NovelToon NovelToon

BUKAN MANUSIA

EPISODE 1

Namaku Rindu. saat aku sedang berjalan, tanpa sengaja aku menabrak seorang Pria tampan.

Aku begitu terpana dengan pesona yang di pancarkan oleh Pria di hadapanku. Ia bertubuh kekar, wajah tampan, dan juga senyumnya yang manis membuat hati ini meleleh seketika.

"Ya tuhan, seindah ini Ciptaan mu! " Gumam ku dalam hati.

"Hallo! kau baik-baik saja, Nona? " ujarnya.

Ucapannya membuyarkan lamunanku. "Eh! tidak, Aku tidak apa! " Sahutku.

"Syukurlah! " Ucapnya seraya tersenyum manis.

Senyumnya sungguh membuat hati ini begitu meleleh. Apakah ini yang di namakan Cinta pada pandangan pertama. Entahlah!

"Apa, Mas baik-baik saja? " Tanya ku padanya.

Ia pun mengangguk. "Ya, Aku baik-baik saja! " Jawabnya.

Aku menghela nafas lega. " Syukurlah. Maaf atas kejadian yang tidak mengenakan tadi! " Ucapku.

"It's Oke, No problem! " Sahutnya.

Ia pun memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangannya. " Perkenalkan Namaku Arjuna! " Ucapnya memperkenalkan diri.

"Rindu! " Sahutku seraya mengulurkan tangan.

Ia tersenyum dengan sangat manis. "Oke, Rindu! salam kenal dari ku. Next time, kita bisa bertemu lagi. Jika begitu aku pamit! " Pamitnya.

Arjun pun pergi seraya melambaikan tangannya padaku.

"Bye! " Aku tersenyum seraya melambaikan tanganku.

Aku melanjutkan langkahku membeli beberapa makanan ringan.

"Pagi-pagi udah ketemu Pangeran tampan kayak gitu! " Ucapku.

Setelah selesai membeli beberapa makanan yang aku inginkan, Lekas aku segera pulang.

"Apakah nanti aku bisa bertemu kembali dengan Arjuna? " Tanya ku dalam hati.

Aku berharap bisa bertemu kembali dengan Arjuna. Entah, mengapa aku begitu candu dengan senyum dan juga parasnya yang Rupawan.

Wanita mana pun menginginkan Pria seperti Arjun, termasuk diriku. Ya, wanita mana pun aku begitu terpikat dengan pahatan wajah dari Arjuna.

"Ya tuhan, Semoga Arjun adalah jodohku. Namun jika dia bukan jodohku, Maka jodohkan kami berdua! " Pinta ku pada sang Kholiq.

Permintaan ku sungguh gila, Bukan? bagaimana tidak, Bahkan aku dan Arjuna baru pertama kali bertemu. Ah, mengapa aku lupa meminta Nomornya?

Ah, Aku berharap bisa kembali bertemu dengan Arjuna. Agar aku bisa meminta nomornya, dan jika bisa aku ingin meminta hatinya sekalian!

"Permintaan konyol macam apa ini? " Rutuk ku.

Malam hari tiba, Lekas aku segera beranjak menuju kamar tidurku. Rasanya begitu lelah seharian ini.

"Semoga aku bisa bertemu dengan Arjuna, Walau dalam mimpi! " Ucapnya seraya merebahkan diri dan memejamkan mata.

Aku tidur dengan sangat nyenyak, hingga tanpa sengaja Aku bertemu kembali dengan Arjuna.

"Rindu, aku mencintaimu! " Bisiknya lirih di telingaku.

Mata ku berbinar, kala Arjuna mengatakan hal itu. "Benarkah, apa yang kau katakan? " Ucapnya padanya.

Arjun mengangguk seraya tersenyum, kemudian ia mulai mendekati bibir ini.

Semakin dekat, dan lebih dekat. Sontak saja aku memejamkan mataku!

Tiba-tiba aku terbangun oleh suara Alarm yang begitu memekikan telinga. Lekas aku terbangun, dan melempar Alarm tersebut ke atas kasur.

"Dasar alarm sialan! " Decakku kesal.

Baru saja aku bermimpi indah, tapi mimpi itu sudah buyar oleh suara Alarm. Apakah dia tidak bisa menungguku sebentar saja?

Ingin rasanya aku memaki, namun Alarm hanyalah sebuah benda mati yang taj bisa mendengar omelanku.

Bisa saja aku memakinya, namun aku akan di cap sebagai orang gila oleh semua orang, sebab mengomeli sebuah Alarm.

Dengan berat hati aku pun bangun walau begitu malas bagiku beranjak dari tempat tidur. "Malas sekali rasanya harus berpisah dengan tempat ternyaman ini! " Ucapku sembari menepuk tempat tidur ini.

Dengan lemas aku pun segera meraih handuk dan lekas mandi pagi. Itu adalah kebiasan ku setiap pagi.

Selesai mandi, aku pun turun ke bawah untuk sarapan pagi. Sarapan pagi ini adalah nasi goreng, namun aku harus membuatnya terlebih dahulu.

"Andai, aku ini orang kaya. Akan aku suruh mereka ini dan itu! " Gumamku.

Aku menghela nafas, kemudian mulai membuat sarapan. Walau malas, namun aku harus memaksa diri ini untuk melakukannya.

Selesai memasak, aku pun menyajikannya di atas meja makan. Lantas segera menikmatinya seorang diri.

Ya, aku tinggal sendiri di rumah ini. Jika kalin bertanya mengapa? Sebab aku sudah menjadi yatim piatu sejak usiaku baru 15 tahun. Aku berjuang sendiri banting tulang, agar bisa melanjutkan hidup.

Rumah ini adalah peninggalan dari kedua orang tuaku. Orang tua ku tewas, sebab terlibat sebuah kecelakaan yang harus menewaskan kedua orang tuaku.

Saat itu aku ingin menyerah, aku ingin ikut bersama mereka. Namun keadaan terus memaksaku untuk bangkit. Hingga akhirnya aku pun bangkit dari sebuah keterpurakan ini.

Aku menikmati sarapan pagi ini dengan hati yang menahan kerinduan akan orang tua, rasanya hidup ini begitu hampa tanpa mereka. Ingin rasanya kembali ke masa dulu, aku ingin merasakan kebersamaan itu untuk terakhir kalinya. Ah, namun itu semua hanyalah sebuah harapan yang tak mungkin jadi nyata!

"Rindu kangen sama kalian semua " Gumamku

Aku menghentikan aktivitas makanku. rasanya hati ini begitu Rindu, akan sosok seorang Ayah dan Ibu. Bisakah aku bertemu dengan kalian berdua?

Tanpa terasa air mata pun jatuh dari pipi ini, betapa sulitnya hidup sendirian tanpa seorang pedoman dan penuntun dari kedua orang tua.

"Ayolah, Rindu. Kau harus bisa melewati masa-masa ini. Ayo semangat!! " Ucapku menyemati diri sendiri.

Lantas aku melanjutkan acara makanku dengan sedikit lebih tenang.

Selesai sarapan, gegas aku segera pergi ke kantor. Ya, aku seorang karyawan di sebuah perusahaan. Gaji yang tidak seberapa, tapi lumayan untuk menyambung hidup.

Aku harus bekerja dengan sangat keras di tengah Ibu kota yang begitu kejam ini. jika bekerja kita bisa makan, tapi jika tidak bekerja, maka jangan harap ada orang yang akan memberinya dengan percuma.

Jika kalian bertanya, mengapa aku tidak menjual rumah bertingkat ini? Alasannya adalah, karna ini adalah peninggalan satu-satunya dari orang tua ku. Ini adalah Kenangan masa kecil ku dulu. Maka dari itu aku enggan menjualnya, walau banyak yang menawar dengan harga fantastis.

"Kerja lagi, kerja lagi. Kaya enggak, pusing iya! " Sungutku.

Sudah bertahun-tahun aku bekerja di perusahaan, namun aku tidak pernah menjadi orang kaya. Gajinya hanya cukup untuk makan selama satu bulan saja. Itu pun sudah sangat beruntung, sebab hidup di kota yang segalanya terasa mahal. Maka kita harus pintar-pintar berhemat.

Aku pun menaiki angkot untuk bisa sampai di perusahaan tempatku bekerja. Sebenarnya malas jika harus berdesak-desakan dengan orang-orang di angkot ini, namun bagaimana lagi. Tarif yang begitu murah membuat kami tergiur untuk menumpanginya setiap hari. Walau rasa sesak, dan terkadang bau-bau aneh dari para penumpang kerap kali muncul, dan mengganggu indra penciuman.

"Kiri, kiri! " Teriakku.

Angkot pun berhenti di depan sebuah perusahaan yang telah menghidupi ku selama bertahun-tahun ini.

Aku segera masuk ke dalam, dan bergegas menuju ruanganku.

"Rindu, kok Loe telat sih? " Ucap temanku.

Aku menghela nafas. " Kayak gak tahu aja, kan di jalan macet, say! " Jawabku.

"Ya sudah, tapi kata Pak Ryan, kalo Loe telat lagi. Maka Loe harus out dari kantor ini! " Ungkapnya.

Aku yang mendengar hal itu pun, membulatkan mataku. "Apa? Loe seriusan? " Tanya ku.

Temanku mengangguk. " Soalnya Loe udah sering telat, Rindu. " Ucapnya.

Aku hanya bisa menghela nafas gusar sembari memikirkan nasib ini. Jika memang aku harus di keluarkan dari kantor ini.

Kemana aku harus mencari pekerjaan lagi?

"Ya tuhan, semoga aku tidak di pecat dari kantor ini! " Harapku.

Lantas aku duduk dan kembali bekerja seperti biasanya. Sampai jam istirahat siang pun tiba.

Aku segera menuju tempat makan terdekat dari kantor ini, agar tidak menyita waktu.

Saat aku berjalan, tapi fikiranku begitu melayang entah kemana. Tiba-tiba aku kembali bertabrakan dengan seseorang.

"Aww!! " Pekik ku.

"Sorry, sorry. Aku tidak sengaja! " Ucap seorang Pria.

Aku pun menganggat wajahnya ini, seketika aku begitu terkejut sekaligus senang.

"Mas Arjuna! " Ucapku sembari tersenyum.

Arjuna pun menyipitkan matanya, sepertinya ia sedang mengingat-ingat. " Rindu. Ya, kau Rindu kan? " Tanyanya sembari tersenyum.

Aku pun mengangguk sembari menampilkan senyum manisku, siapa tahu Arjuna terpincut!

"Ya tuhan, kita bertemu lagi di sini! Apa kabarmu? Apakah ada yang sakit? " Tanyanya cemas.

Aku menggelengkan kepalaku. " Tidak ada! " Sahutku.

"Kau mau kemana? " Tanyanya.

Aku menunjuk ke rumah makan sederhana yang berada diseberang sana. " Aku mau makan! " Jawabku.

Arjun melirik ke arah yang aku tunjuk. "Ya sudah, kebetulan sekali. Aku pun belum makan. Mari kita makan disana! " Ajaknya.

Sumpah demi apa, seorang Pria tampan ingin makan bersama ku di tempat makan lesehan kelas bawah. Ya tuhan, ini Pria idaman sekali!

Tanpa berbasa basi atau pun bertanya, aku pun menganggukan kepala seraya berjalan mengikuti Arjuna.

POV ARJUN

Perkenalkan namaku Arjuna Pratama. Aku seorang Putra dari Yogi Pratama dan Novitasari, sekaligus pembisnis dan CEO di perusahaan Pratama Grup.

Aku di pilih jadi CEO oleh Papa, sebab akulah adalah Putra satu-satunya sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Pratama.

"Kau adalah pewaris tunggal dari keluarga Pratama, Arjun. Maka dari itu kau harus memajukan perusahaan dengan sangat baik! " Ucap papa.

Aku pun mengangguk dan tersenyum. " Baik. Aku akan berusaha sebisa mungkin, agar kalian bangga dengan kemampuan yang aku miliki! " Sahut ku bangga.

Seluruh keluarga terlihat senang dengan keputusan yang aku ambil. Mereka berharap aku bisa menjadi pembisnis yang hebat seperti Papa di kemudian hari.

Tidak sia-sia aku kuliah di jurusan binis, akhirnya aku bisa menikmati hasil pendidikan itu sendiri.

"Kau harus mampu menaklukan dunia, Arjun! " Ucap papa.

"Ya, aku pasti bisa! " Jawabku penuh keyakinan.

Hingga akhirnya aku mulai meneruskan usaha milik keluargaku. Aku berhasil menjalankan bisnis ini hingga berkembang sangat pesat, tentu saja mereka sangat bangga denganku, namun aku bisa sesukses ini, sebab dukungan dari kedua orang tuaku dan juga atas kerja kerasku selama ini. Namun dibalik kesuksesan ini ada sebuah sisi gelap yang tidak seorang pun ketahui!

"Kenapa? Disaat aku sudah meraih segalanya, jutsru petaka datang! " Ucapku heran.

Hanya kelurga ku yang tahu bagaimana kondisi yang tengah terjadi dalam hidupku.

Acap kali aku begitu frustasi dengan kondisi dan situasi ini, aku ingin mengakhiri segalanya. Namun aku tak mampu!

"Mungkin aku harus mati, agar aku tak lagi merasakan keanehan ini. Aku benci dengan tubuh ini, dan Rupa yang mengerikan ini! " Teriak ku frustasi.

Aku selalu berharap, semoga suatu saat ada seorang wanita yang mau menerima kekurangan ini.

"Semoga ada wanita hebat yang akan menerima, dan menemani ku suatu saat nanti. " Gumamku.

Aku selalu berharap seperti itu, walau aku tahu itu semua tidak mungkin. Namun aku selalu berkeyakinan bahwa suatu saat akan ada wanita hebat yang menerima setiap kekurangan ini.

Banyak kenyataan pahit yang aku alami sejak beberapa tahun belakangan ini. Hampir semua calon istri ku meninggal dunia.

"Apa yang terjadi padaku? Apakah ini takdir yang harus aku jalani, atau ini adalah musibah bagiku? " Ucapku.

Walau begitu, orang tua ku tak hentinya terus menjodohkan aku dengan para wanita. Walau sering kali aku menolaknya, namun mereka berharap dengan aku menikah. Kutukan ini akan lenyap begitu saja. Namun, menurutku tidak semudah itu!

"Mama, harap kau mau menikah dengan Delia, Arjun! " Ucap Mama.

"Tidak, aku tidak mau! " Bantahku, seraya berjalan menjauh dari Mama.

Aku pergi dengan perasaan kesal pada orang tuaku, mengapa mereka dengan gencarnya mencarikan aku jodoh. Apakah aku kurang menarik? Entahlah, hingga detik ini aku tidak pernah terlibat asmara dengan wanita mana pun. Jika kalian menganggapku tidak normal, maka kalian salah!

Tentu saja aku ini Pria normal, namun aku takut mengulangi kejadian yang sama. Hingga aku memutuskan untuk tidak pernah menikah.

Aku keluar dari rumah dengan berjalan kaki, namun tanpa di sadari. Aku tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita berparas cantik, dan entah kenapa seperti ada debaran yang menyelusup dalam hati ini!

Tanpa basa basi, aku pun memperkenalkan diri.

"Perkenalkan, namaku Arjuna! " Ucapku seraya mengulurkan tangan padanya.

Ia pun mengulurkan tangannya. " Rindu! "

Ya, namanya adalah Rindu. Sesuai dengan namanya, aku pun selalu rindu dengan wajah itu.

"Kau adalah wanita pertama yang mampu menghipnotis ku, Rindu! " Gumamku.

Namun aku tak bisa berlama-lama mengobrol dengannya, aku pun memutuskan pergi dan aku berharap bisa kembali bertemu dengannya lain kali. Aku lupa meminta nomor ponselnya, sebab aku begitu terburu-buru!

Itulah Awal pertemuan kami, rasanya sungguh indah dan ini baru pertama kali aku melihat bidadari secantik dirinya.

Ahh Rindu, kau membuatku kian candu.

Beberapa hari kemudian, kami kembali di pertemukan pada saat jam makan siang. Sepertinya Rindu adalah seorang pegawai di kantor sebelah kantorku saat aku tak sengaja melihat lambang perusahaannya.

Lagi-lagi Rindu menabrak tubuh ini. "Mas Arjun! " Ucapnya.

Aku pun tersenyum. " Rindu, mau kemana? " Tanyaku.

Ia pun menunjuk ke arah salah satu tempat makan yang tak jauh dari kantor, hingga kami pun memutuskan untuk makan siang di sana.

"Akankah kau masih mau berteman denganku, bahkan menemuiku lagi saat kau tahu tentang ku? " Gumamku.

Entah kenapa pertanyaan itu melintas begitu saja di fikiranku. Aku takut jika Rindu meninggalkan diri ini. Aku pun tak tahu rasa apa yang aku miliki saat ini?

Aku menatap wajah Rindu dengan lekat. " Wajah ini mampu menyihir ku. Sehingga aku tak mampu berpaling! " Gumamku.

Rindu terlihat salah tingkah. " Kenapa memandang ku seperti itu? Apa ada yang salah denganku? "Tanyanya.

Aku menggeleng seraya tersenyum manis. "Tidak ada yang salah denganmu. Tapi aku salah! " Sahutku.

Rindu mengernyitkan keningnya heran. "Salah apa? " Tanyanya heran.

"Karna aku sudah jatuh cinta padamu! " Ucapku.

Rindu membulatkan matanya tak percaya, namun detik kemudian ia terlihat salah tingkah. " Ah, Mas Arjun bisa aja! " Celetuknya.

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Mencintai mu adalah Anugerah, memiliki mu adalah keinginan dan melupakanmu adalah musibah! " Gumamku.

Entah kegilaan apa yang aku memiliki, hingga otak ini terlalu traveling kesana kemari. Apakah aku sudah jatuh hati pada Rindu? Entahlah, ini masih misteri!

Namun jika benar aku mencintainya, maka aku mohon. Buat juga dia mencintaiku! Aku tak bisa menerima cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Takdir ini sungguh membuatku dilema, aku ingin hidup normal seperti dulu! Aku tidak ingin hidup dengan wujud ini. Aku membencinya!

"Rindu, kau tinggal di daerah sini? " Tanyaku di sela makan.

Rindu menggeleng. " Tidak, aku tinggal di rumah bukan di kantor! " Candanya.

Aku pun manggut dan tertawa. " Kau benar, aku yang salah bertanya! " Ucapku.

Kami pun tertawa bersama, hingga tanpa terasa benih-benih Cinta itu mulai tumbuh di hati ini. Ya, aku mulai menyukai Rindu. Namun ada ketakutan dalam hati ini, kala mengingat keadaan ku yang amat menyedihkan ini. Akankah Rindu menerima diri ini?

"Tuhan, mengapa kau hukum aku dengan cara seperti ini? Apa salah dan dosaku padamu, Tuhan? " Ucapku dalam hati.

Pertemuan singkat, dan sangat berkesan bagiku. Hingga aku memberanikan diri untuk meminta nomor ponsel miliknya.

Aku telah berhasil mengantongi nomornya, jadi saat aku rindu padanya aku bisa menikmati suara lembutnya.

Tiba-tiba aku sangat merindukannya, hingga aku memutuskan menelponnya. Namun tangan ini seolah-olah ragu untuk menekan nomornya. Aku pun memberanikan diri.

perlahan ku tekan nomornya, dan menunggu Rindu mengangkat teleponnya. Tak lama kemudian terdengar suara lembut Rindu di seberang sana.

"***hallo! " Ucapnya di seberang sana.

"halo, Rindu. ini aku Arjun! " Jawabku***

Kami mengobrol cukup lama, entah kenapa ada rasa nyaman saat mengobrol dengannya. Apakah ini perasaan nyaman biasa, atau memang ada sesuatu dalam hati ini? entahlah!

Yang pasti aku mulai menginginkan wanita seperti Rindu, namun aku pun tidak tahu apakah Rindu akan menerima dirinya atau tidak.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

jangan lupa mampir ke karya temanku, guys!

Awal mula Terjadinya

Ketika usian Arjun menginjak 19 tahun, banyak kejanggalan yang terjadi. Banyak keanehan di luar nalar manusia.

Kejadian demi kejadian terus terjadi. Awal mulanya Arjun begitu marah, hingga Arjun tak dapat mengendalikan kemarahannya. Tiba-tiba muncul bulu-bulu halus dari sekujur tubuhnya, di ikuti tanduk muncul dari kepalanya dan mata yang memerah. Arjun mengerang dengan sangat menggelegar. Orang tua Arjun yang melihatnya pun kian takut sekaligus cemas dengan keadaan Arjun selanjutnya.

"Arjun sadarlah, Nak! " Teriak Novi.

Kemarahan Arjun masih belum mereda, namun justru kian marah. Hingga mereka kewalahan menangani kemarahan Arjuna.

Novi hanya bisa menangis meratapi nasib putra semata wayangnya. Hati seorang Ibu mana yang takan teriris, jika melihat Putranya bernasib seperti ini. Novi tak menyangka bahwa Arjun berubah menjadi siluman yang sangat mengerikan!

"Arjun! " Panggilnya lagi.

Bukannya Arjun berhenti, kini justru Arjun hendak menyerang Novi. Ibunya sendiri! Beruntung, Yogi segera menolong Istrinya sebelum Arjun mencelakainya.

"Awas, Novi! " Teriaknya sembari meraih tubuh Istrinya.

Novi yang kaget pun hanya bisa terdiam, dan mereka pun jatuh tersungkur ke lantai.

Yogi menatap Istrinya. "Kau tidak apa-apa? " Tanyanya cemas.

Novi menggeleng. " Aku tidak apa-apa? " Jawabnya.

Kemudian Yogi menatap Arjun, seperti tidak ada cara lain, selain melumpahkan Arjun sebelum ada korban oleh ulah Putranya.

"Tidak ada cara lain selain melumpuhkannya! " Gumamnya lirih.

Novi mendengar perkataan Suaminya. "Apa maksudmu, Pa? " Tanyanya.

Yogi menatap Istrinya. " Kita harus melumpuhkan Arjuna! " Jawabnya santai.

Novi menatap tajam ke arah Suaminya. "Jangan kau maksud melumpuhkan Arjun.. "

"Ya, kita harus melakukannya! " Potong Yogi.

Novi menggeleng tak setuju dengan Suaminya. "Tidak, aku tidak setuju! " Tolaknya.

Namun Yogi tak menggubris ucapan Novi, ia pun melakukan apa yang menurutnya benar. Sebab jika hal ini di biarkan, maka akan sangat berbahaya bagi semua orang yang dekat dengan Arjuna.

Yogi berdiri, dan berjalan dengan sangat pelan ke arah Arjun. Kemudian Yogi meraih pemukul dan memukulkannya pada kepala Arjun, kala Arjun sedang lengah.

"Arjun, awas! " Teriak Novi, namun sayang teriakan Novi tidak lagi berguna, sebab kini tubuh Arjun sudah ambruk ke lantai.

Novi tak kuasa melihat Putranya yang tersungkur tak sadarkan diri, gegas Novi berlari menuju Putranya.

"Arjuna, bangun!! " Teriaknya, lalu Novi menatap Suaminya dengan tatapan marah. "Apa yang kau lakukan padanya, Pa? " Teriak Novi marah.

"Aku hanya melakukan yang menurut ku baik! " Jawabnya.

Novi tidak suka dengan cara berfikir Suaminya. Secara langsung, Suaminya telah menyakiti Putranya.

"Arjun! " Panggil Novi.

Gegas Yogi membawa Arjun ke atas kasur, kemudian merantainya. Novi yang melihat itu pun menggelengkan kepalanya dan tak setuju dengan tindakan yang di lakukan oleh Yogi.

"Apa lagi yang akan kau lakukan, Pa? " Tanya Novi.

Yogi tak merespon ucapan Istrinya, ia pun terus merantai tubuh Arjun hingga selesai.

Novi menghampiri Suaminya, kemudian ia menangis sembari memukul-mukul dada Suaminya. Yogi mencoba menenangkan Istrinya. Ia tahu saat ini Novi sangat sedih dengan keadaan Arjun, namun ia pun terpaksa melakukan ini semua.

"Tenanglah, Novi. Arjun tidak akan mati! Aku hanya merantainya bukan untuk membunuhnya! " Ucap Yogi.

Kemudian Yogi mencekal tangan Istrinya dan membawanya keluar dari kamar. Namun Novi terus memberontak dan tak ingin keluar dari kamar Putranya. Novi ingin tetap bersama Putranya, dan menemaninya di sini!

"Aku tidak mau, aku tidak akan meninggalkan Arjun! " Tolaknya seraya melepaskan cekalan Suaminya.

Yogi terus memaksa Novi untuk keluar dari kamar Arjun. Namun Novi masih saja memberontak, hingga akhirnya Yogi menyeret paksa Novi agar keluar.

"Lepaskan aku! " Ucapnya, namun Yogi tetap saja tak memperdulikan ucapan Istrinya. Setelah keluar dari kamar, lantas Yogi mengunci pintu.

Beberapa tahun berlalu sejak kejadian itu, kini Arjun sudah terbiasa dengan perubahan ini, namun tetap saja Arjun belum mampu mengendalikan diri sepenuhnya.

Sering kali aku mendengar Arjun meracau, dan merutuki dirinya sendiri. Namun Arjun tak pernah menunjukannya pada kami.

Novi pernah memergoki Arjun tengah merutuki nasibnya. "Mengapa harus aku yang menjadi siluman jelek ini, kenapa tidak orang lain saja? Kenapa? Tuhan, aku tidak pernah menentangmu! Tapi kenapa, kau malah memberikan takdir ini padaku? " Ucap Arjun frustasi.

Hati Novi sungguh sangat teriris dengan keadaan Arjun, ia pun tak tahu apa yang terjadi pada Putranya. Entah dosa apa yang telah keluarganya lakukan!

Novi bisa merasakan apa yang Arjun rasa, namun Novi tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi putranya.

Hingga suatu hari, Novi dan Yogi tak sengaja mendapatkan info bahwa ada salah satu dukun yang mampu menyembuhkan Arjun. Lantas Novi menemuinya dengam penuh harapan.

Novi, dan Yogi mendatangi kediaman dukun tersebut. Novi terlihat ragu untuk mengetuk pintu.

"Ketuk saja, Ma. Tunggu apa lagi? " Saran Suaminya.

Novi pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu, tiba-tiba seseorang membuka pintu, terlihat penampakan seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan rambut dan jenggot yang mulai memutih.

"Ada apa kalian kemari? " Tanya dukun.

Novi melirik Suaminya sekilas, kemudian Yogi mengangguk, agar Novi menjelaskan permasalahannya.

"Begini, kami ingin kau membantu kami! " Ucap Novi to the points.

Dukun tersebut menatap Novi dan Yogi bergantian. " Membantu apa? " Tanyanya.

Novi terlihat ragu menjelaskan tentang keadaan Arjun, namun Yogi memberikan semangat. Novi pun membicarakan persoalan yang tengah di hadapi oleh Arjun.

Dukun pun hanya manggut-manggut seraya berfikir. " Sebenarnya ini cukup sulit, tapi aku akan mencobanya! " Ucapnya.

Akhirnya dukun itu setuju untuk membantu menyembuhkan Arjun. Hingga hari dimana dukun itu datang ke rumah dengan panggilan dari Novi dan Yogi.

"Dimana dia? " Tanya dukun.

"Mari ikut saya! " Jawabnya, kemudian Novi berjalan menuntun dukun tersebut ke kamar Arjun.

Novi pun mengetuk pintu kamar, dan masuk ke dalam bersama dukun dan Suaminya.

"Arjun! " Panggil Novi.

Arjun menoleh, dan kaget melihat seorang dukun datang bersama orang tuanya. " Siapa dia, Ma? " Tanyanya.

Novi melirik ke arah Dukun tersebut. " Dia adalah Mbah karso, dia akan membantumu! " Jawabnya.

Arjun mengerutkan keningnya. " Membantuku? Memangnya aku kenapa? " Tanyanya heran.

Novi menghela nafasnya. "Jangan kau kira Mama tidak tahu, Arjun! " Ucapnya.

Arjun menghela nafasnya, jujur saja Arjun pun tersiksa dengan keadaan ini.

"Baiklah, aku setuju! " Sahut Arjuna.

Dukun pun duduk, dan mulai mempersiapkan segalanya. Di hadapannya sudah tersedia macam-macam perlatan untuk mengusir aura jahat dari tubuh Arjun.

"Kalian semua duduklah! " Perintah Mbah karso.

Yogi, Novi dan Arjun duduk, namun Arjun terlihat ragu dengan kemampuan Mbah Karso.

"Ma, apa benar dia bisa membantuku? " Bisiknya tepat di telinga Novi.

"Entahlah, Arjun. Mama juga tidak tahu! Tapi tidak ada salahnya kita mencoba, bukan? " Jawab Novi.

Arjun dan Novi pun diam, mereka tak lagi bersuara saat Mbah Karso melafalkan mantra. Mbah Karso terus malafalkan mantra, hingga akhirnya ada reaksi dari Arjuna.

Tubuh Arjun mulai terasa panas, ia pun merintih kesakitan dengan mantra yang di ucapkan oleh Mbah karso. Mbah karso terus melafalkannya tanpa henti, namun Novi tidak tega melihat Putranya yang kesakitan. Ia pun hendak membantu Putranya, tapi dengan sigap Yogi mencekal tangan Istrinya seraya menggeleng. Mau tak mau Novi pun menuruti perintah Suaminya.

Arjun berdiri dan mundur beberapa langkah seraya menutup telinganya yang terasa panas. "Hentikan! " Teriaknya.

"Pa, Arjun. " Ucap Novi kian tak tega mendengar rintihan Arjun.

"Tenanglah, Ma. Ini demi kebaikan Arjun! " Tegas Suaminya.

Arjun pun tak kuat lagi, hingga akhirnya ia pun mulai menutup matanya. Tumbuhlah bulu-bulu halus dari tubuhnya, kemudian Arjun berubah wujud menjadi siluman yang mengerikan.

"Pa, Arjun. Bagaimana ini? " Tanya Novi, ia kaget dengan perubahan wujud Arjun.

Arjun mulai menghampiri sang dukun, dengan amarah yang menggebu. Akhirnya Arjun mencengkeram bahunya dan melemparkan dengan membabi buta.

"Lepaskan aku, Siluman! " Perintahnya.

Namun Arjun yang kian emosi, menjadikan sang dukun sebagai pelampiasannya. "Kau harus mati! " Ucapnya.

Sang dukun berusaha melafalkan mantra-mantra yang ia bisa. Namun sayang, Arjun lebih tangkas dan juga cepat, hingga akhirnya sang dukun harus meregang nyawa di tangan Arjuna.

Novi, dan Yogi pun menutup mulutnya tak percaya. Begitu besarnya kekuatan yang di miliki oleh Arjun, hingga dukun pun tak mampu membunuhnya.

Setelah sang dukun tewas, Arjun pun kembali ke wujud manusianya. Namun akibat terlalu banyak menguras energi, akhirnya Arjun pingsan tak sadarkan diri.

Gegas Novi menghambur ke arah Arjun. " Arjun, bangun. Kau baik-baik sajakan? " Ucap Novi seraya mengguncang tubuh Arjun.

Namun sepertinya keadaan Arjun sangat lemah saat ini. Novi memandang ke arah Suaminya yang tengah memeriksa Mbah Karso.

"Bagaimana keadaanya, Pa? Apakah dia masih hidup? " Tanyanya penasaran.

Yogi hanya menggeleng, tanpa berkata. Novi pun menutup mulutnya. "Ya tuhan, lalu bagaimana ini, Pa? " Tanyanya cemas.

"Kau jangan cemas, aku akan membereskan kejahatan Arjun. Agar tidak terendus oleh pihak kepolisian! " Ucapnya.

Kemudian Yogi menyeret mayat Mbah Karso ke dalam sebuah koper, dan membuangnya entah kemana!

Untuk menghilangkan jejak, Yogi menggunakan sarung tangan. Agar tidak ada sidik jari yang menempel pada mayat tersebut.

Setelah beberapa saat Arjun pun telah siuman. Novi terlihat senang dengan keadaan Putranya. "Kau sudah sadar, Arjun? " Tanyanya senang.

"Aku kenapa, Ma? " Tanyanya.

"Kau pingsan, Arjun! " Jawabnya.

"Lalu, Mbah Karso. Apa dia berhasil? " Tanya Arjun penasaran.

Novi menggeleng. "Tidak. Bahkan dia tewas di tangan mu! " Tutur Novi.

Arjun kaget mendengar perkataan Ibunya. " Apa? Tewas di tangaku? Bagaimana bisa? " Cecarnya.

"Apa kau lupa, tadi kau berubah Arjun! " Jawab Novi.

Arjun memegangi kepalanya frustasi. Bagaimana ini bisa sampai terjadi, bahkan Arjun sendiri tidak sadar telah berubah dan membunuh Mbah Karso.

Novi berusaha menenangkan Putranya, walau ia sendiri tak tahu kapam semuanya akan berlalu. " Kau harus sabar, Arjun! " Ucapnya.

Arjun menatap wajah Ibunya. " Ma. katakan padaku, apakah aku bisa kembali seperti manusia normal lainnya? Apakah aku bisa menjalani kehidupan normal seperti dulu lagi? " Tanya Arjun.

Novi mengangguk. " Tentu saja, tentu kau bisa! " Ucap Novi berbohong, jujur saja ia pun belum tahu apakah ada jalan keluar untuk masalah Arjun atau tidak!

Namun Novi tidak akan pernah menyerah mencari solusi untuk Putranya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

jangan lupa mampir ke karya temanku ya, guys!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!