu. "Arumi, kamu sudah sangat berlebihan," batin Aliyah dalam hatinya dan ia memilih kembali masuk ke dalam kamar.
"Sakit sayang," lirih Ayumi dengan manja.
"Tapi enakan sayang," goda Azka dengan nakal.
"Kamu mau yang lebih enak lagi tidak?" bisik Azka di telinga Arumi.
Arumi terdiam, ia tahu apa maksud Azka. Tapi saat ini takut untuk melakukan hal yang di tawarkan oleh Azka itu.
"Lihat sayang, perempuan itu sedang merasakan kenikmatan dunia," lirih Azka saat melihat adegan cukup panas.
Tanpa permisi, Azka kembali memainkan gunung kembar milik Arumi secara bergantian.
Aliyah yang kini sedang duduk di tepi ranjang, merasa tidak tenang, jangan sampai terjadi sesuatu lebih. Akhirnya Aliyah beranjak dari tempat duduknya dan langsung keluar dari dalam kamar.
"Ehemm,"
Mendengar suara deheman Arumi dan Azka panik, mereka buru-buru membenarkan posisi mereka, Arumi juga buru-buru merapikan bajunya yang kini telah berantakan tidak jelas.
"Kenapa Aliyah datang tiba-tiba sih? Padahal aku ingin hal yang lebih," gumam Azka dalam hatinya.
Azka memang baik, namun ia selalu membujuk Arumi untuk pacaran layaknya suami-istri, jika Arumi menolak, maka Azka mengatakan kalau Arumi tidak mencintainya. Arumi yang memang tulus mencintai Azka, akhirnya ia terhasut juga oleh kata-kata manis Azka.
"Al, aku pulang dulu ya, sudah sore," pamit Azka dan di anggukin oleh Arumi.
"Iya Al, aku juga harus pulang sudah sore," lanjut Arumi dengan nada gugup.
"Iya kalian hati-hatilah," jawab Aliyah dengan nada lembut.
Azka dan Arumi berlalu pulang. Setelah Azka dan Arumi pulang, Aliyah menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
"Arumi, kamu sudah berubah, pacaran kalian sudah berlebihan," tatapan Aliyah penuh rasa kawatir.
Sebagai seorang sahabat Aliyah sudah sering kali mengingatkan Arumi, tapi berulang kali juga Arumi mengatakan kalau dirinya bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Aliyah bisa apa? Mau bicara lebih juga takut salah.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!